• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Mahasiswa Dalam Meminimalisir Penggunaan Kantong Plastik Dan Styrofoam Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2017 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Mahasiswa Dalam Meminimalisir Penggunaan Kantong Plastik Dan Styrofoam Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2017 Chapter III VI"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu untuk mengetahui perilaku

mahasiswa dalam meminimalisir penggunaan kantong plastik dan styrofoam di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Universitas Sumatera Utara. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan

pada perilaku mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara dalam menggunakan kantong plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan masih tinggi serta perilaku pemeliharaan kesehatan dan kesehatan

lingkungan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara yang masih rendah. Selain itu, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara merupakan fakultas yang termasuk dalam bidang kesehatan,

dimana mahasiswa di dalamnya mempelajari aspek kesehatan dan aspek-aspek

yang berpengaruh terhadap kesehatan, sehingga penelitian ini dirasakan sesuai

jika dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Maret

(2)

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara program reguler yang aktif angkatan

2013-2015 yang terdata di bagian pendidikan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara yaitu sebanyak 2020 orang. Jumlah mahasiswa

program reguler setiap angkatan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Distribusi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Program Reguler Tahun 2013-2015

Sumber: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017

3.2.2 Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan rumus Slovin,

sebagai berikut:

= �

1+�(�2)

dimana: � = Besar sampel

N = Besar populasi

e = batas toleransi kesalahan (10%)

Dengan rumus tersebut dapat dihitung jumlah sampel dengan populasi

dengan mengambil batas toleransi kesalahan 10%, sebagai berikut:

No. Angkatan Jumlah mahasiswa

1. 2013 750

2. 2014 717

3. 2015 553

(3)

= 2020 21,2

= 95,28

dari hasil perhitungan, maka sampel sebanyak 95 mahasiswa.

Selanjutnya untuk menentukan sampel yang akan dijadikan unit analisis

dilakukan dengan metode proporsional yaitu pengambilan sampel berdasarkan proporsi yang sama pada setiap angkatan agar setiap mahasiswa memiliki peluang

yang sama untuk dijadikan sampel sehingga mewakili setiap angkatandan dengan

teknik random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak pada masing-masing kelompok angkatan.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Menghitung jumlah sampel pada tiap-tiap angkatan sebagai berikut:

= × �ℎ �ℎ� ��� � � � �

Dimana:

x = jumlah sampel per angkatan

n = jumlah sampel

N = jumlah Populasi

2. Menjumlahkan proporsi sampel dengan jumlah populasi pada tiap-tiap

(4)

No. Angkatan Perhitungan Sampel Jumlah Sampel

1. 2013 =

95 × 750 2020

35

2. 2014 =

95 × 717 2020

34

3. 2015 =

95 × 553 2020

26

Jumlah 2020

95 Sumber: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017

3. Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel secara acak pada masing-masing

tiap kelompok angkatan dengan cara pengundian (pencabutan nomor) dari

nomor populasi yang terpilih diwawancarai sebagai responden.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada mahasiswa

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan

instrumen berupa kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara, berbagai literatur, dan penelitian yang berhubungan dengan judul

(5)

Untuk memberikan arahan dalam penelitian ini, maka diberikan penjelasan

makna atau defenisi opeasional, sebagai berikut:

1. Karakteristik responden adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri

mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

dalam “gerakan diet kantong plastik” sebagai upaya pengurangan penggunaan

kantong plastik dan styrofoam.

a. Umur adalah lama hidup seseorang.

b. Jenis kelamin adalah kategori mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara yang didasarkan pada perbedaan antara

laki-laki dan perempuan.

c. Suku adalah sesuatu yang menjadi karakteristik individu berdasarkan

etnis.

d. Jumlah uang saku adalah besaran kuantitatif untuk pengeluaran

sehari-hari mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara sebagai responden.

2. Sumber informasi adalah instrumen perantara informasi yang diperoleh oleh

mahasiswa dalam meminimalisir penggunaan kantong plastik dan styrofoam. 3. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui mahasiswa Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dalam meminimalisir

penggunaan kantong plastik dan styrofoam.

4. Sikap adalah pendapat atau pandangan mahasiswa Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara dalam meminimalisir penggunaan

(6)

Masyarakat Universitas Sumatera Utara dalam meminimalisir penggunaan

kantong plastik dan styrofoam.

6. Kantong plastik merupakan plastik yang termasuk ke dalam jenis plastik

LDPE (Low Density Polyethylene), yaitu yang digunakan untuk plastik

kemasan.

7. Styrofoam atau polystyrene adalah plastik berbasis minyak bumi yang terbuat dari styrene monomer. Styrofoam merupakan bahan ringan, sekitar 95%

udara, dengan sifat isolasi yang sangat baik dan digunakan dalam semua jenis

produk dari kemasan minuman untuk menjaga agar minuman panas atau

dingin.

3.6 Instrumen dan Aspek Pengukuran 3.6.1 Instrumen

Alat untuk pengumpulan data adalah kuesioner yang telah dipersiapkan

sebelumnya oleh Peneliti.

3.6.2 Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban responden

terhadap pertanyaan dan kuesioner yang disesuaikan dengan skor. Nilai yang

tertinggi dikumpulkan dikategorikan menjadi tiga tingkat (Arikunto, 2006), yaitu:

1. Nilai baik, apabila responden mendapat nilai > 75% dari seluruh skor yang

ada.

2. Nilai sedang, apabila responden mendapat nilai 45% – 75 % dari seluruh skor

(7)

ada.

Dalam hal ini pengukuran pada pengetahuan, sikap, dan tindakan dapat

dilakukan dengan cara berikut:

1. Pengetahuan

Pengetahuan diukur melalui 10 pertanyaan dengan menggunakan skala

Thurstone. Skala pengukuran pengetahuan berdasarkan pada jawaban yang

diperoleh dari responden terhadap semua pertanyaan yang diberikan dengan

jawaban benar mendapat nilai = 1, dan jawaban salah mendapat nilai = 0.

Dari seluruh pertanyaan didapatkan total nilai sebesar 10. Berdasarkan

Arikunto (2006), aspek pengukuran dengan kategori dari jumlah yang ada

dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu:

a. Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai

tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 10 yaitu > 8.

b. Tingkat pengetahuan sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari

nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 10 yaitu 5-8.

c. Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh <45% dari

nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total 10 yaitu < 5.

2. Sikap

Sikap dapat diukur dengan 10 pertanyaan dengan menggunakan skala likert

(Sugiyono, 2011) dimana jawaban tertinggi mendapat nilai = 5 dan terendah

= 1. Total skor tertinggi = 50 dan terendah = 10. Berdasarkan jumlah nilai

(8)

seluruh pertanyaan dengan total nilai 50 yaitu > 38.

b. Sikap sedang, apabila jumlah skor yang diperoleh 45-75% dari nilai

tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 50 yaitu 23-38.

c. Sikap kurang, apabila jumlah skor yang diperoleh < 45% dari nilai

tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 50 yaitu < 23.

3. Tindakan

Tindakan dapat diukur dengan 8 pertanyaan dimana jawaban tertinggi

mendapat nilai = 5, dan jawaban terendah mendapat nilai = 1. Total skor

tertinggi = 40 dan skor terendah = 8. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat

diklasifikasikan dalam 3 kategori :

a. Tindakan baik, apabila jumlah skor yang diperoleh > 75% dari nilai

tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 40 yaitu > 30.

b. Tindakan sedang, apabila jumlah skor yang diperoleh 45-75% dari nilai

tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 40 yaitu 18-30.

c. Tindakan kurang, apabila jumlah skor yang diperoleh < 45% dari nilai

tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 40 yaitu < 18.

3.7 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara manual dengan bantuan komputer

dalam pengolahan data yang pelaksanaannya dilakukan dengan tahapan- tahapan

sebagai berikut :

1. Editing

Pengeditan dilakukan untuk memeriksa kelengkapan data, kesinambungan

(9)

mengumpulkan data telah seragam atau tidak.

2. Coding

Merupakan perlakuan terhadap pengkodean data. Coding digunakan untuk

memudahkan pengolahannya, semua jawaban atau data tersebut perlu

disederhanakan. Cara yang digunakan dengan memberikan simbol-simbol

tertentu.

