Ookista kelaur bersama tinja kucing atau felidae lainnya, di luar tubuh penderita ookista mengalami Sporogony (pembentukan sporozoit), sehingga di dalam setiap ookista akan terbentuk 2 sporokista, masing-masing mengandung 4 sporozoit (ookista bersporulasi atau ookista infektif ).
Ookista infektif jika tertelan bersama makanan atau minuman oleh felidae, atau hospes selain felidae seperti (ayam, domba, kambing, babi), di dalam saluran pencernaannya akan terbebas sporozoit.
Sporozoit dan memasuki sel epitel usus (felidae), selanjutnya mengalami Merogony dan akhirnya terbentuk Merozoit. Merogony berlangsung beberapa kali sampai akhirnya mengalami Gametogony (pembentukan gamet) (makro-mikro)-gamet terjadi perkawinan sexual secara nyngamy terbentuk zygot. Zygot akhirnya berkembang lebih lanjut akhirnya terbentuk ookista dan keluar dari dalam tubuh hospes. Pada hospes selain felidae, seperti (ayam, domba, kambing, babi) di dalam saluran pencernaan akan terbebas sporozoit. Sporozoit selanjutnya akan memasuki jaringan serta organ, selanjutnya mengalami Merogony (pembentukan merozoit, disebut Takizoit jika memperbanyak diri dengan cepat dan bradizoit jika perbanyakan dirinya sudah lambat). Bradizoit akan tertahan di dalam jaringan atau organ, selanjutnya melindungi diri dengan membentuk dinding pelindung sehingga disebut kista bradizoit.
Neospora caninum pertama kali ditetapkan sebagai penyebab abortus pada sapi sejak 1984 (Dubey, 1999). Sistimatikanya sebagai berikut : Phylum : Apicomplexa, Kelas : Coccidiasida, Subkelas : Coccidiasina, Ordo : Eucoccidiorida, Subordo : Eimeriorina, Famili : Sarcocystidae dan Genus : Neospora (Uniprot. Consortium, 2009).
Secara morfologi dan siklus hidup Neospora caninum mirip dengan Toxoplasma gondii, hanya saja hospes difinitifnya yang berbeda. Neospora caninum hospes definitifnya Anjing tetapi Toxoplasma gondii hospes definitifnya Kucing dan felidae lainnya.
Kista bradizoit berpredileksi di dalam jaringan dan organ (domba, kambing, kuda) dan pada sapi bisa menimbulkan keguguran.
( Honigberg and Balamuth, 1963)
Pendahuluan, Phylum Sarcomastigophora, anggota bergerak menggunakan kaki semu (pseudopodia), dan hanya kadang-kadang menggunakan flagella dalam lingkungan
khusus. Perbanyakan secara aseksual dengan pembelahan ganda, Cara mendapatkan makanan secara holozoic, dengan memakan bakteri, protozoa dan metazoa kecil. Hanya beberapa yang bersifat parasitik, Kebanyakan membentuk kista. Klasifikasi, memiliki
Subfilum Sarcodina dan Mastigophora.
(Schmarda, 1871)
Subfilum Sarcodina memiliki ordo Amoebida (Ehrenberg, 1830), Famili : Endamoebidae (Amoeba), Vahlkampfiidae dan Hartmanellidae . Famili Endamoebidae terkenal dengan Amoeba yang berpredileksi di dalam saluran pencernaan vertebrata dan invertebrata. Anggotanya yang terpenting : (1) Entamoeba, (2) Endolimax, (3) Iodamoeba dan (4) Dientamoeba (3) AMOEBA GENUS IDENTIFIKASI BERDASARKAN STRUKTUR INTI Entamoeba
Selaput intinya dibatasi oleh butir-butir kromatin, sedangkan kariosum (endosome) tampak padat dan terletak di tengah atau di tepi inti
Endolimax Kariosum (endosome) bentuknya tidak teratur dan terletak di tepi inti
Iodamoeba Kariosum (endosome) bentuknya khas karena berukuran besar dan dikelilingi oleh bulatan – bulatan Dientamoeba (di = dua), memiliki 2 buah inti dengan kariosom
Predileksi
: Sal cerna Vertebrata dan InvertebrataMorfologi
Bentuknya berubah-ubah, intinya vesikuler dengan sebuah endosoma. Jenisnya dapat dibedakan berdasarkan susunan inti kistanyaSpesies
Kelompok histolitica : jumlah inti pada kista 4 inti.Spesies : ENTAMOEBA HISTOLITICA menginfeksi (manusia, primata, anjing, kucing dan jarang pada babi),
E. hartmanni , menginfeksi (manusia, primata lain, anjing) E. equi , menginfeksi (kuda)
E. anatis, menginfeksi (bebek)
Kelompok Coli : jumlah inti pada kista ada 8 buah.
