• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP MAKELAR KASUS PAJAK PASCA PEMBERITAAN GAYUS TAMBUNAN DI SURAT KABAR JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Sikap Masyarakat Terhadap Makelar Kasus Pajak Pasca Pemberitaan Gayus Tambunan Di Surat Kabar Jawa Pos).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP MAKELAR KASUS PAJAK PASCA PEMBERITAAN GAYUS TAMBUNAN DI SURAT KABAR JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Sikap Masyarakat Terhadap Makelar Kasus Pajak Pasca Pemberitaan Gayus Tambunan Di Surat Kabar Jawa Pos)."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

KASUS PAJAK PASCA PEMBERITAAN GAYUS TAMBUNAN

DI SURAT KABAR JAWA POS

(Studi Deskriptif Kuantitatif Sikap Masyarakat Surabaya terhadap Makelar Kasus Pajak Pasca Pemberitaan di surat kabar Jawa Pos)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

FEBRITHA HERGIANA 0643010245

YAYASAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Pasca Pemberitaan Gayus Tambunan di Surat Kabar Jawa Pos)

Disusun Oleh : FEBRITHA HERGIANA

0643010245

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal : 2 September 2010

Menyetujui,

Pembimbing Utama Tim Penguji : 1. Ketua

Juwito, S.Sos, M.Si Juwito, S.Sos,M.Si NPT. 3 6704 95 0036 1 NPT. 3 6704 95 0036 1

2. Sekertaris

Ir.H.Didiek Tranggono, M.Si NIP. 19581225 19900 1001

3. Anggota

Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si NPT. 3 7006 94 0036 1

Mengetahui, DEKAN

(3)

Alhamdulillaahirabbil’aalamiin, Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia serta rahmat-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MAKELAR KASUS PAJAK PASCA PEMBERITAAN GAYUS TAMBUNAN DI SURAT KABAR JAWA POS” (Studi Deskriptif Kuantitatif Sikap Masyarakat Surabaya terhadap Makelar Kasus Pajak diSurat Kabar Jawa Pos)

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi banyak terdapat kekurangan-kekurangan, hal ini disebabkan sangat terbatasnya ilmu yang penulis miliki serta kekuranganya pengalaman dalam membuat skripsi. Penulisan skripsi ini tidak dapat selesai tanpa bimbingan dari Bapak Juwito, S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat mahasiswa dalam menempuh pendidikan Prorgram Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional ”Jawa Timur.”

Keberhasilan dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan semua pihak, baik materiil dan sprituil. Atas segala bantuan tersebut penulis sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor UPN ”Veteran” Jatim

2. Ibu Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Keluarga tercinta, Papa dan Mama, dan kedua Adikku Tia dan Fani yang turut membantu baik dukungan maupun materiel pada penulis.

(4)

v

menemani begadang dalam pengerjaan skripsi ini

6. Teman seperjuangan selama pengerjaan skripsi Rina, Rizka and Neela and I.W.B.W.U. . . thank’z for everything

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak kekurangan baik dari segi teknis maupun dalam segi penyusunannya. Untuk itu, penulis senantiasa bersedia dan terbuka dalam menerima saran dan kritik yang bersifat membangun.

Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk bagi kita semua, Amin.

Surabaya, September 2010

(5)

Halaman

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ……… xii

DAFTAR LAMPIRAN ……….xiii

ABSTRAKSI ……… xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah………. ... 10

1.3 Tujuan Penelitian…..…. ... 10

1.4 Manfaat Penelitian….…. ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 12

2.1 Landasan Teori………. 12

2.1.1 Surat Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa ... 12

(6)

2.1.5 Sikap………. 22

2.1.6 Pemberitaan Makelar Kasus Pajak…………... 25

2.1.7 Makelar Kasus... 28

2.1.8 Pajak………..…... 29

2.1.9 Teori Stimulus Organism Response (S-O-R)………... 34

2.2 Kerangka Berpikir……….... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 41

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 41

3.1.1 Sikap Masyarakat terhadap Makelar Kasus Pajak Pasca Pemberitaan Gayus Tambunan di surat kabar Jawa Pos... 41

3.2 Populasi, Sampel dan Tehnik Penarikan Sampel... 49

3.2.1 Populasi ... 49

3.2.2 Sampel dan Tehnik Penarikan Sampel……... 49

3.3 Teknik Pengumpulan Data... 50

3.4 Metode Analisis Data... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

4.1 Gambaran Umum Surat Kabar... 53

4.1.1 Perkembangan Surat Kabar di Surabaya... 53

(7)

4.1.2.1 Sejarah Berdirinya Jawa Pos... 55

4.1.2.2 Pembaharuan Manajemen Jawa Pos ... 57

4.2 Penyajian Data dan Analisis Data ... 58

4.2.1 Karakteristik Responden ... 59

4.2.1.1 Jenis Kelamin Responden ... 59

4.2.1.2 Usia Responden... 60

4.2.1.3 Pendidikan Responden ... 61

4.2.1.4 Pekerjaan Responden ... 61

4.2.2 Aspek Kognitif ... 62

4.2.2.1 Pengetahuan Responden tentang tentang Berita Makelar Kasus Pajak ... 62

4.2.2.2 Pengetahuan Responden tentang Markus Pajak Mendapat Fee (uang jasa) dari Kasus Pajak yang Ditangani... 64

4.2.2.3 Pengetahuan Responden tentang Para Markus Pajak Tidak Hanya Berasal Dari Aparat Pajak ... 65

4.2.2.4 Pengetahuan Responden tentang Para Markus Pajak Merugikan Uang Negara ... 66

4.2.3 Aspek Afektif ... 67

4.2.3.1 Pendapat Responden tentang Kekhawatiran Para Wajib Pajak Pasca Pemberitaan Makelar Kasus Pajak di Surabaya ... 68

(8)

ix

Markus-Markus Pajak Lainnya yang Masih Ada... 70

4.2.3.4 Pendapat Responden tentang Timbulnya Rasa Aman Setelah Aparat Kepolisian Melakukan Penangkapan terhadap Para Oknum Markus Pajak... 72

4.2.4 Aspek Konatif ... 73

4.2.4.1 Sikap Responden Jika Mendapati Markus Pajak akan Dilaporkan Ke Aparat Kepolisian ... 73

4.2.4.2 Sikap Responden akan Mendukung Para Penyidik Kepolisian untuk Segera Menangkap Markus Pajak yang Masih Ada ... 75

4.2.4.3 Sikap Responden Untuk Berhati-Hati Saat Pembayaran di Kantor Pajak... 76

4.2.5 Kategorisasi Peraspek ... 77

4.2.6 Kategorisasi Secara Umum ... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

5.1 Kesimpulan ... 80

5.2 Saran... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(9)

Halaman

Tabel 4.1 Jenis Kelamin ... 59

Tabel 4.2 Usia Responden ... 60

Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan Responden ... 61

Tabel 4.4 Pekerjaan Responden ... 62

Tabel 4.5 Pengetahuan Responden tentang Berita Makelar Kasus Pajak ….. 63

Tabel 4.6 Pengetahuan Responden tentang Markus Pajak Mendapat Fee (uang jasa) dari Kasus Pajak yang Ditangani ……… 64

Tabel 4.7 Pengetahuan Responden tentang Para Markus Pajak Tidak Hanya Berasal dari Aparat Pajak ………. 65

Tabel 4.8 Pengetahuan Responden tentang Para Markus Pajak Merugikan Uang Negara ……… 66

Tabel 4.9 Pendapat Responden tentang Kekhawatiran Para Wajib Pajak Pasca Pemberitaan Makelar Kasus Pajak …... 68

Tabel 4.10 Pendapat Responden tentang Perasaan Marah atas Uang Pajak yang Digunakan Pribadi oleh Para Markus Pajak ……… 69

Tabel 4.11 Pendapat Responden tentang Kewaspadaan terhadap Markus-Markus Pajak Lainnya yang Masih Ada ……… 71

Tabel 4.12 Pendapat Responden tentang Timbulnya Rasa Aman setelah Aparat Kepolisian Melakukan Penangkapan terhadap Para Oknum Markus Pajak ………. . 72 Tabel 4.13 Sikap Responden Jika Mendapati Markus Pajak akan

(10)

xi

yang Masih Ada ………. 75

Tabel 4.15 Sikap Responden untuk Berhati-hati Saat Pembayaran Pajak di Kantor Pajak ……….. 76

Tabel 4.16 Aspek Kognitif ……….. 77

Tabel 4.17 Aspek Afektif ……… 78

Tabel 4.18 Aspek Konatif ……… 79

(11)

Halaman Gambar 1 Model Teori S-O-R ……… 36 Gambar 2 Kerangka Berpikir ………. 40

(12)

Lampiran 2 Tabel Perolehan Data Kuesioner Sikap Kognitif …………. 90 Lampiran 3 Tabel Perolehan Data Kuesioner Sikap Afektif ……… 93 Lampiran 4 Tabel Perolehan Data Kuesioner Sikap Konatif ……… 96 Lampiran 5 Tabel Perolehan Total Sikap ………. 100

(13)

FEBRITHA HERGIANA, SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP MAKELAR KASUS PAJAK PASCA PEMBERITAAN GAYUS TAMBUNAN DI SURAT KABAR JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Sikap Masyarakat Terhadap Makelar Kasus Pajak Pasca Pemberitaan Gayus Tambunan Di Surat Kabar Jawa Pos)

Penelitian ini didasarkan atas fenomena tentang adanya makelar kasus pajak di tubuh Mabes POLRI yang melibatkan salah satu pegawai Ditjen Pajak Gayus Tambunan. Salah satu alat bukti yang disita dari Gayus Tambunan adalah uang dalam rekening sebear 25 M, menurut PPATK uang dalam rekening tersebut kebanyakan berasal dari wajib pajak. Tujuan penelitian ini yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Sikap Masyarakat Surabaya terhadap Makelar Kasus Pajak Pasca Pemberitaan Gayus Tambunan di Surat Kabar Jawa Pos.

