• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE RESITASI DAN SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS III Di Madrasah Ibtidaiyah Darunnajah Sukabumi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE RESITASI DAN SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS III Di Madrasah Ibtidaiyah Darunnajah Sukabumi"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE RESITASI DAN SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS III Di Madrasah Ibtidaiyah Darunnajah Sukabumi

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh :

Oleh

Fitriya Ramdayani

NIM 809018300766

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH ( DUEL MODE SYSTEM ) JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v ABSTRAK

Fitriya Ramdayani. 2013. “Penerapan Metode Resitasi dan Simulasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran IPS Kelas III di Madrasah Ibtidaiyah Darunnajah Sukabumi” Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Dual Mode System, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2013

Penelitian ini dilaksanakan di MI Darunnajah Kabupaten Sukabumi. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Untuk mendeskripsikan penerapan metode resitasi dan simulasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa, (2) Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahaun Sosial di kelas III MI Darunnajah melalui metode Resitasi dan Simulasi. Penelitian yang penulis lakukan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK).

yang terdiri dari dua siklus yang terdiri atas empat pertemuan dengan tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik wawancara, observasi, dokumentasi, pengukuran tes hasil belajar, dan angket. Sedangkan untuk analisisnya, penulis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif

Berdasarkan data yang diperoleh dari siklus I pertemuan ke-1 siswa yang telah tuntas dalam pembelajaran berjumlah 6 orang dari 30 orang siswa yaitu 20.00%. Sedangkan nilai pada petemuan ke-2 siklus I siswa yang telah tuntas sebanyak 16 orang yaitu 53.33%. Pada Siklus II pertemuan ke-1 ini peningkatan ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan yaitu sebanyak 19 orang yaitu 63.33%. Sedangkan pada pertemuan ke-2 siklus II siswa yang telah tuntas sebanyak 28 orang yaitu 92.00% dengan nilai KKM 60. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penerapan metode resitasi dan simulasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi jual beli di kelas III MI Darunnajah Kabupaten Sukabumi karena prosentase ketuntasan belajar siswa mencapai 90.00% atau telah melebihi ketuntasan belajar siswa yang telah ditentukan yaitu 80%.

Sedangkan secara Kualitatif dapat dijelaskan bahwa hampir semua siswa menyatakan setuju dengan pembelajaran yang menggunakan metode resitasi dan simulasi, karena sangat menyenangkan, tumbuhnya rasa kebersamaan dalam kelompok, dan suasana kelas menjadi hidup.

(6)

vi ABSTRAC

Fitriya Ramdayani, 2013. "Application of recitation and Simulation Methods to Improve Learning Result at the Third Grade of IPS subjects in Darunnajah Elementary School Sukabumi" thesis, Teacher Education Program Elementary School (PGMI), Dual Mode System, Faculty of Tarbiyah and Teaching, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta in 2013 .

This research was conducted in MI Darunnajah Sukabumi. This research aims: (1) To describe the application of simulation and recitation methods in improving student learning result, (2) To determine student learning result in Social Science subjects at Third grade MI Darunnajah through recitation and simulation methods. The writer used a qualitative approach by classroom action research (PTK) which consists of two cycles of four meetings with the stages of planning, action, observation, documentation, measurement of achievement test and questionnaire. As for the analysis, the writer used qualitative descriptive analysis techniques. Based on the data obtained from the first meeting of the cycle 1, students who have completed the study are 6 of 30 students is 20,00%. While the value of the 2nd meeting of the first cycle, students who have completed as many as 16 students is 53.33 %. In the cycle II first meeting, an increase in completed learning students has increased as many as 19 people is 63.33 %. While on the 2nd meeting of the cycle II, students who have completed as many as 28 students is 92.00 % with the KKM value 60. Thus, it can be said that the application of the recitation and simulation methods can improve student learning result in social studies material about buying and selling in the 3rd Grade MI Darunnajah Sukabumi because the percentage of students achieving mastery learning reached 90.00% or exceeds mastery students learning who have been determined ie 80.00 %.

While qualitatively explained that almost all students agreed with the recitation teaching and simulation methods because it is very enjoyable, the growing sense of brotherhood in the group, and classroom atmosphere becomes livelier.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrahim

Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah menganugrahkan karunia yang begitu besar kepada manusia. Berupa iman, kesehatan, dan Ilmu. Serta karena curahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan berkat pertolongan dan inayah-Nya, yang telah memudahkan penulis menulis skripsi ini.

Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Baginda besar Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, dan Sahabatnya. Yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliyah sampai zaman fi sabilillah. Beliau yang telah mendidik dan mengajarkan manusia untuk mengenal Tuhannya, serta menunjukkan kepada mereka jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

Penulis menyadari bahwa sebuah keberhasilan tidak dating begitu saja tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, baik itu bantuan moral maupun materil dalam menyelesaikan skripsi ini, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya serta dengan tulus dan kasih saying saya sampaikan kepada :

1. Kementrian Agama RI yang telah memberikan kesempatan dan membantu selama kuliah hingga selesai.

2. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Nurlena M.A.,Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Takiddin, M.Pd. Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dalam penyusunan skripsi di tengah kesibukannya. 5. Bapak dan Ibu Dosen, yang ada di Jurusan Program Study Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah PITK, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Negeri syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan Ilmunya sewaktu dibangku perkuliahan.

6. Bapak Apip Iskandar, SPd.I., Kepala MI Darunnajah yang telah memberikan izin untuk penelitian

(8)

viii

8. Orang Tua Penulis yang telah memberikan kasih sayang dan Doanya, Bpk Adji Slamat dan Ibu Betty Warniati. Semoga Allah selalu memberikan kesehatan, panjang umur dan ada dalam Lindungan-Nya.

9. Kepada suamiku tercinta yang selalu mencurahkan cinta, kasih sayang, perhatian, doa, motivasi yang luar biasa, serta dukungan baik moril maupun materil kepada penulis, terima kasih atas kesabarannya, hanya Allahlah yang dapat membalasnya.

10.Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan kekurangan yang terdapat pada skripsi ini, oleh karena itu penulis akan menerima dengan senang hati saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Sukabumi, … Juli 2013 Penulis.

(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman Judul ………

Surat pernyataan karya Ilmiah……… ………. Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi ………...

Lembar Pengesahan Ujian Munaqosah ………

Abstrak ……… ……

B. Area dan Fokus Penelitian ……….. C. Pembatasan Fokus Penelitian ……… …… D. Perumusan Masalah Penelitian ……… .. E. Tujuan Penelitian ………...

F. Kegunaan Penelitian ………

BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN ………. …

A. Acuan Teori dan Fokus yang Diteliti ………. 1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ………..

a. Pengertian IPS……… ………..

b. Karakteristik Mata Pelajaran IPS ……….. c. Pendekatan dan Metode Pembelajaran ………. d. Karakteristik Penelitian Mata Pelajaran IPS ………. 2. Kajian tentang Hasil Belajar ……… 3. Metode Resitasi dan Simulasi ……….

(10)

x

b. Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar …………... c. Pemilihan dan Penentuan Metode ……….

d. Metode Resitasi ……….

1) Pengertian Metode Resitasi ………... 2) Pelaksanaan Resitasi ………. .. 3) Kelebihan Resitasi ………..

4) Kelemahan Resitasi ………

5) Langkah-Langkah Metode Resitasi ………

b. Metode Simulasi ……… ………. .

