• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP KEPADA LINGKUNGAN

D. Sikap pada Hewan

Tidak ada sesuatu apa pun yang Allah ciptakan di muka bumi ini sia-sia. Kesemuanya, termasuk kehadiran hewan bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Hewan merupakan salah satu makhluk Allah yang sejak dulu sampai saat ini hidup berdampingan dengan manusia. Keduanya saling membutuhkan satu sama lain. Suatu saat manusia akan membutuhkan hewan, demikian pula mereka sangat membutuhkan uluran tangan dan perlindungan dari manusia. Mereka diciptakan Allah dengan beraneka ragam jenis, ada yang dapat berjalan dengan menggunakan empat kaki, dua kaki, seperti manusia, dan adapula yang berjalan dengan beberapa kaki; ada hewan yang berjalan dengan perutnya (melata); ada hewan yang bisa terbang; ada hewan yang hanya bisa hidup di darat atau di air saja, ada pula hewan yang hidup di dua alam, yaitu di air dan di darat, dan lain sebagainya.

Kemudian, diakui atau tidak, kehadiran mereka di tengah-tengah kehidupan manusia adalah anugerah yang tak terbantahkan, apalagi jika dilihat dari segi manfaatnya, di mana hewan memiliki peran cukup penting bagi kehidupan manusia yang di antaranya adalah: pertama, meringankan beban kerja manusia. Kuda misalnya, secara umum kuda dapat dijadikan sebagai alat transportasi yang karenanya sebagian orang dapat hidup dan menghidupi keluarganya; kedua, memberikan ketenangan hati dan pikiran manusia. Demi mendapat ketenangan, tidak sedikit orang yang rela merogoh koceknya lebih dalam alias mahal sekalipun untuk memelihara hewan kesayangannya, seperti burung, ikan hias, dan lain

Bab 21 ~ Sikap Kepada Lingkungan 185 sebagainya; ketiga menjaga kesehatan tubuh manusia. Untuk menjaga kesehatan dan kebugaran, manusia diharuskan makan makanan yang bergizi serta seimbang antara asupan yang bersifat nabati juga hewani yang dalam bahasa kesehatan disebut ’empat sehat lima sempurna’, di mana di dalamnya terdapat unsur hewani atau daging hewan; dan keempat, menjaga keamanan manusia. Bagi orang-orang kaya tidak jarang mereka menggunakan jasa hewan dalam menjaga keamanan hartanya. Demikian pula dengan lembaga kepolisian yang tidak luput dari menggunakan jasa hewan dalam melacak kejahatan serta menjaga keamanan masyarakat.

Melihat begitu pentingnya peran hewan dalam kehidupan manusia, pertanyaannya adalah bagaimana seharusnya manusia memperlakukan mereka, apakah dibiarkan sesuai dengan kodrat kehewanannya, dilindungi, dipelihara, atau bahkan dimusnahkan? Jawabannya yang pasti bukan yang terakhir, yaitu dimusnahkan.

Jauh-jauh hari Islam telah mengajarkan bagaimana seharusnya manusia memperlakukan hewan. Ajaran itu salah satunya terungkap dari kisah seorang wanita ahli ibadah yang menjadi penduduk neraka.

Pada suatu hari para sahabat menyampaikan kepada Nabi Muhammad Saw. tentang kekaguman mereka terhadap seorang wanita yang ahli ibadah. Setelah disampaikan kepada Baginda Nabi Saw., mereka sangat terkejut karena di luar dugaan Beliau menyampaikan berita bahwa wanita itu sesungguhnya adalah ahli neraka. Dengan terheran-heran sahabat bertanya kepada Nabi Saw. alasan apa yang mendasari wanita itu sebagai ahli neraka. Nabi menjelaskan bahwa wanita itu pernah memelihara seekor kucing, kemudian kucing itu mati gara-gara dikurung dan tidak diberi makan. Karena dosa itulah, wanita ahli ibadah itu pantas menjadi penduduk neraka. Rasulullah Saw. bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dari Abdullah bin Umar:1

1M. Abdurahman, Memelihara Lingkungan dalam Ajaran Islam Cet. I (Bandung:Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, 2011), hlm. 53

Bab 21 ~ Sikap Kepada Lingkungan Membangun Karakter Bangsa dalam Pandangan Islam

186

“Dari Abdullah bin Umar ra., Sesungguhnya Rasulullah bersabda: “Disiksa seorang perempuan karena kucing yang ditahannya sehingga mati karena kelaparan, maka ia masuk neraka. Dalam suatu riwayat disebutkan, masuk perempuan itu ke neraka disebabkan kucing. Ia tidak memberi makan, sehingga makan serangga di tanah”.

Selain riwayat hadis tersebut, adapula hadis lain yang menjelaskan tentang bagaimana seharusnya memperlakukan hewan. Hadis tersebut diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah sebagai berikut:2

“Dari Abu Hurairah ra., “Sesungguhnya Rasulullah Saw., bersabda: “Ketika seorang laki-laki sedang berjalan, dia amat haus. Lalu turun ke sumur dan meminum airnya. Kemudian, ketika keluar ia dikagetkan dengan seekor anjing yang menjulurkan lidahnya dan menjilat-jilat tanah yang berair (dekat sumur).

Orang tersebut berkata, anjing ini sudah haus juga seperti aku haus. Kemudian ia memenuhi sepatunya dan digigitnya ketika naik dari sumur itu. Lalu, ia memberi minum anjing itu dan Allah bersyukur (berterima kasih) dan mengampuni dosa orang itu. Para sahabat bertanya, apakah membantu binatang ada pahala ? Rasul menjawab, pada setiap yang hidup ada pahala”.

