• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Deskripsi dan Analisis Data

1) Siklus ke II, minggu ke 1 …

Kegiatan pada siklus kedua ini adalah praktek simulasi jual beli di pasar dan di sekolah. Pada awal pembelajaran, siswa terlihat sangat antusias dengan kegiatan yang telah direncanakan hari ini. Mereka tak sabar ingin segera ke pasar. Pada pertemuan kali ini, siswa sudah duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Guru kemudian mengecek tugas kelompok siswa yang ditugaskan pada minggu sebelumnya. Lalu mengumpulkan uang iuran siswa tersebut sebagai modal usaha tiap kelompok . Setiap kelompok mempunyai modal yang berbeda, tergantung jumlah iurannya. Ada beberapa siswa yang tidak membawa uang iuran. Dari 5 kelompok, ada 3 kelompok yang di dalam anggotanya tidak membawa iuran. Untuk itu sesuai kesepakatan kelas, siswa yang tidak membawa iuran sebagai gantinya tetap membayar dengan menggunakan uang saku seadanya. Dan nanti di akhir kegiatan jIka ada keuntungan, siswa tersebut tidak mendapat pembagian uang laba. Jumlah modal tiap kelompok, bisa dilihat pada tabel 4.8 berikut:

Tabel. 4.12

Jumlah Modal Tiap Kelompok

KELOMPOK JUMLAH MODAL

I Rp. 3600 II Rp. 10500 III Rp. 6300 IV Rp. 10000 V Rp. 7300

Sebelum berangkat, guru memberi pengarahan dan tata tertib yang harus dilakukan nanti saat di pasar, ini untuk mengantisipasi ketidakteraturan dan keramaian siswa. Berikut paparan guru:

Anak-anak, tugas kalian di pasar ini adalah praktek jual beli di pasar. Peran kalian sebagai pembeli yang membeli barang dagangan di penjual grosir. Uang iuran tersebut adalah modal awal kelompok kalian. Nanti di pasar, kalian akan membeli barang dagangan di penjual grosir aneka jajanan. Tugas kalian adalah membeli jajanan sesuai dengan jumlah uang yang ada. Kalian pilih jajanan-jajanan yang bagus dan baik mutunya, dan setelah cocok, kalian tawar dan pertimbangkan berapa keuntungan jajanan tersebut jika dijual ulang.

Dan ingat! Saat berangkat ataupun saat berada di pasar, mohon dijaga kesopanannya. Jangan ramai sendiri tanpa aturan. Sebab itu nantinya akan mencerminkan siswa MI Darunnajah yang kurang baik akhlaknya. Saat di jalan, kalian berjalan bergandengan tangan dua orang-dua orang. Jalannya di pinggir, tidak boleh ramai, teriak-teriak atau lari-lari. Kalian harus tertib sampai pulang nanti. Kalaupun nanti ketemu saudara, tetangga atau bapak dan ibuk kalian di pasar, tidak usah menghampiri, karena kalian di pasar ini dalam rangka praktek jual beli bukan dolan. Kalau sampai terjadi apa-apa pada kalian, itu menjadi tanggung jawab ibu guru.

Setelah terjadi tanya jawab yang kurang dimengerti siswa, siswa dan guru membuat beberapa kesepakatan dan menyepakati kesepakatan tersebut. Pada waktu berangkat, siswa berjalan baris dua orang-dua orang dengan bergandengan tangan. Ini untuk mengantisipasi keamanan dan ketertiban. Sampai di pasar, siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. Secara berkelompok, siswa mulai melakukan jual beli dengan pedagang grosir jajanan di pasar. Kegiatan ini berlangsung urut dari kelompok

satu ke kelompok yang lainnya. Sekedar informasi, pedagang grosir jajanan ini telah ditentukan oleh guru sebagai pusat kegiatan jual beli siswa. Setiap kelompok dengan dipimpin oleh ketua kelompoknya, memilih barang dagangan yang diminati dan meneliti kualitas serta kuantitas barang tersebut. Hasil observasi guru terhadap kerja kelompok dalam simulasi jual beli di pasar, dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut.

