• Tidak ada hasil yang ditemukan

8. Melapisi wadah styrofoam

5.4 Sikap Responden

Sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespon (baik secara positif maupun negatif) terhadap orang, objek, ataupun situasi tertentu.sikap mengandung suatu penilaian emosional (afektif) disamping komponen pengetahuan (kognitif) serta kecenderungan untuk bertindak (konatif). Berdasarkan penelitian diketahui bahwa sikap responden terhadap pernyataan kemasan plastik tidak berbahaya jika tidak digunakan secara berulang, setuju sebanyak 44 orang (46,4%). Peneliti berasumsi bahwa sikap responden terhadap pernyataan ini adalah masih banyaknya responden yang belum mengetahui secara pasti tentang bahaya penggunaan pengulangan plastik kresek.

Sebagian responden sangat setuju bahwa penggunaan tas belanja daur ulang dapat mengurangi jumlah sampah kemasan plastik. Dalam penelitian Suyono (2003), penggunaan keranjang belanja sendiri dapat secara langsung mengurangi jumlah sampah kemasan plastik hingga mencapai 8 ton per hari dari yang biasanya terjadi di Bandung. Peneliti berasumsi bahwa hal ini juga didukung

oleh mahasiswa yang saat ini juga sering membawa tas belanja sendiri, karena tas belanja yang sekarang lebih ringan, praktis dan banyak varian yang menarik.

Peneliti berasumsi bahwa mahasiswa mengetahui dan sudah melihat efeknya secara langsung di lingkungan yang diakibatkan oleh membakar sampah kemasan plastik, sehingga sebagian besar responden menyatakan tidak setuu pada pernyataan sampah kemasan plastik sebaiknya dibakar untuk mencegah pencemaran lingkungan. Jumlah responden yang menyatakan setuju bahwa daur ulang sampah plastik dapat mengurangi jumlah sampah kemasan plastik, ada sebanyak 56 orang (58,9%). Hal ini karena sebagian besar responden mengetahui efek yang dapat disebabkan oleh berlebihnya penggunaan kemasan plastik.

Dalam pernyataan sampah plastik sebaiknya dibuang pada tempat sampah anorganik sebanyak 52 orang (54,7%) responden memilih setuju. Sikap responden ini dilihat dari kebiasaan responden dalam menggunakan kemasan plastik sampai pada akhirnya membuangnya di tempat sampah yang telah ditentukan. Sebagian responden bersikap ragu-ragu dalam pernyataan kemasan styrofoam mudah di daur ulang yakni sebanyak 41 orang (43,2%), hal ini dapat disebabkan karena pengetahuan responden tentang dasar pembuatan styrofoam. Sebagian besar responden menyatakan setuju pada pernyataan kemasan styrofoam sebaiknya hanya digunakan untuk sekali pakai yaitu sebanyak 48 orang responden (50,5%). Sifat styrofoam yang tidak mudah hancur ditanah, membuat sebagian besar responden bersikap sangat setuju bahwa sampah kemasan styrofoam sebaiknya tidak dibuang secara sembarangan untuk mengurangi pencemaran tanah sebanyak 50 orang (52,6%).

Sikap responden terhadap pernyataan kemasan styrofoam sebaiknya digunakan sebagai kemasan utama pembungkus makanan, yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 41 orang (43,1%). Peneliti berasumsi bahwa sebagian kecil responden yang masih menggunakan kemasan styrofoam sebagai kemasan utama dikarenakan waktu yang digunakan untuk membeli makanan sangat sedikit dan tersedianya kemasan praktis tersebut sebagai pilihan utama. Jumlah responden yang menyatakan tidak setuju pada pernyataan penggunaan kemasan styrofoam tida bisa menyebabkan banjir ada sebanyak 40 orang (42,1%). Peneliti berasumsi bahwa responden kurang dalam mengetahui dampak kemasan

styrofoam terhadap lingkungan dikarenakan kurangnya informasi yang diperoleh dari internet, serta jurnal ilmiah yang mendukungnya.