1) Pengertian Metode Simulasi ………. . 2) Pelaksanaan Simulasi ……….. ... 3) Kelebihan Simulasi ……….. .. 4) Kelemahan Simulasi ………... .. 5) Langkah-Langkah Metode Simulasi ……….. B. Hasil Penelitian yang Relavan ………...

C. Hipotesis tindakan ……….

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….

A. Tempat dan Waktu Penelitian ……… B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian………….

C. Subjek Penelitian ………..

D. Peran dan Posisi Peneliti dan Penelitian ………... E. Tahapan Intervensi tindakan ………. F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ………. G. Jenis Data dan Sumber Data………... H. Instrumen Pengumpulan Data ……… I. Teknik Pengumpulan Data ………... J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan…………..………. K. Analisis Data dan Interpretasi Data ………... L. Pengembangan Perencanaan Tindakan …………...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………..

A. Gambaran Umum Profil MI Darunnajah ……….

(11)

xi

1. Sejarah singkat berdirinya MI Darunnajah ……… . 2. Profil Madrasah ……… ….. ..

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Siklus Pelaksanaan PTK Menurut Lewin

Gambar 4.2 Diagram Perbandingan Hasil Kerja Kelompok Minggu 1 dan

Minggu 2

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

1. Tabel 4.1 Daftar Guru dan Pegawai MI Darunnajah……… . 2. Tabel 4.2 Data Jumlah Siswa MI Darunnajah……… 3. Tabel 4.3 Data Sarana dan Prasarana MI Darunnajah……….. ……. 4. Tabel. 4.4 Data Observasi Kemampuan Unjuk Pendapat Siswa ….. 5. Tabel 4.5 Contoh Lembar Kerja Siswa………... 6. Tabel. 4.6 Data Observasi Kelompok Tugas Resitasi Minggu ke-1.. 7. Tabel. 4.7 Data Observasi Kelompok Tugas Resitasi Minggu ke-2. . 8. Tabel. 4.8 Data hasil Pretest siklus 1 Minggu ke 1 ………. ………. 9. Tabel. 4.9 Data hasil Posttest Siklus 1 Minggu ke 2 …………..…. 10. Tabel 4.10 Lembar Observasi Guru Siklus 1………. 11. Tabel 4.11 Lembar Observasi Siswa Siklus 1………. 12. Tabel. 4.12 Jumlah Modal Tiap Kelompok……….. ………. 13. Tabel. 4.13 Data Observasi Kegiatan Simulasi Jual Beli di Pasar. .. 14. Tabel 4.14 Data Observasi Kegiatan Simulasi Jual Beli di Sekolah. 15. Tabel 4.15 Jumlah Hasil Penjualan Siswa…………. ……… 16. Tabel 4.16 Data Nilai Tes Formatif Siswa…………... ………….. 17. Tabel. 4.17 Data hasil Pretest Siklus II Minggu ke 3 …. ………….. 18. Tabel. 4.18 Data hasil Posttest Siklus 2 pertemuan ke 4 … . …… 19. Tabel 4.19 Lembar Observasi Guru Siklus 2 ………. 20. Tabel 4.20 Lembar Observasi Siswa Siklus 2 ………

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan rumpun mata pelajaran yang dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu sosial seperti sejarah, geografi,ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologi, dan ilmu politik. Fokus kajian IPS terdiri atas lingkungan sosial peserta didik yang paling dekat hingga lingkungan yang paling jauh. Dengan demikian, IPS sebagai rumpun pelajaran mempelajari masyarakat dengan segala persoalannya. Pada jenjang pendidikan dasar, IPS merupakan mata pelajaran terpadu dan bersifat tematis1. Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri2.

Agar pelaksanaan pembelajaran IPS tersebut menjadi pembelajaran yang aktif, Inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM), salah satu solusinya adalah dengan metode pembelajaran, diantaranya dengan menggunakan metode resitasi, simulasi dan pengoptimalan media pembelajaran. Metode simulasi ( simulation method) berarti tiruan atau perbuatan yang bersifat pura-pura saja, sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang menggambarkan keadaan sebenarnya3. Sedangkan metode resitasi recitation method, dapat pula disamakan dengan metode pemberian tugas,sering disebut juga pekerjaan rumah. Akan tetapi sebenarnya metode ini lebih luas dari pekerjaan rumah

saja karena siswa dalam belajar tidak hanya dirumah, mungkin dilabolatorium,

dihalaman rumah, diperpustakaan, atau tempat-tempat lain.4 Menurut Syaiful Sagala

1

BSNP, Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi. ( Departemen Pendidikan Nasional, 2007 ), hal. 13

2

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah hal. 5

3

Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo, “Strategi Belajar Mengajar, Untuk Fakultas Tarbiyah,

Komponen MKDK,(Bandung: Penerbit Pustaka Setia,2005), hal. 83

4

Ibid. hal. 61

(16)

metode resitasi adalah cara penyajian dimana guru memberikan tugas tertentu agar

murid melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkannya.5. Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar tertentu.6 Menurut Syaiful Sagala mengutip pendapat Dimyati dan Mudjiono bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.7 Dengan demikian, pendidikan tidak mungkin terselenggara dengan baik bilamana para pendidik maupun para peserta didik tidak didukung oleh sumber belajar yang diperlukan, terlebih lagi dalam pembelajaran IPS yang merupakan syntetic science, karena konsep, generalisasi dan temuan-temuan penelitian ditentukan atau diobservasi setelah fakta terjadi menuntut adanya suatu media pendidikan, sumber pembelajaran, dan metode pembelajaran yang bisa meningkatkan interaksi dan motivasi belajar siswa.

Menurut Musman Hadiatmadja, Kebanyakan guru lebih tepat disebut melaksanakan mengajar secara tradisional dan konservatif. Tradisional karena melaksanakan tugas dengan mendasarkan diri pada tradisi atau apa yang telah dilaksanakan oleh para guru terdahulu tanpa ada usaha memperbaiki dengan daya kreasi yang ada padanya. Konservatif karena bertindak secara kolot menurut cara-cara lama yang kurang atau tidak sesuai dengan perubahan dan kemajuan jaman. Akibatnya siswa dijejali dengan berbagai pengetahuan sesuai kehendak guru atau kurikulum karena siswa adalah ibarat botol kosong yang tidak diberi kesempatan berfikir, mengolah atau mencerna apalagi berkreasi, akhirnya mereka menjadi siswa yang pasif dan reseptif saja.

Pembelajaran konvensional (ceramah) untuk mata pelajaran IPS tentu kurang relevan dan akan menimbulkan verbalisme bagi pemahaman anak, padahal masih banyak guru, khususnya di MI Darunnajah yang menyukainya. Mereka beralasan metode ini lebih mudah dilaksanakan. Sering peneliti masuk

5

Syaiful Sagala.”Konsep dan Makna Pembelajaran”. (Bandung: Alfabeta, 2003), hal. 219 6

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 7

(17)

kelas di MI Darunnajah menemukan situasi yang kurang menyenangkan. Siswa terlihat bermain sendiri dan kurang memperhatikan penjelasan guru. Ada beberapa siswa yang dengan malas-malasan mendengarkan dan terlihat kurang fokus. Guru mencoba menghidupkan situasi, dan berhasil untuk saat tersebut, tetapi pada kesempatan berikutnya keadaan itu tidak berubah. Di sisi lain peneliti melihat keadaan siswa yang selalu merasa jenuh ketika guru hanya berceramah saja dalam menyampaikan materi, khususnya pada mata pelajaran IPS. Siswa lebih memilih berbicara dengan temannya atau bermain-main sendiri. Dan ketika siswa diberi pertanyaan tentang materi yang diajarkan, hanya beberapa siswa saja yang mampu menjawab dengan baik. Sehingga timbul pertanyaan dibenak peneliti apa yang harus peneliti lakukan agar suasana kelas selalu menyenangkan, siswa menjadi termotivasi mengikuti pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan hasil/prestasi belajar siswa itu sendiri.