Tabel. 4.13

Data Observasi Kegiatan Simulasi Jual Beli di Pasar

Aspek yang diobservasi Kelompok

I II III IV V

Aktif berdiskusi dan kerjasama

kelompok. X X - X -

Partisipasi setiap anggota kelompok

yang baik. - X - X -

Efektifitas pemanfaatan waktu yang

baik. X X X X X

Mampu memilih barang dengan

pertimbangan yang matang. - X X X X

Mampu mempertimbangkan antara

kebutuhan dan keuangan yang ada. X - X X -

Aktif dalam melakukan tawar menawar. - - - - -

Mampu menawar dagangan dengan baik. - - - - -

Dari kelompok-kelompok tersebut, masih banyak yang terlihat kebingungan sehingga guru ikut mengarahkan kegiatan mereka. Karena harga jual barang yang dipatok penjual adalah harga pas, maka kegiatan tawar menawar tidak ada. Siswa cukup memilih barang dagangan yang mempunyai mutu bagus, dan teliti sebelum benar-benar membeli daripada menyesal nantinya. Siswa juga mempertimbangkan laku tidaknya jika barang tersebut dijual ulang. Ada kelompok siswa yang terkesan tergesa-gesa dalam memilih barang. Kelompok tersebut adalah kelompok V, kelompok yang diketuai Exsalt. Si ketua terlihat tidak sabar, dan memilihkan barang sesuai dengan kehendaknya. Ada juga yang terlihat kebingungan memilih barang, ini terjadi pada kelompok I karena uang modal mereka sangat pas-pasan. Ingin beli jajanan yang mahal dan enak,

uang mereka tidak cukup. Kelompok II dan IV merupakan kelompok yang modalnya paling besar dibanding kelompok lainnya, sehingga sangat mudah untuk membeli jajanan-jajanan yang lebih banyak dan berkualitas. Kelompok III dengan modal yang tidak terlalu banyak, namun mereka dapat memperkirakan jajanan yang kiranya diminati pembeli.

Selesai siswa melakukan praktek simulasi jual beli di pasar, siswa kembali ke sekolah. Jarak sekolah dan pasar sekitar 100 meter. Sampai di sekolah siswa istirahat sebentar melepas lelah. Saat istirahat seperti ini, kondisi siswa masih ngos-ngosan dan terlihat sekali-sekali mengipas-ngipaskan buku ke wajahnya, guru sesaat bertanya kepada anak-anak.

G: “Bagaimana perasaan kalian saat di pasar tadi?” S: “Senaaaaaang..”.

G: “Capek apa tidak?”

S: “Capeeeek..” (Semua siswa) “Panaaas…”

S: “Tapi senang, Bu…” (Beberapa siswa menimpali)

S: “Bu, besok lagi ya bu, ya…” (Mamad siswa yang selalu aktif) G: “Ada yang merasa tidak senang?”

S: “Saya!” (Fauzan angkat tangan) G: “Alasannya tidak suka kenapa?”

F: “Hehehehe….” (cengar-cengir) “Nggak, nggak, Bu… becanda!

Hehehe..Senang kok Bu..” G: “Ada pendapat lain?”

S: “Malu, Bu..tadi di pasar..” (Sarina siswa yang terlihat menonjol) G: “Malu kenapa?”

B: “Dilihati orang-orang di pasar”

G: “Ada yang merasa malu seperti Sarina?”

M: “Iya Bu, malu Bu.. papanggih tatanga..” (Jamil)5

Selanjutnya siswa laki-laki mempersiapkan meja dan bangku sebagai tempat berjualan. Waktu berjualan mereka adalah saat istirahat berlangsung, target pembeli adalah seluruh warga sekolah.

