Yusuf meminta kepada Raja untuk menjadi seorang pengawas atas kekayaan bumi. Yusuf memikul amanat untuk memberikan makan bagi masyarakat yang lapar selama tujuh tahun. Yaitu, masyarakat yang seandainya mereka lapar, maka penguasanya dapat mempermainkan mereka. Demikianlah cara Allah Swt. memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir. Ia menjadi orang yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan kekayaan Mesir dan perekonomiannya. Beliau menjadi ketua para menteri besar. Barangkali sesuai dengan tradisi saat itu, beliau mendapat dua tugas sekaligus: tugas sebagai kepala pemerintahan dan kepala urusan logistik.
Selama Nabi Yusuf duduk di Kursi pemerintahan, maka perekonomian Mesir tidak perlu dikhawatirkan. Kemudian roda zaman berputar. Tahun-tahun kejayaan dan kesenangan berlalu dengan cepat, dan datanglah tahun-tahun kelaparan.
Saudara-saudara Yusuf datang dari Palestina ke Mesir untuk membeli makanan di sana. Anak-anak Nabi Yakub datang dan berbaris dalam rombongan orang-orang yang membutuhkan. Yusuf duduk di atas singgasana Mesir sebagai seorang penguasa. Beliau dikelilingi oleh para menterinya, orang-orang penting, dan para tentara.
Bab 9 ~ Mengenal Para Nabi dan Rasulullah 79 Nabi Yusuf segera mengenali saudara-saudaranya, sedangkan mereka tidak mengenalinya. Mereka telah terpisahkan cukup lama dengan Yusuf di mana keadaan sangat menyusahkan mereka sehingga mereka datang dari Palestina untuk mencari makan di Mesir.
Yusuf bertanya kepada mereka—melalui—salah seorang penerjemah—agar beliau tidak berbicara dengan mereka dengan bahasa mereka, yaitu bahasa Ibrani: “Undang-undang kita memutuskan untuk memberikan makanan pada setiap orang sesuai dengan kemampuan unta mengangkut makanan itu. Berapa jumlah kalian?” Mereka menjawab: “Sebelas orang.” Yusuf berkata kepada salah seorang penerjemah: “Katakan kepada mereka, bahasa kalian berbeda dengan bahasa kami dan pakaian kalian pun berbeda dengan pakaian kami.
Barangkali kalian adalah mata-mata.” Mereka menjawab: “Demi Allah, kami bukan mata-mata tetapi kami adalah keturunan dari seorang ayah yang baik.” Yusuf bertanya: “Kalian mengatakan bahwa jumlah kalian sebelas padahal, kalian berjumlah sepuluh.”
Mereka menjawab: “Sebenarnya kami adalah dua belas saudara, seorang saudara kami meninggal di daratan dan kami mempunyai saudara yang lain yang sangat dicintai oleh orang tua kami dan ia tidak mampu berpisah dengannya. Oleh karena itu, kami datang dengan membawa untanya sebagai ganti darinya.” Yusuf berkata: “Bagaimana aku bisa memastikan kejujuran kalian?” Mereka menjawab: “Pilihlah sesuatu yang engkau dapat menjadi tenang dengannya.” Yusuf berkata: “Undang-undang kami menetapkan untuk tidak memberikan makanan kepada seseorang yang tidak ada. Karena itu, datangkanlah saudara kalian agar aku dapat memberinya makanan. Tidakkah kalian mengetahui bahwa aku menegakkan timbangan dengan jujur?”
Saudara-saudara Yusuf kembali pulang dan menemui ayah mereka sembari menjelaskan peristiwa yang terjadi di Mesir, di mana pada intinya Bunyamin harus dibawa ke Mesir. Sontak saja, ayah mereka kaget dan tidak mau menyerahkan Bunyamin kepada mereka karena khawatir akan terjadi seperti halnya pada Yusuf. Akhirnya, anak-anak itu membuka wadah-wadah yang mereka bawa untuk mengeluarkan biji-bijian makanan yang ada di dalamnya. Tiba-tiba mereka mendapatkan barang-barang mereka telah dikembalikan bersama makanan. Melihat kenyataan tersebut, anak-anak itu segera menuju ke ayah mereka sambil mengatakan: “Wahai ayah kami, kami tidak berbuat aniaya dan
Bab 9 ~ Mengenal Para Nabi dan Rasulullah Membangun Karakter Bangsa dalam Pandangan Islam
80
kami tidak berbohong kepadamu. Sungguh harga yang telah kami beli dikembalikan kepada kami. Ini berarti bahwa mereka tidak akan menjual kepada kami kecuali jika saudara kami pergi bersama kami.”
