3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu untuk mengetahui perilaku
mahasiswa dalam meminimalisir penggunaan kantong plastik dan styrofoam di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Sumatera Utara. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan
pada perilaku mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara dalam menggunakan kantong plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan masih tinggi serta perilaku pemeliharaan kesehatan dan kesehatan
lingkungan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara yang masih rendah. Selain itu, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara merupakan fakultas yang termasuk dalam bidang kesehatan,
dimana mahasiswa di dalamnya mempelajari aspek kesehatan dan aspek-aspek
yang berpengaruh terhadap kesehatan, sehingga penelitian ini dirasakan sesuai
jika dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Maret
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara program reguler yang aktif angkatan
2013-2015 yang terdata di bagian pendidikan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara yaitu sebanyak 2020 orang. Jumlah mahasiswa
program reguler setiap angkatan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Distribusi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Program Reguler Tahun 2013-2015
Sumber: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017
3.2.2 Sampel
Jumlah sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan rumus Slovin,
sebagai berikut:
= �
1+�(�2)
dimana: � = Besar sampel
N = Besar populasi
e = batas toleransi kesalahan (10%)
Dengan rumus tersebut dapat dihitung jumlah sampel dengan populasi
dengan mengambil batas toleransi kesalahan 10%, sebagai berikut:
No. Angkatan Jumlah mahasiswa
1. 2013 750
2. 2014 717
3. 2015 553
= 2020 21,2
= 95,28
dari hasil perhitungan, maka sampel sebanyak 95 mahasiswa.
Selanjutnya untuk menentukan sampel yang akan dijadikan unit analisis
dilakukan dengan metode proporsional yaitu pengambilan sampel berdasarkan proporsi yang sama pada setiap angkatan agar setiap mahasiswa memiliki peluang
yang sama untuk dijadikan sampel sehingga mewakili setiap angkatandan dengan
teknik random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak pada masing-masing kelompok angkatan.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Menghitung jumlah sampel pada tiap-tiap angkatan sebagai berikut:
= × �ℎ �ℎ� ��� � � � �
�
Dimana:
x = jumlah sampel per angkatan
n = jumlah sampel
N = jumlah Populasi
2. Menjumlahkan proporsi sampel dengan jumlah populasi pada tiap-tiap
No. Angkatan Perhitungan Sampel Jumlah Sampel
1. 2013 =
95 × 750 2020
35
2. 2014 =
95 × 717 2020
34
3. 2015 =
95 × 553 2020
26
Jumlah 2020
95 Sumber: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017
3. Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel secara acak pada masing-masing
tiap kelompok angkatan dengan cara pengundian (pencabutan nomor) dari
nomor populasi yang terpilih diwawancarai sebagai responden.
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada mahasiswa
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan
instrumen berupa kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara, berbagai literatur, dan penelitian yang berhubungan dengan judul
Untuk memberikan arahan dalam penelitian ini, maka diberikan penjelasan
makna atau defenisi opeasional, sebagai berikut:
1. Karakteristik responden adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
dalam “gerakan diet kantong plastik” sebagai upaya pengurangan penggunaan
kantong plastik dan styrofoam.
a. Umur adalah lama hidup seseorang.
b. Jenis kelamin adalah kategori mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara yang didasarkan pada perbedaan antara
laki-laki dan perempuan.
c. Suku adalah sesuatu yang menjadi karakteristik individu berdasarkan
etnis.
d. Jumlah uang saku adalah besaran kuantitatif untuk pengeluaran
sehari-hari mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara sebagai responden.
2. Sumber informasi adalah instrumen perantara informasi yang diperoleh oleh
mahasiswa dalam meminimalisir penggunaan kantong plastik dan styrofoam. 3. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui mahasiswa Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dalam meminimalisir
penggunaan kantong plastik dan styrofoam.
4. Sikap adalah pendapat atau pandangan mahasiswa Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara dalam meminimalisir penggunaan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara dalam meminimalisir penggunaan
kantong plastik dan styrofoam.
6. Kantong plastik merupakan plastik yang termasuk ke dalam jenis plastik
LDPE (Low Density Polyethylene), yaitu yang digunakan untuk plastik
kemasan.
7. Styrofoam atau polystyrene adalah plastik berbasis minyak bumi yang terbuat dari styrene monomer. Styrofoam merupakan bahan ringan, sekitar 95%
udara, dengan sifat isolasi yang sangat baik dan digunakan dalam semua jenis
produk dari kemasan minuman untuk menjaga agar minuman panas atau
dingin.
3.6 Instrumen dan Aspek Pengukuran 3.6.1 Instrumen
Alat untuk pengumpulan data adalah kuesioner yang telah dipersiapkan
sebelumnya oleh Peneliti.
3.6.2 Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban responden
terhadap pertanyaan dan kuesioner yang disesuaikan dengan skor. Nilai yang
tertinggi dikumpulkan dikategorikan menjadi tiga tingkat (Arikunto, 2006), yaitu:
1. Nilai baik, apabila responden mendapat nilai > 75% dari seluruh skor yang
ada.
2. Nilai sedang, apabila responden mendapat nilai 45% – 75 % dari seluruh skor
ada.
Dalam hal ini pengukuran pada pengetahuan, sikap, dan tindakan dapat
dilakukan dengan cara berikut:
1. Pengetahuan
Pengetahuan diukur melalui 10 pertanyaan dengan menggunakan skala
Thurstone. Skala pengukuran pengetahuan berdasarkan pada jawaban yang
diperoleh dari responden terhadap semua pertanyaan yang diberikan dengan
jawaban benar mendapat nilai = 1, dan jawaban salah mendapat nilai = 0.
Dari seluruh pertanyaan didapatkan total nilai sebesar 10. Berdasarkan
Arikunto (2006), aspek pengukuran dengan kategori dari jumlah yang ada
dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu:
a. Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai
tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 10 yaitu > 8.
b. Tingkat pengetahuan sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari
nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 10 yaitu 5-8.
c. Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh <45% dari
nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total 10 yaitu < 5.
2. Sikap
Sikap dapat diukur dengan 10 pertanyaan dengan menggunakan skala likert
(Sugiyono, 2011) dimana jawaban tertinggi mendapat nilai = 5 dan terendah
= 1. Total skor tertinggi = 50 dan terendah = 10. Berdasarkan jumlah nilai
seluruh pertanyaan dengan total nilai 50 yaitu > 38.
b. Sikap sedang, apabila jumlah skor yang diperoleh 45-75% dari nilai
tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 50 yaitu 23-38.
c. Sikap kurang, apabila jumlah skor yang diperoleh < 45% dari nilai
tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 50 yaitu < 23.
3. Tindakan
Tindakan dapat diukur dengan 8 pertanyaan dimana jawaban tertinggi
mendapat nilai = 5, dan jawaban terendah mendapat nilai = 1. Total skor
tertinggi = 40 dan skor terendah = 8. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat
diklasifikasikan dalam 3 kategori :
a. Tindakan baik, apabila jumlah skor yang diperoleh > 75% dari nilai
tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 40 yaitu > 30.
b. Tindakan sedang, apabila jumlah skor yang diperoleh 45-75% dari nilai
tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 40 yaitu 18-30.
c. Tindakan kurang, apabila jumlah skor yang diperoleh < 45% dari nilai
tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 40 yaitu < 18.
3.7 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan cara manual dengan bantuan komputer
dalam pengolahan data yang pelaksanaannya dilakukan dengan tahapan- tahapan
sebagai berikut :
1. Editing
Pengeditan dilakukan untuk memeriksa kelengkapan data, kesinambungan
mengumpulkan data telah seragam atau tidak.
2. Coding
Merupakan perlakuan terhadap pengkodean data. Coding digunakan untuk
memudahkan pengolahannya, semua jawaban atau data tersebut perlu
disederhanakan. Cara yang digunakan dengan memberikan simbol-simbol
tertentu.