Jam istirahat sekolah berdentang, inilah waktu yang ditunggu-tunggu siswa kelas III. Semua siswa sudah siap dengan barang dagangannya pada bangku kios masing-masing kelompok. Suasana

5

Wawancara dengan siswa di ruang kelas III , setelah kegiatan simulasi jual beli di pasar. (Selasa, 24 Maret 2013)

seperti ini dapat dilihat pada lampiran foto (lampiran 19) . Jam istirahat di MI Darunnajah ini lumayan panjang, yakni dari pukul 09.20-09.50. Lima menit pertama keadaan kios masih sepi, karena masih banyak siswa kelas lain yang belum keluar kelas. Selanjutnya banyak siswa yang mulai berdatangan melihat kegiatan bazar kecil-kecilan ini. Banyak siswa yang cukup melihat dan ragu-ragu untuk membeli. Ada beberapa siswa kelas II yang masih membeli jajanan di koperasi sekolah dan di luar sekolah. Siswa yang berperan sebagai penjual, terlihat sibuk mempromosikan barang dagangannya. Berikut hasil pengamatan peneliti pada kegiatan tiap kelompok:

Kelompok I (Kios Naruto)

Kelompok 1 ini berdasarkan kesepakatan kelompok diberi nama kios Naruto, sebagaimana terlihat pada foto (lampiran 19 gambar 5) . Terdiri dari Dzulkifli, Ajeng, Alfin, Amanda,Sri, dan Ana. Kios ini menjual mie dan aneka stik coklat yang semua harganya Rp.100,- dengan modal awal Rp.3600,-. Pada perkiraan awal, barang jualan kelompok 1 ini akan segera habis karena harganya yang terjangkau dibanding dengan kelompok lain. Ternyata barang dagangan mereka kurang diminati pembeli, mungkin karena isi dari kemasan terlalu sedikit. Sehingga barang dagangan laku agak lama. Usaha kelompok dalam mempromosikan dagangan kurang. Terlihat enggan dan sering ditinggal pergi. Satu-satunya siswa yang setia menunggu kios adalah Amanda, namun jika ada pembeli ia terlihat cuek dan kurang antusias. Kelompok 1 ini terlihat kurang semangat dalam menjajakan dagangannya. Yang membeli dagangan mereka rata-rata adalah para guru, mungkin para guru merasa kasian karena dagangan mereka jarang sekali diminati pembeli. Hanya beberapa siswa yang berminat membeli. Dari 20 buah barang yang dijual, hanya sisa 2 buah.

Kelompok II (Kios Bunga)

Kelompok II ini beranggotakan Andi, Arfi, Dahra, Dzikra,Sova, dan Elis. Kios mereka diberi nama kios bunga. Kelompok ini merupakan kelompok yang paling aktif dan kompak. Ini sudah

terlihat sejak memilih barang ketika di pasar tadi, mereka kompak memilih barang apa yang akan dijual. Dan pada saat kegiatan jual beli di sekolah, seluruh kelompok kompak dalam bekerja sama dan menjaga kios bersama-sama. Sebagaimana tergambar pada lampiran 19 foto 6. Barang dagangan kelompok ini semua berharga Rp. 500,- dengan modal awal Rp. 10.500,-, terdiri dari makroni dan roti. Pada awalnya dagangan mereka belum laku, hanya ada satu dua yang terjual. Itupun yang membeli kelompok mereka sendiri, tapi lama-lama dagangan mereka mulai habis. Kelompok ini tergolong kreatif dan semangat, ini terbukti karena mereka mempromosikan dagangan secara berkeliling bahkan ke ruang guru juga. Dari 25 buah barang dagangan, sisa 8 buah. Sisa yang paling banyak adalah roti bolu. Kelompok III (Kios Persib)

Kios persib ini merupakan nama kios dari kelompok III (foto lampiran 19 gambar 7), yang beranggotakan Intan, josep, fairil, fauzan, Hoki, dan hafidz. Modal awal Rp. 6.300,- dagangan yang dijual terdiri dari ringgo Rp.200,- dan tik tak Rp.500,-. Pada awal mula dagangan mereka langsung diserbu pembeli, karena ringgo dan tik tak termasuk jajanan yang banyak diminati siswa. Namun meski banyak yang berminat, namun dagangan mereka tidak sampai habis terjual. Kelompok ini dalam mempromosikan dagangan kurang semangat, mereka hanya menunggu pembeli dengan pasrah. Pernah sesekali josep sang ketua mempromosikan dagangannya ke siswa lain, itupun jika ia diingatkan oleh guru agar lebih semangat lagi. Jika tidak, mereka hanya menunggu dagangan dengan pasrah. Dari 18 buah barang dagangan yang dijual, sisa 6 buah.