Dari permasalahan tersebut peneliti tergerak untuk mencoba melibatkan siswa dalam pembelajaran IPS pada kegiatan aktif dengan maksud agar terjadi pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Peneliti mencoba menggunakan metode resitasi dan simulasi, dengan asumsi bahwa Kedua metode ini satu jalur dengan materi IPS yang sebagian besar membutuhkan ketrampilan sosial dan pengalaman langsung.

(18)

B. Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa Kelas III MI Darunnajah pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial masih rendah.

2. Pembelajaran dikelas masih berpusat pada guru (teacher centre), bukan pada siswa (student centre).

3. Penggunaan Metode Pembelajaran yang kurang tepat

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Permasalahan yang berkaitan dengan judul sangat luas, sehingga tidak mungkin permasalahan yang ada dapat terjangkau dan terselesaikan semua. Oleh karena itu, perlu adanya pembatasan masalah sehingga yang diteliti lebih jelas,dan kesalahpahaman dapat dihindari. Untuk itu perlu dibatasi ruang lingkup dan fokus masalah yang diteliti adalah “Metode Resitasi dan Simulasi untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas III MI Darunnajah Sukabumi pada materi Jual Beli”.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan metode resitasi dan simulasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas III MI Darunnajah Sukabumi?

2. Apakah terdapat Peningkatan hasil belajar siswa pada mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas III MI Darunnajah melalui metode Resitasi dan Simulasi ?

E. Tujuan Penelitian

(19)

1. Untuk mendeskripsikan penerapan metode resitasi dan simulasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas III MI Darunnajah Sukabumi.

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahaun Sosial di kelas III MI Darunnajah melalui metode Resitasi dan Simulasi

F. Kegunaan Penelitian 1. Bagi guru atau peneliti

a Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam menerapkan pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah terhadap masalah yang dihadapi di dunia pendidikan secara nyata b Memiliki gambaran tentang pembelajaran IPS yang efektif

c Dapat mengidentifikasikan permasalahan yang timbul di kelas, sekaligus mencari solusi pemecahannya.

d Dipergunakan untuk menyusun program peningkatan efektifitas pembelajaran IPS pada tahap berikutnya.

2. Bagi siswa

a Membantu siswa yang bermasalah atau mengalami kesulitan pelajaran.

b Memungkinkan siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar.

c Mengembangkan daya nalar serta berpikir lebih kreatif, sehingga siswa termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran.

3. Bagi sekolah

a Diharapkan dengan adanya hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan yang berharga bagi pihak sekolah dan upaya sosialisasi perlunya penggunaan metode resitasi dan simulasi sebagai metode pembelajaran alternatif mata pelajaran IPS khususnya di MI Darunnajah Sukabumi.

(20)

c Tercapainya pengembangan kurikulum tingkat sekolah. d Peningkatan profesionalisme guru.

4. Bagi Fakultas

(21)

BAB II

KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD a. Pengertian IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial menurut Somantri adalah sebuah program pendidikan dan bukan merupakan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial, maupun ilmu pendidikan1. Lebih lanjut ia mengatakan Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu social dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiyah dan pedagogis atau psikologis untuk tujuan pendidikan. Istilah Penyederhanaan adalah untuk pendidikan Dasar dan menengah 2

IPS merupakan pelajaran ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP, dan SLTA. Penyederhanaan mengandung arti: a) menurunkan tingkat kesukaran ilmu-ilmu sosial yang biasanya dipelajari di universitas menjadi pelajaran yang sesuai dengan kematangan berfikir siswa siswi sekolah dasar dan lanjutan, b) mempertautkan dan memadukan bahan aneka cabang ilmu-ilmu sosial dan kehidupan masyarakat sehingga menjadi pelajaran yang mudah dicerna.

Sementara itu, menurut National Council for Social Studies, IPS merupakan studi terintegrasi dari ilmu-ilmu sosial untuk mengembangkan potensi kewarganegaraan yang dikoordinasikan dalam program sekolah sebagai pembahasan sistematis yang dibangun dalam

1 C M. Noman Somantri.. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS.

(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2001) Hal. 89

2

Sapriya, “Pendidikan IPS” (Bandung : Laboratorium PKn UPI 2008) hal. 9

(22)

beberapa disiplin ilmu, seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat ilmu-ilmu politik, psikologi, agama, sosiologi, dan juga memuat isi dari humaniora dan ilmu-ilmu alam3.

Sedangkan pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menurut BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) merupakan rumpun mata pelajaran yang dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologi, dan ilmu politik4. Fokus kajian IPS terdiri atas lingkungan sosial peserta didik yang paling dekat hingga lingkungan yang paling jauh. Dengan demikian, IPS sebagai rumpun pelajaran mempelajari masyarakat dengan segala persoalannya. Pada jenjang pendidikan dasar, IPS merupakan mata pelajaran terpadu dan bersifat tematis. Pada jenjang pendidikan menengah, IPS merupakan rumpun mata pelajaran yang menekankan pada penguasaan disiplin ilmu seperti sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, dan antropologi.

Agar pelaksanaan pembelajaran IPS tersebut menjadi pembelajaran yang aktif,Inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM), salah satu solusinya adalah pembelajaran dengan model konstruktivistik dan pengoptimalan media pembelajaran.

Secara tematis dalam IPS dipelajari tentang: (a) perkembangan dan perubahan historis berbagai sistem kehidupan masyarakat; (b) interaksi dan adaptasi masyarakat dengan lingkungan sosial dan lingkungan alam; (c) kegiatan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan ekonomi melalui proses produksi, distribusi, dan konsumsi; (d)kegiatan masyarakat dalam mengembangkan identitas sosial budayanya5.

3

Modul Pendidikan IPS SD, 2009.

( http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Pendidikan%20IPS%20SD.pdf ), diakses, 04 Juli 2013 4

Badan Standar Nasional Pendidikan, 2007. Op Cit. hlm 13. 5

(23)

b. Karakteristik Mata Pelajaran IPS

Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan mata pelajaran–mata pelajaran lainnya, tidak terkecuali mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) untuk SD/MI memiliki sejumlah karaktristik tertentu, yang antara lain seperti berikut: IPS merupakan perpaduan dari beberapa disiplin ilmu sosial antara lain: Sosiologi, Geografi, Ekonomi dan Sejarah. Materi bagian IPS terdiri atas sejumlah konsep, prinsip dan tema yang berkenaan dengan hakekat kehidupan manusia sebagai makhluk social (homo Socious).