Kisah yang digambarkan dalam dua hadis di atas mengisyaratkan bahwa agama Islam menyatakan dengan tegas setiap manusia tidak boleh bertindak semena-mena, termasuk pada hewan sekalipun. Hal itu tersirat pada sikap Nabi yang tidak kompromi terhadap wanita yang menelantarkan hewan piaraannya. Selain itu, Islam membolehkan

2M. Abdurahman, Ibid., hlm. 52-53

Bab 21 ~ Sikap Kepada Lingkungan 187 manusia memelihara hewan, tetapi dengan syarat manusia tidak boleh melupakan hak-hak mereka. Kemudian, apa saja hak-hak mereka itu?

berikut penjelasannya:

1. Hewan (Binatang) Membutuhkan Perlindungan

Sebesar atau seganas apa pun hewan itu tetap saja memiliki keterbatasan dan kelemahan, apalagi kalau dihadapkan dengan manusia-manusia yang tidak beradab, pasti mereka tidak berdaya. Karenanya, manusialah yang bertanggung jawab melindungi mereka, bukan sebaliknya seperti yang terjadi sekarang ini, di mana tidak sedikit hewan-hewan yang terbunuh atau bahkan dibunuh, seperti Gajah yang kini hampir punah karena dibunuh untuk diambil gadingnya, Harimau Sumatra hanya tinggal beberapa ekor saja itu pun keadaannya sangat memprihatinkan yang sekarang tinggal di Kebun Binatang yang bagi mereka tempat itu tidak ubahnya seperti penjara, bukan sebagai tempat idamannya, dan tentu masih banyak lagi hewan-hewan lain yang bernasib sama atau mungkin lebih buruk dan mengenaskan. Untuk itu, apabila manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka, maka dikembalikan pada habitatnya, adalah pilihan terbijak supaya mereka bisa tetap hidup dan berkembang biak sesuai dengan qudrat kehewanannya.

2. Hewan (Binatang) Memerlukan Makanan

Untuk mempertahankan hidupnya, setiap makhluk hidup termasuk hewan tentu membutuhkan asupan makanan terutama makanan yang baik dan menyehatkan. Kenapa harus demikian? karena tidak setiap makanan adalah baik dan menyehatkan. Buktinya, tidak sedikit makanan yang secara lahiriah menggiurkan, namun ketika dikonsumsi justru membahayakan bahkan mematikan. Untuk itu, bagi orang yang sudah terlanjur memelihara hewan, serta ‘belum mau’ mengembalikan mereka pada habitatnya dengan alasan masih menyayanginya atau apa pun alasannya, maka kewajiban yang melekat pada orang tersebut adalah memperhatikan asupan makanannya. Mulai dari jenis makanan yang diberikan, berapa kali mereka makan, sampai ketepatan waktunya kapan biasanya mereka diberi makan, apakah dua kali atau tiga kali. Hal ini mutlak mendapat perhatian serius, mengingat hanya itu sebenarnya yang menjadi kebutuhan pokok mereka. Apabila diabaikan, maka

Bab 21 ~ Sikap Kepada Lingkungan Membangun Karakter Bangsa dalam Pandangan Islam

188

selain hewan/binatang itu dipastikan binasa karena menjadi korban kebiadaban, juga jelas bahwa mereka (para pemelihara hewan/binatang) telah zalim pada dirinya, dan telah berbuat dosa kepada Allah Swt.

3. Hewan (Binatang) Membutuhkan Tempat Tinggal yang Layak

Apabila tempat tinggal mereka diklasifikasi, sebenarnya hanya ada dua, yaitu darat dan air/laut. Hanya saja, hewan yang hidup di darat terpilah menjadi dua, yaitu di bawah dan di atas bumi/tanah. Hewan yang hidup di atas bumi atau tanah pun terpilah lagi di beberapa tempat, yaitu:

a. Sebagian besar mereka tinggal di hutan, seperti Singa, Harimau, Gajah, Beruang, Badak, Komodo, Serigala, Ular, dan lain-lain;

b. Sebagiannya lagi hidup berdampingan dengan manusia, seperti Sapi, Kerbau, Kambing, Domba, Ayam, Kucing, Ikan, Burung, dan lain sebagainya; dan

c. Adapula hewan yang biasa tinggal di hutan, tetapi tidak jarang masuk pada wilayah kehidupan manusia, seperti macam-macam serangga dan lain-lain.

Sejatinya, mereka tinggal di tempat yang sesuai dengan qadrat kehewanannya. Tetapi, manusia yang senang memelihara hewan/

binatang tidak disalahkan mengurung mereka dengan syarat tidak boleh mengabaikan hak-haknya, seperti hak perlindungan, makan, termasuk mendapatkan hak tempat tinggal yang layak, sehingga mereka merasa nyaman tinggal di tempat tersebut.

4. Hewan (Binatang) Butuh Perlakuan secara Manusiawi

Betul, bahwa agama Islam membolehkan manusia membunuh atau menyembelih hewan. Namun demikian, paling tidak ada dua hal yang patut diperhatikan: pertama, tidak semua binatang boleh dibunuh; dan kedua, tidak semua cara membunuh hewan diperbolehkan. Artinya, membunuh hewan harus dengan cara-cara yang dibenarkan syara’.

189

BAB 22