Kelompok IV (Kios Cinta)

Beranggotakan Jamil, Reza, Rifa’i, Salman,Sarina, dan Sandi, kelompok IV ini memberi nama kiosnya kios cinta (foto lampiran 19 gambar 8). Dengan modal Rp. 10.000,- barang dagangan mereka terjual habis. Barang yang dijual terdiri dari minuman rasa buah fansi dan wafer keju nabati, masing-masing berharga Rp.500,-. Kios

ini yang paling cepat diserbu pembeli, karena satu-satunya kios yang menjual minuman. Pada saat itu bertepatan siswa kelas 6 selesai olahraga, otomatis mereka langsung menyerbu minuman yang dijual. Sepuluh buah minuman fansi rasa buah langsung ludes habis. Wafer keju nabati juga banyak diminati siswa. Kelompok ini juga termasuk kelompok yang aktif, barang dagangan yang masih sedikit mereka tawarkan ke teman-temannya yang lain agar cepat habis.

Kelompok V (Kios Doraemon)

Kios doraemon merupakan kios dari kelompok terakhir (foto lampiran 19 gambar 9), yakni kelompok V. Terdiri dari Exalt, Husaeni, Novita, Bintang, dan Putri. Dengan modal Rp.7300,- dagangan mereka habis terjual semua. Kelompok V ini merupakan kelompok kedua yang berhasil menjual habis barang dagangannya setelah kelompok 4, meski tergolong lambat dalam penjualannya. Barang dagangan mereka adalah roti, biskuit, dan wafer top yang semuanya berharga Rp. 500,-. Pada awalnya jarang pembeli yang tertarik untuk mampir di kios mereka, ini berlangsung hingga hamper berakhirnya jam istirahat. Namun dengan ketelatenan dan dengan tidak putus asa mempromosikan jajanannya, barang dagangan mereka berhasil habis. Exalt yang merupakan ketua kelompok mereka sangat aktif keliling menawarkan dagangannya.

Dalam penelitian ini, peneliti membuat pedoman observasi sebagaimana pada tabel 4.10 berikut.

Tabel 4.14

Data Observasi Kegiatan Simulasi Jual Beli di Sekolah.

Aspek yang diobservasi Kelompok

I II III IV V

Aktif dalam melakukan tawar

menawar. 60 80 70 90 80

Inovatif , mencari cara agar barang

dagangan cepat laku 60 90 70 90 80

Jujur dalam jual beli 90 90 90 90 90

Menata barang dagangan dengan

baik 80 90 80 80 80

kelompok yang baik

Jumlah 340 440 390 420 400

Rata-rata 68 88 78 84 80

Dari data tersebut di atas bahwa praktek simulasi jual beli telah berhasil. Ini terbukti dari jumlah rata-rata dari nilai observasi tiap kelompok lebih dari 60, sebagaimana indikator ketuntasan minimal yang telah dipaparkan sebelumnya pada bab III.

Setelah jam istirahat selesai jam masuk berdentang, siswa mulai meringkas barang dagangannya sekaligus bangku-bangku tempat mereka jualan tadi ke dalam kelas. Setelah semua bangku rapi dan keadaan sudah terkondisikan lagi, siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. Sesuai petunjuk guru, siswa mulai menghitung untung dan rugi hasil penjualan. Selanjutnya uang hasil penjualan dibagi rata pada setiap anggota kelompok, lengkap dengan keuntungan jika penjualan untung. Jika ada sisa dagangan yang belum laku, dibagikan sesuai dengan kebijakan kelompok masing-masing. Guru juga menanyakan bagaimana kesan siswa terhadap praktek simulasi tadi baik di pasar dan di lapangan sekolah tadi. Mereka serempak menjawab senang dan ingin lagi. Berikut hasil penjualan siswa, pada tabel 4.11.

Tabel 4.15

Jumlah Hasil Penjualan Siswa

Kelompok Modal Hasil

Penjualan Untung Sisa Barang I Rp 3.600 Rp 3.200 - 2 biji II Rp 10.500 Rp 7.000 - 8 biji III Rp 6.300 Rp 6.300 - 6 biji IV Rp 10.000 Rp 11.000 Rp 1.000 - V Rp 7.300 Rp 8.000 Rp 700 -

Dokumen terkait