Kajian IPS dikembangkan melalui tiga pendekatan utama, yaitu

functional-approach, interdicipliner-approach, dan

multidiciplinerapproach. Pendekatan fungsional digunakan apabila materi kajian lebih dominan sebagai kajian dari salah satu disiplin ilmu sosial, dalam hal ini disiplin-disiplin ilmu sosial lain berperan sebagai penunjang dalam kajian materi tersebut. Pendekatan interdisipliner digunakan apabila materi kajian betul-betul menampilkan karakter yang dalam pengkajiannya memerlukan keterpaduan dari sejumlah disiplin ilmu sosial. Pendekatan multidisipliner digunakan manakala materi kajian memerlukan pendeskripsian yang melibatkan keterpaduan antar/lintas kelompok ilmu, yaitu ilmu alamiah (natural science), dan humaniora. Materi IPS senantiasa berkenaan dengan fenomena dinamika sosial, budaya, dan ekonomi yang menjadi bagian integral dalam kehidupan masyarakat dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat baik dalam skala kelompok masyarakat, lokal, nasional, regional, dan global6.

Untuk jenjang SD/MI, pengorganisasian materi mata pelajaran IPS menganut pendekatan terpadu ( integrated), artinya materi pelajaran dikembangkan dan disusun tidak mengacu pada disiplin ilmu yang terpisah, melainkan mengacu pada aspek kehidupan nyata ( factual/real ) peserta didik sesuai dengan karakteristik usia, tingkat

6

(24)

perkembangan berfikir, dan kebiasaan bersikaf dan berprilakunya. Dalam dokumen Permendiknas (2006) dikemukakan bahwa IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu social. Pada jenjang SD/MI. mata pelajaran IPS memuat geografi, Sejarah, Sosiologi dan Ekonomi, Dari ketentuan maka secara konseptual, materi pelajaran IPS di SD/MI belum mencakup dan mengakomodasi seluruh disiplin Ilmu social. Namun ada ketentuan bahwa melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggungjawab,serta menjadi warga dunia yang cinta damai.7

Adapun tujuan Mata Pelajaran IPS di SD/MI ditetapkan sebagai berikut :

1) mengenal konsep-konsep yang berkaiatan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya;

2) memiliki kemampuan Dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan social;

3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai social dan kemanusiaan;

4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat local, nasional, dan global.8

c. Pendekatan dan Metode Pembelajaran

Dalam pelaksanaan belajar mengajar guru dapat memilih dan menentukan pendekatan dan metode yang disesuaikan dengan kemampuan siswa, kekhasan bahan pelajaran, sarana dan keadaan siswa Adapun pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar dan Menengah, adalah sebagai berikut :9.

7

Sapriya, op.cit. hal. 161 8

Ibid. hal .161 9

(25)

1) Pendekatan Pembelajaran Tradisional

Yang dimaksud pendekatan tradisional adalah suatu pendekatan dimana dalam proses pembelajaran hanya menyampaikan materi pembelajaran didalam kelas dengan metode pendekatan yang monoton dan relative tetap setiap kali mengajar. Menurut Roestiyah N.K. bahwa pendekatan pembelajaran yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan ialah cara mengajar dengan ceramah.10 Cara ini memang kadang-kadang membosankan; maka dalam pelaksanaannya memerlukan keterampilan tertentu, agar gaya penyajiannya tidak membosankan dan menarik perhatian murid.11

2) Pendekatan Pembelajaran Inquiry

Pendekatan ini merupakan suatu pendekatan pembelajaran lebih modern. Pendekatan ini mendorong dan mengarahkan siswa untuk melibatkan diri secara aktif dalam proses pembelajaran dengan melakukan berbagai kegiatan belajar.12

Adapun Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPS, adalah sebagai berikut : Metode Ceramah, Metode Tanya Jawab, Metode Diskusi dan Musyawarah, Metode Penugasan(Pemberian Tugas/ Metode Resitasi), Metode Demonstrasi, Metode Karyawisata, Metode Simulasi, Metode Inquiry dan Discovery, Role Playing( bermain peran),dan Metode Sosio Drama.13 Perlu diketahui bahwa tidak ada satupun metode pembelajaran yang paling baik dan sempurna, setiap metode memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Oleh karena itu, metode yang paling baik adalah metode yang yang cocok, relavan dengan materi, dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

tanggal 07 Juli 2013)

10

Roestiyah. N.K. “Strategi Belajara Mengajar” (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta,2008), hal. 136 11

Ibid. hal. 137 12

Modul Pendidikan IPS SD BBM 5, op.cit.,

13

(26)

d. Karakteristik Penilaian Mata Pelajaran IPS

Penilaian IPS dapat dilakukan secara terpadu dengan proses pembelajaran. Penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes tertulis, observasi, tes praktik, penugasan, tes lisan, portofolio, jurnal, inventori, penilaian diri, dan penilaian antarteman. Pengumpulan data penilaian selama proses pembelajaran melalui observasi juga penting untuk dilakukan. Data aspek afektif seperti sikap ilmiah, minat, dan motivasi belajar dapat diperoleh dengan observasi, penilaian diri, dan penilaian antarteman. Pembelajaran IPS di SD/MI dilaksanakan dalam mata pelajaran IPS14.

Sedangkan karakteristik penilaian pelajaran IPS menurut Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah adalah:

1) Penilaian IPS dapat dilakukan secara terpadu dengan proses pembelajaran.

2) Penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes tertulis, observasi, tes praktik, penugasan, tes lisan, portofolio, jurnal, inventori, penilaian diri, dan penilaian antarteman.

3) Pengumpulan data penilaian selama proses pembelajaran melalui observasi juga penting untuk dilakukan.

4) Data aspek afektif seperti sikap ilmiah, minat, dan motivasi belajar dapat diperoleh dengan observasi, penilaian diri, dan penilaian antar teman.

Penilaian dalam bidang tekhnologi/ketrampilan sosial dapat diukur melalui tes praktik sewaktu peserta didik menyelesaikan tugas dan/atau produk yang dihasilkan. Penilaian tersebut dapat diperoleh melalui tes praktik, baik melalui tes keterampilan tertulis, tes identifikasi, tes praktik simulasi maupun tes/uji petik/contoh kerja. Dalam pelaksanaannya dirancang untuk mensimulasikan tes praktik pada pekerjaan yang sesungguhnya melalui tes praktik simulasi. Tes

14

(27)

petik kerja atau tes sampel kerja merupakan tes praktik tingkat tertinggi yang merupakan perwujudan dari tes praktik keseluruhan yang hendak diukur. Selain dengan tes kinerja, penilaian dalam bidang teknologi dapat pula dengan hasil penugasan dan portofolio. Hasil penugasan dapat berupa produk yang mencerminkan kompetensi peserta didik. Hasil portofolio yang berupa kumpulan hasil kerja berkesinambungan dapat dipakai sebagai informasi yang menggambarkan perkembangan kompetensi peserta didik15.