5.4.1 Kategori Sikap Responden Dalam Meminimalisir Penggunaan Kantong Plastik Dan Styrofoam

Sikap merupkan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Dari hasil penelitian yang diperoleh, sikap responden berada dalam kategori sedang yaitu sebanyak 89 orang (93,7%). Peneliti mendapati walaupun responden cenderung memiliki pengetahuan kategori sedang tentang palstik dan styrofoam, namun responden dipengaruhi oleh ajakan sahabat, keluarga dan meniru orang lain dalam meminimalisir penggunaan kantong plastik dan styrofoam, sehingga menyebabkan responden memiliki sikap yang positif dalam penggunaannya sebagai kemasan makanan.

5.5 Tindakan Responden

5.5.1 Tindakan Responden Membawa Tas Belanja Sendiri Untuk Mengurangi Sampak Plastik

Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa sebanyak 47 orang responden (49,5%) kadang-kadang membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah plastik, dan yang selalu membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah plastik yaitu sebanyak 2 orang responden (2,1%). Hasil ini sesuai dengan pengetahuan responden yang berada dalam kategori sedang. Penelitian Feri (2012) menunjukkan pengetahuan responden tentang membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah plastik tidak sejalan dengan tindakan yang dilakukan responden tersebut. Dari hasil pengamatan Peneliti, sebagian besar responden tidak membawa tas belanja sendiri karena responden tidak terbiasa dalam membawa tas belanja sendiri dan sudah disediakan plastik oleh pedagang sendiri.

5.5.2 Tindakan Responden Menggunakan Kembali Sampah Plastik Sisa Kegiatan

Dari tabel 4.11 dapat dilihat bahwa 37 orang responden (38,9%) sering menggunakan kembali sampah plastik sisa kegiatan, dan sebanyak 11 orang responden (11,6%) tidak pernah menggunakan kembali sampah plastik sisa kegiatannya. Menggunakan kembali sampah plastik merupakan bagian dari gerakan kampanye lingkungan yakni 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle), sebagai upaya untuk menyelamatkan lingkungan. Dari wawancara yang dilakukan Peneliti, diketahui bahwa responden menggunakan kembali sampah plastik sisa kegiatan untuk mengemas sampah rumah, dan mengemas barang-barang tertentu.

5.5.3 Tindakan Responden Membuang Sampah Plastik Secara Sembarangan

Dari tabel 4.12 dapat dilihat bahwa sebanyak 41 orang responden (43,2%) tidak pernah membuang sampah pastik secara sembarangan dan yang sering buang sampah plastik sembarangan yaitu sebanyak 2 orang (2,1%). Hal ini sesuai dengan kategori pengetahuan responden yaitu kategori sedang. Peneliti berasumsi bahwa tindakan responden ini dikarenakan ada ajakan dari sahabat, keluarga dan mendapatkan informasi dari bahan perkuliahan. Hal ini diperkuat dengan materi perkuliahan yang diperoleh responden yaitu dasar kesehatan lingkungan dan pencemaran lingkungan.

5.5.4 Tindakan Responden Membuang Sampah Plastik Pada Tempat Sampah Anorganik

Dari tabel 4.13 dapat dilihat bahwa 39 orang responden (41,1%) kadang-kadang membuang sampah plastik pada tempat sampah anorganik, dan 4 orang responden (4,2%) tidak pernah membuang sampah plastik pada tempat sampah anorganik. Hal ini sejalan dengan sikap responden yang sangat setuju bahwa sampah plastik sebaiknya dibuang pada tempat sampah anorganik. Peneliti berasumsi bahwa responden dalam penelitian ini masih memiliki tindakan yang kurang dikarenakan belum sebagian besar responden yang membuang sampah pada tempat sampah anorganik padahal tempat sampah di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sudah di pisahkan dari tempat sampah organik.

5.5.5 Tindakan Responden Dalam Memprioritaskan Penggunaan Kemasan Styrofoam Sebagai Pembungkus Makanan

Dari tabel 4.14 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tidak pernah memprioritaskan penggunaaan kemasan styrofoam sebagai pembungkus makanan yaitu sebanyak 46 orang (48,5%), sedangkan 2 orang responden (2,1%) sering memprioritaskan penggunaaan kemasan styrofoam sebagai pembungkus makanan. Hal ini sesuai dengan kategori pengetahuan responden yaitu kategori sedang. Peneliti masih mendapati responden yang menggunakan styrofoam

sebagai pembungkus makanannya, karena responden cenderung tidak membawa tempat makanan ketika memembeli makanan tersebut. Hasil ini juga didasari pada jumlah uang saku yang dimiliki oleh responden yang lebih sering dipergunakan untuk membeli makanan yang disajikan dalam styrofoam. Peneliti juga mendapati bahwa pedang sering kali menggunakan styroam sebagai pengemas makanannya, karena praktis dan ringan.