3. Tabulasi

Perlakuan tabulasi setelah editing & coding. Pekerjaan mengelompokkan data

dalam bentuk tabel menurut sifat-sifat disebut tabulasi. Pekerjaan tabulasi

dalam penelitian sangat penting. Dengan berhasil disusunnya tabel-tabel,

analisis data selanjutnya akan mudah dilakukan. Peranan tabeldalam suatu

penelitian antara lainmemang untuk membantu analisis data.

4. Entry data

Entry data yaitu memasukkan data dalam variabel sheet dengan menggunakan komputer.

5. Cleaning data

Cleaning data yaitu pembersihan data untuk mencegah kesalahan yang mungkin terjadi, dalam hal ini diikutsertakan nilai hilang dalam analisis data

dan data yang tidak sesuai atau diluar range penelitian tidak diikutsertakan

dalam analisis (Notoadmodjo, 2002).

Kelima karakteristik teknik pengolahan data diatas merupakan pilihan

(10)

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017.

3.8 Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

univariat. Analisis univariat digunakan untuk menjabarkan secara deskriptif

mengenai karakteristik responden (umur, jenis kelamin, suku dan jumlah uang

saku), sumber informasi, sikap, pengetahuan serta tindakan mahasiswa dalam

meminimalisir kantong plastik dan styrofoam di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara tahun 2017. Analisis univariat bertujuan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian yang

disajikan dalam bentuk distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoadmodjo,

(11)

Fakultas Kesehatan Masyarakat merupakan fakultas ke-10 di Universitas

Sumatera Utara yang diresmikan tanggal 31 Juli 1985, tetapi masih berada di

bawah asuhan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (PSKM-USU).

Kemudian berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia No. 0376/0/1993 tanggal 21 Oktober 1993 Program Studi S1 Ilmu

Kesehatan Masyarakat yang selama ini masih di bawah asuhan Fakultas

Kedokteran telah berubah menjadi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara yang diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada

tanggal 25 Januari 1994. Fakultas ini terletak di Jalan Universitas No.21 Medan.

Fakultas Kesehatan Masyarakat terdiri dari 7 departemen yaitu : (1)

Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, (2) Departemen

Kependudukan dan Biostatistika, (3) Departemen Epidemiologi, (4) Departemen

Gizi Kesehatan Masyarakat, (5) Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,

(6) Departemen Kesehatan Lingkungan, dan (7) Departemen Pendidikan

Kesehatan dan Ilmiu Perilaku.

Sesuai dengan visi Universitas Sumatera Utara yakni menjadi perguruan

tinggi yang memiliki keunggulan akademik sebagai barometer kemajuan ilmu

pengetahuan yang mampu bersaing dalam tataran dunia global, maka visi FKM

USU adalah untuk pengembangan tenaga kesehatan masyarakat dengan misi

(12)

1. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan untuk menghasilkan

Sarjana Kesehatan Masyarakat, Magister Kesehatan, dan Doktor sesuai

kompetensi dalam bidang kesehatan masyarakat.

2. Menyelenggarakan dan mengembangkan penelitian ilmiah yang dapat

memberi kontribusi untuk pengembangan ilmu kesehatan masyarakat,

tercapainya kompetensi lulusan dan pemecahan masalah kesehatan

masyarakat.

3. Menyelenggarakan dan mengembangkan pengabdian masyarakat yang

dapat memberi kontribusi untuk pengembangan seni, ilmu, teknologi

kesehatan masyarakat, kompetensi lulusan dan pemecahan masalah

kesehatan masyarakat.

Adapun tujuan dari FKM USU adalah dihasilkannya Sarjana Kesehatan

Masyarakat yang menjadi anggota masyarakat yang bermoral, memiliki

kemampuan akademik dan profesi yang dapat menerapkan, mengembangkan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni dalam bidang kesehatan masyarakat, mampu

menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, meningkatkan kualitas

pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat secara berkelanjutan, serta

mendukung pembangunan kesehatan masyarakat dengan berperan sebagai

kekuatan konseptual dan moral mandiri (Buku Pedoman Program Studi S1

(13)

4.2 Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang menjadi sampel penelitian di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dapat dijelaskan berdasarkan

umur, jenis kelamin, suku, dan jumlah uang saku.

4.2.1 Umur

Tabel 4.1 Distribusi responden menurut umur di Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017

No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) %

1 < 20 tahun 25 26,3 %

2 20-25 tahun 70 73,7 %

3 > 25 tahun 0 0

Total 95 100 %

Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden

berada pada golongan umur 20-25 tahun yaitu sebanyak 70 orang (73,7%),

sebagian kecil responden berada pada golongan umur < 20 tahun yaitu sebanyak

25 orang (26,3%), dan tidak ada responden yang berusia > 25 tahun.

4.2.2 Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Distribusi responden menurut jenis kelamin di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017

No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) %

1 Laki-laki 16 16,8 %

2 Perempuan 79 83,2 %

Total 95 100 %

Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden

berjenis kelamin perempuann yaitu sebanyak 80 orang (84,2%), sedangkan

sebagian kecil responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 15 orang

(14)

4.2.3 Suku

Tabel 4.3 Distribusi responden menurut suku di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017

No Suku Jumlah (Orang) %

1 Batak 74 77,9 %

2 Jawa 4 4,2 %

3 Melayu 3 3,1 %

4 Minang 8 8,5 %

5 Lainnya 6 6,3 %

Total 95 100 %

Berdasarkan tabel 4.3 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden

mempunyai suku batak yaitu sebanyak 74 orang (77,9%), sedangkan sebagian

kecil responden mempunyai suku melayu yaitu sebanyak 3 orang (3,1%).

4.2.4 Jumlah Uang Saku

Tabel 4.4 Distribusi responden menurut jumlah uang saku di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017 No Jumlah Uang Saku per Bulan Jumlah (Orang) %

1 < Rp 500.000 12 12,6 %

2 Rp 500.000 – Rp 1.000.000 58 61,1 %

3 >Rp 1.000.000 25 26,3 %

Total 95 100 %

Berdasarkan tabel 4.4 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden

memiliki jumlah uang saku per bulan Rp 500.000 – Rp 1.000.000 yaitu sebanyak

58 orang (61,1%), sedangkan sebagian kecil responden memiliki jumlah uang

(15)

4.3 Sumber Informasi

Tabel 4.5 Distribusi responden menurut sumber informasi yang diperoleh dalam meminimalisir penggunaan kantong plastik dan styrofoam di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017

N o

Sumber Informasi Jumlah

Ya % Tidak %

1 Komunitas Lingkungan 12 12,6 83 87,4

2 Sahabat 63 66,3 32 33,7

3 Meniru Orang Lain 70 73,7 25 26,3

4 Anggota Keluarga 38 40 57 60

5 Kampus 88 92,6 7 7,4

6 Dosen 46 48,4 49 51,6

7 Internet 88 92,6 7 7,4

8 Televisi 66 69,5 29 30,5

9 Bahan Perkuliahan 69 72,6 26 27,4

10 Jurnal Ilmiah 66 69,5 29 30,5

Total 95

Berdasarkan tabel 4.5 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden

menggunakan internet dalam mencari informasi mengenai dampak pemakaian

plastik dan styrofoam dalam meminimalisir penggunaan kantong plastik dan styrofoam yaitu sebanyak 88 orang (92,6,7%) sedangkan sebagian kecil

responden mengikuti komunitas lingkungan dalam mengurangi pemakaian

(16)

4.4 Pengetahuan Responden

Tabel 4.6 Distribusi pengetahuan responden dalam meminimalisir penggunaan kantong plastik dan styrofoam di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017

No Pertanyaan Pengetahuan Responden B % S %

1 Dampak penggunaan plastik bagi kesehatan 67 70,5 28 29,5

2 Dampak plastik bagi lingkungan 90 94,7 5 5,3 3 Cara mengurangi dampak penggunaan

plastik

76 80 19 20

4 Jenis kantong plastik yang lebih berbahaya

bagi lingkungan

71 74,7 24 25,3

5 Efek kemasan plastik diminimalisir melalui

penggunaan tas daur ulang kemasan plastik

71 74,7 24 25,3

8 Dampak lingkungan dari pemakaian kemasan styrofoam

94 98,9 1 1,1

9 Mengurangi dampak lingkungan dari sampah kemasan styrofoam

75 78,9 20 21,1

10 Menggunakan kantong plastik dan

styrofoam agar bebas dari dampak lingkungan dan kesehatan

92 96,8 3 3,2

Total 95

Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa sebanyak 67 orang (70,5%) menjawab

benar bahwa dampak penggunaan plastik bagi kesehatan adalah dapat

menimbulkan tumor dan kanker pada manusia terutama kanker hati, dan

responden lain menjawab salah yaitu sebanyak 28 orang (29,5%). Sebanyak 90

orang responden (94,7%) menjawab benar bahwa dampak plastik bagi lingkungan

adalah mengurangi kesuburan tanah, sedangkan responden lain menjawab salah

(17)

Untuk pertanyaan cara mengurangi dampak penggunaan plastik adalah

mendaur ulang sampah plastik, responden menjawab benar sebanyak 76 orang

(80%), dan responden lain menjawab salah yaitu sebanyak 19 orang (20%).