3. Tabulasi
Perlakuan tabulasi setelah editing & coding. Pekerjaan mengelompokkan data
dalam bentuk tabel menurut sifat-sifat disebut tabulasi. Pekerjaan tabulasi
dalam penelitian sangat penting. Dengan berhasil disusunnya tabel-tabel,
analisis data selanjutnya akan mudah dilakukan. Peranan tabeldalam suatu
penelitian antara lainmemang untuk membantu analisis data.
4. Entry data
Entry data yaitu memasukkan data dalam variabel sheet dengan menggunakan komputer.
5. Cleaning data
Cleaning data yaitu pembersihan data untuk mencegah kesalahan yang mungkin terjadi, dalam hal ini diikutsertakan nilai hilang dalam analisis data
dan data yang tidak sesuai atau diluar range penelitian tidak diikutsertakan
dalam analisis (Notoadmodjo, 2002).
Kelima karakteristik teknik pengolahan data diatas merupakan pilihan
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017.
3.8 Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
univariat. Analisis univariat digunakan untuk menjabarkan secara deskriptif
mengenai karakteristik responden (umur, jenis kelamin, suku dan jumlah uang
saku), sumber informasi, sikap, pengetahuan serta tindakan mahasiswa dalam
meminimalisir kantong plastik dan styrofoam di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara tahun 2017. Analisis univariat bertujuan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian yang
disajikan dalam bentuk distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoadmodjo,
Fakultas Kesehatan Masyarakat merupakan fakultas ke-10 di Universitas
Sumatera Utara yang diresmikan tanggal 31 Juli 1985, tetapi masih berada di
bawah asuhan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (PSKM-USU).
Kemudian berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia No. 0376/0/1993 tanggal 21 Oktober 1993 Program Studi S1 Ilmu
Kesehatan Masyarakat yang selama ini masih di bawah asuhan Fakultas
Kedokteran telah berubah menjadi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara yang diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada
tanggal 25 Januari 1994. Fakultas ini terletak di Jalan Universitas No.21 Medan.
Fakultas Kesehatan Masyarakat terdiri dari 7 departemen yaitu : (1)
Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, (2) Departemen
Kependudukan dan Biostatistika, (3) Departemen Epidemiologi, (4) Departemen
Gizi Kesehatan Masyarakat, (5) Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
(6) Departemen Kesehatan Lingkungan, dan (7) Departemen Pendidikan
Kesehatan dan Ilmiu Perilaku.
Sesuai dengan visi Universitas Sumatera Utara yakni menjadi perguruan
tinggi yang memiliki keunggulan akademik sebagai barometer kemajuan ilmu
pengetahuan yang mampu bersaing dalam tataran dunia global, maka visi FKM
USU adalah untuk pengembangan tenaga kesehatan masyarakat dengan misi
1. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan untuk menghasilkan
Sarjana Kesehatan Masyarakat, Magister Kesehatan, dan Doktor sesuai
kompetensi dalam bidang kesehatan masyarakat.
2. Menyelenggarakan dan mengembangkan penelitian ilmiah yang dapat
memberi kontribusi untuk pengembangan ilmu kesehatan masyarakat,
tercapainya kompetensi lulusan dan pemecahan masalah kesehatan
masyarakat.
3. Menyelenggarakan dan mengembangkan pengabdian masyarakat yang
dapat memberi kontribusi untuk pengembangan seni, ilmu, teknologi
kesehatan masyarakat, kompetensi lulusan dan pemecahan masalah
kesehatan masyarakat.
Adapun tujuan dari FKM USU adalah dihasilkannya Sarjana Kesehatan
Masyarakat yang menjadi anggota masyarakat yang bermoral, memiliki
kemampuan akademik dan profesi yang dapat menerapkan, mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni dalam bidang kesehatan masyarakat, mampu
menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, meningkatkan kualitas
pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat secara berkelanjutan, serta
mendukung pembangunan kesehatan masyarakat dengan berperan sebagai
kekuatan konseptual dan moral mandiri (Buku Pedoman Program Studi S1
4.2 Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang menjadi sampel penelitian di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dapat dijelaskan berdasarkan
umur, jenis kelamin, suku, dan jumlah uang saku.
4.2.1 Umur
Tabel 4.1 Distribusi responden menurut umur di Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017
No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) %
1 < 20 tahun 25 26,3 %
2 20-25 tahun 70 73,7 %
3 > 25 tahun 0 0
Total 95 100 %
Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden
berada pada golongan umur 20-25 tahun yaitu sebanyak 70 orang (73,7%),
sebagian kecil responden berada pada golongan umur < 20 tahun yaitu sebanyak
25 orang (26,3%), dan tidak ada responden yang berusia > 25 tahun.
4.2.2 Jenis Kelamin
Tabel 4.2 Distribusi responden menurut jenis kelamin di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017
No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) %
1 Laki-laki 16 16,8 %
2 Perempuan 79 83,2 %
Total 95 100 %
Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden
berjenis kelamin perempuann yaitu sebanyak 80 orang (84,2%), sedangkan
sebagian kecil responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 15 orang
4.2.3 Suku
Tabel 4.3 Distribusi responden menurut suku di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017
No Suku Jumlah (Orang) %
1 Batak 74 77,9 %
2 Jawa 4 4,2 %
3 Melayu 3 3,1 %
4 Minang 8 8,5 %
5 Lainnya 6 6,3 %
Total 95 100 %
Berdasarkan tabel 4.3 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden
mempunyai suku batak yaitu sebanyak 74 orang (77,9%), sedangkan sebagian
kecil responden mempunyai suku melayu yaitu sebanyak 3 orang (3,1%).
4.2.4 Jumlah Uang Saku
Tabel 4.4 Distribusi responden menurut jumlah uang saku di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017 No Jumlah Uang Saku per Bulan Jumlah (Orang) %
1 < Rp 500.000 12 12,6 %
2 Rp 500.000 – Rp 1.000.000 58 61,1 %
3 >Rp 1.000.000 25 26,3 %
Total 95 100 %
Berdasarkan tabel 4.4 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden
memiliki jumlah uang saku per bulan Rp 500.000 – Rp 1.000.000 yaitu sebanyak
58 orang (61,1%), sedangkan sebagian kecil responden memiliki jumlah uang
4.3 Sumber Informasi
Tabel 4.5 Distribusi responden menurut sumber informasi yang diperoleh dalam meminimalisir penggunaan kantong plastik dan styrofoam di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017
N o
Sumber Informasi Jumlah
Ya % Tidak %
1 Komunitas Lingkungan 12 12,6 83 87,4
2 Sahabat 63 66,3 32 33,7
3 Meniru Orang Lain 70 73,7 25 26,3
4 Anggota Keluarga 38 40 57 60
5 Kampus 88 92,6 7 7,4
6 Dosen 46 48,4 49 51,6
7 Internet 88 92,6 7 7,4
8 Televisi 66 69,5 29 30,5
9 Bahan Perkuliahan 69 72,6 26 27,4
10 Jurnal Ilmiah 66 69,5 29 30,5
Total 95
Berdasarkan tabel 4.5 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden
menggunakan internet dalam mencari informasi mengenai dampak pemakaian
plastik dan styrofoam dalam meminimalisir penggunaan kantong plastik dan styrofoam yaitu sebanyak 88 orang (92,6,7%) sedangkan sebagian kecil
responden mengikuti komunitas lingkungan dalam mengurangi pemakaian
4.4 Pengetahuan Responden
Tabel 4.6 Distribusi pengetahuan responden dalam meminimalisir penggunaan kantong plastik dan styrofoam di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017
No Pertanyaan Pengetahuan Responden B % S %
1 Dampak penggunaan plastik bagi kesehatan 67 70,5 28 29,5
2 Dampak plastik bagi lingkungan 90 94,7 5 5,3 3 Cara mengurangi dampak penggunaan
plastik
76 80 19 20
4 Jenis kantong plastik yang lebih berbahaya
bagi lingkungan
71 74,7 24 25,3
5 Efek kemasan plastik diminimalisir melalui
penggunaan tas daur ulang kemasan plastik
71 74,7 24 25,3
8 Dampak lingkungan dari pemakaian kemasan styrofoam
94 98,9 1 1,1
9 Mengurangi dampak lingkungan dari sampah kemasan styrofoam
75 78,9 20 21,1
10 Menggunakan kantong plastik dan
styrofoam agar bebas dari dampak lingkungan dan kesehatan
92 96,8 3 3,2
Total 95
Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa sebanyak 67 orang (70,5%) menjawab
benar bahwa dampak penggunaan plastik bagi kesehatan adalah dapat
menimbulkan tumor dan kanker pada manusia terutama kanker hati, dan
responden lain menjawab salah yaitu sebanyak 28 orang (29,5%). Sebanyak 90
orang responden (94,7%) menjawab benar bahwa dampak plastik bagi lingkungan
adalah mengurangi kesuburan tanah, sedangkan responden lain menjawab salah
Untuk pertanyaan cara mengurangi dampak penggunaan plastik adalah
mendaur ulang sampah plastik, responden menjawab benar sebanyak 76 orang
(80%), dan responden lain menjawab salah yaitu sebanyak 19 orang (20%).
