• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Sikap Siswa terhadap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

2. Sikap Siswa Kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis

Sikap belajar siswa adalah kecenderungan yang dimiliki para siswa

dalam mereaksi secara konsisten kegiatan belajar yang meliputi 3 (tiga)

komponen yaitu: afeksi (perasaan) mempunyai peran penting untuk

menumbuhkan minat siswa dalam belajar, yang dapat membentuk

kehendak/keinginan (konasi) siswa supaya mau tetap belajar, sehingga

menumbuhkan pikiran (kognitif) agar siswa tersebut dapat bertanggung

jawab terhadap kewajibannya yaitu belajar.

Dengan mempelajari mata pelajaran bahasa Indonesia siswa SMP

Taman Dewasa Jetis Yogyakarta dapat memperoleh banyak manfaat dalam

kehidupan sehari-hari; materi dalam mata pelajaran bahasa Indonesia

bersifat umum, menarik, dan mudah dipahami. Bahasa Indonesia juga

digunakan sebagai bahasa pengantar sehari-hari yang resmi dan wajib. Di

samping itu, ada juga yang beranggapan bahwa dengan berbahasa

Indonesia akan mencerminkan sikap seorang siswa yang baik dan setia

kepada bahasa nasional yang sesuai dengan visi dan misi SMP Taman

Dewasa Jetis Yogyakarta. Sementara itu, guru juga harus menggunakan

Indonesia, serta agar mencerminkan sikap seorang guru yang baik sebagai

wujud kepatuhan kepada ketetapan pemerintah.

Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama kepada mata pelajaran

yang diberikan di sekolah merupakan pertanda awal yang baik bagi proses

belajar tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap mata pelajaran

yang diberikan di sekolah, apalagi jika diiringi dengan kebencian kepada

guru mata pelajaran yang bersangkutan dapat menimbulkan kesulitan

belajar tersebut. Siswa yang memiliki sikap berarti memiliki kesadaran

untuk belajar bahasa Indonesia. Siswa yang bersikap positif terhadap mata

pelajaran bahasa Indonesia akan melakukan apa saja untuk kegiatan

belajarnya. Siswa akan semakin tekun untuk mengerjakan latihan-latihan,

belajar kesastraan, kosakata, membaca buku bahasa Indonesia, dan

sebagainya. Sebaliknya, siswa yang memiliki sikap negatif terhadap mata

pelajaran bahasa Indonesia akan menunjukkan penolakan apabila siswa

dilibatkan di dalam proses belajar bahasa Indonesia. Siswa cenderung

malas untuk mengerjakan latihan-latihan, belajar kosakata, membaca buku

bahasa Indonesia dan cenderung hanya ikut-ikutan serta mengerjakan

tugas dengan asal-asalan. Sikap positif akan menghasilkan kegiatan belajar

yang teratur, sedangkan sikap negatif akan menghasilkan kegiatan belajar

yang tidak teratur (Kabolo, 2006: 26).

Siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta adalah siswa

yang telah dididik untuk menjadi siswa yang unggul dalam prestasi

dengan visi dan misi yang dimiliki oleh SMP Taman Dewasa Jetis

Yogyakarta. Sebagai siswa yang harus unggul dalam prestasi berdasarkan

iman, takwa dan budaya bangsa hendaknya siswa mampu bersikap positif

terhadap proses pembelajaran bahasa Indonesia. Meskipun demikian sikap

siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta terhadap mata

pelajaran bahasa Indonesia dapat bermacam-macam. Ada berbagai macam

membentuk sikap orang. Demikianlah juga, ada banyak faktor yang

mempengaruhi sikap siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis

Yogyakarta terhadap proses pembelajaran bahasa Indonesia. Faktor yang

mempengaruhi yaitu:

1. Pengalaman Pribadi

Selama proses belajar, siswa kelas VIII banyak memperoleh

pengalaman pribadi, yang mengantarkan mereka ke suatu pemahaman

tentang pentingnya mata pelajaran bahasa Indonesia. Karena proses

belajar tersebut siswa kelas VIII dapat memiliki baik sikap negatif

maupun positif terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Selama proses belajar, siswa kelas VIII tidak sendiri, mereka

belajar bersama teman-temannya di sekolah, dan didampingi oleh guru

serta orang tua. Karena belajar dengan orang-orang terdekatnya siswa

dapat memperoleh masukan baik yang sifatnya positif maupun negatif.

tersebut dapat terpengaruh pula selama berada di dalam proses

pembelajaran bahasa Indonesia.