Jumlah responden yang menjawab benar pada pertanyaan jenis kantong plastik

yang lebih berbahaya bagi lingkungan adalah kantong plastik hitam, responden

menjawab benar sebanyak 71 orang (74,7%), dan responden lain menjawab salah

yaitu sebanyak 24 orang (25,3%).

Pada pertanyaan efek kemasan plastik dapat diminimalisir melalui

menggunakan tas daur ulang kemasan plastik, responden sebanyak 71 orang

(74,7%) menjawab benar, sedangkan 24 orang responden (25,3%) menjawab

salah. Jumlah responden yang menjawab benar pada pertanyaan tempat

membuang sampah plastik sisa kegiatan adalah tempat sampah organik, yaitu

sebanyak 70 orang (73,7%), dan responden yang menjawab salah ada sebanyak 25

orang (26,3%).

Jumlah responden yang menjawab benar pada pertanyaan dampak

kesehatan dari pemakaian kemasan styrofoam adalah dapat menyebabkan

gangguan pada sistem syaraf pusat, yaitu sebanyak 77 orang (81,1%), dan

responden yang menjawab salah ada sebanyak 18 orang (18,9%). Untuk

pertanyaan dampak lingkungan dari pemakaian kemasan styrofoam adalah menyebabkan pencemaran tanah, yaitu sebanyak 94 orang (98,9%), dan

(18)

Sebanyak 75 orang responden (78,9%) menjawab benar bahwa cara

mengurangi dampak lingkungan dari sampah kemasan styrofoam adalah

melakukan daur ulang pada kemasan styforoam dan mengurangi penggunaan

kemasan styrofoam, dan 20 orang responden (21,1%) menjawab salah pada

pertanyaan ini. Untuk pertanyaan cara menggunakan kantong plastik dan

styrofoam agar bebas dari dampak lingkungan dan kesehatan, 92 orang responden

(96,9%) menjawab benar, yaitu melakukan diet kantong plastik yaitu bijak dalam

menggunakan kantong plastik dan styrofoam, sedangkan 3 orang responden

(3,2%) menjawab salah.

Tabel 4.7 Distribusi kategori pengetahuan responden dalam meminimalisir penggunaan kantong plastik dan styrofoam di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017

No Kategori Pengetahuan Jumlah (orang) %

1 Baik 44 46,3

2 Sedang 51 53,7

Total 95 100

Dari tabel 4.7 diketahui 46 orang (48,4%) memiliki pengetahuan baik, 40

(19)

4.5 Sikap Responden

Tabel 4.8 Distribusi sikap responden dalam meminimalisir penggunaan kantong plastik dan styrofoam di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017

No Pertanyaan Sikap berbahaya jika tidak digunakan secara berulang

2 Penggunaan tas belanja daur ulang dapat mengurangi jumlah sampah kemasan plastik

70 73,6 24 25,3 0 0 1 1,

1

3 Sampah kemasan plastik sebaiknya dibakar untuk mencegah pencemaran

dapat mengurangi jumlah sampah kemasan plastik

6 Sampah kemasan styrofoam

mudah didaur ulang sebaiknya tidak dibuang secara sembarangan untuk mengurangi pencemaran sebagai kemasan utama pembungkus makanan

sebaiknya hanya digunakan untuk sekali pakai

10 Penggunaan kemasan

(20)

Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa sebanyak 44 orang responden (46,4%)

setuju bahwa kemasan plastik tidak berbahaya jika tidak digunakan secara

berulang, sedangkan yang sangat tidak setuju ada sebanyak 8 orang responden

(8,4%). Untuk pernyataan penggunaan tas belanja daur ulang dapat mengurangi

jumlah sampah kemasan plastik, responden yang menyatakan sangat setuju yaitu

sebanyak 70 orang (73,6%) dan responden yang sangat tidak setuju sebanyak 1

orang (1,1%).

Sebanyak 51 orang (53,7%) menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan

sampah kemasan plastik sebaiknya dibakar untuk mencegah pencemaran

lingkungan, sedangkan jumlah responden yang sangat setuju sebanyak 2 orang

(2,1%). Pada pernyataan daur ulang sampah plastik dapat mengurangi jumlah

sampah kemasan plastik, ada sebanyak 56 orang responden (58,9%) yang

menyatakan setuju dan responden yang menjawab sangat tidak setuju ada

sebanyak 1 orang (1,1%).

Jumlah responden yang setuju pada pernyataan sampah plastik sebaiknya

dibuang pada tempat sampah anorganik sebanyak 52 orang (54,7%), dan jumlah

responden yang ragu-ragu sebanyak 2 orang (2,1%). Untuk pernyataan sampah

kemasan styrofoam mudah didaur ulang, responden yang menyatakan ragu-ragu sebanyak 41 orang (43,2%), sedangkan responden yang sangat setuju sebanyak 2

orang (2,1%). Jumlah responden yang menyatakan sangat setuju pada pernyataan

(21)

mengurangi pencemaran tanah, yaitu sebanyak 50 orang (52,6), sedangkan yang

menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 1 orang (1,1%).

Pada pernyataan kemasan styrofoam sebaiknya digunakan sebagai

kemasan utama pembungkus makanan, responden yang menyatakan sangat tidak

setuju sebanyak 41 orang (43,1%), sedangkan yang menyatakan ragu-ragu

sebanyak 4 orang (4,2%). Sebanyak 48 orang responden (50,5%) yang

menyatakan setuju pada pernyataan kemasan styrofoam sebaiknya hanya

digunakan untuk sekali pakai, sedangkan 1 orang (1,1%) menyatakan tidak setuju.

Jumlah responden yang menyatakan tidak setuju pada pernyataan penggunaan

kemasan styrofoam tidak bisa menyebabkan banjir ada sebanyak 40 orang (42,1%), dan jumlah responden yang menyatakan setuju sebanyak 5 orang (5,3%).

Tabel 4.9 Distribusi kategori sikap responden dalam meminimalisir penggunaan kantong plastik dan styrofoam di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017

No Kategori Sikap Jumlah (orang) %

1 Baik 6 6,3

2 Sedang 89 93,7

Total 95 100 %

Dari tabel 4.9 diketahui bahwa 89 orang (93,7%) memiliki sikap sedang, 6

(22)

4.6 Tindakan Responden

Tabel 4.10 Disitribusi tindakan responden dalam meminimalisir penggunaan kantong plastik dan styrofoam di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017 untuk mengurangi sampah plastik

2. Menggunakan kembali sampah plastik sisa kegiatan

5. Memprioritaskan penggunaan kemasan styrofoam sebagai pembungkus makanan

8. Melapisi wadah styrofoam

(23)

Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa sebanyak 47 orang responden (49,5%)

kadang-kadang membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah plastik,

dan yang selalu membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah plastik

yaitu sebanyak 2 orang responden (2,1%). Untuk tindakan menggunakan kembali

sampah plastik sisa kegiatan, dapat dilihat bahwa 37 orang responden (38,9%)

sering menggunakan kembali sampah plastik sisa kegiatan, dan sebanyak 11

orang responden (11,6%) tidak pernah menggunakan kembali sampah plastik sisa

kegiatan.

Sebanyak 41 orang responden (43,2%) tidak pernah membuang sampah

plastik secara sembarangan dan sebanyak 2 orang (2,1%) yaitu sering buang

sampah plastik sembarangan. Dapat dilihat bahwa 39 orang responden (41,1%)

kadang-kadang membuang sampah plastik pada tempat sampah anorganik, dan 4

orang responden (4,2%) tidak pernah membuang sampah plastik pada tempat

sampah anorganik.