2. Kajian Tentang Hasil Belajar

Asas pengetahuan tentang hasil belajar kadang-kadang disebut ”umpan balik

pembelajaran”, yang menunjuk pada sambutan yang cepat dan tepat terhadap siswa

agar mereka mengetahui bagaimana mereka sedang bekerja. Lebih cepat siswa

mendapat informasi balikan tentunya lebih baik, sehingga informasi yang salah

segera dapat diperbaiki melalui kegiatan belajar berikutnya.16 Adanya umpan balik yang akurat sebagai hasil evaluasi yang akurat pula, akan memudahkan kegiatan perbaikan pendidikan.17 Umpan balik juga dapat diberikan tidak hanya diberikan pada saat proses pembelajaran berlangsung, tetapi terhadap tugas yang dikerjakan

siswa dirumah, hasil tugas tersebut diberi umpan balik sehingga siswa mengetahui

hasil pekerjaannya itu benar atau salah.18

Hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh usaha ;(Dedy Sugono, 2008:528). Sedangkan belajar adalah proses perubahan tingkah laku, sehingga hasil belajar dapat diartikan sebagai sesuatu yang diadakan oleh usaha merubah tingkah laku. Tipe hasil belajar terdiri dari : ranah kognitif, afektif dan psikomotor (Bloom dalam Dimyati 2002:26). Ketiganya tidak dapat berdiri

15

Ibid. Hal. 16-17. 16

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, cetakan keenam 2007), hal. 88

17

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta:Rineka Cipta,2006) hal. 193 18

(28)

sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, bahkan membentuk hubungan hierarki. 19

Hasil belajar sering orang menyebutnya prestasi belajar, akan tetapi menurut Zainal Arifin dalam bukunya Evaluasi Pembelajaran, Istilah “Hasil Belajar” ( learning outcome) berbeda dengan “Prestasi Belajar”( achievement ), Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik.20

Hasil belajar adalah angka yang diperoleh siswa yang telah berhasil menuntaskan konsep-konsep mata pelajaran sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Begitu juga hasil belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang tetap sebagai hasil proses pembelajaran.21

Prinsip yang mendasari penilaian hasil belajar yaitu untuk memberi harapan bagi siswa dan guru untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Kualitas dalam arti siswa menjadi pembelajar yang efektif dan guru menjadi motivator yang baik. Dalam kaitan dengan itu, guru dan pembelajar dapat menjadikan informasi hasil penilaian sebagai dasar dalam menentukan langkah-langkah pemecahan masalah, sehingga mereka dapat memperbaiki dan meningkatkan belajarnya

Menurut Masitoh dan Laksmi Dewi pengertian hasil belajar adalah perubaha prilaku atau tingkah laku, seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa pengetahuan, keterampilan motorik, atau penguasaan nilai-nilai( sikaf).22

Setelah menelusuri uraian diatas, maka dapat difahami mengenai makna kata ”prestasi” dan ”belajar”. Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Sedangkan belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang

19

http://literaturkti.blogspot.com/2012/09/pengertian-hasil- belajar.html#) diakses tanggal 13 Juli 2013

20

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran.(Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam Departemen Agama RI,2009) cetakan pertama. hal. 11

21

http://literaturkti.blogspot.com/2012/09/pengertian-hasil-belajar.html# ( diakses : tanggal 13 Juli 2013

22

(29)

mengakibatkan perubahan dalam diri individu, yakni perubahan tingkah laku. Dengan demikian, dapat diambil pengertian yang sangat sederhana mengenai hal ini, prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

Menurut para ahli Psikologi tidak semua perubahan prilaku dapat digolongkan kedalam hasil belajar. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar ialah perubahan yang dihasilkan dari pengalaman (interaksi dengan lingkungan), dimana proses mental dan emosional terjadi. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar dikelompokan kedalam tiga ranah (kawasan), yaitu Pengetahuan (kognitif), keterampilan motorik (psikomotorik), dan penguasaan nilai-nilai atau sikaf (afektif). Didalam pembelajaran sebagai hasil belajar tersebut dirumuskan didalam rumusan pembelajaran. 23

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar (hasil belajar)

adalah:24

a. Faktor Intern

Faktor intern yaitu faktor yang datang dalam individu itu sendiri. Faktor intern ini terdiri dari :

1) Faktor Jasmaniah

Faktor jasmaniah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar dimana faktor tersebut berhubungan dengan jasmaniah atau kondisi badan siswa. Sehingga apabila kondisi badan siswa tergantung akan mempengaruhi hasil belajarnya. Olehnya itu, jasmani harus dijaga agar selalu dalam kondisi yang prima.

2) Faktor Psikologis

Faktor eksteren adalah merupakan salah satu faktor intern yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, Faktor psikologis ini berkenaan dengan kondisi kejiwaan siswa.

23

Ibid., hlm. 4 - 5 24

(30)

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu yang dapat mempengaruhi prestasi belajar.

Slameto (1987), mengemukakan bahwa ada tiga bagian faktor ekstern, yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat25.

Maka dari itu hasil belajar yang dilaksanakan dengan evaluasi diakhir pelajaran

sangatlah penting, untuk mengukur sejauh mana siswa berhasil dalam proses

pembelajaran, serta perbaikan proses pendidikan pada tahap selanjutnya, bila ada dari

hasil belajar yang belum begitu dikuasai oleh siswa.

3. Metode Resitasi dan Simulasi a. Pengertian Metode

Menurut Muhibbin Syah, Metode secara harfiah berarti “cara”.dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis.26 Selanjutnya, mengutip pendapat Tardip (1989) yang dimaksud metode mengajar ialah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa.27

Metode pembelajaran menurut Akhmat Sudrajat mengartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran28.

Sedangkan menurut Rustiah N.K ialah suatu teknik untuk memberikan motifasi kepada siswa agar bangkit untuk bertanya, selama

25 ibid. 26

Muhibbin Syah, “Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru”(Bandung:Penerbit PT.Remaja

Rosdakarya,1995). Hal. 201 27

Ibid. hal 201 28

Akhmat Sudrajat. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Tekhnik, Taktik, dan Model

(31)

mendengarkan pelajaran atau guru yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan itu, siswa menjawab29.

Berdasarkan pendapat diatas, Metode merupakan cara yang dilakukan oleh seorang guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dengan cara-cara yang terencana dan sistematis untuk mencapai satu tujuan pembelajaran.

b. Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar

Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Guru dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi anak didik. Guru dengan seperangkat teori dan pengalamannya menggunakan untuk mempersiapkan program pengajaran dengan baik dan sistematis.

Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kerangka berpikir yang demikian bukanlah suatu hal yang aneh, tapi nyata; dan memang betul-betul dipikirkan oleh seorang guru30.

Dari hasil analisis yang dilakukan, lahirlah pemahaman tentang kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik, sebagai strategi pengajaran dan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Berikut adalah penjelasannya31:

1) Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik

Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati peranan yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar mengajar. Tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode pengajaran. Ini berarti guru memahami benar kedudukan metode sebagai alat motivasi

29

Rustiah. N. K, op.cit . Hal. 129. 30

Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996) cet. ke IV. Hal. 72

31

(32)

ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar. Motivasi ekstrinsik menurut Sardiman A.M. adalah motif motif yang aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsang dari luar32. Karena adanya perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang. 2) Metode sebagai strategi pengajaran

Setiap anak didik mempunyai karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, karena itu dalam kegiatan belajar mengajar menurut Roestiyah. N.K, guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan33.

Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus mengusai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Dengan demikian, metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. 3) Metode sebagai alat untuk mecapai tujuan

Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak diperlukan. Salah satunya adalah komponen metode. Metode adalah pelicin jalan pengajaran menuju tujuan. Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki ketrampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan. Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki ketrampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan. Antara metode dan tujuan tidak bertolak belakang. Artinya, metode harus menunjang pencapaian tujuan pengajaran. Bila tidak, maka akan sia-sia perumusan tujuan tersebut.