Pengalaman dalam proses belajar bahasa Indonesia di sekolah dapat

menghasilkan sikap siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis

Yogyakarta yang berbeda-beda. Perbedaan ini muncul karena adanya

pengalaman pribadi selama proses belajar, pengaruh orang lain yang

dianggap penting dan pengaruh faktor emosional dari siswa itu sendiri.

Ada siswa yang mempunyai sikap positif terhadap proses pembelajaran

bahasa Indonesia dan ada juga yang mempunyai sikap negatif.

Guru yang dapat mempengaruhi terbentuknya sikap belajar yang

baik berarti guru itu menjalankan tugasnya sesuai dengan kompetensi yang

dimilikinya. Seorang guru yang mendidik banyak siswa di sekolah harus

memiliki kompetensi yang dapat memberi pengaruh pada sikap siswa.

Kompetensi yang harus dimiliki tersebut antara lain:

a. Kompetensi pribadi

Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian

yang ideal. Oleh karena itu, pribadi seorang guru sering dianggap

sebagai model atau panutan yang harus digugu atau ditiru. Sebagai

seorang model, guru harus memiliki kompetensi yang berhubungan

dengan pengembangan kepribadian (personal competencies), di

antaranya: (1) kemampuan yang berhubungan dengan ajaran agama

sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya; (2) kemampuan untuk

untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan, dan sistem nilai yang

berlaku di masyarakat; (4) mengembangkan sifat terpuji sebagai

seorang guru, misalnya sopan santun dan tata krama; (5) bersikap

demokratis dan terbuka terhadap pembaharuan dan kritik.

Kompetensi pribadi seorang guru inilah yang dapat memberi

pengaruh pada sikap siswa. Siswa akan menunjukkan sikap yang baik

apabila gurunya juga dapat memberikan teladan yang baik, sesuai

dengan kompetensi pribadi yang dimiliki seorang guru. Guru sebagai

teladan bagi murid-muridnya harus memiliki sikap dan kepribadian

utuh yang dapat dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh segi

kehidupannya. Guru harus selalu berusaha memilih dan melakukan

perbuatan yang positif seperti memberi contoh/teladan yang baik agar

dapat mengangkat citra baik dan kewibawaannya, terutama di depan

siswa-siswanya. Contohnya, guru bahasa Indonesia menggunakan

bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam menyampaikan materi

pelajaran, sehingga sikap siswa terhadap materi pelajaran bahasa

Indonesia menjadi baik atau bahkan akan menjadi semakin baik.

b. Kompetensi profesional

Kompetensi profesional adalah kemampuan yang berhubungan

dengan penyesuaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini merupakan

kompetensi yang sangat penting karena langsung berhubungan dengan

kinerja yang ditampilkan. Oleh sebab itu, tingkat keprofesionalan guru

pendidikan, misalnya paham akan tujuan pendidikan yang akan dicapai

baik tujuan nasional, institusional, kurikuler, dan pembelajaran; (2)

pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan, misalnya paham tahap

perkembangan siswa, paham tentang teori-teori belajar; (3) kemampuan

dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang

diajarkannya; (4) kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai

metodologi dan strategi pembelajaran; (5) kemampuan merancang dan

memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar; (6) menyusun

program pembelajaran; (7) kemampuan dalam melaksanakan evaluasi

pembelajaran; (8) kemampuan dalam melaksanakan unsur penunjang,

misalnya administrasi sekolah, bimbingan dan konseling; dan (9)

kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk

meningkatkan kinerja.

Kompetensi profesional seorang guru ini juga dapat memberi

pengaruh pada sikap siswa. Dalam hal ini guru mata pelajaran bahasa

Indonesia dapat menguasai dan menyampaikan materi pelajaran bahasa

Indonesia dengan baik sesuai dengan tujuan mempelajari mata pelajaran

bahasa Indonesia di SMP sehingga dapat mempengaruhi sikap penting

34

Dokumen terkait