Sebagian besar responden tidak pernah memprioritaskan penggunaaan

kemasan styrofoam sebagai pembungkus makanan yaitu sebanyak 46 orang (48,5%), sedangkan 2 orang responden (2,1%) sering memprioritaskan

penggunaaan kemasan styrofoam sebagai pembungkus makanan. Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa 50 orang responden (52,6%) tidak pernah membuang sampah

styrofoam secara sembarangan, sedangkan 5 orang responden (5,2%) sering membuang sampah styrofoam secara sembarangan.

(24)

kemasan styrofoam yaitu sebanyak 7 orang (7,4%). Sebanyak 28 orang responden (29,5%) sering melapisi wadah styrofoam dengan kertas jika digunakan sebagai kemasan makanan dan yang tidak pernah melapisi wadah styrofoam dengan kertas jika digunakan sebagai kemasan makanan sebanyak 12 orang (12,6%).

Tabel 4.11 Distribusi kategori tindakan responden dalam meminimalisir penggunaan kantong plastik dan styrofoam di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017

No Kategori Tindakan Jumlah (orang) %

1 Baik 1 1,1

2 Sedang 69 72,6

3 Kurang 25 26,3

Total 95 100 %

Dari tabel 4.18 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki

tindakan sedang yaitu sebanyak 69 orang (72,6%), 1 orang (1,1%) memiliki

tindakan baik, dan tidak ada yang memiliki tindakan kurang.

4.7 Distribusi Perilaku Mahasiswa dalam meminimalisir penggunaan kantong plastik dan styrofoam di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017

4.12 Distribusi Perilaku Mahasiswa dalam meminimalisir penggunaan kantong plastik dan styrofoam di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017

No. Perilaku

Kategori Pengetahuan Sikap Tindakan

Baik 44 6 1

Sedang 51 89 69

Kurang 0 0 25

(25)

5.1.1 Umur

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa sebagian

besar responden berusia 20-25 tahun yaitu sebanyak 70 orang (73,7%), sebagian

kecil responden berusia < 20 tahun yaitu sebanyak 25 orang (26,3%), dan tidak

ada responden yang berusia > 25 tahun. Hal ini berarti bahwa sebagian besar

responden yang diteliti berada pada kategori masa dewasa. Menurut Zan dan

Namora (2010) masa dewasa dimulai dari 21 tahun secara harafiah, dewasa berarti

tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran sempurna.

Masa dewasa merupakan masa dimana seseorang mampu menyelesaikan

pertumbuhan dan menerima kedudukan yang sama dalam masyarakat atau orang

dewasa lainnya. Semakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan

mentalnya bertambah baik, bertambah umur seseorang dapat berpengaruh pada

pertambahan pengetetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur tertentu,

bertambahnya proses perkembangan mentak ini tidak secepat seperti ketika

berumur belasan tahun (Puspita, 2010).

Peneliti sendiri berasumsi umur dapat mempengaruhi tindakan responden

dalam menggunakan plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan, hal ini dikarenakan bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan

pengetahuan yang diperolehnya. Selain itu, ketika semakin bertambahnya umur

maka seseorang akan cenderung berpikir dan bertanggungjawab dalam melakukan

(26)

Penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 41 orang (43,1%) menggunakan

kantong plastik dan styrofoam sebagai kemasan utama pembungkus makanan. Hal

ini menunjukkan bahwa usia mahasiswa yang memasuki usia dewasa merupakan

usia yang sering menggunakan kantong plastik dan styrofoam sebagai kemasan

utama pembungkus makanan. Peneliti berasumsi bahwa mahasiswa ingin selalu

praktis dalam suatu hal, dala hal ini adalah kepraktisan penggunaan kantong

plastik dan styrofoam.

5.1.2 Jenis Kelamin

Dilihat dari jenis kelamin, diketahui bahwa responden perempuan lebih

banyak dibandingkan responden laki-laki. Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui

bahwa jumlah responden perempuan sebanyak 80 orang (84,2%), sedangkan

responden laki-laki berjumlah 15 orang (15,8%). Jika dihubungkan dengan

pengamatan peneliti, sampai saat ini mahasiswa yang melakukan studi di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, berdasarkan jenis kelamin

lebih banyak perempuan. Peneliti berasumsi, hal ini dikarenakan perempuan

cenderung lebih tertarik kepada dunia kesehatan dibandingkan laki-laki. Hal ini

juga dapat dilihat dari peserta yang berminat untuk mengikuti ujian masuk

perguruan tinggi negeri jurusan Fakultas Kesehatan Masyarakat adalah sebagian

besar perempuan. Hal ini dikarenakan pandangan masyarakat yang masih awam

akan kemungkinan mendapatkan pekerjaan dari jurusan tersebut apabila yang

masuk adalah aki-laki, sehingga perempuan yang biasanya tertarik dengan dunia

(27)

5.1.3 Suku

Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa responden terbanyak

mempunyai suku batak yaitu sebanyak 74 orang (77,9%), sedangkan sebagian

kecil responden mempunyai suku melayu yaitu sebanyak 3 orang (3,1%).

Responden suku batak berasal dari suku Batak Toba, Batak Karo, dan Batak

Simalungun. Jika diperhatikan, suku batak menjadi responden terbanyak karena

Fakultas Kesehatan Masyarakat Univesitas Sumatera Utara terletak di wilayah

kerja Kota Medan yang merupakan lokasi pemukiman suku batak terbanyak di

Indonesia.

Mahasiswa yang berasal dari luar daerah dan mempunyai suku Batak juga

banyak menjadikan Universitas Sumatera Utara sebagai pilihannya, dikarenakan

sebelumnya keluarga mahasiswa tersebut berasal dari salah satu daerah di

Sumatera Utara sehingga mahasiswa tersebut ingin mengenal lebih dekat

kebudayaan suku Batak. Banyaknya mahasiswa yang mempunyai suku Batak dan

berasal dari daerah yang sama menciptakan kekreatifan mahasiswa untuk

membuat perkumpulan suku-suku Batak di fakultasnya masing-masing.

5.1.4 Jumlah Uang Saku

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa sebagian

besar responden memiliki jumlah uang saku per bulan Rp 500.000 – Rp 1.000.000

yaitu sebanyak 58 orang (61,1%), sedangkan sebagian kecil responden memiliki

jumlah uang saku per bulan < Rp 500.000 yaitu sebanyak 12 orang (12,6%). Hal

ini menunjukkan bahwa tingkat daya beli responden dalam menggunakan plastik

(28)

Hal ini sejalan dengan penelitian Fadly (2012) yang menyatakan kebiasaan

responden mengkonsumsi makanan dalam plastik masih tinggi, hal ini disebabkan

oleh tingginya ketersediaan makanan di lingkungan terdekat responden. Perilaku

ini tentu sangat didukung oleh jumlah uang saku dan daya beli responden dalam

mengkonsumsi makanan tertentu tersebut, walaupun responden tidak memikirkan

bahaya dari kemasan yang dipakainya.

Peneliti berasumsi bahwa jumlah uang saku responden Fakultas Kesehatan

Masyarakat sangat mendukung daya beli dan sikap praktis responden. Hal ini juga

sejalan dengan sikap responden yang masih banyak menggunakan kantong plastik

dan styrofoam sebagai kemasan utama makanan. Sehingga diperlukan kesadaran dari mahasiswa untuk menggunakan kemasan yang dapat dipakai berulang saat

membeli makanan.

5.2 Sumber Informasi 5.2.1 Komunitas Lingkungan

Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

tidak mengikuti komunitas lingkungan dalam mengurangi pemakaian kemasan

plastik dan styrofoam. Jumlah responden yang mengikuti komunitas lingkungan dalam usahanya meminimalisir penggunaan kantong plastik dan styrofoam yaitu

sebanyak 12 orang (12,6%), sedangkan 83 orang responden (87,4%) tidak

mengikuti komunitas lingkungan.

Peneliti berasumsi bahwa ressponden sudah banyak mendapatkan

(29)

disebabkan oleh kemajuan IPTEK sekarang yang lebih mendorong mahasiswa

untuk bersikap individualis, sehingga mahasiswa hanya memedulikan dirinya

sendiri dan tidak mau tahu dengan dunia orang lain.

