• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV: PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

ANALISA DATA

4. Sikap Petugas Kolektor PBB

Perlakuan, sikap dari petugas kolektor serta pengertian yang diberikan oleh petugas kolektor dalam melakukan pemungutan PBB secara door to door ke rumah masyarakat wajib pajak juga mempengaruhi parisipasi masyarakat. Karena kedatangan petugas kolektor ke rumah-rumah wajib pajak dengan memberikan pengertian dan pengarahan akan tugas yang mereka dan menjelaskan maksud, tujuan serta manfaat dari PBB bagi kehidupan pembangunan masyarakat, dapat menggugah kesadaran dan keinginan berpartisipasi dalam diri masyarakat wajib pajak serta memberi pengetahuan baru kepada masyarakat wajib pajak untuk memperluas pandangannya mengenai PBB.

Setidaknya kejelasan yang diberikan oleh petugas kolektor menambah pengetahuan dari masyarakat wajib pajak yang sebelumnya telah mereka dapat melalui sosialisasi yang diadakan oleh nagari dan kecamatan. Petugas kolektor berusaha membujuk bahkan memberikan dispensasi kepada masyarakat wajib pajak dalam membayar PBB. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada petugas. Petugas juga mengerti akan kondisi ekonomi masyarakat wajib pajak yang didatanginya. Tetapi hal

seperti ini tidak sering dilakukan, apabila hal seperti ini sering dilakukan maka masyarakat wajib pajak akan terbiasa dengan sikap petugas kolektor dan berakibat pada penurunan partisipasi masyarakat dalam membayar PBB.

Hambatan yang dialami dalam petugas kolektor pada umumnya sama di setiap nagari seperti yang telah disajikan pada penyajian data. Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman serta kesadaran dari masyarakat wajib pajak itu sendiri. Diantara masalah-masalah atau kendala-kendala yang dihadapi tersebut antara lain Pertama, banyaknya terdapat perbedaan ukuran luas objek Pajak Bumi dan Bangunan antara yang terdaftar dalam daftar Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dengan ukuran sebenarnya di lapangan yang diakibatkan kesalahan pengukuran atau pendataan oelh petugas pendataan sehingga waktu dilakukan penagihan atau pemungutan pajak oleh Wali Nagari dan Petugas Kolektor, wajib Pajak yang memiliki atau menguasai Objek Pajak tidak mau membayarnya, karena mereka beranggapan merasa dirugikan, karena luas atau ukuran yang terdapat dalam SPPT jauh lebih luas dari Objek Pajak yang mereka kuasai.

Kedua, banyaknya terdapat kesalahan-kesalahan nama dari wajib pajak yang

terdapat dalam SPPT dengan nama wajib pajak yang sebenarnya di lapangan, sehingga waktu dilakukan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan wajib pajak yang bersangkutan tidak mau membayarnya. Wajib pajak mempunyai alasan bahwa nama yang tercantum dalam SPP bukanlah nama wajib pajak yang bersangkutan. Ketiga, banyaknya terjadi perpindahan penguasaan atau pemilikan objek pajak yang disebabkan terjadinya peristiwa pagang gadai, pengolahan lahan dan penjulan Objek Pajak itu sendiri dari Wajib Pajak yang

terdaftar sebagai wajib pajak, sehingga waktu melakukan pemungutan pajak oleh Wali Nagari dan Petugas Kolektor mereka belum mau membayarnya dengan alasan wajib pajak sudah terdaftar menyatakan objek pajak yang ditagih pajaknya sudah dijual kepada orang lain, sedangkan yang membeli objek pajak yang bersangkutan beralasan namanya belum terdaftar sebagai wajib pajak dan pada umumnya peristiwa jual beli atau penggadaian ini terjadi dengan orang yang brdomisili di luar Nagari atau diluar lokasi Nagari tempat Objek berada.

Keempat, masyarakat yang tidak terima kedatangan petugas sehingga perlakuan

masyarakat wajib pajak tidak semestinya kepada petugas, ada yang menghardik petugas kolektor, pemilik tanah kadang-kadang tidak berada di rumah atau dikampung, adanya masyarakat yang tidak mau membayar PBB dengan berbagai alasan yang mereka buat seperti, tidak ada uang, padi belum panen, tidak adanya wajib pajak yang dirumah, keluarga yang bersangkutan tidak ada dirumah, dan adanya wajib pajak yang pulang kampung. Hal ini terjadi karena kurang berfungsinya tugas dari aparatur kolektor PBB tadi. Seharusnya petugas kolektor melakukan pemantauan tiap bulan, atau beberapa bulan sekali, terhadap objek pajak dari masyarakat yang bersangkutan supaya tidak terjadi hambatan-hambatan tersebut.

Langkah-langkah atau kebijaksanaan yang diambil Dalam Mengatasi Kendala-kendala yang ditemui Petugas Kolektor Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Lima Kaum yaitu Pertama, untuk mengatasi bagaimana caranya agar si wajib pajak menyadari atas kewajibannya untuk membayar PBB, maka Wali Nagari dan Petugas Kolektor PBB memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang arti penting dan manfaat dari Pajak Bumi dan

Bangunan pada wajib pajak dengan melibatkan pihak Pemerintah Kecamatan Lima Kaum.

Kedua, dengan Banyaknya terdapat perbedaan ukuran luas objek pajak antara yang

terdapat dalam SPPT dengan kenyataan sebenarnya di lapangan, maka pemerintah Kecamatan Lima Kaum telah memberikan Laporan kepada pihak Kantor Direktorat Jendral Pajak Bumi dan Bangunan cq. Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan wilayah Solok untuk melakukan kembali pendataan ulang terhadap Objek-objek pajak baik Bumi dan Bangunan sehingga didapatkan data yang benar dan akurat, akan tetapi semua laporan yang diajukan oleh pemerintah Nagari sudah ada sebahagian yang telah diperbaiki oleh Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.

Ketiga, begitu juga dalam hal kesalahan-kesalahan nama dari wajib pajak dalam

SPPT dengan nama wajib pajak yang sebenarnya di lapangan, maka Wali Nagari sebagai petugas kolektor PBB memberikan pengertian ataupun penjelasan kepada wajib pajak, di samping juga memberika laporan pihak Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan di Solok. Keempat, seringnya terjadi peristiwa pagang gadai. Pemindahan penguasaan atau pemilikan objek pajak yang disebabkan oleh jual beli sehingga dengan sendirinya pemilikan maupun penguasaan/pemanfaatan atas objek pajak akan berubah, dalam hal ini Wali Nagari juga memberikan laporan tertulis pada pihak kantor Pelayanan PBB, agar diadakan perubahan dan pendataan ulang.

Dokumen terkait