Spesies : E. coli pada (manusia, primata, anjing, dan mungkin babi), E. wenyoni pada kambing,
E. gallinarum pada ayam, kalkun dan unggas lain
Spesies : E. bovis pada sapi,
E. ovis pada domba dan kambing,
E. suispada babi dan mungkin manusia, E. chattoni pada kera dan mungkin manusia Kelompok gingivalis : tidak pernah membentuk kista.
Spesies : E. gingivalis pada manusia, primate lain, anjing, kucing. E. suigingivalis pada babi,
E. equibuccalis pada kuda
Penularan
tertelannya kista atau bentuk tropozoitScaudinn, 1903
Merupakan satu – satunya spesies entamoeba yang menyebabkan disentri pada manusia. Umumnya bersifat komensal di dalam lumen usus halus kera, anjing, kucing, binatang pengerat dan babi. Secara eksperimental bisa menginfeksi binatang pengerat,
tikus dan kelinci
MORFOLOGI
Selama hidupnya bisa ditemukan dalam 2 bentuk, yaitu Tropozoit, dan Kista Trofozoit merupakan bentuk yang aktif, dapat berkembangbiak dan aktif mencari makanan menggunakan pseudopodinya sehingga bentuknya tidak tetap berdiameter
12 – 30 mikron, 10 – 60 mikron. ektoplasmanya jernih, sedangkan endoplasmanya berbutir – butir (granuler).
Tanda menciri (karakteristik) aktif bergerak dengan pseudopodia, dengan satu inti berbentuk lonjong berukuran 4 – 7 mikron (tidak nampak kalau tanpa pewarnaan). Selaput inti yang tipis dan dibatasi oleh butir-butir kromatin yang halus dan rata. Selain itu, dibagian tengah (central) inti ditemukan kariosum (endosome) tampak berupa titik kecil dan dikelilingi oleh bagian terang disebut ”halo” dengan diameter kira-kira 0,5 mikron. Di dalam endoplasma sering ditemukan sel-sel darah merah, sel lekosit dan sisa jaringan yang membuktikan protozoa dalam stadium aktif
Kista, bentuknya umumnya bulat dengan dinding kista dari hialin, berukuran 10 – 20 mikron dengan rata – rata 12 mikron, 5 – 20 mikron . Ada yang berukuran kecil disebut (minutaform) berukuran antara 6 – 9 mikron dan bentuk besar disebut (magnaform) berukuran antara 10 – 15 mikron. Pada awal kista, sitoplasma mengandung 1 – 4 buah badan kromatoid, juga dapat dijumpai adanya masa glikogen yang pada pewarnaan Iodine berwarna coklat. Pada kista matang kedua bentuk
tersebut tidak dijumpai lagi. Inti kista muda berjumlah 1 – 2, dan yang sudah matang berjumlah
antara 1 – 4 buah.
Kuenen dan Swellengrebel, 1917
Pendahuluan, merupakan ameba kecil dengan inti vesikuler dan bentuknya berubah-ubah (tidak tetap) (4). genus Endolimax berpredileksi di dalam usus besar manusia dan beberapa binatang dan sering ditemukan pada tinja penderita diare atau disentri.
Tropozoit berukuran 8 – 9 mikron (3) 6 – 15 mikron (2), sitoplasmanya berbutir-butir (2), kariosum (endosom) besar dengan bentuk tidak teratur terletak di tepi inti menempel pada selaput inti.
Kista berbentuk lonjong berukuran 8 – 9 mikron, berinti 1 – 4 tidak mengandung glikogen maupun badan kromatid.
Spesies : Endolimax nana, menginfeksi di dalam sekum dan kolon, manusia, babi, kera di seluruh dunia, Endolimax ratti , menginfeksi sekum dan kolon tikus dan Endolimax caviae, menginfeksi sekum marmot, kesemuanya tidak patogen.
Pendahuluan, genus Iodamoeba intinya vesikuler dengan kariosum (endosum) sentral berukuran besar.
Tropozoit : berukuran 9-14 mikron, tetapi dapat berukuran 4 – 20 mikron. Ektoplasmanya terang tidak terpisah jelas dengan endoplasma yang berbutir-butir. Intinya relatif bulat besar dan biasanya berisi kariosum (endosome) sentral besar, dikelilingi oleh suatu ruangan berbentuk gelembung berisi satu lapisan butir-butir periendosomial kira-kira di pertengahan antara endosoma dan selaput inti.