5.2.2 Sahabat

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa 63 orang responden (66,3%)

mendapatkan ajakan dari sahabat dalam mengurangi pemakaian kantong plastik

dan styrofoam, sedangkan 32 orang responden (33,7%) tidak mendapatkan ajakan dari sahabat. Hasil penelitian Feri (2012) menunjukkan bahwa ajakan kelompok

referensi yaitu sahabat dalam menggunakan plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan adalah sebagian besar dari total responden yaitu sebanyak 38

orang (43,7%).

Peneliti berasumsi bahwa sahabat adalah orang terdekat yang akan

memengaruhi responden, dimana dalam kegiatan sehari-hari dikampus, ajakan

seorang sahabat dalam mengurangi penggunaan kantong plastik dan styrofoam

sangat besar pengaruhnya. Kepedulian seseorang terhadap orang lain juga sangat

terlihat dari pergaulan hidupnya sehari-hari dengan orang lain. Mahasiswa yang

terkadang tidak lagi memedulikan sekitarnya sudah dipengaruhi oleh jaman yang

semakin menggilas kepribadiaan seseorang.

5.2.3 Meniru Orang Lain

Berdasarkan penelitian pada tabel 4.5 diketahui bahwa responden meniru

orang lain dalam mengurangi pemakaian plastik dan styrofoam yaitu sebanyak 70 orang (73,7%), sedangkan 25 orang responden (26,3%) tidak meniru orang lain.

(30)

dalam mengurangi penggunaan kantong plastik dan styrofoam, karena sudah banyaknya masyarakat yang mengetahui bahaya kesehatan dan lingkungan dari

jenis plastik dan styrofoam. Kebiasaan responden yang selalu berada di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat semakin memengaruhi tindakannya

untuk tidak lagi menggunakan kantong plastik dan styrofoam. Hal ini disebabkan tingkat kesadaran mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat sudah meningkat

dari tahun ke tahun. Hal ini juga di dukung dari pembelajaran di kelas yang

didapatkan setiap responden.

5.2.4 Anggota Keluarga

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa responden yang mendapat ajakan

dari anggota keluarga untuk mengurangi penggunaan kantong plastik dan

styrofoam yaitu sebanyak 38 orang (40%) sedangkan sebagian besar responden tidak mendapat ajakan dari anggota keluarga untuk mengurangi penggunaan

kantong plastik dan styrofoam yaitu sebanyak 57 orang (60%). Pengalaman belajar yang terjadi dalam keluarga merupakan pengalaman belajar yang paling

utama dan paling penting bagi seorang individu dan lingkungan keluarga sebagai

lingkungan yang utama karena di lingkungan inilah seseorang pertama kali

mendapatkan pendidikan dan bimbingan yang sebagian besar dari kehidupan anak

adalah di dalam keluarga. Namun, berdasarkan penelitian ini, ajakan keluarga

masih kurang, hal ini disebabkan oleh banyaknya responden yang tinggal jauh

dari keluarga dan menetap di medan untuk menuntut ilmunya. Oleh karena itu,

(31)

styrofoam sangatlah penting, karena hal ini juga terlihat dari tindakan responden yang masih sering membeli makanan dengan kantong plastik dan styrofoam.

5.2.5 Kampus

Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

mendapatkan informasi mengenai dampak pemakaian plastik dan styrofoam dari kampus yaitu sebanyak 88 orang (92,6%) sedangkan sebagian kecil responden

tidak mendapatkan informasi dari kampus mengenai dampak pemakaian plastik

dan styrofoam sebanyak 7 orang (7,4%). Berbagai kegiatan di kampus yang bertemakan kesehatan lingkungan kerap kali diadakan dan mahasiswa yang

dilibatkan langsung dalam proses mendaur ulang, membuat contoh barang bekas

layak pakai serta memyebarkan tas belanja ke setiap angkatan.

Peneliti berasumsi, hal ini sejalan dengan tindakan responden yang sering

menggunakan kembali sampah plastik sisa kegiatan untuk digunakan pada hal

yang bermanfaaat. Dengan kegiatan yang diadakan tersebut, responden lebih

mengetahui informasi mengenai dampak pemakaian plastik dan styrofoam yang sebelumnya tidak didapatkan di bangku sekolah.

5.2.6 Dosen

Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa 46 orang responden (48,4%)

melakukan diskusi dengan dosen tentang dampak pemakaian plastik dan

styrofoam, sedangkan 49 orang responden (51,6%) tidak melakukan diskusi

dengan dosen. Berbagai kesempatan untuk berdiskusi dengan dosen dilakukan

mahasiswa untuk mendapatkan informasi mengenai dampak pemakaian plastik

(32)

memengaruhi mahasiswa, contohnya dalam menggunakan tas belanja daur ulang

dan membuat kegiatan edukasi daur ulang sampah. Hal ini terlihat dari setiap

responden memiliki tas belanja daur ulang setelah mendiskusikan dengan dosen di

kelas.

5.2.7 Internet

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden

menggunakan internet dalam mencari tau informasi tentang dampak pemakaian

kantong pastik dan styrofoam yaitu sebanyak 88 orang (92,6%) sedangkan 7 orang responden (7,4%) tidak menggunakan internet dalam mencari tau informasi

tentang dampak pemakaian kantong pastik dan styrofoam.

Hasil yang didapatkan ini tidak sejalan dengan penelitian Aristiana (2011)

yang menyatakan mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS)

menggunakan fasilitas internet untuk memperluas pengalaman akademis melalui

akses informasi ke berbagai sumber informasi di internet dibanding dengan

sumber informasi konvensional lainnya.

5.2.8 Televisi

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden

menonton program televisi tentang dampak pemakaian plastik dan styrofoam

yaitu sebanyak 66 orang (69,5%) sedangkan 29 orang responden (30,5%) tidak

menonton televisi untuk mengetahui dampak pemakaian plastik dan styrofoam. Peneliti berasumsi televisi merupakan salah satu sumber informasi yang sering

(33)

responden sebagian kecil masih tidak menonton program edukasi dari televisi

untuk mendapat informasi mengenai dampak pemakaian plastik dan styrofoam. 5.2.9 Bahan Perkuliahan

Berdasarkan penelitian pada tabel 4.5 diketahui bahwa sebagian besar

responden membaca bahan perkuliahan untuk mendapatkan pengetahuan tentang

plastik dan styrofoam yaitu sebanyak 69 orang (72,6%) sedangkan 26 responden (27,4%) tidak membaca bahan perkuliahan mendapatkan pengetahuan tentang

plastik dan styrofoam. Peneliti berasumsi bahwa bahan perkuliahan yang diperoleh sewaktu belajar dasar kesehatan lingkungan dan pencemaran

lingkungan sering kali menjadi bahan lalu bagi mahasiswa. Hal ini disebabkan

oleh sifat individualismenya, yaitu mementingan diri sendiri dan asik dengan

dunianya sendiri, yang artinya responden cenderung aktif di dunia maya dari pada

mencari informasi mengenai dampak pemakaian plastik dan styrofoam dari bahan perkuliahan.

5.2.10 Jurnal Ilmiah

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden

mendapatkan informasi mengenai plastik dan styrofoam dari jurnal ilmiah yaitu sebanyak 66 orang (69,5%) sedangkan 29 orang responden (30,5%) tidak

mendapatkan informasi mengenai plastik dan styrofoam dari jurnal ilmiah. Jurnal ilmiah dapat digunakan sebagai referensi yang sangat baik bila dipelajari dengan

tekun. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa responden cenderung mencari

bahan dari jurnal ilmiah mengenai dampak pemakaian plastik dan styrofoam

(34)

Peneliti berasumsi bahwa responden masih memiliki sikap yang baik

untuk mau mencari informasi mengenai dampak pemakaian plastik dan styrofoam

dari jurnal ilmiah meskipun hal tersebut masih merupakan suatu kewajiban bagi

responden.