5.5.6 Tindakan Responden Dalam Membuang Sampah Styrofoam Secara Sembarangan

Dari tabel 4.15 dapat dilihat bahwa 50 orang responden (52,6%) tidak pernah membuang sampah styrofoam secara sembarangan, sedangkan 5 orang responden (5,2%) sering membuang sampah styrofoam secara sembarangan. Penelitian Feri (2012) menyebutkan bahwa sebian besar mahasiwa yang mengkonsumsi makanan pada kemasan styrofoam akan membuang sampah tersebut pada tempat sampah yang tersedia pada titik-titik tertentu pada universitas. Hasil penelitian yang diperoleh ini menunjukkan kepedulian responden terhadap dampak lingkungan dari pemakaian styrofoam.

5.5.7 Tindakan Responden Dalam Membeli Makanan Dengan Kemasan Styrofoam

Dari tabel 4.16 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden jarang membeli makanan dengan kemasan styrofoam yaitu sebanyak 55 orang (57,9%) dan yang tidak pernah membeli makanan dengan kemasan styrofoam yaitu sebanyak 7 orang (7,4%). Peneliti mengamati tindakan responden yang dalam hal ini mengikuti ajakan dari sahabat dalam membeli makanan dengan kemasan

styrofoam. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh Peneliti, di dapati bahwa responden cenderung memiliki waktu yang sedikit ketika membeli makanan, sehingga tidak memperdulikan cara pengemasan dari pedagang.

5.5.8 Tindakan Responden Dalam Melapisi Wadah Styrofoam Dengan Kertas Jika Digunakan Sebagai Kemasan Makanan

Dari tabel 4.17 dapat dilihat bahwa 28 orang responden (29,5%) sering melapisi wadah styrofoam dengan kertas jika digunakan sebagai kemasan makanan dan yang tidak pernah melapisi wadah styrofoam dengan kertas jika digunakan sebagai kemasan makanan sebanyak 12 orang (12,6%). Peneliti mendapati bahwa responden sering mengingatkan pedagang untuk melapisi wadah styrofoam-nya terlebih dulu sebelum dikemas dengan makanan. Hasil penelitian ini sesuai dengan kategori pengetahuan responden yaitu kategori sedang.

5.5.9 Kategori Tindakan Responden Dalam Meminimalisir Penggunaan Kantong Plastik Dan Styrofoam

Sikap responden yang termasuk dalam kategori sedang tentang penggunaan kantong plastik dan styrofoam dalam memimalisir penggunaannya diikuti dengan tindakan responden yang termasuk dalam kategori sedang juga.

Menurut Notoadmodjo (2003), secara logis sikap akan dicerminkan dalam bentuk tindakan, namun tidak dapat dikatakan bahwa sikap dan tindakan memiliki hubungan yang sistematis. Dalam penerapannya sikap terkadang tidak sejalan dengan tindakan. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.

Berdasarkan penelitian yang diperoleh, Peneliti menduga bahwa responden dalam menggunakan plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan sangat dipengaruhi oleh karakteristik responden yakni umur responden yang sebagian besar berada dalam kategori umur 20-25 tahun dan jumlah uang saku responden yang berada dalam rentang kategori Rp 500.000 – Rp 1.000.000 dimana kemauan responden dalam menggunakan kemasan praktis terpenuhi oleh ketersediaan pedagang yang menyediakan kemasan plastik dan styrofoam. Tetapi mahasiswa Fakultas kesehatan Masyarakat memiliki tindakan yang dalam kategori sedang, dimana hal ini didukung oleh sumber informasi yang diperoleh dari internet, televisi, jurnal ilmiah, ajakan sahabat, keluarga serta bahan perkuliahan yang mendukung dalam meminimalisir penggunaan kantong plastik dan styrofoam.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait