• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V TEMUAN DAN INTERPRETASI DATA

5.4 Sikap Masyarakat Terhadap Organisasi Pasca Konflik

Konflik yang terjadi antara masyarakat Bukit Lawang dengan anggota organisasi Pemuda Pancasila (PP) meninggalkan kesan tersendiri bagi masyarakat Bukit Lawang. Meskipun konflik telah selesai, sikap masyarakat Bukit Lawang masih tetap menolak keberadaan organisasi kepemudaan untuk berdiri di Bukit Lawang. Sikap penolakan masyarakat Bukit Lawang terhadap organisasi

kepemudaan tersebut tidaklah sefrontal sebelumnya. Ketika organisasi kepemudaan tersebut mengadakan kegiatan di Bukit Lawang masyarakat tetap menerima kedatangan mereka. Hal ini diungkapkan oleh informan, H.T (lk, 33 tahun) sebagai berikut:

“Kalau datang sih boleh-boleh aja, ga ada masalah, kami terima disini, kadang mereka buat acara. Karena organisasi itu kan organisasi resmi, kalau berdiri di sini baru kami tidak kasih lagi.”

Demikian yang diungkapkan oleh informan, JN (lk, 44 tahun) sebagai berikut:

“Sering juga mengadakan acara disini kan, yah kami diam saja selagi ga mengganggu kami terima.”

Keberadaan anggota organisasi yang menggunakan atribut di Bukit Lawang masih menimbulkan sikap waspada masyarakat. Masyarakat Bukit Lawang tidak menginginkan konflik terjadi lagi sehingga mereka memandang bahwa sebaiknya tidak perlu ada organisasi serupa di Bukit Lawang. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh salah satu informan, P.B.S (lk, 39 tahun) sebagai berikut:

“Tapi yang jelas setelah sekian tahun berlanjut itu tidak ada terjadi apa-apa. Terkecuali mereka datang dengan mencolok, yah.. mungkin masyarakat akan bereaksi spontanitas. Kalau individu yang menggunakan atribut pernah saya lihat, ga ada masalah. Cuek aja Abang.”

Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan, LW (pr, 42 tahun) sebagai berikut:

“Yah.. sebatas dia hanya piknik, kalau kakak rasa yah masyarakat biasa saja. Kalau sampai berdiri disini masyarakat

pasti ga suka juga, pasti ga mau juga karena selama ga ada itu buktinya sekarang kan ga ada masalah. Cuman kalau kakak tengok belakangan ini ada sih ehh… anggota-anggota PP datang kemari ya, rombongan gitu. Kalau sebelumnya jauh sebelum perang-perang itu, uda lama ga ada tapi baru-baru ini kakak lihat orang itu mulai berani kemari dengan berpakaian lengkap cuman yah.. memang hanya untuk piknik .”

Kehadiran organisasi Pemuda Pancasila (PP) ataupun organisasi kepemudaan sejenis hingga saat ini masih tetap ditolak masyarakat. Mereka merasa dengan tidak adanya organisasi kepemudaan Bukit Lawang lebih aman. Organisasi yang diterima masyarakat untuk berdiri di Bukit Lawang saat ini hanyalah organisasi profesi seperti adalah HPI (Himpuman Pramuwisata Indonesia), IDI (Ikatan Dokter Indonesia) juga organisasi yang berhubungan dengan lingkungan dan kebersihan, masyarakat juga menerima LSM. Seperti penuturan salah satu informan, P.B.S (lk, 39 tahun) sebagai berikut:

“Bukit Lawang hanya butuh organisasi profesi termasuk IDI (Ikatan Dokter Indonesia), HPI namun yang paling menonjol dan diutamakan adalah HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia).”

Demikian juga yang dikemukakan oleh informan, AS (lk, 40 tahun) sebagai berikut:

“Organisasi seperti HPI, kewisataaan, atau ada organisasi- organisasi kebersihan, lingkungan, atau LSM itu ga masalah, kami senang-senang saja.”