5.3 Pengetahuan Responden

5.3.1 Pengetahuan Responden Tentang Dampak Penggunaan Plastik Bagi Kesehatan

Berdasarkan penelitian yang diperoleh bahwa sebagian besar responden

mempunyai pengetahuan kategori sedang tentang dampak penggunaan plastik

bagi kesehatan. Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa sebanyak 67 orang

(70,5%) menjawab benar bahwa dampak penggunaan plastik bagi kesehatan

adalah dapat menimbulkan tumor dan kanker pada manusia terutama kanker hati,

dan responden lain menjawab salah yaitu sebanyak 28 orang (29,5%). Hasil ini

menunjukkan bahwa responden mengetahui bdampak penggunaan pastik bagi

kesehatan. Mimi (2002) menyebutkan bahwa risiko gangguan kesehatan yang

dibawa plastik sangat berdampak bagi kesehatan, terutama anak-anak, karena

organ tubuh mereka masih sangat lemah yang dapat berdampak selama periode

emas pertumbuhan anak, meskipun akibatnya tidak langsung tampak. Apalagi,

sistem kekebalan tubuhnya juga masih belum sempurna dan bisa mengakibatkan

kanker.

Sedangkan penelitian di Jepang mengindikasikan, polystyrene dapat menjadi penyebab kanker dan berpengaruh pada sistem saraf pusat. Sedangkan

(35)

yang sangat beracun. Selain itu jenis zat yang dapat bermigrasi dari plastik ke

bahan makanan yang dikemas yaitu disebut plasticizer (pemlastis) (Utiya, 2009). Pengetahuan responden dalam hal ini cenderung bagus, dan hal ini

didukung oleh tindakan responden yang sudah jarang membeli makanan dengan

kemasan plastik dan styrofoam.

5.3.2 Pengetahuan Responden tentang Dampak Plastik Bagi Lingkungan

Berdasarkan penelitian yang diperoleh bahwa sebagian besar responden

mempunyai pengetahuan kategori baik tentang dampak plastik bagi lingkungan.

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa sebanyak 90 orang responden (94,7%)

menjawab benar bahwa dampak plastik bagi lingkungan adalah mengurangi

kesuburan tanah, sedangkan responden lain menjawab salah yaitu sebanyak 5

orang (5,3%).

Pengetahuan responden dalam hal ini sejalan dengan tindakan responden

yaitu sebagian besar responden kadang-kadang membawa tas belanja sendiri

untuk mengurangi sampah plastik.

5.3.3 Pengetahuan Responden Tentang Cara Mengurangi Dampak Penggunaan Plastik

Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden

memiliki pengetahuan kategori baik tentang cara mengurangi dampak penggunaan

plastik. Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa cara mengurangi dampak

penggunaan plastik adalah mendaur ulang sampah plastik, dimana responden

menjawab benar sebanyak 76 orang (80%), dan responden lain menjawab salah

(36)

dengan sebagian besar tindakan responden yaitu tidak pernah membuang sampah

plastik secara sembarangan.

5.3.4 Pengetahuan Responden Tentang Jenis Kantong Plastik Yang Lebih Berbahaya Bagi Lingkungan

Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden

memiliki pengetahuan kategori sedang tentang jenis kantong plastik yang lebih

berbahaya bagi lingkungan. Jumlah responden yang menjawab benar pada

pertanyaan jenis kantong plastik yang lebih berbahaya bagi lingkungan adalah

kantong plastik hitam sebanyak 71 orang (74,7%), dan responden lain menjawab

salah yaitu sebanyak 24 orang (25,3%).

Untuk menentukan jenis plastik yang baik untuk wadah atau kemasan

makanan di pasaran diperkirakan banyak dijumpai bahan yang sebetulnya tidak

cocok dengan jenis makanan dan minuman yang dikemas. Setiap jenis makanan

memiliki sifat yang perlu dilindungi, yang harus dapat ditanggulangi oleh jenis

plastik tertentu. Kesalahan material dapat mengakibatkan kerusakan bahan

makanan dan minuman yang dikemas dan berbahaya bagi kesehatan dalam jangka

panjang.

5.3.5 Pengetahuan Responden Tentang Efek Kemasan Plastik Dapat Diminimalisir Melalui

Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden

memiliki pengetahuan kategori sedang tentang efek kemasan plastik. Pada

pertanyaan ini, jumlah responden yang menjawab benar bahwa efek kemasan

plastik dapat diminimalisir melalui menggunakan tas daur ulang kemasan plastik

(37)

menjawab salah. Peneliti berasumsi bahwa kecenderungan mahasiswa sekarang

menggunakan tas daur ulang yang unik dan dalam berbagai varian dapat

menimalisir penggunaan kantong plastik dan styrofoam.

5.3.6 Pengetahuan Responden Tentang Tempat Membuang Sampah Plastik Sisa Kegiatan

Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden

memiliki pengetahuan kategori sedang tentang tempat membuang sampah plastik

sisa kegiatan. Jumlah responden yang menjawab benar pada pertanyaan ini yaitu

sebanyak 70 orang (73,7%) bahwa tempat membuang sampah plastik sisa

kegiatan adalah tempat sampah anorganik, dan responden yang menjawab salah

ada sebanyak 25 orang (26,3%). Peneliti berasumsi bahwa semakin banyaknya

titik-titik tempat sampah sampah di lingkungan fakultas akan menambah

pengetahuan responden dalam tempat sampah yang benar untuk sampah plastik.

5.3.7 Pengetahuan responden Tentang Dampak Kesehatan Dari Pemakaian Kemasan Styrofoam

Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden

memiliki pengetahuan kategori baik tentang dampak kesehatan dari pemakaian

kemasan styrofoam. Jumlah responden yang menjawab benar bahwa dampak kesehatan dari pemakaian kemasan styrofoam adalah dapat menyebabkan gangguan pada sistem syaraf pusat, yaitu sebanyak 77 orang (81,1%), dan

responden yang menjawab salah ada sebanyak 18 orang (18,9%). Peneliti

berasumsi bahwa responden mengetahui hal ini dari berbagai sumber informasi,

(38)

5.3.8 Pengetahuan Responden Tentang Dampak Lingkungan Dari Pemakaian Kemasan Styrofoam

Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden

memiliki pengetahuan kategori baik tentang dampak lingkungan dari pemakaian

kemasan styrofoam. Untuk pertanyaan ini sebanyak 94 orang responden (98,9%) menjawab benar bahwa dampak lingkungan dari pemakaian kemasan styrofoam

adalah menyebabkan pencemaran tanah, dan responden yang menjawab salah ada

sebanyak 1 orang (1,1%). Dari wawancara yang telah dilakukan, Peneliti

mendapati bahwa pengetahuan responden dalam hal ini sejalan dengan tindakan

responden yang tidak membuang sampah plastik dengan sembarangan serta tidak

membakar sampah-sampah plastik tersebut.

5.3.9 Pengetahuan Responden Tentang Cara Mengurangi Dampak Lingkungan Dari Sampah Kemasan Styrofoam

Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden

memiliki pengetahuan kategori baik tentang cara mengurangi dampak lingkungan

dari sampah kemasan styrofoam. Sebanyak 75 orang responden (78,9%) menjawab benar bahwa cara mengurangi dampak lingkungan dari sampah

kemasan styrofoam adalah melakukan daur ulang pada kemasan styforoam dan mengurangi penggunaan kemasan styrofoam, dan 20 orang responden (21,1%)

menjawab salah pada pertanyaan ini.

Pengetahuan responden dalam hal ini sejalan dengan responden yang

kadang-kadang menggunakan plastik sisa kegiatan untuk mengemas

(39)

5.3.10 Pengetahuan Responden tentang Cara Menggunakan Kantog Plastik Dan Styrofoam Agar Bebas Dari Dampak Lingkungan Dan Kesehatan

Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden

memiliki pengetahuan kategori baik tentang cara menggunakan kantong plastik

dan styrofoam agar bebas dari dampak lingkungan dan kesehatan. Untuk pertanyaan cara menggunakan kantong plastik dan styrofoam agar bebas dari dampak lingkungan dan kesehatan, 92 orang responden (96,9%) menjawab benar,

yaitu melakukan diet kantong plastik yaitu bijak dalam menggunakan kantong

plastik dan styrofoam, sedangkan 3 orang responden (3,2%) menjawab salah.

5.4 Sikap Responden

Sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespon (baik

secara positif maupun negatif) terhadap orang, objek, ataupun situasi

tertentu.sikap mengandung suatu penilaian emosional (afektif) disamping

komponen pengetahuan (kognitif) serta kecenderungan untuk bertindak (konatif).