Teori yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah teori S-O-R yaitu teori Stimulus-Organism-Respon untuk mengetahui bagaimana sikap masyarakat Surabaya terhadap makelar kasus pajak pasca mereka membaca berita mengenai Gayus Tambunan di surat kabar Jawa Pos. Stimulus yaitu pesan yang disampaikan dapat berupa tanda dan lambang. Organism adalah diri komunikan sebagai penerima pesan. Selanjutnya Selanjutnya response diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi yang menimbulkan perubahan kognitif, afektif dan konatif pada diri komunikan.

Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan metode kuesioner menggunakan random sampling, yakni pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut yaitu masyarakat Surabaya. Jumlah responden dalam penelitian ini sebesar 100 responden.

Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa responden cenderung mempunyai sikap positif yang berarti masyarakat menolak adanya markus pajak, dan berharap aparat kepolisian segera menuntaskan kasus tersebut dan menangkap para markus pajak agar tidak menimbulkan keresahan dimasyarakat.

(14)

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan masyarakat modern, komunikasi merupakan suatu kebutuhan yang memegang peranan penting terutama dalam proses penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memudahkan masyarakat dalam menerima informasi-informasi tentang peristiwa-peristiwa, pesan, pendapat, berita, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Untuk menyebarkan informasi-informasi kepada khalayak yang bersifat masal dibutuhkan media. Media yang dapat mengkoordinir semua itu adalah media massa. Menurut Effendi (1993:82) “media massa memiliki kemampuan untuk menimbulkan keserempakan (simultaneity) pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan dalam jarak yang jauh”.

Media massa dapat dibagi menjadi dua yaitu media cetak dan media elektronik. Media penyampai pesan seperti televisi dan radio sangat penting bagi kehidupan masyarakat dewasa ini. Namun pemberitaan disurat kabar juga punya kelebihan yaitu mampu merekam atau dapat didokumentasikan, tidak demikian dengan televisi atau radio yang begitu dilihat, didengar, begitu juga hilang dari pendengaran dan penglihatan khalayak karena sifatnya yang sekilas (Effendy,2005:156). Sementara media cetak bisa dibaca kapan saja, walaupun tergantung pada periodisasi waktu terbit.

(15)

Media cetak sekarang ini berlomba-lomba untuk memberikan yang terbaik pada para pembacanya, tentunya dengan memberikan berita yang akurat dan cepat. Kesemuanya itu, seperti gambar, headline, dan tentunya isi pemberitaan haruslah menarik, karena dengan begitu akan mempengaruhi orang untuk membacanya. Karena isi berita media cetak yang memberi informasi, mempengaruhi sikap masyarakat, tentunya hal ini juga berpengaruh pada masyarakat pembaca itu sendiri, baik sikap, perilaku, dan hal-hal lainnya. Termasuk dalam hal mempengaruhi kesenangan dan ketidaksenangan pembaca terhadap situasi yang ada.

(16)

dikatakan surat kabar sudah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat.

Dengan kelebihan surat kabar tersebut, maka surat kabar dianggap lebih efektif dalam menyampaikan berbagai macam informasi. Dalam perspektif jurnalistik, setiap informasi yang disajikan kepada khalayak, bukan saja harus benar, jelas dan akurat, melainkan juga harus menarik, membangkitkan minat dan selera baca.

Informasi yang mengandung berita tersebut diproduksi dan didistribusikan oleh pers yang mengandung peran ganda sebagai produsen berita dan saluran dalam sebuah proses komunikasi. Pers sebagai pengembang antara komunikator dan komunikan untuk membangun dan mencerdaskan melalui informasi yang dibacanya. Informasi yang disajikan pada surat kabar melalui proses pesan –pesan yang dilakukan wartawan dan redaktur sehingga menjadi informasi akurat. Dalam konteks komunikasi wartawan dan redaktur disebut sebagai gate keeping.

Berita pada hakikatnya merupakan laporan tentang peristiwa penting yang dituliskan media kepada khalayak, berita masih baru dan dipublikasikan. Peristiwa tidak akan menjadi berita bila tidak dipublikasikan di media massa secara periodik (Muslimin, 2006:6).

(17)

Salah satu fenomena beritanya adalah berita makelar kasus pajak Gayus Tambunan yang saat ini sering menjadi berita utama (headline) dimedia massa. Berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik gencar dengan pemberitaan makelar kasus pajak Gayus. Pemberitaan ini muncul sejak pertengahan bulan Maret 2010 sampai penelitian ini dilakukan, setelah melalui pemeriksaan makin banyak aparat Polri, Jaksa, Hakim dan pegawai Ditjen Pajak yang terlibat dalam kasus tersebut.

Pemberitaan makelar kasus pajak ini bermula, saat bintang tiga nonjob Komjen Pol Susno Duadji mengungkap adanya makelar kasus (markus) pajak di tubuh Mabes Polri. Susno menyampaikan adanya money laundering (pencucian uang) yang melibatkan seorang pegawai Ditjen Pajak GT (Gayus Tambunan). Salah satu alat bukti yang disita dari GT adalah sebuah rekening berisi uang Rp 25 M. (Jawa Pos,19 Maret 2010)

(18)

Namun, jaksa mencurigai adanya dana Rp 395 juta dari pihak ketiga, yakni PT Mega Karya Garmindo (MKG), untuk pengurusan pajak. Uang masuk dalam dua tahap melalui rekening BCA. Selain itu, PT tersebut sudah bubar. Kemudian jaksa meminta agar uang Rp 395 juta disita dan ini masuk dalam penggelapan. Dalam sidang di PN tangerang, jaksa memberikan tuntutan hukuman pidana satu tahun. Alasannya, uang tersebut belum dinikmati dan masih ada dalam rekening. Tapi, majelis hakim memvonis bebas Gayus. (Jawa Pos,23 Maret 2010)

Anggota Satgas Pemberantasan Mafia Hukum yang juga Kepala Pusat Penelusuran dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Yunus Husein mengatakan, uang di rekening Gayus Tambunan Rp 25 M tidak semua dimiliki Andi Kosasih. Yunus mengatakan, uang dalam rekening tersebut kebanyakan berasal dari wajib pajak. (Jawa Pos, 27 Maret 2010)

(19)

Ketua Lembaga Konsumen Yogyakarta (LKY) Widijiantoro menilai, terungkapnya adanya makelar kasus pajak dapat memicu krisis kepercayaan masyarakat, sehingga mereka enggan bayar pajak. Menurut dia, sikap masyarakat seperi itu sebenarnya bentuk dari keinginan dan harapan agar aparatur Negara khususnya yang mengelola keuangan Negara dapat menunjukkan kredibilitasnya. Saat ini, seharusnya ada upaya untuk mengembalikan kepercayaan publik karena krisis kepercayaan itu. Apabila krisis kepercayaan masyarakat semakin meluas, bisa menjadi ancaman serius, bukan hanya di sektor pajak, tetapi juga sektor lainnya termasuk perbankan. (http://erabaru.net/era-baru/11999)

Menurut ketua DPP Partai Amanat Nasional Bara Hasibuan mengatakan “Publik pantas kecewa atas skandal pajak yang melibatkan Gayus Tambunan serta aparat hukum lainnya. Dalam kasus ini, sebagai pembayar pajak kita punya hak dan posisi kuat untuk menuntut pemerintah agar melakukan investigasi secara komprehensif disamping juga memonitor jalannya investigasi. Namun, kita harus memisahkan persoalan antara pelanggaran hukum oleh aparat Ditjen Pajak dan kewajiban kita sebagai warga Negara. Membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban secara hukum, tetapi pajak juga adalah salah satu kontributor utama dalam pembiayaan program pemerintah”.(http://www.antaranews.com)

(20)

organisasi yang sejajar dengan badan-badan pemerintahan resmi, mereka bertujuan untuk menguasai dan mengendalikan segala kegiatan politik dan ekonomi di suatu daerah. Oleh karena itu, fenomena ini menjadi menarik untuk diangkat dalam penelitian ini yaitu ketika realitas sosial yang disampaikan melalui media cetak bisa mempengaruhi sikap masyarakat.

Hal ini menarik untuk diteliti karena media massa juga terdapat efek yaitu pembentukan dan perubahan sikap pada masyarakat. Dimana terdapat 3 komponen sikap yaitu kognitif (pengetahuan dan pengertian masyarakat tentang pemberitaan makelar kasus pajak), afektif (tentang apa yang dirasakan masyarakat terhadap makelar kasus pajak), dan konatif (kecenderungan berperilaku masyarakat terhadap makelar kasus pajak)

Berdasarkan konteks diatas, peneliti menempatkan media massa khususnya media cetak sebagai saluran informasi berita yang mempunyai peranan penting. Surat kabar sebagai bagian dari media massa dapat menjadi instrument untuk mempengaruhi kesadaran masyarakat. Sesuatu yang sebenarnya tidak berarti dapat menjadi berarti melalui penciptaan data-data yang disajikan media cetak, sekalipun data tersebut merupakan rekaan imajiner dari sang penulis berita atau sumber berita. Hal seperti ini sering terjadi di tengah-tengah masyarakat yang masih kuat dihadapi budaya isu dan intrik, dimana berita dianggap sebagai kenyataan dan kebenaran. Pada intinya berita yang ada dalam sebuah surat kabar bisa mengarahkan kesadaran masyarakat.

(21)

harian yang berpusat di Surabaya, Jawa Timur. Jawa Pos itu sendiri merupakan media atau sarana penyampai informasi yang menyajikan berita-berita umum. Jawa Pos sendiri terbit dengan tiga seksi utama:

 Jawa Pos (utama), berisi berita-berita utama, politik, ekonomi/bisnis, Jawa Timur, nasional, internasional, dan rubrik-rubrik tematik lainnya.

 Metropolis, berisi berita Kota Surabaya dan sekitarnya (Sidoarjo dan Gresik), Deteksi (halaman untuk remaja, salah satunya berisi polling harian), hiburan, kesehatan, teknologi, dan rubric-rubrik “ringan” lainnya serta rubrik mingguan.

 Olahraga, berisi berita-berita olahraga, terutama ulasan mengenai sepak bola dan balap (Formula 1 dan moto GP). Seksi ini juga berisi iklan baris.

 Deteksi, berisi berita tentang kehidupan remaja, mulai dari otomotif, style, techno, movie hingga anime. Terdiri dari 3 halaman yang disisipkan pada bagian Metropolis. Hinggan kini detEksi Jawa Pos aktif mengadakan event seperti DetEksi Basketball League, dan Mading Championship. (http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Pos)

(22)

menerima pesan yang disampaikan. Selanjutnya response diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi yang menimbulkan perubahan sikap kognitif, afektif dan konatif pada diri komunikan.

Faktor peneliti memilih masyarakat Surabaya sebagai objek penelitian karena Surabaya sebagai pembaca Jawa Pos terbanyak. Menurut survey AC Nielsen tahun 2009, secara nasional Koran Jawa Pos beroplah 370 ribu eksemplar dan 60 % pangsanya diserap di Surabaya. Jumlah pembaca Jawa Pos diseluruh Indonesia diperkirakan mencapai angka hampir 3 juta orang, sementara pembaca Jawa Pos di Surabaya 1,4 juta orang. Maka sebagian besar tidak dipungkiri sebagian besar masyarakat Surabaya membaca pemberitaan makelar kasus pajak pada surat kabar Jawa Pos. (www.radarbanten/mod.php?mod)

(23)

Dari uraian latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti Sikap masyarakat terhadap pemberitaan makelar kasus pajak di surat kabar Jawa Pos.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana sikap masyarakat Surabaya terhadap makelar kasus pajak Pasca Pemberitaan Gayus Tambunan di surat kabar Jawa Pos?”

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap masyarakat Surabaya terhadap makelar kasus pajak pasca pemberitaan Gayus Tambunan di surat kabar Jawa Pos?

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian sikap masyarakat terhadap makelar kasus pajak ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

(24)

ilmu komunikasi dengan keadaan nyata di lapangan berkaitan denagn kajian masalah sikap masyarakat.

2. Secara Praktis

(25)

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Surat Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa

Surat kabar merupakan salah satu bentuk media cetak yang digunakan untuk penyampaian informasi. Surat kabar merupakan media komunikasi dalam bentuk tercetak yang mempunyai ciri massal yaitu ditujukan kepada sejumlah orang yang relatif amat banyak dan diterbitkan berdasarkan periodisasi tertentu.

Definisi dari surat kabar yaitu “Media komunikasi massa yang diterbitkan secara berkala dan bersenyawa dengan kemajuan teknologi pada masanya dalam menyajikan tulisan berupa berita, feature, pendapat, cerita rekaan (fiksi), dan bentuk karangan yang lain. Tujuan dasar surat kabar adalah memperoleh berita dari sumber yang tepat untuk disampaikan secepat dan selengkap mungkin kepada para pembacanya”. (Ensiklopedia, 1991:431)

Surat kabar terbit secara harian dan berfungsi untuk menyajikan informasi tentang kejadian sehari-hari. Surat kabar terbit setiap pagi atau pun sore, tergantung dari perusahaan penerbitnya.

Fungsi yang paling menonjol dari surat kabar adalah memberikan informasi. Hal ini sesuai dengan tujuan utama khalayak membaca surat kabar yaitu keingintahuan akan setiap peristiwa yang terjadi disekitarnya. Selain itu, menurut (Ardianto & Erdinaya, 2005:106) menjelaskan bahwa untuk menyerap isi surat kabar, pembaca dituntut untuk bisa membaca serta memiliki kemampuan

(26)

intelektualitas tertentu. Khalayaknya yang buta huruf tidak dapat menerima pesan surat kabar. Bagi mereka yang berpendidikan rendah pun mungkin akan kesulitan membaca surat kabar, karena banyak istilah dari berbagai bidang yang tidak dapat mereka pahami.

2.1.2 Definisi Berita

Menurut Wiliam S. Maulsby (Mondry, 2009:133) mendefinisikan berita sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang menarik perhatian para pembaca di surat kabar tertentu. Sedangkan M.Lyle Spencer (Mondry, 2009:132), dalam buku News Writing menyebutkan, berita merupakan kenyataan atau ide yang benar dan dapat menarik perhatian sebagian besar pembaca.

Dengan definisi tersebut, dapatlah diketahui bahwa syarat berita harus:  Merupakan fakta, bukan karangan (fiksi) atau dibuat;

 Kalaupun itu pendapat atau ide, bukanlah dari wartawan atau reporter yang menulisnya, tetapi pendapat atau ide orang lain;

 Informasi itu harus ditulis dengan cara yang sudah ditentukan;  Disebar melalui media massa secepatnya.

(27)

a. Keluarbiasaan (unusualness)

Kalangan praktisi jurnalis sangat meyakini, semakin besar suatu peristiwa, semakin besar pula berita yang ditimbulkannya. Nilai berita peristiwa luar biasa, paling tidak dapat dilihat dari lima aspek: lokasi peristiwa, waktu peristiwa itu terjadi, jumlah korban, daya kejut peristiwa, dan dampak yang ditimbulkan peristiwa tersebut.

b. Kebaruan (newness)

Berita adalah semua apa yang baru. Apa saja perubahan penting yang terjadi dan dianggap berarti, dari soal pemilihan kepala desa hingga pemilihan presiden, merupakan berita.

c. Akibat (impact)

Berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas. Semakin besar dampak sosial budaya ekonomi atau politik yang ditimbulkannya, maka semakin besar nilai berita yang dikandungnya. Dampak suatu pemberitaan bergantung pada beberapa hal: seberapa banyak khalayak yang terpengaruh, pemberitaan itu langsung mengena kepada khalayak atau tidak, dan segera tidaknya efek berita itu menyentuh khalayak media yang melaporkannya.

d. Aktual (timeliness)

(28)

e. Kedekatan (proximity)

Kedekatan mengandung dua arti yaitu geografis dan psikologis. Kedekatan geografis menunjuk pada suatu peristiwa atau berita yang terjadi di sekitar tempat tinggal kita. Kedekatan psikologis lebih banyak ditentukan oleh tingkat keterikatan pikiran-perasaan atau kejiwaan seseorang dengan suatu objek peristiwa atau berita.

f. Informasi (information)

Berita adalah informasi. Menurut Wilbur Schramm, informasi adalah segala yang bisa menghilangkan ketidakpastian. Hanya informasi yang memiliki nilai berita, atau memberi banyak manfaat kepada publik yang patut mendapat perhatian media.

g. Konflik (conflict)

Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur atau sarat dengan dimensi pertentangan. Konflik atau pertentangan, merupakan sumber berita yang tak pernah kering dan tak pernah habis.

h. Orang penting (prominence)

Berita adalah tentang orang-orang penting atau orang-orang ternama. Pesohor, selebritis, figure publik. Jangankan ucapan dan tingkah lakunya, namanya saja sudah membuat berita. Teori jurnalistik menjelaskan, nama menciptakan berita (name makes news).

i. Ketertarikan manusiawi (human interest)

(29)

masyarakat, tetapi lebih menimbulkan getaran pada suasana haru, suasana kejiwaan, dan alam perasaannya. Cerita human interest, lebih banyak mengaduk-aduk perasaan daripada mengundang pemikiran.

j. Kejutan (surpising)

Kejutan adalah sesuatu yang datang tiba-tiba, diluar dugaan, tidak direncanakan, diluar perhitungan, tidak diketahui sebelumnya. Kejutan ini menunjuk pada ucapan dan perbuatan manusia. Bisa juga mneyangkut binatang dan perubahan yang terjadi di pada lingkungan alam, benda-benda mati.

2.1.3 Jenis Berita

Berita berdasarkan jenisnya dibagi dalam tiga kelompok yaitu elementary meliputi straight news, dept news repot, dan comprehensive news report. Berita intermediate meliputi interpretative news report dan feature story report. Sedangkan untuk kelompok advance menunjuk pada dept reporting, investigative reporting, dan editorial writing, Rivers ( 1994:6-7).

1. Straight News Report

Laporan langsung mengenai suatu peristiwa. Berita yang disajikan memiliki nilai objektif, sesuai dengan fakta-fakta yang ada serta mengandung unsur berita what, when, where, why, dan how (5 W + 1 H).

2. Depth News Report

(30)

informasi, bukan opini reporter yang dimasukkan melainkan fakta-fakta yang nyata.

3. Comprehensive News

Laporan tentang fakta yang bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. Beritanya menyeluruh dan merupakan jawaban atas kritik sekaligus kelemahan yang terdapat dalam berita langsung (straight news). Berita menyeluruh menggabungkan berbagai serpihan fakta yang ada untuk dibangun dalam satu bangunan cerita peristiwa sehingga benang merahnya dapat terlihat dengan jelas.

4. Interpretative news

Memfokuskan sebuah isu, masalah, atau peristiwa-peristiwa kontroversial. Namun demikian, fokus laporan masih berbicara pada fakta dan bukan opini. Sumber informasi bisa diperoleh dari nara sumber yang mungkin hanya memberikan informasi yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan wartawan. Berita interpretative bersifat bertanya, apa makna sebenarnya dari suatu peristiwa.

5. Feature Story

(31)

6. Depth reporting

Pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam, lengkap, dan untuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual. Pelaporan mendalam ditulis oleh tim, disiapkan dengan matang, dan membutuhkan biaya peliputan cukup besar.

7. Investigative reporting

Laporan jurnalistik yang tidak jauh berbeda dengan laporan interpretative. Berita jenis ini memuat biasanya memusatkan pada sejumlah masalah dan kontroversi. Wartawan dalam melakukan investigative reporting melakukan penyelidikan untuk memperoleh fakta yang tersembunyi demi tujuan. Pelaksanaanya sering ilegal dan tidak etis.

8. Editorial writing

Pikiran sebuah institusi yang diuji di depan sidang pendapat umum. Editorial merupakan penyajian fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita penting dan mempengaruhi pendapat umum. Penulis editorial bisa merupakan wartawan senior di media yang bersangkutan.

2.1.4 Surat Kabar

Pengertian surat kabar menurut Kurniawan Junaedi yang dijelaskan dalam ensiklopedia pers Indonesia diuraikan sebagai berikut :

a. Aktual

(32)

b. Periodesitas

Surat kabar diterbitkan secara teratur dan terus menerus, baik harian mingguan dan tengah mingguan.

c. Universalitas

Surat kabar memberikan informasi atau berita tentang segala aspek kehidupan manusia, surat kabar ditujukan kepada publik pembacanya tanpa memandang derajat maupun golongan.

a. Obyektifitas

Informasi atau berita yang disajikan haruslah sesuai dengan fakta atau kejadian yang benar-benar terjadi.

b. Afinitas

Unsur ketergantungan merupakan salah satu usaha surat kabar dalam menjalin hubungan dengan pembacanya. Surat kabar memberikan informasi sedangkan pembacanya mempunyai kebutuhan akan informasi.

Disamping itu surat kabar memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Berita merupakan unsur utama yang dominan

(33)

2. Memiliki ruang yang relatif lebih leluasa

Ruang tersebut adalah halaman-halaman surat kabar. Ruang berjumlah empat halaman tetapi dapat mencapai 100 halaman tergantunga pada permintaan masyarakat.

3. Memiliki waktu untuk “dibaca ulang” relatif lebih lama.

Khalayak dapat dengan mudah untuk membaca ulang berita pada surat kabar. Bahkan dengan teknik kliping yang canggih kita dapat membaca ulang edisi beberapa tahun silam.

4. Umpan balik relatif lebih lamban

Umpan balik dalam proses komunikasi bermedia bersifat tertunda. Umpan balik pada surat kabar harian bisa dibaca oleh khalayak paling cepat satu hari setelah pesan berita diterima khalayak.

5. Kesegaran (immediately) relatif lamban

Pesan yang disampaikan melalui surat kabar tidak bisa segera atau tidak bisa langsung cepat diterima oleh khalayak.

6. Dalam hal kenyataan (realism) relatif kurang kredibel

Surat kabar dalam menuliskan berita terkadang tidak sesuai dengan aslinya. Adanya berita-berita sensasi dan penulisan yang menegangkan masih dapat ditemukan.

7. Ditentukan oleh jalur distribusi

Surat kabar diterima oleh pelanggan atau pembeli melalui melalui proses distribusi termasuk pengemasan.

(34)

1. Informasi

Surat kabar yang memberikan informasi tentang peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiran. Khalayak tertarik dengan surat kabar yang banyak mengandung informasinya.

2. Mendidik

Surat kabar memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan, sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuan.

3. Menghibur

Surat kabar juga memiliki fungsi menghibur. Isi surat kabar yang bersifat hiburan antara lain cerita pendek, cerita bergambar, teka-teki silang, karikatur, mengandung minat insani dan tajuk rencana.

4. Mempengaruhi

Fungsi surat kabar secara implicit (langsung) terdapat dalam berita, sedangkan secara explicit (tidak langsung) terdapat pada tajuk rencana dan artikel.

Surat kabar mempunyai sisi idiil dimana ia mempunyai tugas menyebarkan informasi ke masyarakat dan sisi lain sebagai institusi bisnis realitas surat kabar sebagai suatu industri yang mempunyai motif mencari keuntungan. Dalam penelitian ini surat kabar digunakan sebagai salah satu media massa untuk mempromosikan dan memberikan informasi, hal ini karena kelebihan-kelebihan yang dimiliki antara lain :

a. Surat kabar dapat menjangkau daerah-daerah perkotaan sesuai dengan cakupan pasarnya (nasional, regional, atau lokal).

(35)

c. Konsumen dalam memandang surat kabar memilih hal-hal aktual segera diketahui khalayak pembacanya.

d. Pengiklan dapat bebas memilih pasar mana dalam cakupan geografis yang mana diprioritaskan.

2.1.5 Sikap

Sikap adalah suatu kecenderungan untuk bertindak, berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. (Rakhmat, 2007:40)

Menurut Sherif dan Sherif (1956:489), sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro dan kontra terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan diinginkan; mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari. (Rakhmat, 2007:40)

(36)

Sikap terbentuk dengan adanya pengalaman dan melalui proses belajar. Dengan adanya pendapat seperti ini maka mempunyai dampak terpaan, yaitu bahwa berdasarkan pendapat tersebut bisa disusun berbagai upaya (pendidikian, komunikasi, dan lain sebagainya) untuk mengubah sikap seseorang. (Rakhmat, 2001:42)

Pada hakekatnya, sikap adalah merupakan suatu interalisasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut ada 3 yaitu :

1. Komponen Kognitif

Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi, keyakinan dan pendapat yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. Komponen ini berkaitan dengan proses berpikir yang menekankan pada rasionalistis dan logika. Adanya keyakinan dan evaluatif yang dimiliki seseorang diwujudkan dalam kesan baik atau tidak baik terhadap lingkungannya.

2. Komponen Afektif

Komponen emosional atau perasaan seseorang yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan dan system nilai yang dimiliki.