Hal yang sama juga diutarakan oleh informan, VC (lk, 28 tahun) sebagai berikut:

“Organisasi yang diterima disini hanya HPI juga LSM.”

Masyarakat juga memandang bahwa organisasi kepemudaan seperti PP tidak cocok untuk ada di daerah pariwisata karena kehadiran mereka mempengaruhi kenyamanan wisatawan dan jumlah kunjungan wisatawan. Seperti yang diungkapkan oleh informan, P.B.S (lk, 39 tahun) sebagai berikut:

“Yang jelas Bukit Lawang ga butuh organisasi yang berbentuk kepemudaan. Karena apa? Karena selama ini dengan pengalaman masyarakat, mereka meresahkan.”

Sikap penolakan akan organisasi kepemudaan yang terbangun dalam masyarakat masihlah sangat kuat. Dampak dari konflik yang pernah terjadi meninggalkan trauma dan kewaspadaan masyarakat akan hadirnya pihak-pihak yang mengataskan organisasi kepemudaan ataupun menggunakan atribut organisasi. Dari sikap masyarakat ini tampak bahwa masyarakat memiliki kebersamaan dan rasa kepemilikan terhadap Bukit Lawang sebagai tempat tinggal dan tempat mencari nafkah mereka, sehingga masyarakat sangat menjaga Bukit Lawang agar tetap aman.

BAB VI

PENUTUP

5.1Kesimpulan

Perlawanan yang dilakukan masyarakat Bukit Lawang terhadap Organisasi Pemuda Pancasila adalah perlawanan terbuka. Munculnya perlawanan ini karena masyarakat mulai merasa resah dan tidak nyaman akan keberadaan Organisasi Pemuda Pancasila. Anggota Organisasi Pemuda Pancasila pada saat itu melakukan hal-hal yang merugikan masyarakat dan juga pengunjung yang datang ke Bukit Lawang, seperti adanya rencana membuat tarif parif dihitung perjamnya, pungutan liar, pemberian kong (pajak getah), anggota organisasi PP yang terkesan premanisme, sering terjadi bentrokan, juga bentrokan yang terjadi antara anggota organisasi PP dengan anggota organisasi kepemudaan yang lainnya. Akibat kelakuan para anggota PP ini sontak membuat masyarakat Bukit Lawang merasa geram, keceewa, dan marah.

Namun yang paling fatal adalah ketika anggota PP melakukan penyerangan tiba-tiba pada terhadap masyarakat. Masyarakat saat itu sangat terkejut dan sontak masyarakat melakukan perlawanan untuk menyelamatkan diri mereka. Beruntung saat itu konflik bisa dicegah dan tidak menimbulkan korban baik itu di masyarakat maupun di anggota organisasi PP. Akibat dari konflik ini, masyarakat menjadi waspada ketika melihat anggota organisasi PP. Puncaknya adalah saat anggota organisasi PP mengadakan pertemuan di salah satu penginapan Bukit Lawang, masyarakat yang mendengar hal tersebut berkumpul dan langsung menyerang anggota organisasi PP bermaksud untuk mengusir mereka dari Bukit Lawang. Anggota organisasi PP saat itu bersembunyi di

penginapan tersebut dan tidak berani keluar mengingat jumlah mereka yang tidak seimbang dengan masyarakat. Beberapa jam kemudian akhirnya bantuan dari aparat pun datang untuk meredakan masyarakat ini. Masyarakat yang saat itu masih dalam keadaan emosi sangat sulit untuk dibubarkan, akhirnya aparat pun mengeluarkan tembakan ke udara dengan senja peluru karet bermaksud hal tersebut bisa membubarkan masyarakat. Akhirnya masyarakat pun bubar dan anggota organisasi PP saat itu dikawal oleh aparat ketika meninggalkan Bukit Lawang.