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa sikap responden terhadap pernyataan

kemasan plastik tidak berbahaya jika tidak digunakan secara berulang, setuju

sebanyak 44 orang (46,4%). Peneliti berasumsi bahwa sikap responden terhadap

pernyataan ini adalah masih banyaknya responden yang belum mengetahui secara

pasti tentang bahaya penggunaan pengulangan plastik kresek.

Sebagian responden sangat setuju bahwa penggunaan tas belanja daur

ulang dapat mengurangi jumlah sampah kemasan plastik. Dalam penelitian

Suyono (2003), penggunaan keranjang belanja sendiri dapat secara langsung

mengurangi jumlah sampah kemasan plastik hingga mencapai 8 ton per hari dari

(40)

oleh mahasiswa yang saat ini juga sering membawa tas belanja sendiri, karena tas

belanja yang sekarang lebih ringan, praktis dan banyak varian yang menarik.

Peneliti berasumsi bahwa mahasiswa mengetahui dan sudah melihat

efeknya secara langsung di lingkungan yang diakibatkan oleh membakar sampah

kemasan plastik, sehingga sebagian besar responden menyatakan tidak setuu pada

pernyataan sampah kemasan plastik sebaiknya dibakar untuk mencegah

pencemaran lingkungan. Jumlah responden yang menyatakan setuju bahwa daur

ulang sampah plastik dapat mengurangi jumlah sampah kemasan plastik, ada

sebanyak 56 orang (58,9%). Hal ini karena sebagian besar responden mengetahui

efek yang dapat disebabkan oleh berlebihnya penggunaan kemasan plastik.

Dalam pernyataan sampah plastik sebaiknya dibuang pada tempat sampah

anorganik sebanyak 52 orang (54,7%) responden memilih setuju. Sikap responden

ini dilihat dari kebiasaan responden dalam menggunakan kemasan plastik sampai

pada akhirnya membuangnya di tempat sampah yang telah ditentukan. Sebagian

responden bersikap ragu-ragu dalam pernyataan kemasan styrofoam mudah di

daur ulang yakni sebanyak 41 orang (43,2%), hal ini dapat disebabkan karena

pengetahuan responden tentang dasar pembuatan styrofoam. Sebagian besar responden menyatakan setuju pada pernyataan kemasan styrofoam sebaiknya hanya digunakan untuk sekali pakai yaitu sebanyak 48 orang responden (50,5%).

Sifat styrofoam yang tidak mudah hancur ditanah, membuat sebagian besar responden bersikap sangat setuju bahwa sampah kemasan styrofoam sebaiknya tidak dibuang secara sembarangan untuk mengurangi pencemaran tanah sebanyak

(41)

Sikap responden terhadap pernyataan kemasan styrofoam sebaiknya

digunakan sebagai kemasan utama pembungkus makanan, yang menyatakan

sangat tidak setuju sebanyak 41 orang (43,1%). Peneliti berasumsi bahwa

sebagian kecil responden yang masih menggunakan kemasan styrofoam sebagai kemasan utama dikarenakan waktu yang digunakan untuk membeli makanan

sangat sedikit dan tersedianya kemasan praktis tersebut sebagai pilihan utama.

Jumlah responden yang menyatakan tidak setuju pada pernyataan penggunaan

kemasan styrofoam tida bisa menyebabkan banjir ada sebanyak 40 orang (42,1%). Peneliti berasumsi bahwa responden kurang dalam mengetahui dampak kemasan

styrofoam terhadap lingkungan dikarenakan kurangnya informasi yang diperoleh dari internet, serta jurnal ilmiah yang mendukungnya.

5.4.1 Kategori Sikap Responden Dalam Meminimalisir Penggunaan Kantong Plastik Dan Styrofoam

Sikap merupkan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap stimulus atau objek. Dari hasil penelitian yang diperoleh, sikap

responden berada dalam kategori sedang yaitu sebanyak 89 orang (93,7%).

Peneliti mendapati walaupun responden cenderung memiliki pengetahuan

kategori sedang tentang palstik dan styrofoam, namun responden dipengaruhi oleh ajakan sahabat, keluarga dan meniru orang lain dalam meminimalisir penggunaan

kantong plastik dan styrofoam, sehingga menyebabkan responden memiliki sikap

(42)

5.5 Tindakan Responden

5.5.1 Tindakan Responden Membawa Tas Belanja Sendiri Untuk Mengurangi Sampak Plastik

Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa sebanyak 47 orang responden (49,5%)

kadang-kadang membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah plastik,

dan yang selalu membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah plastik

yaitu sebanyak 2 orang responden (2,1%). Hasil ini sesuai dengan pengetahuan

responden yang berada dalam kategori sedang. Penelitian Feri (2012)

menunjukkan pengetahuan responden tentang membawa tas belanja sendiri untuk

mengurangi sampah plastik tidak sejalan dengan tindakan yang dilakukan

responden tersebut. Dari hasil pengamatan Peneliti, sebagian besar responden

tidak membawa tas belanja sendiri karena responden tidak terbiasa dalam

membawa tas belanja sendiri dan sudah disediakan plastik oleh pedagang sendiri.

5.5.2 Tindakan Responden Menggunakan Kembali Sampah Plastik Sisa Kegiatan

Dari tabel 4.11 dapat dilihat bahwa 37 orang responden (38,9%) sering

menggunakan kembali sampah plastik sisa kegiatan, dan sebanyak 11 orang

responden (11,6%) tidak pernah menggunakan kembali sampah plastik sisa

kegiatannya. Menggunakan kembali sampah plastik merupakan bagian dari

gerakan kampanye lingkungan yakni 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle), sebagai upaya untuk menyelamatkan lingkungan. Dari wawancara yang dilakukan

Peneliti, diketahui bahwa responden menggunakan kembali sampah plastik sisa

(43)

5.5.3 Tindakan Responden Membuang Sampah Plastik Secara Sembarangan

Dari tabel 4.12 dapat dilihat bahwa sebanyak 41 orang responden (43,2%)

tidak pernah membuang sampah pastik secara sembarangan dan yang sering

buang sampah plastik sembarangan yaitu sebanyak 2 orang (2,1%). Hal ini sesuai

dengan kategori pengetahuan responden yaitu kategori sedang. Peneliti berasumsi

bahwa tindakan responden ini dikarenakan ada ajakan dari sahabat, keluarga dan

mendapatkan informasi dari bahan perkuliahan. Hal ini diperkuat dengan materi

perkuliahan yang diperoleh responden yaitu dasar kesehatan lingkungan dan

pencemaran lingkungan.

5.5.4 Tindakan Responden Membuang Sampah Plastik Pada Tempat Sampah Anorganik

Dari tabel 4.13 dapat dilihat bahwa 39 orang responden (41,1%)

kadang-kadang membuang sampah plastik pada tempat sampah anorganik, dan 4 orang

responden (4,2%) tidak pernah membuang sampah plastik pada tempat sampah

anorganik. Hal ini sejalan dengan sikap responden yang sangat setuju bahwa

sampah plastik sebaiknya dibuang pada tempat sampah anorganik. Peneliti

berasumsi bahwa responden dalam penelitian ini masih memiliki tindakan yang

kurang dikarenakan belum sebagian besar responden yang membuang sampah

pada tempat sampah anorganik padahal tempat sampah di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara sudah di pisahkan dari tempat sampah

(44)

5.5.5 Tindakan Responden Dalam Memprioritaskan Penggunaan Kemasan Styrofoam Sebagai Pembungkus Makanan

Dari tabel 4.14 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tidak pernah

memprioritaskan penggunaaan kemasan styrofoam sebagai pembungkus makanan

yaitu sebanyak 46 orang (48,5%), sedangkan 2 orang responden (2,1%) sering

memprioritaskan penggunaaan kemasan styrofoam sebagai pembungkus

makanan. Hal ini sesuai dengan kategori pengetahuan responden yaitu kategori

sedang. Peneliti masih mendapati responden yang menggunakan styrofoam

sebagai pembungkus makanannya, karena responden cenderung tidak membawa

tempat makanan ketika memembeli makanan tersebut. Hasil ini juga didasari pada

jumlah uang saku yang dimiliki oleh responden yang lebih sering dipergunakan

untuk membeli makanan yang disajikan dalam styrofoam. Peneliti juga mendapati bahwa pedang sering kali menggunakan styroam sebagai pengemas makanannya,

karena praktis dan ringan.

