• Tidak ada hasil yang ditemukan

42 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014 KPU Provinsi Gorontalo

Tabel 1. Tindak Pidana Pemilu Yang Memuat Unsur Uang

Pasal Perbuatan

Pasal 297 `

Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan curang untuk menyesatkan seseorang, dengan memaksa, dengan menjanjikan atau dengan memberikan uang atau materi lainnya untuk memperoleh dukungan bagi pencalonan anggota DPD dalam Pemilu

Pasal 301 (1)

Setiap pelaksana Kampanye Pemilu yang dengan sengaja menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya sebagai imbalan kepada peserta Kampanye Pemilu secara langsung ataupun tidak langsung

Pasal 301 (2)

Setiap pelaksana, peserta, dan/atau petugas Kampanye Pemilu yang dengan sengaja pada Masa Tenang menjanjikan atau memberikan imbalan uang atau materi lainnya kepada Pemilih secara langsung ataupun tidak langsung

Pasal 301 (3)

Setiap orang yang dengan sengaja pada hari pemungutan suara menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada Pemilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya atau memilih Peserta Pemilu

Pasal 303 (1)

Setiap orang, kelompok, perusahan, dan/atau badan usaha nonpemerintah yang memberikan dana Kampanye Pemilu melebihi batas yang ditentukan

Pasal 303 (2)

Setiap Peserta Pemilu yang menggunakan kelebihan sumbangan, tidak melaporkan kelebihan sumbangan kepada KPU, dan/atau tidak menyerahkan kelebihan sumbangan kepada kas negara paling lambat 14 (empat belas) hari setelah masa Kampanye Pemilu berakhir

Pasal 304 (1)

Setiap orang, kelompok, perusahan, dan/atau badan usaha nonpemerintah yang memberikan dana Kampanye Pemilu melebihi batas yang ditentukan

Pasal 304 (2)

Setiap Peserta Pemilu yang menggunakan kelebihan sumbangan, tidak melaporkan kelebihan sumbangan kepada KPU, dan/atau tidak menyerahkan kelebihan sumbangan kepada kas negara paling lambat 14 (empat belas) hari setelah masa Kampanye Pemilu berakhir

Pasal 305

Peserta Pemilu yang terbukti menerima sumbangan dana Kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 139 (pihak asing; penyumbang yang tidak jelas identitasnya; Pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha milik negara, dan badan usaha milik daerah; atau pemerintah desa dan badan usaha milik desa)

Sumber: Diolah Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa sebenarnya regulasi yang ada sudah cukup mumpuni untuk meng-cover tindak pidana pemilu yang memuat unsur “uang”. Baik yang mengatur mengenai politik uang, penyuapan, hingga yang berkaitan dengan pelanggaran atas dana kampanye dan sumbangan dana kampanye. Hanya saja mengapa praktiknya masih marak terjadi? Pertanyaan ini secara otomatis tidak selesai dengan menyinggung aspek penegakan hukum pemilu yang ada tetapi juga diperlukan konstruksi baru untuk mencegah terjadinya money in crime in election process.

Korupsi politik dan korupsi pemilu memang memiliki pengertian yang berbeda. Korupsi politik secara definitif adalah penyelewengan kekuasaan yang dilakukan politisi untuk keuntungan pribadi dengan tujuan melanggengkan kekuasaan atau peningkatan kesejahteraan. Korupsi politik terjadi pada wilayah yang luas dalam berbagai bentuk kegiatan kriminal dan praktek-praktek haram yang dilakukan sebelum, pada saat dan sesudah menjabat sebagai pejabat publik. Sedangkan korupsi pemilu adalah kurupsi yang dilakukan pada saat penyelenggaraan pemilu. Dengan demikian, korupsi pemilu adalah bagian dari korupsi politik yang dilakukan oleh politisi sebelum mendapatkan kekuasaan. dalam hal ini, umumnya, Politisi melakukan praktek-praktek haram pada saat pemilu untuk mempengaruhi pemilih. Manifestasi yang paling mencolok dari

44 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014 KPU Provinsi Gorontalo korupsi politik pada saat pemilu adalah menyuap pemilih secara langsung.

Korupsi pemilu terjadi pada relasi antara partai politik dan kandidat dengan penyumbang pada satu sisi dan partai politik dengan penyelenggara pemilu juga pemilih pada sisi yang lain. Manipulasi dana politik terjadi pada relasi antar penyumbang dengan partai politik dan kandidat dan politik uang terjadi pada relasi antara partai politik dan kandidat dengan penyelenggara pemilu dan juga pemilih (voters).

Pada kasus-kasus tertentu memang kedua hal ini sulit dibedakan, misalnya ketika penyumbang memberikan sejumlah uang atau kebaikan kepada pemilih secara langsung. Hal ini bisa dikatakan bahwa manipulasi pendanaan politik dan politik uang terjadi secara bersamaan, karena disatu sisi, sumbangan kepada kandidat harus dilakukan lewat mekanisme tertentu yang diatur oleh Undang-Undang (misalnya lewat rekening dana kampanye) sehingga sudah terjadi pelanggaran tertentu dan pada sisi lain telah terjadi praktek beli suara. Hal yang sama juga terjadi ketika penyumbang adalah kandidat atau elit partai itu sendiri

BAB V

MEDIA SOSIAL ; Menembus Batas

TPS

BAB V

MEDIA SOSIAL ; Menembus Batas

TPS

BAB V

MEDIA SOSIAL ; Menembus Batas

46 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014 KPU Provinsi Gorontalo

Media Sosial Pemilih

Terdapat keyakinan bahwa tingkat melek politik warga berpengaruh pada sikap dan perilaku politik warga negara. Muaranya adalah pada tingkat kedewasaan perilaku berdemokrasi. Relasi itu bersifat perbandingan lurus, yaitu semakin tinggi tingkat melek politik warga semakin matang perilaku demokrasinya, dan sebaliknya. Dengan kata lain, wajah demokrasi sebuah negara sebagian ditentukan oleh tingkat melek politik warga. Pertanyaannya adalah seberapa tinggi/dalam melek politik warga negara? Bagaimana melek politik warga selama ini terbentuk? Faktor apa saja yang mempengaruhi terbentuknya melek politik warga? Kebijakan apa saja yang perlu dirumuskan untuk meningkatkan melek politik warga?

Kesukarelaan warga dalam politik berpengaruh luas dalam kehidupan politik. Absennya kesukarelaan warga dapat merusak sendi-sendi demokrasi. Dalam jangka pendek, biaya politik mahal menjadi resiko yang harus ditanggung karena segalanya serba berbayar. Dalam jangka panjang, korupsi menjadi virus endemik yang pasti menyerang. Sebaliknya, tatanan demokrasi semakin kuat apabila kesukarelaan warga tumbuh dan hidup didalam masyarakat. Dari pemilu kepemilu kesukarelaan warga mengalami pasang surut. Kesukarelaan warga yang kehadirannya ditandai dengan munculnya relawan dari berbagai kalangan kuat muncul dalam pemilu 2014. Pertanyaannya, apa faktor yang mempengaruhi munculnya kesukarelaan politik warga dan faktor apa yang menghambatnya? Kebijakan apa saja yang dapat ditempuh untuk menumbuhkan dan memperkuat kesukarelaan warga dalam politik?

Gambar 28

Dokumen terkait