Penyelesaian konflik dilakukan dengan kesepakatan antara masyarakat Bukit Lawang dengan anggota organisasi PP yang saat itu juga diikuti oleh aparat sebagai orang ketiga. Kesepakatan bersama tersebut adalah Organisasi Pemuda Pancasila tidak diijinkan lagi berdiri di Bukit Lawang Anggota organisasi Pemuda Pancasila (PP) bisa menerima keputusan itu karena memang anggota organisasi Pemuda Pancasila lah yang memulai konflik dengan masyarakat.

5.2Saran

Dari hasil penelitian mengenai resistensi masyarakat terhadap organisasi kepemudaan, peneliti memiliki saran atau masukan sebagai berikut:

1. Organisasi kepemudaan khususnya Organisasi Pemuda Pancasila (PP) lebih mengutamakan azas organisasi sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah tangga untuk bertindak ditengah masyarakat. Membuat paradigma baru ditengah masyarakat dengan membuat kegiatan-kegiatan yang lebih postif untuk mengembangkan dan memajukan daerah wisata Bukit Lawang. Organisasi kepemudaan diharapkan sebagai wadah yang dapat

mengakomodasi aspirasi masyarakat terlebih para pemudanya sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta dapat diterima masyarakat.

2. Organisasi Pemuda Pancasila (PP) lebih dewasa dalam menghadapi dinamika kelompok yang ada didalam sistem sosial. Maka diperlukan sistem dan budaya yang baru yang terencana dengan baik untuk memberdayakan anggota melalui pengkaderan yang lebih selektif agar anggota organisasi Pemuda Pancasila (PP) tidak terkesan asal-asalan.

3. Proses kegiatan sosial yang dilakukan oleh organisasi Pemuda Pancasila (PP) pada waktu yang lalu seperti sering berkonflik dengan organisasi kepemudaan yang lain serta tindakan-tindakan yang terkesan premanisme, dan pungutipan liar. Hal-hal tesebut hendaknya harus dieliminir dan dihapuskan sesuai dengan kondisi organisasi dewasa ini.

4. Organisasi kepemudaan seperti organisasi Pemuda Pancasila (PP) sebaiknya tidak ada di daerah pariwisata Bukit Lawang karena mengganggu kenyamanan pengunjung juga masyarakat Bukit Lawang. Bukit Lawang adalah daerah pariwisata, sudah sewajarnya masyarakat memberikan kenyamanan bagi pengunjung agar pengunjung menjadi betah dan memiliki kesan postif terhadap Bukit Lawang.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, H. Abu. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Atoshiki, Antonius, dkk. 2002. Relasi Dengan Sesama. Jakarta: PT Alex Media Komputindo.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Handoko, T. Hani. 2000. Manajemen. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Jhonson, Doyle P. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT Gramedia.

Moleong, Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Ritzer, George. 2008. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ritzer, George, dan Douglas J Goodman. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media, Kencana.

Robert, A. Baron dan Donn Byrne. 2004. Psikologi Sosial Edisi kesepuluh Jilid1. Jakarta : Erlangga.

Santosa, Slamet. 2009. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.

Scott, James C. 1993. Perlawanan Kaum Tani. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Sholehuddin. 2008. Kepemimpinan Pemuda Dalam Berbagai Perspektif. Jakarta: Intimedia.

Sobirin, Achmad. 2007. Budaya Organisasi. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

Soekanto, Soerjono. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: UI-Press.

Stoner. James. A.F. 1996. Manajemen. Jakarta: Prehallindo.

Wade. Carole dan Carol Tavris. 2008. Psikologi Jilid 1, Edisi 9. Jakarta: Erlangga.

Warastuti. 2006. Peran Lembaga Sosial dalam Pengentasan Kemiskinan (http://group Maret 2012).