5.5.6 Tindakan Responden Dalam Membuang Sampah Styrofoam Secara Sembarangan

Dari tabel 4.15 dapat dilihat bahwa 50 orang responden (52,6%) tidak

pernah membuang sampah styrofoam secara sembarangan, sedangkan 5 orang responden (5,2%) sering membuang sampah styrofoam secara sembarangan. Penelitian Feri (2012) menyebutkan bahwa sebian besar mahasiwa yang

mengkonsumsi makanan pada kemasan styrofoam akan membuang sampah tersebut pada tempat sampah yang tersedia pada titik-titik tertentu pada

universitas. Hasil penelitian yang diperoleh ini menunjukkan kepedulian

(45)

5.5.7 Tindakan Responden Dalam Membeli Makanan Dengan Kemasan Styrofoam

Dari tabel 4.16 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden jarang

membeli makanan dengan kemasan styrofoam yaitu sebanyak 55 orang (57,9%) dan yang tidak pernah membeli makanan dengan kemasan styrofoam yaitu sebanyak 7 orang (7,4%). Peneliti mengamati tindakan responden yang dalam hal

ini mengikuti ajakan dari sahabat dalam membeli makanan dengan kemasan

styrofoam. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh Peneliti, di dapati bahwa responden cenderung memiliki waktu yang sedikit ketika membeli makanan,

sehingga tidak memperdulikan cara pengemasan dari pedagang.

5.5.8 Tindakan Responden Dalam Melapisi Wadah Styrofoam Dengan Kertas Jika Digunakan Sebagai Kemasan Makanan

Dari tabel 4.17 dapat dilihat bahwa 28 orang responden (29,5%) sering

melapisi wadah styrofoam dengan kertas jika digunakan sebagai kemasan makanan dan yang tidak pernah melapisi wadah styrofoam dengan kertas jika digunakan sebagai kemasan makanan sebanyak 12 orang (12,6%). Peneliti

mendapati bahwa responden sering mengingatkan pedagang untuk melapisi

wadah styrofoam-nya terlebih dulu sebelum dikemas dengan makanan. Hasil penelitian ini sesuai dengan kategori pengetahuan responden yaitu kategori

sedang.

5.5.9 Kategori Tindakan Responden Dalam Meminimalisir Penggunaan Kantong Plastik Dan Styrofoam

Sikap responden yang termasuk dalam kategori sedang tentang

penggunaan kantong plastik dan styrofoam dalam memimalisir penggunaannya

(46)

Menurut Notoadmodjo (2003), secara logis sikap akan dicerminkan dalam bentuk

tindakan, namun tidak dapat dikatakan bahwa sikap dan tindakan memiliki

hubungan yang sistematis. Dalam penerapannya sikap terkadang tidak sejalan

dengan tindakan. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.

Berdasarkan penelitian yang diperoleh, Peneliti menduga bahwa

responden dalam menggunakan plastik dan styrofoam sebagai kemasan makanan

sangat dipengaruhi oleh karakteristik responden yakni umur responden yang

sebagian besar berada dalam kategori umur 20-25 tahun dan jumlah uang saku

responden yang berada dalam rentang kategori Rp 500.000 – Rp 1.000.000

dimana kemauan responden dalam menggunakan kemasan praktis terpenuhi oleh

ketersediaan pedagang yang menyediakan kemasan plastik dan styrofoam. Tetapi mahasiswa Fakultas kesehatan Masyarakat memiliki tindakan yang dalam

kategori sedang, dimana hal ini didukung oleh sumber informasi yang diperoleh

dari internet, televisi, jurnal ilmiah, ajakan sahabat, keluarga serta bahan

perkuliahan yang mendukung dalam meminimalisir penggunaan kantong plastik

(47)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

1. Karakteristik umum dari responden adalah sebagian besar responden berada

pada golongan umur 20-25 tahun yaitu sebanyak 70 orang (73,7%). Sebagian

besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 80 orang

(84,2%). Sebagian besar responden bersuku Batak yaitu sebanyak 74 orang

(77,9%). Sebagian besar responden memiliki jumlah uang saku per bulan Rp

500.000 – Rp 1.000.000 yaitu sebanyak 58 orang (61,1%).

2. Sumber informasi yang diperoleh responden untuk memimalisir penggunaan

kantong plastik dan styrofoam adalah berasal dari ajakan sahabat dan menonton televisi yaitu sebanyak 66 orang (66,3%), informasi dari internet

dan kampus sebanyak 88 orang (92,6%), mengikuti komunitas lingkungan

sebanyak 12 orang (12,6%), sebanyak 70 orang responden (73,7%) meniru

orang lain, sebanyak 46 orang (48,4%) dari diskusi dengan dosen dan 38

orang responden (40%) mendapat ajakan dari anggota keluarga dan dari

bahan perkuliahan dan jurnal ilmiah masing-masing sebanyak 69 orang

(72,6%) dan 66 orang (69,5%).

3. Responden yang memiliki pengetahuan baik tentang penggunaan kantong

plastik dan styrofoam dalam meminimalisir penggunaannya yaitu sebanyak 46 orang (48,4%), responden yang memiliki pengetahuan sedang yaitu

sebanyak 49 orang (51,6%), dan tidak ada responden yang memiliki

(48)

4. Sebagian besar responden memiliki sikap yang sedang dalam meminimalisir

penggunaan plastik dan styrofoam yaitu sebanyak 89 orang (93,7%), responden yang memiliki sikap baik yaitu sebanyak 6 orang (6,3%), dan tidak

ada responden yang memiliki sikap kurang.

5. Sebagian besar responden memiliki tindakan yang sedang dalam

meminimalisir penggunaan plastik dan styrofoam yaitu sebanyak 69 orang (72,6%), responden yang memiliki tindakan baik yaitu sebanyak 1 orang

(1,1%), dan responden yang memiliki tindakan kurang yaitu sebanyak 25

orang (26,3%).

6.2 Saran

1. Diharapkan agar responden mencari informasi mengenai plastik dan

styrofoam dalam mengikuti komunitas lingkungan dan jurnal ilmiah sebagai upaya meminimalisir penggunaan kantong plastik dan styrofoam dalam

lingkungan fakultas kesehatan masyarakat, sehingga pengetahuan responden

semakin meningkat dan mampu mengurangi pemakaian plastik dan styrofoam

dalam tujuan mencegah pencemaran lingkungan dan bahaya kesehatan yang

dapat ditimbulkannya.

2. Diharapkan kepada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara agar lebih memberikan sangsi atau hukuman bagi mahasiswa yang

kedapatan membuang sampah plastik dan styrofoam secara sembarangan.

Dan diharapkan agar membuat perubahan pada kurikulum mahasiswa dalam

Gambar

Tabel 3.2 Proporsi Sampel dengan Jumlah Populasi pada tiap-tiap Angkatan
Tabel 4.2  Distribusi responden menurut jenis kelamin di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017
Tabel 4.4
Tabel 4.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Bapak/lbu setujukah bahwa kepuasan yang dimiliki adalah dengan melaksanakan tugas yang akan datang dengan sebaik-baiknya Sangat Setuju Setuju Cukup Setuju Kurang Setuju

This study using quantitative methods to the independent variables are the Return on Assets (ROA), Price Earning Ratio (PER), Current Ratio, Earning Per Share (EPS), Debt to

Pendekatan (al-madkhal/approach). Pendekatan yaitu sekumpulan pemahaman mengenai bahan pelajaran yang mengandung prinsip-prinsip filosofis. Jadi pendekatan merupakan

Memandangkan jurang di antara tahap perkhidmatan dan kepuasan pengguna adalah penting dalam pengurusan fasiliti, penyelidik mencadangkan kajian seterusnya

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Simarmata (2010) bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian BBLR dimana ibu dengan tingkat

Tanaman padi dari fase anakan sampai pemanjangan batang ada 20 kultivar padi lokal yang akan diamati dan dicatat yaitu Tinggi tanaman (cm), warna leher daun, warna telinga daun,

Manfaat dan kegunaan : Bunga lavender dapat digosokkan ke kulit, selain memberikan aroma wangi, lavender juga dapat menghindarkan diri dari gigitan nyamuk,bunga lavender kering

JUDUL : GURU BESAR PERTAMA BIDANG KEDOKTERAN MEDIA : RADAR JOGJA. TANGGAL : 21