32

Sardiman A.M.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta:Rajawali Pers,1986) Hal.90 33

(33)

3. Pemilihan dan Penentuan Metode

Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesusaian dengan perumusan tujuan intruksional khusus. Karenanya, guru pun selalu menggunakan metode yang lebih dari satu. Pemakaian metode yang satu digunakan untuk mencapai tujuan yang satu, sementara penggunaan metode lain, juga diguanakan untuk mencapai tujuan yang lain. Begitulah adanya, sesuai dengan kehendak tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode mengajar34:

1) Nilai strategi metode

Kegiatan belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai pendidikan. Di dalamnya terjadi interaksi edukatif antara guru dan anak didik. Bahan pelajaran yang guru berikn itu akan kurang memberikan dorongan (motivasi) kepada anak didik bila penyampaiannya menggunakan srtategi yang kurang tepat. Disinilah kehadiran metode menempati posisi penting dalam penyampaian bahan pelajaran. Karena itu, dapat dipahami bahwa metode adalah suatu cara yang memiliki nilai strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Nilai strategisnya adalah metode dapat mempengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar35.

2) Efektifitas penggunaan metode

Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Cukup banyak bahan pelajaran yang terbuang dengan percuma hanya karena penggunaan metode menurut kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan siswa, fasilitas, serta situasi kelas. Karena itu, efektifitas penggunaan metode dapat terjadi apabila ada kesesuaian antara metode dengan semua komponen pelajaran yang

34

Ibid. hal. 75. 35

(34)

telah diprogramkan dalam satuan pelajaran, sebagai persiapan tertulis36.

3) Pentingnya pemilihan dan penentuan metode

Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas. Salah satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah melakukan pemilihan dan penentuan metode yang bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran. Pemilihan dan penentuan metode ini didasari adanya metode-metode tertentu yang tidak bisa dipakai untuk mencapai tujuan tertentu37.

Kegagalan guru mencapai tujuan pengajaran akan terjadi jika pemilihan dan penentuan metode tidak dilakukan dengan pengenalan terhadap karakteristik dari masing-masing metode pengajaran. Karena itu, yang terbaik guru lakukan adalah mengetahui kelebihan dan kelemahan dari beberapa metode pengajaran yang akan dibahas dalam uraian-uraian selanjutnya. 4) Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode

Metode mengajar banyak sekali jenisnya, karena metode dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain38:

a) Tujuan yang beragam jenis dan fungsinya. b) Anak didik yang beragam tingkat kematanganya. c) Situasi yang beragam keadaanya.

d) Fasilitas yang beragam kualitas dan kuantitasnya.

e) Pribadi guru serta kemampuan propesionalnya yang berbeda-beda.

Dengan demikian jelaslah bahwa metode menekankan pada interaksi dengan siswa sehingga dalam melakukan proses belajar mengajar tidak hanya pada satu arah interaksi.

36

Ibid. hal 76 37

Ibid. hal 76

38

(35)

4. Metode Pemberian Tugas atau Resitasi

1) Pengertian Pemberian Tugas atau Resitasi

Metode pemberian tugas atau resitasi menurut Syaiful Sagala adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar murid melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkannya. Tugas yang diberikan oleh guru dapat memperdalam bahan pelajaran, dan dapat pula mengecek bahan yang yang telah dipelajari. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individu maupun kelompok39.

Metode resitasi mempunyai tiga fase: pertama guru memberi tugas; kedua siswa melaksanakan tugas (belajar) dan fase ketiga siswa mempertanggungjawabkan kepada guru apa yang telah mereka pelajari. Dalam sifatnya situasi ini adalah resitasi, umpamanya dalam bentuk Tanya jawab, diskusi atau barangkali sebuah tes tertulis40.

2) Pelaksanaan resitasi. a) Tujuan yang jelas.

Agar hasil belajar siswa memuaskan, guru perlu merumuskan tujuan yang jelas yang hendaknya dicapai oleh murid-murid. Sifat daripada tujuan tujuan itu adalah sebagai berikut41:

1) Merangsang agar siswa berusaha lebih baik memupuk inisiatif, bertanggung jawab, dan berdiri sendiri.

2) Membawa kegiatan-kegiatan sekolah yang berharga kepada minat siswa dan bersifat konstruktif.

3) Memperkaya pengalaman-pengalaman sekolah dengan memulai kegiatan-kegiatan di luar kelas.

4) Memperkuat hasil belajar di sekolah dengan menyelenggarakan latihanlatihan yang perlu integrasi dan penggunaannya.

39

Syaiful Sagala. Op. Cit. Hal. 219. 40

Syaiful Bahri dan Aswan Zain Op. Cit. Hal. 86 41

(36)

b) Petunjuk-petunjuk yang jelas.

Tugas yang harus dilakukan oleh siswa perlu jelas. Ini berarti bahwa guru, dalam memberikan tugas, harus menjelaskan aspek-aspek yang perlu dipelajari oleh para siswa, agar para siswa tidak merasa bingung apa yang harus mereka pelajari dan segi-segi mana yang harus dipentingkan. Jika aspek-aspek yang diperhatikan sudah jelas, maka perhatian siswa waktu belajar akan lebih dipusatkan pada aspek-aspek yang dipentingkan itu42.

3) Kelebihan Resitasi

Metode resitasi mempunyai beberapa kebaikan antara lain:

a) Pengetahuan yang diperoleh murid dari hasil belajar, hasil percobaan atau hasil penyelidikan yang banyak berhubungan dengan minat atau bakat yang berguna untuk hidup mereka akan lebih meresap, tahan lama dan lebih otentik.

b) Mereka berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri.

c) Tugas dapat lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebihnmemperdalam, memperkaya atau memperluas wawasan tentang apa yang dipelajari.

d) Tugas dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi. Hal ini diperlukan sehubungan dengan abad informasi dan komunikasi yang maju demikian pesat dan cepat.

e) Metode ini dapat membuat siswa bergairah dalam belajar dilakukan dengan berbagai variasi sehingga tidak membosankan.

42

(37)

4) Kelemahan Resitasi

Beberapa kelemahan dari metode pemberian tugas ini dalam pembelajaran adalah:

a) Seringkali siswa melakukan penipuan diri di mana mereka hanya meniru hasil pekerjaan orang lain, tanpa mengalami peristiwa belajar.

b) Adakalanya tugas itu dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.

c) Apabila tugas terlalu diberikan atau hanya sekedar melepaskan tanggung jawab bagi guru, apalagi bila tugas-tugas itu sukar dilaksanakan, ketegangan mental mereka dapat terpengaruh. d) Jika tugas diberikan secara umum mungkin seorang anak didik

akan mengalami kesulitan karena sukar selalu menyelesaikan tugas dengan adanya perbedaaan individual. Kelemahan ini lebih dititikberatkan pada siswa, tetapi ada juga kelemahan guru.