Jumlah responden yang menjawab benar pada pertanyaan jenis kantong plastik
yang lebih berbahaya bagi lingkungan adalah kantong plastik hitam, responden
menjawab benar sebanyak 71 orang (74,7%), dan responden lain menjawab salah
yaitu sebanyak 24 orang (25,3%).
Pada pertanyaan efek kemasan plastik dapat diminimalisir melalui
menggunakan tas daur ulang kemasan plastik, responden sebanyak 71 orang
(74,7%) menjawab benar, sedangkan 24 orang responden (25,3%) menjawab
salah. Jumlah responden yang menjawab benar pada pertanyaan tempat
membuang sampah plastik sisa kegiatan adalah tempat sampah organik, yaitu
sebanyak 70 orang (73,7%), dan responden yang menjawab salah ada sebanyak 25
orang (26,3%).
Jumlah responden yang menjawab benar pada pertanyaan dampak
kesehatan dari pemakaian kemasan styrofoam adalah dapat menyebabkan
gangguan pada sistem syaraf pusat, yaitu sebanyak 77 orang (81,1%), dan
responden yang menjawab salah ada sebanyak 18 orang (18,9%). Untuk
pertanyaan dampak lingkungan dari pemakaian kemasan styrofoam adalah menyebabkan pencemaran tanah, yaitu sebanyak 94 orang (98,9%), dan
Sebanyak 75 orang responden (78,9%) menjawab benar bahwa cara
mengurangi dampak lingkungan dari sampah kemasan styrofoam adalah
melakukan daur ulang pada kemasan styforoam dan mengurangi penggunaan
kemasan styrofoam, dan 20 orang responden (21,1%) menjawab salah pada
pertanyaan ini. Untuk pertanyaan cara menggunakan kantong plastik dan
styrofoam agar bebas dari dampak lingkungan dan kesehatan, 92 orang responden
(96,9%) menjawab benar, yaitu melakukan diet kantong plastik yaitu bijak dalam
menggunakan kantong plastik dan styrofoam, sedangkan 3 orang responden
(3,2%) menjawab salah.
Tabel 4.7 Distribusi kategori pengetahuan responden dalam meminimalisir penggunaan kantong plastik dan styrofoam di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017
No Kategori Pengetahuan Jumlah (orang) %
1 Baik 44 46,3
2 Sedang 51 53,7
Total 95 100
Dari tabel 4.7 diketahui 46 orang (48,4%) memiliki pengetahuan baik, 40
4.5 Sikap Responden
Tabel 4.8 Distribusi sikap responden dalam meminimalisir penggunaan kantong plastik dan styrofoam di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017
No Pertanyaan Sikap berbahaya jika tidak digunakan secara berulang
2 Penggunaan tas belanja daur ulang dapat mengurangi jumlah sampah kemasan plastik
70 73,6 24 25,3 0 0 1 1,
1
3 Sampah kemasan plastik sebaiknya dibakar untuk mencegah pencemaran
dapat mengurangi jumlah sampah kemasan plastik
6 Sampah kemasan styrofoam
mudah didaur ulang sebaiknya tidak dibuang secara sembarangan untuk mengurangi pencemaran sebagai kemasan utama pembungkus makanan
sebaiknya hanya digunakan untuk sekali pakai
10 Penggunaan kemasan
Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa sebanyak 44 orang responden (46,4%)
setuju bahwa kemasan plastik tidak berbahaya jika tidak digunakan secara
berulang, sedangkan yang sangat tidak setuju ada sebanyak 8 orang responden
(8,4%). Untuk pernyataan penggunaan tas belanja daur ulang dapat mengurangi
jumlah sampah kemasan plastik, responden yang menyatakan sangat setuju yaitu
sebanyak 70 orang (73,6%) dan responden yang sangat tidak setuju sebanyak 1
orang (1,1%).
Sebanyak 51 orang (53,7%) menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan
sampah kemasan plastik sebaiknya dibakar untuk mencegah pencemaran
lingkungan, sedangkan jumlah responden yang sangat setuju sebanyak 2 orang
(2,1%). Pada pernyataan daur ulang sampah plastik dapat mengurangi jumlah
sampah kemasan plastik, ada sebanyak 56 orang responden (58,9%) yang
menyatakan setuju dan responden yang menjawab sangat tidak setuju ada
sebanyak 1 orang (1,1%).
Jumlah responden yang setuju pada pernyataan sampah plastik sebaiknya
dibuang pada tempat sampah anorganik sebanyak 52 orang (54,7%), dan jumlah
responden yang ragu-ragu sebanyak 2 orang (2,1%). Untuk pernyataan sampah
kemasan styrofoam mudah didaur ulang, responden yang menyatakan ragu-ragu sebanyak 41 orang (43,2%), sedangkan responden yang sangat setuju sebanyak 2
orang (2,1%). Jumlah responden yang menyatakan sangat setuju pada pernyataan
mengurangi pencemaran tanah, yaitu sebanyak 50 orang (52,6), sedangkan yang
menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 1 orang (1,1%).
Pada pernyataan kemasan styrofoam sebaiknya digunakan sebagai
kemasan utama pembungkus makanan, responden yang menyatakan sangat tidak
setuju sebanyak 41 orang (43,1%), sedangkan yang menyatakan ragu-ragu
sebanyak 4 orang (4,2%). Sebanyak 48 orang responden (50,5%) yang
menyatakan setuju pada pernyataan kemasan styrofoam sebaiknya hanya
digunakan untuk sekali pakai, sedangkan 1 orang (1,1%) menyatakan tidak setuju.
Jumlah responden yang menyatakan tidak setuju pada pernyataan penggunaan
kemasan styrofoam tidak bisa menyebabkan banjir ada sebanyak 40 orang (42,1%), dan jumlah responden yang menyatakan setuju sebanyak 5 orang (5,3%).
Tabel 4.9 Distribusi kategori sikap responden dalam meminimalisir penggunaan kantong plastik dan styrofoam di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017
No Kategori Sikap Jumlah (orang) %
1 Baik 6 6,3
2 Sedang 89 93,7
Total 95 100 %
Dari tabel 4.9 diketahui bahwa 89 orang (93,7%) memiliki sikap sedang, 6
4.6 Tindakan Responden
Tabel 4.10 Disitribusi tindakan responden dalam meminimalisir penggunaan kantong plastik dan styrofoam di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017 untuk mengurangi sampah plastik
2. Menggunakan kembali sampah plastik sisa kegiatan
5. Memprioritaskan penggunaan kemasan styrofoam sebagai pembungkus makanan
8. Melapisi wadah styrofoam
Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa sebanyak 47 orang responden (49,5%)
kadang-kadang membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah plastik,
dan yang selalu membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah plastik
yaitu sebanyak 2 orang responden (2,1%). Untuk tindakan menggunakan kembali
sampah plastik sisa kegiatan, dapat dilihat bahwa 37 orang responden (38,9%)
sering menggunakan kembali sampah plastik sisa kegiatan, dan sebanyak 11
orang responden (11,6%) tidak pernah menggunakan kembali sampah plastik sisa
kegiatan.