Yin, Robert K. 2003. Studi Kasus (Desain dan Metode). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sumber Skripsi:

Purba, Jhon Widodo. 2008. Skripsi: Persepsi Masyarakat Terhadap Organisasi Sosial Kepemudaan. FISIP USU: Jhon Widodo Purba Departemen Antropologi FISIP USU. NIM: 030905010. Hal 191.

Sumber Internet:

Dominasi Kekuasaan Dan Resistensi Masyarakat. (http://www.scribd.com/doc/76

690453/ 20.50 WIB).

Konflik. pukul 19.50 WIB).

Makalah Perkembangan Organisasi Kepemudaan. (http://enggangborneoroyaw.bl

ogs tanggal 13/04/2012, pukul 21.35 WIB).

Memahami Prasangka. pada tanggal 15/04/2012, pukul 20.00 WIB).

Organisasi Kepemudaan, Setiarina. (http://setiarina.wordpress.com/2010/06/05/or

ga)

Organisasi Pemuda Dengan Masyarakat, Rizary. (http://ryzazry.blogspot.com/201

1/ 12/04/2012, pukul 08.37 WIB).

Proyeksi Jumlah Pemuda. (kppo.bappenas.go.id/files/-1-Proyeksi%20Jumlah%20

Resistensi. 12/07/20 12, pukul 19.25 WIB).

Rusuh Enis Mengguncang Batam, Johan Budi S. (http://majalah.tempointeraktif.c

om/id/arsip/2001/07/16/ pada tanggal 07/02/2012, pukul 20.45 WIB).

Interview Guide

Judul Penelitian : Resistensi Masyarakat Terhadap Organisasi Kepemudaan (Studi Kasus Tentang Keberadaan Organisasi Pemuda Pancasila Di Desa Perkebunan Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok)

A. Identitas Responden Nama : Jenis Kelamin : Usia : Suku/Agama : Pendidikan Terakhir : Pekerjaan : B. Daftar Pertanyaan

1. Apa pendapat anda tentang organisasi kepemudaan?

2. Apa anda pernah bergabung dengan organisasi kepemudaan?

3. Bagaimana tanggapan anda ketika adanya organisasi kepemudaan di Bukit Lawang?

4. Apa anda tahu tahun 2001 pernah terjadi konflik antara masyarakat dengan anggota organisasi PP?

5. Apa yang menjadi pemicu konflik?

6. Apakah anda terlibat dalam konflik tersebut? 7. Bagaimana bentuk konflik yang terjadi?

8. Apakah ada korban yang anda ketahui saat terjadi konflik? 9. Bagaimana penyelesaian konflik tersebut?

10.Apakah anda setuju ditolaknya organisasi PP oleh masyarakat Bukit Lawang?

11.Apa alasan anda menolak?

12.Bagaimana organisasi kepemudaan yang lain, apakah anda juga akan menolaknya?

13.Apa tanggapan anda ketika anggota organisasi PP berkunjung ke Bukit Lawang?

14.Apakah organisasi PP pernah melakukan pendekatan kembali kepada masyarakat Bukit Lawang setelah konflik tersebut?

15.Apakah anda sampai saat ini masih menolak adanya organisasi kepemudaan seperti PP di Bukit Lawang?

Transkrip Wawancara

Resistensi Masyarakat Terhadap Organisasi Kepemudaan (Studi Kasus Tentang Keberadaan Organisasi Pemuda Pancasila Di

Desa Perkebunan Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok) Identitas Pribadi :

1. Nama : MS

2. Jenis Kelamin : Laki-laki

3. Usia : 51 tahun

4. Suku/Agama : Mandailing/Islam 5. Pendidikan Terakhir : SLTA

6. Pekerjaan : Sekdes, Wiraswasta

7. Siang Pak, ga sibuk kan Pak? Boleh Tanya-tanya dikit kan Pak mengenai organisasi PP yang dulu pernah ada disini, tanggapan Bapak waktu organisasi PP ada disini gimana ya Pak?