Kista, berinti tunggal di dalamnya ditemukan butir – butir periendosomal yang biasanya telah berkumpul menjadi kelompok yang berbentuk bulan sabit (2) atau bulatan – bulatan (3) pada sisi endosoma.
Predileksi : genus Iodamoeba berpredileksi di dalam saluran pencernaan manusia dan binatang.
SPESIES
Iodamoeba buetschlii (tidak pathogen) berpredileksi di dalam usus besar manusia, monyet dan kera dan induk semang asli kemungkinan babi. Trofozoit panjangnya 9 – 4 mikron dan kista 8 – 10 mikron.
Jepps dan Dobell, 1918
PENDAHULUAN, merupakan amoeba berukuran kecil dan sering terlihat memiliki 2 inti (ganda) (2,4), memiliki kariosum (endosoma) yang terdiri dari 4 – 8 butir kromatin dihubungkan dengan selaput inti oleh untaian yang halus Hanya ditemukan dalam bentuk tropozoit, berukuran 2-33 mikron, entoplasmanya berbeda dengan Endoplasma.
SPESIES, Dientamoeba fragilis, berpredileksi di dalam sekum dan kolon manusia dan kera dan tidak patogen.
Ordo Amoebidae, selain memiliki ordo Amoebida, juga Vahlkampfiidae (Follos, 1917, Zulueta, 1917) hidup bebas di dalam air mengalir dan air tergenang. Salah satu genusnya Naegleria pernah dilaporkan menyebabkan meningoencephalitis pada manusia. Famili
lainnya adalah Hartmannellidae (Volkonsky, 1931), hidup bebas dan tidak parasitik pada hewan.
PHYLUM
SARCOMASTIGOPHORA
Pendahuluan, protozoa yang termasuk ke dalam filum Sarcomastigophora anggotanya umumnya berinti tunggal, tetapi ada juga yang berinti lebih dari satu , pergerakannya menggunakan flagella atau pseudopodia. Phylum Sarcomastigophora dapat dibedakan menjadi 2 Subphylum Mastigophora ( flagelata) dan Sarcodina (pseudopodia)
SUBPHYLUM MASTIGOPHORA
Diesing, 1866
Subphylum Mastigophora (Flagelata), stadium tropozoit bergerak menggunakan satu atau lebih flagela, reproduksi secara aseksual (pembelahan ganda longitudinal) dan seksual (singami)
KLASIFIKASI, Subphylum Mastigophora memiliki satu Kelas: Zoomastigophorea dan memiliki 2 Ordo : Kinetoplastida, dan Trichomonadida
Ordo Kinetoplastida memiliki Famili : Trypanosomatidae dan Genus : Trypanosoma, Herpetomonas, Crithidia, Leptomonas, Phytomonas, Leishmania (5). Dari sekian genus yang ada, hanya genus Trypanosoma yang terpenting di Indonesia dan yang akan dibahas lebih lanjut.
Ordo Trichomonadida , memiliki Famili Trichomonadiae dengan genus : terpenting (Tritrichomonas, Trichomonas) Trichomitus, Tetratrichomonas dan Pentatrichomonas. Famili Monocercomonadidae dengan genus terpenting ( Histomonas) dan Monocercomonas. Famili Hexamitidae dengan genus terpenting (Giardia) dan Hexamita. Familia yang sampai saat ini belum menimbulkan gangguan dan tidak dibahas lebih lanjut antara lain Famili Retortamonadidae dengan genus Retortamonas dan Chilomastix. Famili Cochlosomatidae dengan genus Cochlosoma
Berdasarkan Predileksinya, familia Trypanosomatidae dapat dibedakan menjadi 2 kelompok :
a. Hemoflagelata : hidup di dalam darah, limfe dan jaringan, anggotanya yang terpenting Trypanosoma.
b. Flagela lainnya, hidup di dalam usus dan rongga – rongga badan atau lokasi lain, anggotanya Tritrichomonas, Trichomonas, Giardia.
HAEMOFLAGELATA
FAMILIA TRYPANOSOMATIDAE
MORFOLOGI, familia trypanosomatidae mempunyai bentuk yang berbeda – beda, antara lain :
1. Amastigote (Leishmania) 2. Promastigote (Leptomonad) 3. Epimastigote (Kritidia)
4. Trypomastigote (Trypanosoma) dan Trypanosoma Metasiklik (3)
AMASTIGOTE ( Leishamnia), adalah stadium berbentuk bulat atau lonjong, mempunyai satu inti (Nu), satu kinetoplas (kt), dan satu basal body (benda para basal) (bb), bentuk ini tidak
mempunyai flagela (3)
Promastigote ( Leptomonad), berbentuk memanjang mempunyai satu inti (Nu) yang terletak sentral dan satu fagela (Fg) panjang yang keluar dari bagian anterior tubuh dimana terletak Kinetoplas (kt). Bentuk ini tidak mempunyai Undulating membrane (3).