Sebanyak 41 orang responden (43,2%) tidak pernah membuang sampah
plastik secara sembarangan dan sebanyak 2 orang (2,1%) yaitu sering buang
sampah plastik sembarangan. Dapat dilihat bahwa 39 orang responden (41,1%)
kadang-kadang membuang sampah plastik pada tempat sampah anorganik, dan 4
orang responden (4,2%) tidak pernah membuang sampah plastik pada tempat
sampah anorganik.
Sebagian besar responden tidak pernah memprioritaskan penggunaaan
kemasan styrofoam sebagai pembungkus makanan yaitu sebanyak 46 orang (48,5%), sedangkan 2 orang responden (2,1%) sering memprioritaskan
penggunaaan kemasan styrofoam sebagai pembungkus makanan. Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa 50 orang responden (52,6%) tidak pernah membuang sampah
styrofoam secara sembarangan, sedangkan 5 orang responden (5,2%) sering membuang sampah styrofoam secara sembarangan.
kemasan styrofoam yaitu sebanyak 7 orang (7,4%). Sebanyak 28 orang responden (29,5%) sering melapisi wadah styrofoam dengan kertas jika digunakan sebagai kemasan makanan dan yang tidak pernah melapisi wadah styrofoam dengan kertas jika digunakan sebagai kemasan makanan sebanyak 12 orang (12,6%).
Tabel 4.11 Distribusi kategori tindakan responden dalam meminimalisir penggunaan kantong plastik dan styrofoam di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017
No Kategori Tindakan Jumlah (orang) %
1 Baik 1 1,1
2 Sedang 69 72,6
3 Kurang 25 26,3
Total 95 100 %
Dari tabel 4.18 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki
tindakan sedang yaitu sebanyak 69 orang (72,6%), 1 orang (1,1%) memiliki
tindakan baik, dan tidak ada yang memiliki tindakan kurang.
4.7 Distribusi Perilaku Mahasiswa dalam meminimalisir penggunaan kantong plastik dan styrofoam di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017
4.12 Distribusi Perilaku Mahasiswa dalam meminimalisir penggunaan kantong plastik dan styrofoam di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017
No. Perilaku
Kategori Pengetahuan Sikap Tindakan
Baik 44 6 1
Sedang 51 89 69
Kurang 0 0 25
5.1.1 Umur
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa sebagian
besar responden berusia 20-25 tahun yaitu sebanyak 70 orang (73,7%), sebagian
kecil responden berusia < 20 tahun yaitu sebanyak 25 orang (26,3%), dan tidak
ada responden yang berusia > 25 tahun. Hal ini berarti bahwa sebagian besar
responden yang diteliti berada pada kategori masa dewasa. Menurut Zan dan
Namora (2010) masa dewasa dimulai dari 21 tahun secara harafiah, dewasa berarti
tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran sempurna.
Masa dewasa merupakan masa dimana seseorang mampu menyelesaikan
pertumbuhan dan menerima kedudukan yang sama dalam masyarakat atau orang
dewasa lainnya. Semakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan
mentalnya bertambah baik, bertambah umur seseorang dapat berpengaruh pada
pertambahan pengetetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur tertentu,
bertambahnya proses perkembangan mentak ini tidak secepat seperti ketika
berumur belasan tahun (Puspita, 2010).
Peneliti sendiri berasumsi umur dapat mempengaruhi tindakan responden
dalam menggunakan plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan, hal ini dikarenakan bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan
pengetahuan yang diperolehnya. Selain itu, ketika semakin bertambahnya umur
maka seseorang akan cenderung berpikir dan bertanggungjawab dalam melakukan
Penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 41 orang (43,1%) menggunakan
kantong plastik dan styrofoam sebagai kemasan utama pembungkus makanan. Hal
ini menunjukkan bahwa usia mahasiswa yang memasuki usia dewasa merupakan
usia yang sering menggunakan kantong plastik dan styrofoam sebagai kemasan
utama pembungkus makanan. Peneliti berasumsi bahwa mahasiswa ingin selalu
praktis dalam suatu hal, dala hal ini adalah kepraktisan penggunaan kantong
plastik dan styrofoam.
5.1.2 Jenis Kelamin
Dilihat dari jenis kelamin, diketahui bahwa responden perempuan lebih
banyak dibandingkan responden laki-laki. Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui
bahwa jumlah responden perempuan sebanyak 80 orang (84,2%), sedangkan
responden laki-laki berjumlah 15 orang (15,8%). Jika dihubungkan dengan
pengamatan peneliti, sampai saat ini mahasiswa yang melakukan studi di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, berdasarkan jenis kelamin
lebih banyak perempuan. Peneliti berasumsi, hal ini dikarenakan perempuan
cenderung lebih tertarik kepada dunia kesehatan dibandingkan laki-laki. Hal ini
juga dapat dilihat dari peserta yang berminat untuk mengikuti ujian masuk
perguruan tinggi negeri jurusan Fakultas Kesehatan Masyarakat adalah sebagian
besar perempuan. Hal ini dikarenakan pandangan masyarakat yang masih awam
akan kemungkinan mendapatkan pekerjaan dari jurusan tersebut apabila yang
masuk adalah aki-laki, sehingga perempuan yang biasanya tertarik dengan dunia
5.1.3 Suku
Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa responden terbanyak
mempunyai suku batak yaitu sebanyak 74 orang (77,9%), sedangkan sebagian
kecil responden mempunyai suku melayu yaitu sebanyak 3 orang (3,1%).
Responden suku batak berasal dari suku Batak Toba, Batak Karo, dan Batak
Simalungun. Jika diperhatikan, suku batak menjadi responden terbanyak karena
Fakultas Kesehatan Masyarakat Univesitas Sumatera Utara terletak di wilayah
kerja Kota Medan yang merupakan lokasi pemukiman suku batak terbanyak di
Indonesia.
Mahasiswa yang berasal dari luar daerah dan mempunyai suku Batak juga
banyak menjadikan Universitas Sumatera Utara sebagai pilihannya, dikarenakan
sebelumnya keluarga mahasiswa tersebut berasal dari salah satu daerah di
Sumatera Utara sehingga mahasiswa tersebut ingin mengenal lebih dekat
kebudayaan suku Batak. Banyaknya mahasiswa yang mempunyai suku Batak dan
berasal dari daerah yang sama menciptakan kekreatifan mahasiswa untuk
membuat perkumpulan suku-suku Batak di fakultasnya masing-masing.
5.1.4 Jumlah Uang Saku
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa sebagian
besar responden memiliki jumlah uang saku per bulan Rp 500.000 – Rp 1.000.000
yaitu sebanyak 58 orang (61,1%), sedangkan sebagian kecil responden memiliki
jumlah uang saku per bulan < Rp 500.000 yaitu sebanyak 12 orang (12,6%). Hal
ini menunjukkan bahwa tingkat daya beli responden dalam menggunakan plastik
Hal ini sejalan dengan penelitian Fadly (2012) yang menyatakan kebiasaan
responden mengkonsumsi makanan dalam plastik masih tinggi, hal ini disebabkan
oleh tingginya ketersediaan makanan di lingkungan terdekat responden. Perilaku
ini tentu sangat didukung oleh jumlah uang saku dan daya beli responden dalam
mengkonsumsi makanan tertentu tersebut, walaupun responden tidak memikirkan
bahaya dari kemasan yang dipakainya.
Peneliti berasumsi bahwa jumlah uang saku responden Fakultas Kesehatan
Masyarakat sangat mendukung daya beli dan sikap praktis responden. Hal ini juga
sejalan dengan sikap responden yang masih banyak menggunakan kantong plastik
dan styrofoam sebagai kemasan utama makanan. Sehingga diperlukan kesadaran dari mahasiswa untuk menggunakan kemasan yang dapat dipakai berulang saat
membeli makanan.