(38)

5) Langkah-Langkah Metode Resitasi43

Fase memberikan Tugas

Yaitu guru memberikan tugas pada siswa baik itu secara

perseorangan atau kelompok. Dan hasil yang di peroleh dapat sesuai

dengan yang di inginkan, hendaknya tugas yang diberikan pada siswa

memperhatikan:

a) Tujuan yang akan dicapai

b) Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa

yang ditugaskan tersebut

c) Sesuai dengan kemampuan siswa

d) Ada petunjuk atau sumber yang dapat membantu

pekerrjaan siswa

e) Sediakan waktu yang cukup untuk menegrjakan tugas

tersebut

Langkah pelaksanaan

a) Diberikan bimbingan atau pengawasan

b) Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja

c) Diusahakan dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh

orang lain.

d) Dianjurkan agar siswa mencatat hasil- hasil yang diperoleh

dan sistematis

Fase mempertanggung jawabkan Tugas

Hal yang harus dikerjakan siswa pada fase ini, antara lain:

a) Laporan siswa baik lisan atau tertulis dari apa yang telah

dikerjakannya

b) Ada Tanya jawab atau diskusi kelompok

c) Penelitian hasil pekerjaan siswa baik dari tes maupun non

tes atau cara lainnya

43

(39)

5. Metode Simulasi

1) Pengertian Simulasi

Menurut arti katanya, simulasi (simulation) cuplikan suatu situasi kehidupan nyata yang diangkat kedalam kegiatan pembelajaran.44

Simulasi sebagai metode mengajar menurut uraian Soli Abimanyu dan Ngalim Purwanto adalah sebagai berikut: simulasi adalah suatu tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja. Dalam setiap bentuk simulasi akan terjadi hal-hal sebagai berikut: (1) para pemain yang memegang peranan yang mewakili dunia kenyataan, dan juga membuat keputusan-keputusan dalam mereaksi penilaian mereka terhadap setting dalam mana mereka temukan sendiri, (2) Mereka mengalami perbuatan-perbuatan tiruan yang berhubungan dengan dengan keputusan-keputusan mereka dan penampilan umum mereka. (3) Mereka memonitor hasil-hasil kegiatan masing-masing, dan diarahkan untuk merefleksi terhadap hubungan antara keputusan keputusan mereka sendiri dan konsekuensi-konsekuensi akhir yang menunjukkan gabungan dari berbagai perbuatan. Dengan demikian maka alam simulasi para pelaku dapat memperoleh kecakapan bersikap dan bertindak yang sesuai jika menghadapi situasi yang sebenarnya45.

Simulasi sering dikaitkan dengan permainan. Terdapat perbedaan di antara kedua permainan tersebut. Di dalam permainan (games), para pemain melakukan persaingan untuk mencapai kemenangan atau mengalahkan lawannya. Selain itu, permainan lebih memberi hiburan (kesenangan) kepada pemain-pemainnya. Menurut Derick, U dan McAleese yang dikemukakan pada Abu Ahmadi46, dalam simulasi unsur persaingan, mencapai kemenangan

44

Sudjana,”Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif”(Bandung:Penerbit Falah

Production,2001) hal. 112 45

Ibid. hal. 114 46

(40)

dan peristiwa tersebut tidak ada, sehingga simulasi lebih bersifat realitas dan mengandung unsur pendidikan daripada permainan.

Bentuk-bentuk simulasi dapat dilakukan dari yang paling sederhana sampai kegiatan yang paling kompleks, misalnya tiruan perbuatan atau peranan anggota keluarga (ayah, ibu, anak-anak) dalam menghadapi suatu masalah, tiruan kehidupan sehari-hari dalam masyarakat (jual beli di pasar, dan sebagainya), tiruan yang lebih sulit dari kejadian-kejadian penting dalam masyarakat (sidang DPRD, sidang PBB, perundingan diplomasi, atau kejadian-kejadian sejarah yang penting)47.

2) Pelaksanaan Simulasi

Simulasi dilaksanakan oleh sekelompok siswa meskipun dalam beberapa hal dapat dilakukan secara individu (sendiri) atau berpasangan (dua orang). Bila dilakukan secara kelompok kecil, tiap kelompok dapat melakukan simulasi yang sama dengan kelompok lainnya atau simulasi yang berbeda dengan kelompok lainnya.

Di dalam pelaksanaan simulasi harus terjadi proses-proses kegiatan yang menimbulkan (menghasilkan) domain afektif (misalnya menyenangkan, menggairahkan, suka, sedih, terharu, simpati, solidaritas, gotong royong, dan sebagainya). Di samping itu dalam simulasi juga harus dapat dilakukan korelasi antara beberapa bidang studi atau disiplin (pendekatan interdisiplin). Simulasi juga harus menggambarkan situasi yang lengkap dan proses atau tahap dalam situasi tersebut hubungan sebab akibat, percobaan-percobaan, fakta-fakta, dan pemecahan masalah48.

Beberapa tujuan dari kegiatan atau pelatihan simulasi adalah sebagai berikut49:

47

Ibid. hal. 83 48

Dahlan, M. D. “Model –Model Pembelajaran” (Bandung: Penerbit PT Diponegoro 1990) cet. ke IV Hlm. 150-151.

49

(41)

a) Untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa dengan melibatkan siswa dalam mempelajari situasi yang hampir serupa dengan kejadian yang sebenarnya.

b) Untuk melatih siswa menguasai ketrampilan tertentu, baik yang bersifat profesional maupun yang penting bagi kehidupan sehari-hari.

c) Untuk pelatihan memecahkan masalah.

d) Untuk memberikan rangsangan atau kegairahan belajar siswa. e) Untuk merasakan atau memahami tingkah laku manusia dan

situasisituasi masyarakat di sekitarnya.

f) Untuk melatih dan membantu siswa dalam memimpin, bergaul dan memahami hubungan antara manusia, bekerja sama dalam kelompok dengan efektif, menghargai dan memahami perasaan dan pendapat orang lain, dan memupuk daya kreatifitas siswa. 3) Kelebihan simulasi50

a) Siswa dapat berinteraksi social dengan lingkungan b) Siswa terlibat langsung dalam pembelajaran c) Siswa dapat memahami permasalahan social d) Membina hubungan personal yang posotif e) Membina hubungan yang komunikatif

f) Dapat membangkitkan imajinasi dan estetika siswa dan guru 4) Kelemahan Simulasi51

a) Relative memerlukan waktu yang banyak

b) Apabila siswa tidak memahami konsep simulasi tidak akan efektif

c) Sangat bergantung pada aktifitas siswa d) Pemanfaatan sumber belajar sulit

e) Adanya siswa yang lambat, kurang minat dan kurang motivasi, simulasi kurang berhasil

50

Masitoh dan Laksmi Dewi, op.cit. Hal. 120 51

(42)

5) Langkah-Langkah Metode Simulasi52 Tahap Awal Simulasi;

a) Guru menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh simulasi.

b) Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan.

c) Guru membentuk kelompok dan menentukan alat yang digunakan.

d) Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan yang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan.

e) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi. Pelaksanaan Simulasi

a) Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran. b) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.

c) Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan.

d) Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan.