Setelah mereka bersusah payah meyakinkan ayahnya, akhirnya permohonan mereka untuk membawa Bunyamin ke Mesir dikabulkan ayahnya. Berangkatlah saudara-saudara Yusuf yang sebelas orang itu ke Mesir. Setibanya di sana, mereka terlibat kasus pencurian dan tertangkap tangan oleh keamanan istana.
Yusuf berkata dengan penuh ketenangan: “Bagaimana kalian ingin agar kami melepaskan seseorang yang kami temukan gelas raja di tempatnya, lalu kalian meminta seseorang yang lain sebagai gantinya?
Ini adalah tindakan yang zalim dan kami tidak akan berbuat zalim.”
Saudara-saudara Yusuf berusaha untuk terus meminta belas kasihnya tetapi petugas keamanan dan para tentara meyakinkan mereka bahwa pemimpin Mesir, Yusuf yang jujur, telah berbicara dan mengeluarkan perintah.
Mereka tidak mengetahui apa yang harus mereka lakukan saat menghadapi musibah yang baru ini, dan bagaimana mereka akan menghadapi ayah mereka dan menceritakan padanya apa yang terjadi.
Salah seorang saudara yang paling tua duduk di atas tanah dan berkata:
“Aku tidak akan bergerak dari tempatku. Kalian telah berbuat aniaya terhadap Yusuf sebelumnya, dan sekarang kalian berbuat aniaya terhadap saudaranya. Pulanglah kalian pada ayah kalian tanpa aku dan ceritakan padanya apa yang terjadi”.
Kemudian, mereka kembali tanpa saudara kandung mereka yang paling besar dan tanpa saudara kandung mereka yang paling kecil.
Mereka masuk menemui ayahnya dan menceritakan apa yang telah terjadi di Mesir. Nabi Yakub berusaha mendengar apa yang mereka katakan dan dengan kesedihan yang diliputi dengan kesabaran dan mata yang menangis beliau berkata: “Hanya dirimu sendiri yang memandang baik perbuatan yang buruk itu. Akhirnya, Yakub mulai merasakan kesepian. Ia hidup tanpa ditemani putranya yang lebih dicintainya daripada saudara-saudaranya yang lain. Yakub adalah seorang yang sudah tua dan di masa tuanya Allah Swt. mengujinya dengan kesepian dan kesendirian tetapi Yakub telah mewasiatkan kesabaran dalam dirinya dan bertawakal kepada Allah Swt. Yakub telah berusaha menerapkan kesabaran yang indah tanpa mengadukan apa
Bab 9 ~ Mengenal Para Nabi dan Rasulullah 81 yang dialaminya kepada seseorang pun selain Allah Swt. Beliau hanya mengharap kebaikan kepada Allah Swt. dan berharap kepada-Nya untuk mendatangkan semua anak-anaknya.
Di tengah-tengah kesedihannya yang dalam, beliau menyingkapkan harapannya akan rahmat Allah Swt. Beliau mengetahui melalui ilham yang didapatinya bahwa Yusuf tidak mati. Oleh karena itu, hendaklah saudara-saudara Yusuf pergi mencarinya, dan hendaklah dalam mencarinya mereka benar-benar berharap kepada Allah Swt. Kafilah bergerak dan menuju ke Mesir. Saudara-saudara Yusuf berjalan menuju ke al-Aziz. Keadaan perekonomian mereka sedang merosot tajam dan begitu juga suasana kejiwaaan mereka, kefakiran mereka, kesedihan ayah mereka, dan penderitaan yang mengiringi mereka sangat meruntuhkan kekuatan mereka. Kini mereka menemui Yusuf dan mereka membawa harta benda yang sangat sederhana dan hina.