Jawab : Sebetulnya bukan karena ga setuju tapi karena dari pada ribut aja, yah setuju lah. Bukan maksudnya kita setuju karena dendam mampus kau, itu ga. Yah boleh dikatakan dari pada ribut, ya lebih baik ga adalah.

8. Pernah ga Pak terjadi konflik disini antara anggota organisasi PP dengan masyarakat Bukit Lawang?

Jawab : Pernah, karena saya tahu betul kejadian 3 kali itu.

9. 3 kali Pak? Sering juga ya Pak. Terus bagaiman Pak bentuk konfliknya? Jawab : Kejadian yang pertama Bukit Lawang saat itu belum begitu ramai, bus PS pun masih 3 unit. Pertama itu sore kira-kira jam 5, saya pun masih di kantor itu dan saya masih pakaian dinas. Untung saya masih pakaian dinas jadi tahu orang itu kalau ga mungkin kantor saya sudah dibakar ama orang itu kan. Dari jam 1 siang sudah agak ribut, jam 3 sore sudah ga ada ribut dari Sabtu sore itu. Puncaknya jam 5 ada orang lari- lari, dari atas ada polisi namanya MT nembak-nembak ke arah atas kan, dor….dor….. Sudah itu ada gerombolan anak muda datang dilempar, digebuk. Saat itu saya di kantor, banyak kali anak PP itu kumpul di depan sini. Anggota Koramil datang mengamankan, sampai lampu saat itu dipadamkan, kejadian itu masih bisa diredam.

10.Terus konflik kedua gimana Pak?

Jawab : Yang kedua, yah itu kejadiannya di depan kantor juga pas di depan warung Bapak. Jam 10 malam anggota PP itu bawa kelewang, dari sini masyarakat sudah menghadang, ada yang pakai batu, pakai drum, dan botol-botol beratus-ratus dipecahkan, saling melemparlah. Seng warung saya pun penuh dengan pecahan kaca itu. Ada yang bawa bensin mau dibakar tuh terminal itu, ada motor-motor yang pada parkir. “Bakar saja

Bukit Lawang, bakar saja Bukit Lawang”, polisi pun sampai kalang kabut kebetulan pos polisinya distu. Tapi alhamdulilah puji Tuhan, ga jadi bakar membakar. Kejadian itu bisa diredam, pulang lagi.

11.Konflik yang ketiga Pak?

Jawab : Kebetulan ada pelantikan anggota organisasi PP disitu. Pada waktu itu sudah ada insiden tahun yang lalu sebelumnya kan, jadi kebetulan Pak DL itu kan masih sehat disini kan nampung. Maksudnya Pak DL itu kan bagus juga, bukan karena kesempatan oleh karena dia kan punya tempat, tempatnya memuaskan dan memadai. Orang PP memerlukan tempat yang memuaskan kan, mereka minta izin dari Pak DL kan dan Pak DL pun bisa kan selagi niat baiklah. Setelah disitu ada pelantikan, masyarakat tau, masyarakat dengar. Jadi seluruh masyarakat kumpul kemari semua mengusir anggota PP, akhirnya jadi ga jadi pelantikannya. Akhirnya perang, ribut kali sampai kecamatan sana ramainya. Saya mau kesitu juga dilarang ama anak Bapak, “Bapak jangan kesitu Pak, nanti Bapak mati lagi”. Sampai ada yang tertembak 1 orang di kantor polisi itu tertembaknya. Korbannnya itu masyarakat Kecamatan Bahorok. Ngeri sekali lah saat itu.

12.Terus gimana penyelesaian konflik terakhir itu Pak?

Jawab : Datang kesini satu kompi BRIMOB yaitu mengamankan. Sudah adalah sebagian masyarakat yang ngomongnya besar ditangkap ama BRIMOB dilemparkan ke mobil dibawa kesana. Sampai penuh juga mobilnya anak muda-muda itu, tapi bukan anggota PPnya yang ditangkap, anggota PP nya sudah diselamatkan. Kalau mobilnya dibakar 4 atau 5 itu di pintu gerbang aula, yah masyarakat yang bakar.