5.2 Sumber Informasi 5.2.1 Komunitas Lingkungan
Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
tidak mengikuti komunitas lingkungan dalam mengurangi pemakaian kemasan
plastik dan styrofoam. Jumlah responden yang mengikuti komunitas lingkungan dalam usahanya meminimalisir penggunaan kantong plastik dan styrofoam yaitu
sebanyak 12 orang (12,6%), sedangkan 83 orang responden (87,4%) tidak
mengikuti komunitas lingkungan.
Peneliti berasumsi bahwa ressponden sudah banyak mendapatkan
disebabkan oleh kemajuan IPTEK sekarang yang lebih mendorong mahasiswa
untuk bersikap individualis, sehingga mahasiswa hanya memedulikan dirinya
sendiri dan tidak mau tahu dengan dunia orang lain.
5.2.2 Sahabat
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa 63 orang responden (66,3%)
mendapatkan ajakan dari sahabat dalam mengurangi pemakaian kantong plastik
dan styrofoam, sedangkan 32 orang responden (33,7%) tidak mendapatkan ajakan dari sahabat. Hasil penelitian Feri (2012) menunjukkan bahwa ajakan kelompok
referensi yaitu sahabat dalam menggunakan plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan adalah sebagian besar dari total responden yaitu sebanyak 38
orang (43,7%).
Peneliti berasumsi bahwa sahabat adalah orang terdekat yang akan
memengaruhi responden, dimana dalam kegiatan sehari-hari dikampus, ajakan
seorang sahabat dalam mengurangi penggunaan kantong plastik dan styrofoam
sangat besar pengaruhnya. Kepedulian seseorang terhadap orang lain juga sangat
terlihat dari pergaulan hidupnya sehari-hari dengan orang lain. Mahasiswa yang
terkadang tidak lagi memedulikan sekitarnya sudah dipengaruhi oleh jaman yang
semakin menggilas kepribadiaan seseorang.
5.2.3 Meniru Orang Lain
Berdasarkan penelitian pada tabel 4.5 diketahui bahwa responden meniru
orang lain dalam mengurangi pemakaian plastik dan styrofoam yaitu sebanyak 70 orang (73,7%), sedangkan 25 orang responden (26,3%) tidak meniru orang lain.
dalam mengurangi penggunaan kantong plastik dan styrofoam, karena sudah banyaknya masyarakat yang mengetahui bahaya kesehatan dan lingkungan dari
jenis plastik dan styrofoam. Kebiasaan responden yang selalu berada di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat semakin memengaruhi tindakannya
untuk tidak lagi menggunakan kantong plastik dan styrofoam. Hal ini disebabkan tingkat kesadaran mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat sudah meningkat
dari tahun ke tahun. Hal ini juga di dukung dari pembelajaran di kelas yang
didapatkan setiap responden.
5.2.4 Anggota Keluarga
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa responden yang mendapat ajakan
dari anggota keluarga untuk mengurangi penggunaan kantong plastik dan
styrofoam yaitu sebanyak 38 orang (40%) sedangkan sebagian besar responden tidak mendapat ajakan dari anggota keluarga untuk mengurangi penggunaan
kantong plastik dan styrofoam yaitu sebanyak 57 orang (60%). Pengalaman belajar yang terjadi dalam keluarga merupakan pengalaman belajar yang paling
utama dan paling penting bagi seorang individu dan lingkungan keluarga sebagai
lingkungan yang utama karena di lingkungan inilah seseorang pertama kali
mendapatkan pendidikan dan bimbingan yang sebagian besar dari kehidupan anak
adalah di dalam keluarga. Namun, berdasarkan penelitian ini, ajakan keluarga
masih kurang, hal ini disebabkan oleh banyaknya responden yang tinggal jauh
dari keluarga dan menetap di medan untuk menuntut ilmunya. Oleh karena itu,
styrofoam sangatlah penting, karena hal ini juga terlihat dari tindakan responden yang masih sering membeli makanan dengan kantong plastik dan styrofoam.
5.2.5 Kampus
Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
mendapatkan informasi mengenai dampak pemakaian plastik dan styrofoam dari kampus yaitu sebanyak 88 orang (92,6%) sedangkan sebagian kecil responden
tidak mendapatkan informasi dari kampus mengenai dampak pemakaian plastik
dan styrofoam sebanyak 7 orang (7,4%). Berbagai kegiatan di kampus yang bertemakan kesehatan lingkungan kerap kali diadakan dan mahasiswa yang
dilibatkan langsung dalam proses mendaur ulang, membuat contoh barang bekas
layak pakai serta memyebarkan tas belanja ke setiap angkatan.
Peneliti berasumsi, hal ini sejalan dengan tindakan responden yang sering
menggunakan kembali sampah plastik sisa kegiatan untuk digunakan pada hal
yang bermanfaaat. Dengan kegiatan yang diadakan tersebut, responden lebih
mengetahui informasi mengenai dampak pemakaian plastik dan styrofoam yang sebelumnya tidak didapatkan di bangku sekolah.
5.2.6 Dosen
Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa 46 orang responden (48,4%)
melakukan diskusi dengan dosen tentang dampak pemakaian plastik dan
styrofoam, sedangkan 49 orang responden (51,6%) tidak melakukan diskusi
dengan dosen. Berbagai kesempatan untuk berdiskusi dengan dosen dilakukan
mahasiswa untuk mendapatkan informasi mengenai dampak pemakaian plastik
memengaruhi mahasiswa, contohnya dalam menggunakan tas belanja daur ulang
dan membuat kegiatan edukasi daur ulang sampah. Hal ini terlihat dari setiap
responden memiliki tas belanja daur ulang setelah mendiskusikan dengan dosen di
kelas.
5.2.7 Internet
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden
menggunakan internet dalam mencari tau informasi tentang dampak pemakaian
kantong pastik dan styrofoam yaitu sebanyak 88 orang (92,6%) sedangkan 7 orang responden (7,4%) tidak menggunakan internet dalam mencari tau informasi
tentang dampak pemakaian kantong pastik dan styrofoam.
Hasil yang didapatkan ini tidak sejalan dengan penelitian Aristiana (2011)
yang menyatakan mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS)
menggunakan fasilitas internet untuk memperluas pengalaman akademis melalui
akses informasi ke berbagai sumber informasi di internet dibanding dengan
sumber informasi konvensional lainnya.
5.2.8 Televisi
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden
menonton program televisi tentang dampak pemakaian plastik dan styrofoam
yaitu sebanyak 66 orang (69,5%) sedangkan 29 orang responden (30,5%) tidak
menonton televisi untuk mengetahui dampak pemakaian plastik dan styrofoam. Peneliti berasumsi televisi merupakan salah satu sumber informasi yang sering
responden sebagian kecil masih tidak menonton program edukasi dari televisi
untuk mendapat informasi mengenai dampak pemakaian plastik dan styrofoam. 5.2.9 Bahan Perkuliahan
Berdasarkan penelitian pada tabel 4.5 diketahui bahwa sebagian besar
responden membaca bahan perkuliahan untuk mendapatkan pengetahuan tentang
plastik dan styrofoam yaitu sebanyak 69 orang (72,6%) sedangkan 26 responden (27,4%) tidak membaca bahan perkuliahan mendapatkan pengetahuan tentang
plastik dan styrofoam. Peneliti berasumsi bahwa bahan perkuliahan yang diperoleh sewaktu belajar dasar kesehatan lingkungan dan pencemaran
lingkungan sering kali menjadi bahan lalu bagi mahasiswa. Hal ini disebabkan
oleh sifat individualismenya, yaitu mementingan diri sendiri dan asik dengan
dunianya sendiri, yang artinya responden cenderung aktif di dunia maya dari pada
mencari informasi mengenai dampak pemakaian plastik dan styrofoam dari bahan perkuliahan.