Akhirnya, mereka terpaksa meminta-minta. Mereka meminta kepada Yusuf agar sudi kiranya bersedekah untuk mereka dan menunjukkan belas kasihnya kepada mereka dengan mengingatkan bahwa Allah Swt. akan membalas orang-orang yang bersedekah. Di tengah-tengah kehinaan mereka dan kemerosotan mereka, Yusuf berbicara dengan bahasa mereka tanpa perantara seorang penerjemah.
Yusuf berkata: “Apakah kamu mengetahui (kejelekan) apa yang telah kamu lakukan terhadap Yusuf dan saudaranya ketika kamu tidak mengetahui (akibat) perbuatanmu itu? Mereka berkata: “Apakah kamu ini benar-benar Yusuf?” Yusuf menjawab: “Akulah Yusuf dan ini saudaraku, sesungguhnya Allah telah melimpahkan kurnia-Nya kepada kami. Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.”
Kemudian, mereka berkata : ”Demi Allah, sesungguhnya Allah Swt.
telah melebihkan kamu atas kami, dan kami adalah orang-orang yang bersalah.” Pengakuan mereka terhadap kesalahan yang mereka lakukan di sisi lain justru menyembunyikan kekhawatiran pada diri mereka.
Mungkin mereka berpikir bahwa Yusuf akan melakukan balas dendam kepada mereka sehingga tubuh mereka tampak gemetar. Melihat hal yang demikian itu, Yusuf menenangkan mereka dengan ucapannya:
“Dia (Yusuf) berkata: ‘Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang. “ (QS. Yusuf: 92).
Bab 9 ~ Mengenal Para Nabi dan Rasulullah Membangun Karakter Bangsa dalam Pandangan Islam
82
Yusuf tidak mengatakan bahwa aku akan memaafkan kalian atau aku mengampuni kalian, tetapi ia berdoa kepada Allah Swt. agar Dia mengampuni mereka. Ini mengisyaratkan bahwa beliau mengampuni mereka. Nabi Yusuf berdoa kepada Allah Swt. agar Dia mengampuni mereka dan tentu doa seorang nabi akan dikabulkan. Ini adalah sikap toleransi beliau yang sangat terpuji. Ini adalah contoh terbaik dari sikap toleran. Setelah itu, Nabi Yusuf mengalihkan pembicaraan kepada ayahnya. Beliau mengetahui bahwa mata ayahnya sudah memutih karena saking sedihnya. Beliau mengetahui bahwa ayahnya tidak mampu lagi melihat. Beliau merasakan penderitaan ayahnya sehingga beliau melepas bajunya dan memberikannya kepada mereka: “Pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini, lalu letakkanlah ke wajah ayahku, nanti ia akan melihat kembali; dan bawalah keluargamu semuanya kepadaku.”
(QS. Yusuf: 93).
Saudara-saudara Yusuf kembali ke Palestina. Mereka berjalan dengan membawa pakaian Yusuf. Pakaian itu disembunyikan di bawah gandum. Pakaian itu bercampur dengan embun-embun kebun dan bau tanah yang baik dan minyak wangi Nabi Yusuf serta kehangatan matahari yang mematangkan gandum. Mereka mulai mendekat ke desa lelaki tua itu. Lelaki itu berputar-putar di kamarnya. Ia tampak sibuk solat dan mengangkat kedua tangannya ke langit kemudian ia mulai mencium udara dan menangis. Ia membayangkan pakaian Yusuf yang sedang menuju padanya. Tatkala telah tiba pembawa kabar gembira itu, maka diletakkannya baju gamis itu ke wajah Yakub, lalu kembalilah dia dapat melihat. Berkata Yakub: Tidakkah aku katakan kepadamu, bahwa aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tidak mengetahuinya.
Singkat cerita, bertemulah Yusuf dengan ibu dan bapaknya. Yusuf merangkul ibu bapaknya dan dia berkata: “Masuklah kamu ke negeri Mesir, insyaAllah dalam keadaan aman.” Dan ia menaikkan kedua ibu bapaknya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya bersujud kepada Yusuf. Dan berkata Yusuf: “Wahai ayahku inilah ta’bir mimpiku yang dahulu itu; sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. Dan sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara dan ketika membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah setan merusak (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku.
Bab 9 ~ Mengenal Para Nabi dan Rasulullah 83