3. Komponen Konatif

(37)

Apabila dikatakan dengan tujuan komunikasi, yang terpenting adalah bagaimana caranya agar suatu pesan (isi atau content) yang disampaikan oleh komunikator tersebut mampu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan. Adapun dampak yang ditimbulkan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Dampak kognitif adalah dampak yang timbul pada komunikan yang menyebabkan seseorang menjadi tahu. Disini pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan kata lain tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran dari komunikan, apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi oleh komunikan. b. Dampak afektif adalah dampak yang timbul bila ada perubahan pada apa

yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. Disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar komunikan tahu tapi juga tergerak hatinya.

c. Dampak konatif (behavioral) merupakan dampak yang merujuk pada perilaku nyata yang dapat dipahami, meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku (Rakhmat, 2005:219).

(38)

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa akan terjadi perubahan sikap komunikan, apabila komunikasi yang dilakukan antara komunikator dengan komunikan ‘gagal’ maka tidak akan terjadi perubahan sikap pada komunikan. Dalam penelitian ini menunjukkan kecenderungan sikap positif, negative, atau netral dengan melihat jumlah skor yakni yang dilihat dalam komponen kognitif dengan sangat tidak tahu (STT), tidak tahu (TT), tahu (T), dan sangat tahu (ST) dan komponen afektif dan konatif sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), setuju (S), dan sangat setuju (SS). Dengan demikian dapat dipertegas bahwa untuk mengetahui sikap komunikan dapat diketahui melalui efek komunikasi.

2.1.6 Pemberitaan Makelar Kasus Pajak

Pemberitaan makelar kasus pajak ini bermula, saat bintang tiga nonjob Komjen Pol Susno Duadji mengungkap adanya Makelar kasus (markus) pajak di tubuh Mabes Polri. Yaitu temuan tentang kasus pajak yang diduga uangnya dibagi-bagi antara penyidik di Korps Bhayangkara. Susno menyampaikan adanya money laundering (pencucian uang) yang melibatkan pegawai Ditjen Pajak GT

(39)

Menurut Susno, kasus duit sitaan pajak Rp 25 miliar itu tidak dituntaskan. Sejumlah Perwira dan Penyidik di Mabes Polri malah diduga kecipratan duit haram tersebut. Uang Rp 25 miliar tersebut, sebelumnya telah dibekukan karena telah masuk dalam proses pengadilan. Namun, uang tersebut oleh penyidik dicairkan karena ada seorang pengusaha AK (Andi Kosasih) yang mengaku sebagai pemilik uang tersebut. (Jawa Pos, 19 Maret 2010)

Sudah ada tujuh tersangka dalam kasus ini. Seorang terangka baru, Alif Kuntjoro, ditahan kemaren. “Dia yang disuruh Gayus memberikan hadiah motor gede ke Kompol Arafat. Enam tersangka lainnya, yaitu GT (Gayus Tambunan), AK (Andi Kosasih), HH (Haposan Hutagalung), A (Kompol Arafat), S (AKP Sri Sumartini), dan L (Lambertus). (Jawa Pos, Minggu 4 April 2010)

Berdasarkan data dari Pusat pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), tercatat Rp 25 miliar yang dilaporkan ke penyidik Polri. Namun, penyidik hanya menyatakan Rp 395 juta yang terkait tindak pidana. Sementara sisanya, sekitar Rp 24,6 miliar tidak terbukti. (Jawa Pos, 26 Maret 2010)

(40)

Artinya, Ditjen Pajak menang,” jelasnya. Namun, saat Gayus menangani kasus banding mulai pertengahan 2007 hingga awal 2010, hasilnya mengejutkan. Diantara 51 kasus banding, 40 kasus dikabulkan pengadilan. Artinya, 40 kali Ditjen Pajak kalah. (Jawa Pos, 27 Maret 2010)

Setelah melalui penyidikan, Polri segera melakukan pemanggilan kepada Andi Kosasih dan Gayus Tambunan untuk diperiksa. Andi Kosasih mengaku bahwa dirinya dan Gayus bersepakat mengaku Rp 24,6 miliar itu untuk beli ruko, uang itu kemudian bebas perkara dan bisa dibuka blokirnya pada 26 November 2009. Andi Kosasih menerima Rp 1,9 miliar dari uang tersebut (Jawa Pos,27 Maret 2010). Di tempat yang berbeda, Gayus pun juga mengakui adanya skema pembagian uang setelah dana dicairkan. Termasuk, rencana pemberian fee kepada jaksa dan penyidik serta atasan penyidik. (Jawa Pos, 6 April 2010)

Hasil dari eksaminasi yang ditindaklanjuti oleh pemeriksaan fungsional jajaran pengawasan Kejagung telah menjatuhkan sanksi pada dua jaksa senior yang terlibat dalam penanganan perkara Gayus, Cirus Sinaga dan Poltak Manulang. Yakni, pembebasan dari jabatan struktural. Cirus adalah ketua tim jaksa peneliti perkara Gayus yang kini menjabat asisten pidana khusus (Aspidus) Kejati Jateng. Sedangkan Poltak Manulang saat penanganan perkara Gayus menjabat direktur pra penuntutan pidana umum dan kini dicopot dari posisi Kejati Maluku. (Jawa Pos, 16 April 2010)

(41)

kelompok pajak yakni, Kepolisian, Hakim dan Pengadilan, Kejaksaan, Aparat Pajak dan Makelar kasus.

Kepolisian, resmi tersangka: Kompol M. Arafat Enanie dan AKP Sri Sumartini. Diperiksa Propam: Kombes Eko Budi AKBP Mardiyani, Kombes Pambudi Pamungkas, Brigjen Radja Erizman, Brigjen Edmond Ilyas. Status dua orang lagi segera ditingkatkan menjadi tersangka.

Hakim dan Pengadilan, Muhtad Asnun, mantan ketua PN Tangerang, sudah dinonpalukan oleh MA. Panitera M. Ikat yangantarkan Gayus menyuap hakim, diperiksa. Bukti sudah cukup untuk menaikkan keduanya sebagai tersangka.

Kejaksaan, empat jaksa peneliti kasus Gayus, yakni Cirus Sinaga, Fadil Regan, Ika Savitri, dan Eka Kurnia, diperiksa sebagai saksi. Bukti cukup dinanti untuk menaikkan status para jaksa itu sebagai tersangka.

Aparat pajak, tersangka adalah Gayus Tambunan dan Alif Kuncoro. Mantan atasan Gayus, Matuli Pandapotan Manurung, yang sudah dicopot dari Kasi Pengurangan dan Pemberatan Ditjen Pajak, segera jadi tersangka.

(42)

2.1.7 Makelar Kasus

Menurut kamus Bahasa Indonesia online, makelar adalah perantara perdagangan (antara pembeli dan penjual); orang yang menjualkan barang atau mencarikan pembeli atas dasar komisi. Kasus adalah keadaan yang sebenarnya dari suatu urusan atau perkara; keadaan atau kondisi khusus yang berhubungan dengan seseorang atau suatu hal soal perkara. Maka dapat disimpulkan definisi mekelar kasus adalah seseorang yang menjadi perantara suatu hal atau perkara atas dasar imbal balik jasa berdasarkan komisi dari seseorang dan atau badan hukum yang tengah mengalami suatu hal persoalan atau kondisi atau tengah berperkara. (http//www.makelarkasutrustdhenata.com)

Makelar, dalam pengertian sederhana, adalah orang yang pekerjaannya menjadi perantara dalam melakukan transaksi, penjualan maupun pembelian, untuk orang yang menyuruhnya (majikan). Makelar diangkat oleh pemerintah dan sebelum menjalankan pekerjaannya disumpah oleh pengadilan negeri tempat ia berdomisili. Inti sumpahnya adalah bahwa ia akan menunaikan tugas dan kewajibannya dengan jujur. Kasus adalah peristiwa atau perkara yang menjadi urusan hukum. (Ensiklopedia, 1991:230)

2.1.8 Pajak

(43)

prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.(Rahayu & Suhayati, 2009:1)

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan usaha yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (UU no.28 tahun 2007 Pasal 1 angka 1)

Menurut S.I. Djajadiningrat, Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada saja timbal balik dari Negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum (Siti, 2009:1)

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa :

 Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

 Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

 Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

(44)

Terdapat dua fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair (sumber keuangan Negara) dan fungsi regularend (pengatur). (Siti, 2009:3)

a. Fungsi Budgetair (sumber keuangan Negara)

Artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluran baik rutin maupun pengembangan. Sebagai sumber keunangan Negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas Negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak seperti Pajak penghasilan (PPh), pajak Pertahanan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

b. Fungsi Regulared (pengatur)

Artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah daam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan. Beberapa contoh penerapan pajak sebagai fungsi pengatur adalah:

(45)

 Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan:dimaksudkan agar pihak yang memperoleh penghasilan tinggi memberikan kontribusi (membayar pajak) yang tinggi pula, sehingga terjadi pemerataan pendapatan.

 Tarif pajak ekspor sebesar 0%:dimaksudkan agar pengusaha terdorong mengekspor hasil produksinya dipasar dunia sehingga dapat memperbesar devisa Negara.

 Pajak penghasilan dikenakan atas penyerahan barang hasil industri tertentu seperti industri semen, industri rokok, industri baja dan lain-lain:dimaksudkan agar terdapat penekanan produksi terhadap industri tersebut karena dapat mengganggu lingkungan atau polusi (membahayakan kesehatan).

 Pembebasan pajak penghasilan atas sisa hasil usaha koperasi:dimaksudkan untuk mendorong perkembangan koperasi Indonesia.

 Pemberlakuan tax holiday:dimksudkan untuk menarik investor asing agar menanamkan modalnya di Indonesia.

(46)

kedudukan Wajib Pajak untuk diberikan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak). .(Rahayu dan Suhayati, 2009:185)

Sesuai dengan Pasal 4 UU Pajak Penghasilan No.17 tahun 2000 dijelaskan bahwa yang menjadi Obyek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun. (http://cybermed.cbn.net.id)

Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan usaha menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Yang dimaksud orang pribadi yang wajib memiliki NPWP itu adalah :

Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas

 Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, yang memperoleh penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). (http://dimaz.web.id)

Sesuai dengan Pasal 2 KEP-161/PJ./2001 dijelaskan bahwa :

1. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajip Pajak Badan, wajip mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) paling lama 1 (satu ) bulan setelah saat usaha mulai dijalankan.

(47)

jumlahnya telah melebihi Penghasilan TIdak Kena Pajak (PTKP) setahun, wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) paling lambat akhir bulan berikutnya. (http://cybermed.cbn.net.id)

2.1.9 Teori Stimulus Organism Response (S-O-R)

Pada awalnya teori ini berasal dari psikologi kemudian menjadi teori komunikasi. Karena obyek material psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen sikap, opini, kognitif, afektif, dan konatif.

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organisme-Response. Stimulus sendiri berarti pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa tanda, lambang dan gambar, kepada komunikan. Organisme berarti diri komunikan sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator. Setelah komunikan memberi tanda, lambang maupun tanda, kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya response diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi yang menimbulkan perubahan kognitif, afektif dan konatif pada diri komunikan.

(48)

komunikasi (McQuail, 1994:234). Akibat atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. Artinya stimulus dan dalam bentuk apa pengaruh atau stimulus tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkannya.

Unsur-unsur dari model ini adalah :

1. Pesan (stimulus) merupakan pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda dan lambang

2. Komunikan (organisme) merupakan keadaan komunikan disaat menerima pesan. Pesan yang disampaikan kepada komunikan oleh komunikator diterima sebagai informasi dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan oleh komunikator. Perhatian disini diartikan bahwa komunikan akan memperhatikan setiap pesan yang disampaikan melalui tanda dan lambang. Selanjutnya, komunikan mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap pesan yang disampaikan oleh komunikator.

3. Efek (response) merupakan dampak dari komunikasi. Efek dari komunikasi adalah perubahan sikap yaitu sikap kognitif, afektif dan konatif. Efek kognitif merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya komunikasi. Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan pengetahuan bagi komunikan. (Effendi, 2003:255)

(49)

diterima komunikan tergantung bagaimana stimulus dikategorikan dan diuraikan dengan pengetahuan, sedangkan penerimaan adalah penciptaan dari stimulus yang diterima komunikan berupa sikap yang berubah atas suatu pesan yang diterima. Maka sangat tepat jika peneliti menggunakan teori S-O-R untuk dipakai sebagai pijakan teori dalam penelitian. Teori S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1 : Model Teori S-O-R (Effendy, 2003:255)

(50)

2.2 Kerangka Berpikir

Pemberitaan makelar kasus pajak ini bermula, saat bintang tiga nonjob Komjen Pol Susno Duadji mengungkap adanya Makelar kasus (markus) pajak di tubuh Mabes Polri. Yaitu temuan tentang kasus pajak yang diduga uangnya dibagi-bagi antara penyidik di Korps Bhayangkara. Susno menyampaikan adanya money laundering (pencucian uang) yang melibatkan pegawai Ditjen Pajak GT

(Gayus Tambunan). Salah satu alat bukti yang disita dari GT adalah sebuah rekening berisi uang Rp 25 M. Saat masih menjabat, Susno meminta anak buahnya di Direktorat II Ekonomi Khusus Bareskrim untuk menuntaskan kasus itu. Tapi sebelum kasus tersebut rampung, Susno keburu di-non-job-kan. Dia lengser dari Kabareskrim diganti rekan seangkatannya, Komjen Ito Sumardi. Kasus tersebut tak dilanjutkan. (Jawa Pos, 19 Maret 2010)

Menurut Susno, kasus duit sitaan pajak Rp 25 miliar itu tidak dituntaskan. Sejumlah Perwira dan Penyidik di Mabes Polri malah diduga kecipratan duit haram tersebut. Uang Rp 25 miliar tersebut, sebelumnya telah dibekukan karena telah masuk dalam proses pengadilan. Namun, uang tersebut oleh penyidik dicairkan karena ada seorang pengusaha AK (Andi Kosasih) yang mengaku sebagai pemilik uang tersebut. (Jawa Pos, 19 Maret 2010)

(51)

Penyidikan tentang makelar kasus pajak ini tetap berjalan sampai penelitian ini dilakukan. Tim independent pun telah menemukan titik terang dari kesaksian para tersangka, Kapolri Bambang Hendarso Danuari menyebut lima kelompok pajak yakni, Kepolisian, Hakim dan Pengadilan, Kejaksaan, Aparat Pajak dan Makelar kasus.

Makelar kasus, para tersangkanya adalah Andi Kosasih, Haposan Hutagalung, dan Lambertus P. Ama. Andi berperan sebagai pengusaha yang mengklaim memiliki uang Gayus, Haposan mengatur scenario, dan Lambertus menjadi notaries surat-surat palsu. (Jawa Pos, 28 April 2010)

Dalam penelitian ini yang menjadi ruang lingkup pembahasan adalah sikap masyarakat Surabaya terhadap pemberitaan makelar kasus pajak di surat kabar, adapun kerangka berpikirnya sebagai berikut:

Surabaya sebagai salah satu kota terbesar kedua di Indonesia dengan masyarakat yang multi etnis (heterogen) dengan berbagai karakteristik yang berpotensial dengan gaya hidup yang cukup luas dan banyak aktivitas yang dilakukan dalam bersosialisasi. Surabaya terpilih dalam penilitian ini karena berdekatan dengan media penelitiannya yaitu surat kabar Jawa Pos yang berpusat di Surabaya. Dengan adanya kedekatan dengan obyek penelitian akan memudahkan peneliti untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap pemberitaan makelar kasus pajak di surat kabar Jawa Pos.

(52)

gambar, kepada komunikan. Organisme berarti diri komunikan sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator. Setelah komunikan memberi tanda, lambang maupun gambar, kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan, mengerti dan memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya response diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi yang menimbulkan perubahan kognitif, afektif dan konatif pada diri komunikan.

Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikasi. Selain itu teori menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari ilmu komunikasi (McQuail, 1994:234). Akibat atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. Artinya stimulus dan dalam bentuk apa pengaruh atau stimulus tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkannya.

(53)

(54)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah suatu pembatasan atau perincian prosedur yang memungkinkan penegasan ada tidaknya realitas tertentu sebagaimana digambarkan menurut konsepnya. Definisi operasional disini dimaksudkan untuk menjelaskan indikator dari variabel penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode diskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang terjadi pada masyarakat Surabaya untuk menjadi objek penelitian, kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi maupun variabel tertentu. (Bungin, 2001:48)

Penelitian ini dipusatkan untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap pemberitaan makelar kasus pajak di surat kabar Jawa Pos. Untuk lebih mudah pengukurannya, maka dapat dioperasionalkan sebagai berikut:

3.1.1 Sikap Masyarakat Surabaya terhadap Pemberitaan Makelar Kasus Pajak di Surat Kabar Jawa Pos

Sikap adalah kecenderungan untuk memberikan reaksi yang menyanangkan, tidak menyenangkan, atau netral terhadap suatu obyek atau sebuah kumpulan obyek. Sikap relative menetap, berbagai studi menunjukkan

(55)

bahwa sikap kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami perubahan. (Rahmat,2001:39)

Sikap masyarakat setelah membaca berita makelar kasus pajak merupakan bentuk dari kecenderungan berfikir, merasa dan bertindak menghadapi obyek, situasi berupa pemberitaan tersebut di surat kabar Jawa Pos.

Pada penelitian ini sikap dibagi menjadi tiga hal yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Variasi sikap diukur berdasarkan komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif yang meliputi :

1. Komponen kognitif yang tersusun atas dasar pengetahuan atau pemahaman informasi yang dimiliki seseorang mengenai objek sikap. Dalam hal ini objek sikapnya adalah makelar kasus pajak pada pemberitaan di surat kabar, yaitu:

a. Pengetahuan responden tentang berita makelar kasus pajak

b. Pengetahuan responden bahwa para markus pajak ini mendapat fee(uang jasa) dari kasus pajak yang ditangani

c. Pengetahuan responden bahwa para makelar kasus pajak tidak hanya berasal dari aparat pajak

d. Pengetahuan responden bahwa para makelar kasus pajak merugikan uang negara

Penghitungan dan pengkategoriannnya sebagai berikut :

(56)

 Skor terendah diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban terendah responden, yaitu 4 x 1 = 4

Maka penghitungan intervalnya skornya adalah sebagai berikut : Range = Skor tertinggi – skor terendah

Jenjang yang diinginkan

Jadi penentuan kategorinya adalah sebagai berikut : a. Aspek kognitif negative yaitu 3 – 5

b. Aspek kognitif netral yaitu 6 – 8 c. Aspek kognitif positif yaitu 9 – 16

2. Komponen afektif yaitu berhubungan dengan perasaan seperti khawatir, ketakutan, dan kecemasan seseorang mengenai obyek sikap. Dalam hal ini obyek sikapnya adalah makelar kasus pajak pada pemberitaan di surat Kabar:

a. Adanya kekhawatiran para wajib pajak pasca pemberitaan makelar kasus pajak

b. Perasaan marah atas uang pajak yang digunakan untuk pribadi oleh para markus

(57)

d. TImbul aman setelah aparat Kepolisian melakukan penangkapan terhadap para markus pajak

Penghitungan dan pengkategoriannnya sebagai berikut :

 Skor tertinggi diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban tertinggi responden, yaitu 4 x 4 = 16

 Skor terendah diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban terendah responden, yaitu 4 x 1 = 4

Maka penghitungan intervalnya skornya adalah sebagai berikut : Range = Skor tertinggi – skor terendah

Jenjang yang diinginkan

Jadi penentuan kategorinya adalah sebagai berikut : b. Aspek kognitif negative yaitu 3 – 5

b. Aspek kognitif netral yaitu 6 – 8 c. Aspek kognitif positif yaitu 9 – 16

3. Komponen konatif yaitu kecenderungan perubahan sikap atau perilaku seseorang mengenai obyek sikap. Dalam hal ini obyek sikapnya adalah makelar kasus pajak pada pemberitaan di surat kabar:

(58)

b. Mendukung aparat kepolisian untuk segera menangkap para markus-markus pajak yang masih ada

c. Berhati-hati saat pembayaran pajak di kantor pajak Penghitungan dan pengkategoriannnya sebagai berikut :

 Skor tertinggi diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban tertinggi responden, yaitu 3 x 4 = 12

 Skor terendah diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban terendah responden, yaitu 3 x 1 = 3

Maka penghitungan intervalnya skornya adalah sebagai berikut : Range = Skor tertinggi – skor terendah

Jenjang yang diinginkan

Jadi penentuan kategorinya adalah sebagai berikut : c. Aspek kognitif negative yaitu 2 – 3

b. Aspek kognitif netral yaitu 4 – 5 c. Aspek kognitif positif yaitu 6 – 12

(59)

pernyataan tersebut mendukung atau memihak. Pernyataan positif ini disebut pernyataan favorable. Selain itu, pernyataan tersebut juga terdiri dari hal-hal negative yaitu hal-hal yang bersifat tidak mendukung atau kontra terhadap objek yang diungkap. Pernyataan yang negative ini disebut unfavorable. (Anwar,1997;161)

Untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap makelar kasus pajak pasca pemberitaan Gayus Tambunan di surat kabar Jawa Pos diukur dengan alternative pilihan yang dinyatakan dalam pernyataan untuk mengukur komponen kognitif, afektif dan konatif yang dinyatakan dalam jumlah skor. Dalam pemberian skor pernyataan sikap yang bersikap mendukung atau memihak pada objek sikap (Azwar,2007;161). Pemberian skor pada pernyataan komponen kognitif adalah sebagai berikut:

 Sangat tidak tahu (STT) : diberi skor 1  Tidak tahu (TT) : diberi skor 2  Tahu (T) : diberi skor 3  Sangat tahu (ST) : diberi skor 4 Sedangkan pada komponen afektif dan konatif :

(60)

Adapun pilihan jawaban pernyataan digolongkan menjadi 4 kategori jawaban dengan meniadakan jawaban “ragu-ragu” (undeciaded), alasannya menurut Hadi (1986;20) sebagai berikut:

1. Kategori undeciaded memiliki arti ganda, bisa diartikan belum bisa memberikan jawaban, netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki arti ganda instrument.

2. Tersedianya jawaban ditengah, menimbulkan multi interpretable. Hal ini tidak diharapkan dalam kecenderungan menjawab ke tengah (central tendency), terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan kecenderungan jawabannya.

3. Disediakannya jawaban ditengah akan menghilangkan banyaknya data penelitian, sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring responden.

Maka selanjutnya, diberikan batasan-batasan dalam menentukan dalam menentukan lebar interval dari pernyataan diatas yang akan dijawab yaitu positif, negative, atau netral dengan menggunakan rumus :

Interval = Skor jawaban tertinggi – skor jawaban terendah

Jenjang yang diinginkan

Keterangan :

Interval : berdasarkan dari tiap tingkatan

(61)

pertanyaan

Skor terendah : perkalian antara skor terendah dengan jumlah item

Pertanyaan

Maka interval penelitiannya ini adalah : Range = (11x4) – (11x1) Jadi, penetuan kategorinya adalah sebagai berikut :

a. Sikap negative dengan skor yang diperoleh 8 – 15 b. Sikap netral dengan skor yang diperoleh 16 – 23 c. Sikap positif dengan skor yang diperoleh 24 - 44

Sedangkan tolak ukur terjadinya pengaruh terhadap sikap masyarakat Surabaya, dapat diketahui melalui sikap yang dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu :

a. Sikap negative, jika responden tidak mendukung adanya pemberitaan makelar kasus pajak di surat kabar

b. Sikap netral, jika responden tidak menentukan pilihan atau tidak mengambil keputusan terhadap pemberitaan makelar kasus pajak

(62)

3.2 Populasi, Sampel dan Tehnik Penarikan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek atau fenomena yang akan diteliti. Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Surabaya yang telah bekerja dan usianya 20 tahun ke atas. Alasan peneliti adalah karena masyarakat yang memiliki usianya 20 tahun ke atas adalah masyarakat dewasa yang memungkinkan untuk memahami suatu pemberitaan. Jumlah populasi masyarakat Surabaya yang telah bekerja yang usianya 20 tahun ke atas adalah 697.732 (Sumber:BPS (Badan Pusat Statistik), Data Ketenagakerjaan Jawa Timur 2007)

3.2.2 Sampel dan Tehnik Penarikan

Sample adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Tehnik penarikan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Simple Random Sampling yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. (Sugiyono,2001:61)

Berdasarkan data tersebut maka untuk mengetahui jumlah sample digunakan rumus Yamane sebagi berikut (Krisyantono,2007:160) :

N

n =

(63)

Keterangan : N = Populasi N = Jumlah sample

D = presisi (derajat ketelitian 0,1)

N

n =

N (d²)+1

697.732 n =

697.732 (0,1²)+1

697.732 n =

6978,32

= 99,98 = 100 sampel

3.3 Tehnik Pengumpulan Data

(64)

jawaban yang ada adalah valid. Sementara data sekunder diperoleh dari buku-buku penunjang dan data dari lembaga pemerintahan.

3.4 Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, kemudian dimasukkan dalam tabulasi data yang selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel frekuensi. Berdasarkan tabel frekuensi tersebut, data kemudian di analisis secara deskriptif, sehingga didapatkan suatu hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan analisis. Dalam penelitian ini data yang akan diolah dengan tahap-tahap:

a. Editing atau seleksi angket, yaitu data yang digunakan untuk mencapai hasil analisis yang baik. Data yang salah disisihkan atau tidak dipergunakan, sehingga data yang diperoleh adalah data yang valid.

b. Coding yaitu pemberian tanda atau kode agar mudah memberikan jawaban c. Tabulating yaitu menggolongkan data dalam table, data-data yang dapat

dihubungkan dengan pengurangan terhadap variable-variabel yang ada. (Rahmat,2002:134

Data yang dapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus :

F

P = X 100

N

Keterangan :

(65)

F = frekuensi responden N = jumlah responden

(66)

4.1 Gambaran Umum Surat Kabar

4.1.1 Perkembangan Surat Kabar di Surabaya

Bataviase Nouvelie adalah surat kabar pertama di Indonesia yang terbit

pada bulan Agustus 1744 namun dua tahun kemudian ditutup tepatnya pada tahun

1746, setelah itu dalam perkembangannya, terbit sebuah surat kabar dengan nama

De Oost Pos pada tahun 1835. sejak surat kabar De Oost Pos terbit kemudian

diikuti terbitnya surat kabar lainnya bernama De Nieuws Bode yang dipimpin oleh

J.J. Nosse pada tahun 1861 dengan masih tetap menggunakan bahasa Belanda.

Surat kabar yang terbit pertama kali di Surabaya adalah Soerobojosce

Courant pada tahun 1831, yang diikuti dengan diterbitkannya surat kabar yang

bernama Soerobaiasch Adverientieblad bulan Maret 1836. Kemudian pada tahun

1861 terbit surat kabar Thimes Nieuw Advertieblad yang dipimpin oleh M.

Weber, tetapi pada tahun 1909 berganti nama menjadi Soerobaiasch Niuewblad.

Dalam perkembangannya, surat kabar ini kemudian bergabung dengan

Soerabaiasch Handleblad, yang sebelum tahun 1865 bernama De Oost Post.

Surat kabar berbahasa Melayu pertama di Surabaya adalah “Surat Kabar

bahasa Melajoe” yang terbit pada tahun 1856, setelah itu baru muncul Bintang

Timoer, pada tahun 1862, “Bintang Soerabaia” pada tahun 1861, “Celebes

Courant” pada tahun 1881, “Thahaja Moelia” pada tahun 1883, “Pemberita

Bahroe” pada tahun 1890 dan “Primbon Soerabaia” pada tahun 1990.

(67)

Sebelum masa kemerdekaan, pers yang ada di Surabaya telah digunakan

oleh pemerintah penjajah guna kepentingan koonialismenya. Pada jaman colonial

Belanda, ada tiga jenis pers yang beredar yaitu, Pers Belanda, Pers Nasional dan

Pers Tionghoa – Melayu. Pers Belanda lebih menyuarakan kepentingan penjajah

dan pengamanan modal yang dimiliki olehnya. Pers Nasional selalu menyuaraka

jiwa kemerdekaan Indonesia. Sedangkan Pers Tionghoa – Melayu mewakili

golongan Tionghoa berkembang dengan terus menerus meningkatkan modal,

namun juga lebih condong ke pihak Nasional.

Dalam era tahun 1910 – 1920, kota Surabaya memiliki Pers Nasional yang

dikelola oleh Syarikat Islam dan komunis. Namun, pada tahun 1914 – 1923

muncul harian “Oentoesan Hindia” oleh Handel My yang berbentuk perseroan

terbatas dan diterbitkan di penerbitan Setjia Oesaha, yang bersuarakan aliran

Islam dan kebangsaan. Sedangkan pada tahun 1925 muncul “Mingguan Proletar”

yang menyuarakan paham komunisme dan proletarisme.

Pada tahun 1929 terbit surat kabar “Sin Tit Po” di bawah pimpinan Liem

Koen Hian adalah aktivis Cina yang menyokong kemerdekaan Indonesia. Hal

tersebut menempatkannya dalam kedudukan berlawanan dengan Koran-koran

China lainnya di Indonesia yang masih terkait pada nasionalisme China atau yang

merupakan pendukung pemerintah colonial Belanda.

Situasi dan kondisi menjadi berbalik ketika pemerintah Jepang berkuasa di

Indonesia pada tahun 1942 – 1945. Pada masa pendudukan Jepang ini hamper

semua pers nasional tidak boleh terbit dan dipaksa berintegrasi dalam barisan

(68)

“Domei”. Sedang di Surabaya hanya ada satu harian yaitu “Soera Asia”. Namun

meskipun demikian jiwa nasionalisme dan patriotisme tidak mati. Soera Rakyat

yang semula berkedudukan di Surabaya akhirnay harus pindah ke Mojokerto sejak

pendudukan Jepang di Surabaya.

Pada tanggal 1 September 1945, terjadi pengambilalihan kantor berita

“Domei” cabang Surabaya oleh para wartawan republic yang selanjutnya

mendirikan kantor berita nasional yang bernama “Indonesia” dibawah pimpinan

R.M. Bintarti Mashud Sosrojudho. Selanjutnya juga hadir surat kabar seperti

“Pewarta Soerabaia”, “Terompet Masyarakat”, “Perdamaian”. Ketiga surat kabar

ini pada tahun 1948 merupakan surat kabar terbesar di Surabaya. Dimana untuk

“Pewarta Soerabaia”, lebih memantapkan diri sebagai Koran dagang di Surabaya.

Dari uraian diatas, dapat diketahui sebenarnya, di Surabaya telah sejak

lama ada media yang dapat digunakan untuk berbagai macam kepentingan dan

dikhususkan dalam bidang-bidang tertentu. Dan dari situlah, nampak bahwa

keberadaan media baik milik pemerintah colonial, milik Tionghoa – Melayu, atau

pun milik pribumi digunakan sesuai dengan kepentingan dari pemiliknya. Selain

itu pemegang kekuasaan atas Negara juga berperan ikut menentukan hidup

matinya media massa.

4.1.2 Gambaran Umum Jawa Pos 4.1.2.1 Sejarah berdirinya Jawa Pos

Surat Kabar Jawa Pos didirikan pertama kali pada tanggal 1 Juli 1949.

(69)

keturunan kelahiran Bangka. Pada masa ini, Jawa Pos dikenal dengan nama PT.

Jawa Pos Concern, Ltd. Jawa Pos juga dikenal sebagai harian Melayu – Tionghoa

di Surabaya.

Goh Thing Hok adalah pimpinan redaksi Jawa Pos yang pertama, sejak

tahun 1949 hingga tahun 1952. Namun pada tahun 1953 – 1981 dipimpin oleh

Thio Oen Sin. Keduanya dikenal sebagai orang-orang republic yang tidak pernah

goyah pendiriannya. Dalam perkembangaanya, The Chung Sen, mencapai puncak

kejayaannya pada tahun 1950-an. Pada saat itu Jawa Pos memiliki tiga penerbitan

sekaligus yaitu : pada tahun 1952, The Chung Sen menerbitkan Koran berbahasa

Indonesia dengan Jawa Post. Kemudian pada tahun 1954 The Chung Sen juga

membeli harian berbahasa Belanda “De Vyere Pers” milik Vitgeners Maatscha di

jalan Kaliasin 52 Surabaya. Namun akhirnya dilarang terbit oleh pemerintah RI

dengan adanya Trikora, kemudian diganti dengan harian berbahasa Inggris

“Indonesia Daily news”.

Pada sekitar tahun itu juga The Chung Sen juga menerbitkan harian

berbahasa China yang bernama Hua Hsein Weh. Tapi akhirnya surat kabar ini

juga dilarang terbit karena pecahnya pemberontakan G 30 S/PKI. Dengan

demikian The Chung Sen hanya memiliki satu surat kabar yaitu Jawa Pos.

Surat kabar Jawa Pos pada masa perkembangannya mengalami perubahan

nama. Pada tahun 1949 – 1951 bernama Jawa Pos dan yang terakhir menjadi Jawa

Pos sam pai sekarang. Pada sekitar tahun 1982, Jawa Pos mengalami kemunduran

jumlah oplahnya terus menurun yaitu tinggal 6700 eksemplar tiap hari. Pelanggan

Gambar

Gambar 2 :Bagan kerangka berpikir Sikap masyarakat terhadap makelar
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

19640911 198903 1 003 NAMA

W20.E.MT8.P1.02.03-0VPOKJA tangal 10 Des€mb€r 2012, Pekerjaan Pengadaan Bahan Makanan Narapidana dan Tahanan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Muara Tebo Tahun

Numerical representations are also often used for degrees of belief related to numerical or symbolic knowledge and for degrees of consistency or inconsistency (or conflict) between

Oleh Anugerah, Berkat, dan Tuntunan Tuhan penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tesis ini dengan judul “ Ketentuan Sanksi Disiplin Kedokteran Indonesia Dalam Upaya

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan ( field research ), yaitu penelitian yang data-datanya diperoleh dari lapangan

Berdasarkan hasil uji hipotesis diketahui bahwa variabel economic value added, tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return yang diterima oleh pemegang saham

Gambaran penggunaan obat tradisional di RW 005 Desa Sindurjan, yaitu masyarakat menggunakan obat tradisional karena mudah didapat (44%), sumber informasi yang

Pemimpin perusahaan bertanggung jawab terhadap perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengendalian perusahaan dengan sebaik-baiknya