5.2.10 Jurnal Ilmiah
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden
mendapatkan informasi mengenai plastik dan styrofoam dari jurnal ilmiah yaitu sebanyak 66 orang (69,5%) sedangkan 29 orang responden (30,5%) tidak
mendapatkan informasi mengenai plastik dan styrofoam dari jurnal ilmiah. Jurnal ilmiah dapat digunakan sebagai referensi yang sangat baik bila dipelajari dengan
tekun. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa responden cenderung mencari
bahan dari jurnal ilmiah mengenai dampak pemakaian plastik dan styrofoam
Peneliti berasumsi bahwa responden masih memiliki sikap yang baik
untuk mau mencari informasi mengenai dampak pemakaian plastik dan styrofoam
dari jurnal ilmiah meskipun hal tersebut masih merupakan suatu kewajiban bagi
responden.
5.3 Pengetahuan Responden
5.3.1 Pengetahuan Responden Tentang Dampak Penggunaan Plastik Bagi Kesehatan
Berdasarkan penelitian yang diperoleh bahwa sebagian besar responden
mempunyai pengetahuan kategori sedang tentang dampak penggunaan plastik
bagi kesehatan. Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa sebanyak 67 orang
(70,5%) menjawab benar bahwa dampak penggunaan plastik bagi kesehatan
adalah dapat menimbulkan tumor dan kanker pada manusia terutama kanker hati,
dan responden lain menjawab salah yaitu sebanyak 28 orang (29,5%). Hasil ini
menunjukkan bahwa responden mengetahui bdampak penggunaan pastik bagi
kesehatan. Mimi (2002) menyebutkan bahwa risiko gangguan kesehatan yang
dibawa plastik sangat berdampak bagi kesehatan, terutama anak-anak, karena
organ tubuh mereka masih sangat lemah yang dapat berdampak selama periode
emas pertumbuhan anak, meskipun akibatnya tidak langsung tampak. Apalagi,
sistem kekebalan tubuhnya juga masih belum sempurna dan bisa mengakibatkan
kanker.
Sedangkan penelitian di Jepang mengindikasikan, polystyrene dapat menjadi penyebab kanker dan berpengaruh pada sistem saraf pusat. Sedangkan
yang sangat beracun. Selain itu jenis zat yang dapat bermigrasi dari plastik ke
bahan makanan yang dikemas yaitu disebut plasticizer (pemlastis) (Utiya, 2009). Pengetahuan responden dalam hal ini cenderung bagus, dan hal ini
didukung oleh tindakan responden yang sudah jarang membeli makanan dengan
kemasan plastik dan styrofoam.
5.3.2 Pengetahuan Responden tentang Dampak Plastik Bagi Lingkungan
Berdasarkan penelitian yang diperoleh bahwa sebagian besar responden
mempunyai pengetahuan kategori baik tentang dampak plastik bagi lingkungan.
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa sebanyak 90 orang responden (94,7%)
menjawab benar bahwa dampak plastik bagi lingkungan adalah mengurangi
kesuburan tanah, sedangkan responden lain menjawab salah yaitu sebanyak 5
orang (5,3%).
Pengetahuan responden dalam hal ini sejalan dengan tindakan responden
yaitu sebagian besar responden kadang-kadang membawa tas belanja sendiri
untuk mengurangi sampah plastik.
5.3.3 Pengetahuan Responden Tentang Cara Mengurangi Dampak Penggunaan Plastik
Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden
memiliki pengetahuan kategori baik tentang cara mengurangi dampak penggunaan
plastik. Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa cara mengurangi dampak
penggunaan plastik adalah mendaur ulang sampah plastik, dimana responden
menjawab benar sebanyak 76 orang (80%), dan responden lain menjawab salah
dengan sebagian besar tindakan responden yaitu tidak pernah membuang sampah
plastik secara sembarangan.
5.3.4 Pengetahuan Responden Tentang Jenis Kantong Plastik Yang Lebih Berbahaya Bagi Lingkungan
Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden
memiliki pengetahuan kategori sedang tentang jenis kantong plastik yang lebih
berbahaya bagi lingkungan. Jumlah responden yang menjawab benar pada
pertanyaan jenis kantong plastik yang lebih berbahaya bagi lingkungan adalah
kantong plastik hitam sebanyak 71 orang (74,7%), dan responden lain menjawab
salah yaitu sebanyak 24 orang (25,3%).
Untuk menentukan jenis plastik yang baik untuk wadah atau kemasan
makanan di pasaran diperkirakan banyak dijumpai bahan yang sebetulnya tidak
cocok dengan jenis makanan dan minuman yang dikemas. Setiap jenis makanan
memiliki sifat yang perlu dilindungi, yang harus dapat ditanggulangi oleh jenis
plastik tertentu. Kesalahan material dapat mengakibatkan kerusakan bahan
makanan dan minuman yang dikemas dan berbahaya bagi kesehatan dalam jangka
panjang.
5.3.5 Pengetahuan Responden Tentang Efek Kemasan Plastik Dapat Diminimalisir Melalui
Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden
memiliki pengetahuan kategori sedang tentang efek kemasan plastik. Pada
pertanyaan ini, jumlah responden yang menjawab benar bahwa efek kemasan
plastik dapat diminimalisir melalui menggunakan tas daur ulang kemasan plastik
menjawab salah. Peneliti berasumsi bahwa kecenderungan mahasiswa sekarang
menggunakan tas daur ulang yang unik dan dalam berbagai varian dapat
menimalisir penggunaan kantong plastik dan styrofoam.
5.3.6 Pengetahuan Responden Tentang Tempat Membuang Sampah Plastik Sisa Kegiatan
Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden
memiliki pengetahuan kategori sedang tentang tempat membuang sampah plastik
sisa kegiatan. Jumlah responden yang menjawab benar pada pertanyaan ini yaitu
sebanyak 70 orang (73,7%) bahwa tempat membuang sampah plastik sisa
kegiatan adalah tempat sampah anorganik, dan responden yang menjawab salah
ada sebanyak 25 orang (26,3%). Peneliti berasumsi bahwa semakin banyaknya
titik-titik tempat sampah sampah di lingkungan fakultas akan menambah
pengetahuan responden dalam tempat sampah yang benar untuk sampah plastik.
5.3.7 Pengetahuan responden Tentang Dampak Kesehatan Dari Pemakaian Kemasan Styrofoam
Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden
memiliki pengetahuan kategori baik tentang dampak kesehatan dari pemakaian
kemasan styrofoam. Jumlah responden yang menjawab benar bahwa dampak kesehatan dari pemakaian kemasan styrofoam adalah dapat menyebabkan gangguan pada sistem syaraf pusat, yaitu sebanyak 77 orang (81,1%), dan
responden yang menjawab salah ada sebanyak 18 orang (18,9%). Peneliti
berasumsi bahwa responden mengetahui hal ini dari berbagai sumber informasi,
5.3.8 Pengetahuan Responden Tentang Dampak Lingkungan Dari Pemakaian Kemasan Styrofoam
Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden
memiliki pengetahuan kategori baik tentang dampak lingkungan dari pemakaian
kemasan styrofoam. Untuk pertanyaan ini sebanyak 94 orang responden (98,9%) menjawab benar bahwa dampak lingkungan dari pemakaian kemasan styrofoam
adalah menyebabkan pencemaran tanah, dan responden yang menjawab salah ada
sebanyak 1 orang (1,1%). Dari wawancara yang telah dilakukan, Peneliti
mendapati bahwa pengetahuan responden dalam hal ini sejalan dengan tindakan
responden yang tidak membuang sampah plastik dengan sembarangan serta tidak
membakar sampah-sampah plastik tersebut.
5.3.9 Pengetahuan Responden Tentang Cara Mengurangi Dampak Lingkungan Dari Sampah Kemasan Styrofoam
Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden
memiliki pengetahuan kategori baik tentang cara mengurangi dampak lingkungan
dari sampah kemasan styrofoam. Sebanyak 75 orang responden (78,9%) menjawab benar bahwa cara mengurangi dampak lingkungan dari sampah
kemasan styrofoam adalah melakukan daur ulang pada kemasan styforoam dan mengurangi penggunaan kemasan styrofoam, dan 20 orang responden (21,1%)
menjawab salah pada pertanyaan ini.