Setelah itu berkumpullah tokoh masyarakat disini, anggota organisasi PP itu juga sama Kapolsek membicarakan maslah ini. Jadi keputusannya akhirnya itu bahwa organisasi Pemuda Pancasila ini tidak diizinkan lagi berdiri di Bukit Lawang.

13.Anggota PP sendiri ada yang korban ga saat konflik ketiga itu Pak?

Jawab : Anggota PP saat itu ga ada korban karena terus datang bantuan dari BRIMOB ga tau dari Medan atau Binjai tapi kayaknya Binjai itu. 14.Sebenarnya alasan masyarakat mengusir organisasi PP karena apa Pak?

Jawab : Yah karena ributnya itu, bukan alasan apa-apa karena ribut saja, bolak-balik gadoh.

15.Jadi Pak tanggapan masyarakat terhadap Pak DL gimana Pak, mengingat Pak DL yang mempunyai penginapan yang dipakai anggota organisasi PP untuk mengadakan acara?

Jawab : Tanggapan masyarakat terhadap Pak DL justru kasihan. Pak DL berdiri di pintu gerbang masuk itu sambil megangi pintu, “Kalau mau membunuh, bunuh saya saja jangan mereka yang di dalam. Mereka tamu saya, saya yang bertanggung jawab,” itu kata Pak DL. Kebetulan Pak DL kan orang yang berjasa di Bukit Lawang ini, ramainya Bukit Lawang yah dari Pak DL itu tadi asal mulanya. Pak DL itu ga sombong jadi orang, ga pelit, orangnya kemasyarakatan. Pada masa itu Pak DL megang hotel dan kolamnya, kan ekonominya rada lumayan kan. Kita-kita ini butuh bantuan larinya ama dia, orangnya baiklah.

16.Tanggapan masyarakat terhadap anggota PP yang asli dari Bukit Lawang Pak?

Jawab : Yah ga apa-apa, mereka itu membubarkan diri lah dari pada ribut- ribut kan. Yah macam mana anggota PP itu kan saudara kita juga, mungkin Abang atau adik. Mungkin kan pada waktu kan masuk PP hanya tempat bersandar, tempat mencari makan mungkin. “Akhh, masuklah masuk PP lah, masuk IPK lah mana tau dapat kerjaanlah.”

17.Bagaimana kondisi Bukit Lawang setelah organisasi PP tidak ada lagi Pak?

Jawab : Memang selama itu organisasi yang 2 itu tempo hari itu PP dan IPK ini ga ada disini, sekarang aman, ga ada orang gaduh, ga ada orang ribut tiap malam minggu, pokoknya tenang. Kalau dulu iya, bolak-balik ribut tiap malam minggu.

18.Bapak sendiri menolak juga ada organisasi PP disini?

Jawab : Yah lebih bagus, dari pada ribut memang saya menolak lah. Jangankan saya, mungkin Pak Camat maupun Pak Kapolsek atau Pak Kapolres juga pasti menolak, dari pada ribut-ribut. Memang sekarang amanlah, setelah kejadian itu amanlah ga pernah ribut-ribut lagi.

19.Setelah konfilk pertama sampai akhir organisasi PP pernah ga Pak melekukan pendekatan kembali kesini?

Jawab : Belum pernah, pendekatan lagi belum pernah. Jadi seluruh Kabupaten Langkat, kecamatan yang ga ada organisasi PP malah sekarang yah Kecamatan Bahorok ini. Yang sampai sekarang belum ada dan pendekatan-pendekatan kembali belum ada. Bahorok kemari aja, Kuala sampai Tanjung Langkat sana banyak, itu yang kuat malah.