Epimastigote ( Kritidia), bentuk tubuhnya memenjang dengan Kinetoplas (kt) yang terletak di depan inti (Nu) yang letaknya sentral, mempunyai Undulating membrane (um) yang pendek dan menghubungkan Flagela (Fg)
dengan tubuh parasit (3).
Trypomastigote (Trypanosoma), tubuhnya langsing, memanjang dan melengkung, mempunyai inti (Nu) yang terletak sentral dengan Kinetoplas (Kt) terletak dekat ujung posterior dan dengan Flagel yang membentuk
dua sampai empat kurva undulating Membrane(um) (3).
Trypanosoma Metasiklik , morfologinya mirip dengan bentuk tripanosoma, akan tetapi mempunyai ukuran yang lebih kecil, ditemukan pada serangga penular (3)
GENUS TRYPANOSOMA
Genus Trypanosoma umumnya hidup di dalam plasma darah dan cairan jaringan vertebrata, hanya beberapa bisa hidup dengan masuk (menginvasi) sel. Ditularkan oleh artropoda penghisap darah, beberapa spesies secara mekanik (langsung), tetapi ada pula secara biologi
Penularan secara mekanik, dimana Trypanosoma yang diisap oleh artropoda penghisap darah tidak mengalami perkembangan apapun di dalam tubuh artropoda dan daya tahan hidupnya di dalam proboscis tidak terlalu lama kira-kira 10 – 15 menit. Penularan terjadi secara langsung dimana saat artropoda menghisap darah penderita yang mengandung Tripanosoma, kurang dari (10 – 15 menit) menghisap darah hewan lainnya, sehingga tripanosoma yang terdapat didalam proboscis pada saat menghisap darah akan terlepas mengikuti aliran darah dan terjadi penularan
Penularan secara biologi, dimana tripanosoma yang terisap oleh artropoda penghisap darah, di dalam tubuh artropoda mungkin hanya akan terjadi pendewasaan (siklo developmental), perbanyakan atau penggandaan (Siklo-propagatif) dan perkembangbiakan (propagatif). Di dalam tubuh artropoda penghisap darah, akan ditemukan stadium Leishmania, Leptomonad, Kritidia dan Trypanosoma Metasiklik . Pada setiap stadium tersebut dapat terjadi (pendewasaan, perbanyakan atau penggandaan dan perkembangbiakan). Setelah terbentuk Trypanosoma metasiklik, ada 2 tipe cara pembentukan dan penularannya antara lain :
1. Salivari (Gerup Anterior station, Gerup B). Perkembangan Trypanosoma dimulai di mid-gut, lalu berlangsung di daerah proventrikulus untuk kemudian terjadi di kelenjar ludah. Penularan ke vertebrata terjadi melalui gigitan untuk (T. gambiense, T. Rhodesiense dan T. Brucei) (3,5), T. Vivax, T. Uniforme, T.
Congolense, T. Dimorphon, T. Simiae, T. Suis, T. Brucei .
2. Stercoraria (Posterior station Gerup, Lewisi Gerup, Gerup A), Trypanosoma mula – mula berkembang di usus, kemudian akan mencapai hind-gut yang terletak di belakang. Penularan terjadi dengan melalui mulut, karena termakannya tinja serangga
(T. Lewisi,5) atau luka gigitan serangga yang tercemar dengan tinja serangga penular pada (Trypanosoma cruzi) (3,5). Cara penularan Posterior stasiun gerup juga untuk :
T. theileri, T. melaphagium, T. duttoni, T. nabiasi, T. rangeli dan T. Avium.
Spesies Trypanosoma yang menginfeksi hewan yang telah teridentifikasi di Indonesia adalah Trypanosoma evansi, menyebabkan penyakit Surra. Trypanosoma evansi, pertama kali ditemukan oleh Griffiths Evans (1980) menginfeksi Kuda di India, sehingga diberi nama Trypanosoma evansi. Trypanosoma penyebab penyakit yang mirip Surra di Indonesia diidentifikasi oleh Penning (1897) menginfeksi kuda di Semarang, sedangkan dari laporan sebelumnya juga pernah dilaporkan.