Pengetahuan responden dalam hal ini sejalan dengan responden yang
kadang-kadang menggunakan plastik sisa kegiatan untuk mengemas
5.3.10 Pengetahuan Responden tentang Cara Menggunakan Kantog Plastik Dan Styrofoam Agar Bebas Dari Dampak Lingkungan Dan Kesehatan
Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden
memiliki pengetahuan kategori baik tentang cara menggunakan kantong plastik
dan styrofoam agar bebas dari dampak lingkungan dan kesehatan. Untuk pertanyaan cara menggunakan kantong plastik dan styrofoam agar bebas dari dampak lingkungan dan kesehatan, 92 orang responden (96,9%) menjawab benar,
yaitu melakukan diet kantong plastik yaitu bijak dalam menggunakan kantong
plastik dan styrofoam, sedangkan 3 orang responden (3,2%) menjawab salah.
5.4 Sikap Responden
Sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespon (baik
secara positif maupun negatif) terhadap orang, objek, ataupun situasi
tertentu.sikap mengandung suatu penilaian emosional (afektif) disamping
komponen pengetahuan (kognitif) serta kecenderungan untuk bertindak (konatif).
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa sikap responden terhadap pernyataan
kemasan plastik tidak berbahaya jika tidak digunakan secara berulang, setuju
sebanyak 44 orang (46,4%). Peneliti berasumsi bahwa sikap responden terhadap
pernyataan ini adalah masih banyaknya responden yang belum mengetahui secara
pasti tentang bahaya penggunaan pengulangan plastik kresek.
Sebagian responden sangat setuju bahwa penggunaan tas belanja daur
ulang dapat mengurangi jumlah sampah kemasan plastik. Dalam penelitian
Suyono (2003), penggunaan keranjang belanja sendiri dapat secara langsung
mengurangi jumlah sampah kemasan plastik hingga mencapai 8 ton per hari dari
oleh mahasiswa yang saat ini juga sering membawa tas belanja sendiri, karena tas
belanja yang sekarang lebih ringan, praktis dan banyak varian yang menarik.
Peneliti berasumsi bahwa mahasiswa mengetahui dan sudah melihat
efeknya secara langsung di lingkungan yang diakibatkan oleh membakar sampah
kemasan plastik, sehingga sebagian besar responden menyatakan tidak setuu pada
pernyataan sampah kemasan plastik sebaiknya dibakar untuk mencegah
pencemaran lingkungan. Jumlah responden yang menyatakan setuju bahwa daur
ulang sampah plastik dapat mengurangi jumlah sampah kemasan plastik, ada
sebanyak 56 orang (58,9%). Hal ini karena sebagian besar responden mengetahui
efek yang dapat disebabkan oleh berlebihnya penggunaan kemasan plastik.
Dalam pernyataan sampah plastik sebaiknya dibuang pada tempat sampah
anorganik sebanyak 52 orang (54,7%) responden memilih setuju. Sikap responden
ini dilihat dari kebiasaan responden dalam menggunakan kemasan plastik sampai
pada akhirnya membuangnya di tempat sampah yang telah ditentukan. Sebagian
responden bersikap ragu-ragu dalam pernyataan kemasan styrofoam mudah di
daur ulang yakni sebanyak 41 orang (43,2%), hal ini dapat disebabkan karena
pengetahuan responden tentang dasar pembuatan styrofoam. Sebagian besar responden menyatakan setuju pada pernyataan kemasan styrofoam sebaiknya hanya digunakan untuk sekali pakai yaitu sebanyak 48 orang responden (50,5%).
Sifat styrofoam yang tidak mudah hancur ditanah, membuat sebagian besar responden bersikap sangat setuju bahwa sampah kemasan styrofoam sebaiknya tidak dibuang secara sembarangan untuk mengurangi pencemaran tanah sebanyak
Sikap responden terhadap pernyataan kemasan styrofoam sebaiknya
digunakan sebagai kemasan utama pembungkus makanan, yang menyatakan
sangat tidak setuju sebanyak 41 orang (43,1%). Peneliti berasumsi bahwa
sebagian kecil responden yang masih menggunakan kemasan styrofoam sebagai kemasan utama dikarenakan waktu yang digunakan untuk membeli makanan
sangat sedikit dan tersedianya kemasan praktis tersebut sebagai pilihan utama.
Jumlah responden yang menyatakan tidak setuju pada pernyataan penggunaan
kemasan styrofoam tida bisa menyebabkan banjir ada sebanyak 40 orang (42,1%). Peneliti berasumsi bahwa responden kurang dalam mengetahui dampak kemasan
styrofoam terhadap lingkungan dikarenakan kurangnya informasi yang diperoleh dari internet, serta jurnal ilmiah yang mendukungnya.
5.4.1 Kategori Sikap Responden Dalam Meminimalisir Penggunaan Kantong Plastik Dan Styrofoam
Sikap merupkan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau objek. Dari hasil penelitian yang diperoleh, sikap
responden berada dalam kategori sedang yaitu sebanyak 89 orang (93,7%).
Peneliti mendapati walaupun responden cenderung memiliki pengetahuan
kategori sedang tentang palstik dan styrofoam, namun responden dipengaruhi oleh ajakan sahabat, keluarga dan meniru orang lain dalam meminimalisir penggunaan
kantong plastik dan styrofoam, sehingga menyebabkan responden memiliki sikap
5.5 Tindakan Responden
5.5.1 Tindakan Responden Membawa Tas Belanja Sendiri Untuk Mengurangi Sampak Plastik
Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa sebanyak 47 orang responden (49,5%)
kadang-kadang membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah plastik,
dan yang selalu membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah plastik
yaitu sebanyak 2 orang responden (2,1%). Hasil ini sesuai dengan pengetahuan
responden yang berada dalam kategori sedang. Penelitian Feri (2012)
menunjukkan pengetahuan responden tentang membawa tas belanja sendiri untuk
mengurangi sampah plastik tidak sejalan dengan tindakan yang dilakukan
responden tersebut. Dari hasil pengamatan Peneliti, sebagian besar responden
tidak membawa tas belanja sendiri karena responden tidak terbiasa dalam
membawa tas belanja sendiri dan sudah disediakan plastik oleh pedagang sendiri.
5.5.2 Tindakan Responden Menggunakan Kembali Sampah Plastik Sisa Kegiatan
Dari tabel 4.11 dapat dilihat bahwa 37 orang responden (38,9%) sering
menggunakan kembali sampah plastik sisa kegiatan, dan sebanyak 11 orang
responden (11,6%) tidak pernah menggunakan kembali sampah plastik sisa
kegiatannya. Menggunakan kembali sampah plastik merupakan bagian dari
gerakan kampanye lingkungan yakni 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle), sebagai upaya untuk menyelamatkan lingkungan. Dari wawancara yang dilakukan
Peneliti, diketahui bahwa responden menggunakan kembali sampah plastik sisa
5.5.3 Tindakan Responden Membuang Sampah Plastik Secara Sembarangan
Dari tabel 4.12 dapat dilihat bahwa sebanyak 41 orang responden (43,2%)
tidak pernah membuang sampah pastik secara sembarangan dan yang sering
buang sampah plastik sembarangan yaitu sebanyak 2 orang (2,1%). Hal ini sesuai
dengan kategori pengetahuan responden yaitu kategori sedang. Peneliti berasumsi
bahwa tindakan responden ini dikarenakan ada ajakan dari sahabat, keluarga dan
mendapatkan informasi dari bahan perkuliahan. Hal ini diperkuat dengan materi
perkuliahan yang diperoleh responden yaitu dasar kesehatan lingkungan dan
pencemaran lingkungan.