Seandainya ada pendekatan-pendekatan yah bilang dulu ke Pak Camat, nanti Pak Camat bilang dulu sama Pak Bupati. Ataupun ke Kapolsek, ke Kapolsek baru ke Kapolres baru ke Kapolda. Jangan langsung kesini, langsung kesini yah ga mau, nanti ribut kan.

Transkrip Wawancara

Resistensi Masyarakat Terhadap Organisasi Kepemudaan (Studi Kasus Tentang Keberadaan Organisasi Pemuda Pancasila Di

Desa Perkebunan Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok) Identitas Pribadi :

1. Nama Informan : HT 2. Jenis Kelamin : Laki-laki

3. Usia : 33 tahun

4. Suku/Agama : Jawa/Islam 5. Pendidikan Terakhir : SMA 6. Pekerjaan : Wiraswasta

7. Apa kabar Bang, boleh minta waktunya sebentar Bang ada yang ingin saya tanyakan kepada Abang. Apa pendapat Abang tentang organisasi kepemudaan?

Jawab: Organisasi kepemudaan sebenarnya bagus cuman oknumnya yang kadang berkelakuan seperti preman, menggunakan pakaian organisasi tapi minta ini itu, salah menggunakan kekuasaan.

8. Dulu disini ada kan Bang organisasi kepemudaan? Bagaimana tanggapan Abang dengan adanya organisasi kepemudaaan di Bukit Lawang ini? Jawab: Abang pribadi kurang setuju ada organisasi kepemudaan seperti PP disini karena identik dengan premanisme. Disini kan daerah wisata, jadi kurang cocok Abang rasa. Organisasi PP sebenarnya organisasi resmi yah, tapi oknumnya yang azas manfaat dengan pakaiannya mungkin. Abang ga setuju dengan adanya organisasi kepemudaan, yah seperti PP karena sebelumnya pernah terjadi konflik.

9. Konflik yang seperti apa maksudnya Bang? Apa yang menjadi pemicunya?

Jawab : Pemicunya mungkin karena perebutan suatu wilayah dengan organisasi kepemudaan lainnya, cuman karena PP lebih besar dan lebih mengatasnamakan organisasinya. Kami selaku masyarakat Bukit Lawang lah ya kurang nyaman dengan keberadaan organisasi PP karena mereka sudah merambat pada penduduk-penduduk kecil seperti kutipan-kutipan liar, masyarakat mulai mengeluh.

10.Apa Abang juga terlibat dalam konflik tersebut?

Jawab : Abang ikut bersama dengan masyarakat Bukit Lawang. Bahkan Ibu-Ibu pun membantu kami, yah.. dengan memasakkan nasi untuk kami saat kami berjaga-jaga.

11.Terus bagaimana bentuk konflik yang terjadi Bang? Perlawanan yang seperti apa yang dilakukan masyarakat?

Jawab : Dari pertama kami itu uda ada perang dan saat itu sudah pakai senjata. Abang ga tahu pasti itu tanggal berapa tapi kami orang Bukit

Lawang sama-sama kesana perang, pakai botol, pakai batu segala macamlah. Mereka menggunakan panah bahkan itu panah beracun, tapi panah itu ga sampai sama kami, ga ada yang kena. Tapi kami pantang mundur karena kalau kami mundur ini habis, bakal dibakar ini. Sebelumnya itu setahu Abang tidak ada rencana ya, ataupun ada rencana kenapa mereka (yang menyerang) membawa senjata? Kejadiannya sore, malam sampai pagi. Mereka mengadakan pertemuan antara sesama organisasi kepemudaan PP ini, tetapi Abang pun ga tahu pasti, Abang dengar dari informan dari masyarakat juga juga bahwa di motor mereka ditemukan senjata tajam. Maka berangkat dari situlah maka terpicu konflik ini. Abang ga tahu pasti untuk apa senjata tajam itu, cuman mereka datang

Dokumen terkait