5.5.4 Tindakan Responden Membuang Sampah Plastik Pada Tempat Sampah Anorganik
Dari tabel 4.13 dapat dilihat bahwa 39 orang responden (41,1%)
kadang-kadang membuang sampah plastik pada tempat sampah anorganik, dan 4 orang
responden (4,2%) tidak pernah membuang sampah plastik pada tempat sampah
anorganik. Hal ini sejalan dengan sikap responden yang sangat setuju bahwa
sampah plastik sebaiknya dibuang pada tempat sampah anorganik. Peneliti
berasumsi bahwa responden dalam penelitian ini masih memiliki tindakan yang
kurang dikarenakan belum sebagian besar responden yang membuang sampah
pada tempat sampah anorganik padahal tempat sampah di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara sudah di pisahkan dari tempat sampah
5.5.5 Tindakan Responden Dalam Memprioritaskan Penggunaan Kemasan Styrofoam Sebagai Pembungkus Makanan
Dari tabel 4.14 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tidak pernah
memprioritaskan penggunaaan kemasan styrofoam sebagai pembungkus makanan
yaitu sebanyak 46 orang (48,5%), sedangkan 2 orang responden (2,1%) sering
memprioritaskan penggunaaan kemasan styrofoam sebagai pembungkus
makanan. Hal ini sesuai dengan kategori pengetahuan responden yaitu kategori
sedang. Peneliti masih mendapati responden yang menggunakan styrofoam
sebagai pembungkus makanannya, karena responden cenderung tidak membawa
tempat makanan ketika memembeli makanan tersebut. Hasil ini juga didasari pada
jumlah uang saku yang dimiliki oleh responden yang lebih sering dipergunakan
untuk membeli makanan yang disajikan dalam styrofoam. Peneliti juga mendapati bahwa pedang sering kali menggunakan styroam sebagai pengemas makanannya,
karena praktis dan ringan.
5.5.6 Tindakan Responden Dalam Membuang Sampah Styrofoam Secara Sembarangan
Dari tabel 4.15 dapat dilihat bahwa 50 orang responden (52,6%) tidak
pernah membuang sampah styrofoam secara sembarangan, sedangkan 5 orang responden (5,2%) sering membuang sampah styrofoam secara sembarangan. Penelitian Feri (2012) menyebutkan bahwa sebian besar mahasiwa yang
mengkonsumsi makanan pada kemasan styrofoam akan membuang sampah tersebut pada tempat sampah yang tersedia pada titik-titik tertentu pada
universitas. Hasil penelitian yang diperoleh ini menunjukkan kepedulian
5.5.7 Tindakan Responden Dalam Membeli Makanan Dengan Kemasan Styrofoam
Dari tabel 4.16 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden jarang
membeli makanan dengan kemasan styrofoam yaitu sebanyak 55 orang (57,9%) dan yang tidak pernah membeli makanan dengan kemasan styrofoam yaitu sebanyak 7 orang (7,4%). Peneliti mengamati tindakan responden yang dalam hal
ini mengikuti ajakan dari sahabat dalam membeli makanan dengan kemasan
styrofoam. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh Peneliti, di dapati bahwa responden cenderung memiliki waktu yang sedikit ketika membeli makanan,
sehingga tidak memperdulikan cara pengemasan dari pedagang.
5.5.8 Tindakan Responden Dalam Melapisi Wadah Styrofoam Dengan Kertas Jika Digunakan Sebagai Kemasan Makanan
Dari tabel 4.17 dapat dilihat bahwa 28 orang responden (29,5%) sering
melapisi wadah styrofoam dengan kertas jika digunakan sebagai kemasan makanan dan yang tidak pernah melapisi wadah styrofoam dengan kertas jika digunakan sebagai kemasan makanan sebanyak 12 orang (12,6%). Peneliti
mendapati bahwa responden sering mengingatkan pedagang untuk melapisi
wadah styrofoam-nya terlebih dulu sebelum dikemas dengan makanan. Hasil penelitian ini sesuai dengan kategori pengetahuan responden yaitu kategori
sedang.
5.5.9 Kategori Tindakan Responden Dalam Meminimalisir Penggunaan Kantong Plastik Dan Styrofoam
Sikap responden yang termasuk dalam kategori sedang tentang
penggunaan kantong plastik dan styrofoam dalam memimalisir penggunaannya
Menurut Notoadmodjo (2003), secara logis sikap akan dicerminkan dalam bentuk
tindakan, namun tidak dapat dikatakan bahwa sikap dan tindakan memiliki
hubungan yang sistematis. Dalam penerapannya sikap terkadang tidak sejalan
dengan tindakan. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.
Berdasarkan penelitian yang diperoleh, Peneliti menduga bahwa
responden dalam menggunakan plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan
sangat dipengaruhi oleh karakteristik responden yakni umur responden yang
sebagian besar berada dalam kategori umur 20-25 tahun dan jumlah uang saku
responden yang berada dalam rentang kategori Rp 500.000 – Rp 1.000.000
dimana kemauan responden dalam menggunakan kemasan praktis terpenuhi oleh
ketersediaan pedagang yang menyediakan kemasan plastik dan styrofoam. Tetapi mahasiswa Fakultas kesehatan Masyarakat memiliki tindakan yang dalam
kategori sedang, dimana hal ini didukung oleh sumber informasi yang diperoleh
dari internet, televisi, jurnal ilmiah, ajakan sahabat, keluarga serta bahan
perkuliahan yang mendukung dalam meminimalisir penggunaan kantong plastik
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
1. Karakteristik umum dari responden adalah sebagian besar responden berada
pada golongan umur 20-25 tahun yaitu sebanyak 70 orang (73,7%). Sebagian
besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 80 orang
(84,2%). Sebagian besar responden bersuku Batak yaitu sebanyak 74 orang
(77,9%). Sebagian besar responden memiliki jumlah uang saku per bulan Rp
500.000 – Rp 1.000.000 yaitu sebanyak 58 orang (61,1%).
2. Sumber informasi yang diperoleh responden untuk memimalisir penggunaan
kantong plastik dan styrofoam adalah berasal dari ajakan sahabat dan menonton televisi yaitu sebanyak 66 orang (66,3%), informasi dari internet
dan kampus sebanyak 88 orang (92,6%), mengikuti komunitas lingkungan
sebanyak 12 orang (12,6%), sebanyak 70 orang responden (73,7%) meniru
orang lain, sebanyak 46 orang (48,4%) dari diskusi dengan dosen dan 38
orang responden (40%) mendapat ajakan dari anggota keluarga dan dari
bahan perkuliahan dan jurnal ilmiah masing-masing sebanyak 69 orang
(72,6%) dan 66 orang (69,5%).
3. Responden yang memiliki pengetahuan baik tentang penggunaan kantong
plastik dan styrofoam dalam meminimalisir penggunaannya yaitu sebanyak 46 orang (48,4%), responden yang memiliki pengetahuan sedang yaitu
sebanyak 49 orang (51,6%), dan tidak ada responden yang memiliki
4. Sebagian besar responden memiliki sikap yang sedang dalam meminimalisir
penggunaan plastik dan styrofoam yaitu sebanyak 89 orang (93,7%), responden yang memiliki sikap baik yaitu sebanyak 6 orang (6,3%), dan tidak
ada responden yang memiliki sikap kurang.
5. Sebagian besar responden memiliki tindakan yang sedang dalam
meminimalisir penggunaan plastik dan styrofoam yaitu sebanyak 69 orang (72,6%), responden yang memiliki tindakan baik yaitu sebanyak 1 orang
(1,1%), dan responden yang memiliki tindakan kurang yaitu sebanyak 25
orang (26,3%).
6.2 Saran
1. Diharapkan agar responden mencari informasi mengenai plastik dan
styrofoam dalam mengikuti komunitas lingkungan dan jurnal ilmiah sebagai upaya meminimalisir penggunaan kantong plastik dan styrofoam dalam
lingkungan fakultas kesehatan masyarakat, sehingga pengetahuan responden
semakin meningkat dan mampu mengurangi pemakaian plastik dan styrofoam
dalam tujuan mencegah pencemaran lingkungan dan bahaya kesehatan yang
dapat ditimbulkannya.
2. Diharapkan kepada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara agar lebih memberikan sangsi atau hukuman bagi mahasiswa yang
kedapatan membuang sampah plastik dan styrofoam secara sembarangan.
Dan diharapkan agar membuat perubahan pada kurikulum mahasiswa dalam