B. Hasil Penelitian yang Relavan

Telah banyak dilakukan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode Resitasi dan Simulsi, metode ini terbukti efektif membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman siswa pada materi tertentu yang telah disesuaikan. Diantaranya adalah penelitian yang telah dilakukan oleh: Lia Nurul Wahdati, skripsi yang berjudul “Upaya meningkatkan Motivasi Siswa Kelas IV MI Darunnajahpada Konsep Musyawarah Desa Melalui Metode Resitasi dan

52

(43)

Simulasi” . Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa melalui Metode Resitasi dan Simulasi yang dirancang agar siswa aktif dan terlibat langsung melakukan pembelajaran dapat meningkatkan motivasi siswa pada setiap siklus. Pada siklus I hasil angket motivasi siswa memperoleh angka 68,17 % , lalu pada Siklus ke II diperoleh hasil motivasi siswa sebesar 77.51 %. Masih berlanjut ke Siklus III, hasil angket pada motivasi siswa terus meningkat hingga 82.15 %. Penelitian dihentikan sampai siklus ke III karena telah memenuhi indikator keberhasilan penelitian yaitu hasil skor rata-rata tiap indikator angket Motivasi siswa meningkat hingga 80 %53.

Gina Sri Rahayu, skripsi yang berjudul : “Meningkatkan Hasil Belajar siswa Pada Pelajaran IPS, Materi Ajar Masalah-Masalah social dilingkungan Setempat Melalui Penerapan Pembelajaran Metode Simulasi di Kelas IV SDN Pantiwinaya”, menyatakan bahwa berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa melalui pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Metode Simulasi terdapat peningkatan Hasil belajar siswa baik dalam proses pembelajaran maupun hasil akhir dari pembelajaran. Hasilnya menunjukkan ada peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II , nilai rata-rata pada siklus I sebesar 70.28 dengan siswa yang mendapat nilai dibawah ketuntasan minimal sebanyak 6 orang siswa, sedangkan nilai rata-rata pada siklus II sebesar 79.72 dengan nilai seluruh siswa tidak ada yang dibawah ketuntasan minimal. Sedangkan untuk aktifitas belajar kelompok siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II, yaitu jika pada siklus I persentase rata-rata aktifitas kelompok siswa sebesar 61.67 % dan pada siklus II persentase rata-rata aktifitas kelompok siswa sebesar 80.00 %. Dengan demikian membuktikan bahwa dengan penggunaan metode simulasi pada pembelajaran IPS materi ajar masalah-masalah social di lingkungan setempat submateri masalah sampah dapat meningkatkan hasil belajar siswa.54

53

Lia Nurul Wahdati, “Upaya meningkatkan Motivasi Siswa Kelas IV MI Sunan Giri pada Konsep Musyawarah Desa melalui Metode Resitasi dan Simulasi”. Skripsi S 1 pada UIN Sunan Gunung Jati Bandung , ( Bandung:2011) hal 102, tidak dipublikasikan.

54

(44)

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan dari kerangka fikir diatas, hipotesis yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut : “Melalui metode Resitasi dan Simulasi pada materi Jual beli dapat meningkatkan hasil belajar Siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyah Darunnajah Sukabumi”

(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Darunnajah yang beralamat di Jalan Salabintana, Km 06, Palasari Rt. 22/Rw. 07 Desa Sudajayagirang, kecamatan Sukabumi, kabupaten Sukabumi 43151. 2. Waktu Penelitian

Adapun waktu kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Maret s/d Mei 2013

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sebab dalam melakukan tindakan kepada subjek penelitian, yang sangat diutamakan adalah mengungkap makna; yakni makna dan proses pembelajaran sebagai upaya meningkatkan motivasi, kegairahan dan prestasi belajar melalui tindakan yang dilakukan. Menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan bahwa panelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, tulisan atau lisan dari orang-orang yang diamati1.Dalam penelitian deskriptif data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka tetapi berupa kata-kata atau gambar. Data yang dimaksud berasal dari naskah wawancara, catatan-lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo dan dokumentasi resmi lainnya2.

Menurut Bogdan dan Biklen, yang dikutif oleh Prof.Dr. Sogiono dalam bukunya Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, bahwa karakteristik dari penelitian kualitatif, adalah sebagai berikut : 1) dilakukan dalam kondisi yang alamiah,(sebagai lawannya adalah eksperimen),langsung kesumber data dan peneliti adalah instrument kunci, 2) penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif,

1

Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2002), hlm. 3.

2

Ibid. hlm. 6.

(46)

Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka, 3) penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau outcome, 4) penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif, dan 5) Penelitian Kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati.3

Diantara Jenis penelitian Kualitatif adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), walaupun data yang dikumpulkan bersifat kuantitatif atau analisisnya menggunakan analisis statistic diskriptif, Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk memperbaiki kinerja Pembelajaran yang lebih bersifat konstektual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi, dan Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan oleh guru didalam kelas.4

Menurut Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas berkembang dari Penelitian Tindakan. Oleh karena itu, untuk memahami pengertian PTK, perlu kita telusuri pengertian penelitian tindakan.5 Ciri utama dari penelitian tindakan adalah adanya intervensi atau tindakan atau perlakuan tertentu untuk perbaikan kinerja dalam dunia nyata.6 Dalam penelitian tindakan ini, peneliti melakukan suatu tindakan/intervensi, yang secara khusus diamati terus-menerus, dilihat plusminusnya, kemudian diadakan pengubahan terkontrol sampai pada upaya maksimal dalam bentuk tindakan yang paling tepat. 7

Penelitian Tindakan Kelas berkait erat dengan persoalan praktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru, dan penelitian ini hanya bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktik-praktik pembelajaran dikelas secara professional. Agar lebih memahami jenis Penelitian ini, kita harus mengetahui karakteristiknya.

3

Sugiono. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”(Bandung::Penerbit Alfabeta,2010) hal. 13-14

4

Maifalinda Fatra dan Abd. Rozak, “Bahan ajar PLPG, Penelitian Tindakan Kelas”(FITK.UIN Syarif hidayatullah,2010) cet. Pertama, hal. 13

5

Wina Sanjaya, “Penelitian Tindakan Kelas” (Bandung:CV Kencana Prenada Media Group ,2010). cetakan kedua, hal. 24

6

Ibid. hal. 25 7

(47)

Ditinjau dari karakteristiknya, PTK setidaknya memiliki Karakteristik antara lain :

1. Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional; 2. Adanya kolaborasi dalam pelaksanaanya;

3. Peneliti sekaligus praktisi yang melakukan refleksi;

4. Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik instruksional;

5. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.8

Manfaat yang dapat dipetik jika guru mau dan mampu melaksanakan penelitian tindakan kelas itu terkait dengan komponen pembelajaran antara lain :

1. Inovasi pembelajaran,

2. Pengembangan kurikulum ditingkat sekolah dan ditingkat kelas, dan 3. Peningkatan profesionalisme guru.9

PTK memerlukan beberapa kondisi agar dapat berlangsung dengan baik dan melembaga. Kondisi tersebut antara lain dukungan dari semua personel di sekolah dan iklim yang terbuka yang memberikan kebebasan kepada guru untuk berinovasi, berdiskusi, berkolaborasi, dan saling mempercayai di antara personel sekolah.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan, yang terfokus dalam kegiatan di kelas sehingga penelitiannya berupa penelitian tindakan kelas. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan siswa dalam pembelajaran di kelas, terutama deskripsi peningkatan siswa dalam memahami unsur-unsur intrinsik kegiatan jual beli. Guru akan dapat meningkatkan hasil pembelajaran siswanya jika guru tersebut mau melihat kembali pembelajaran yang diberikan kepada siswanya. Mampu tidaknya siswa dalam pembelajaran, hal itu sangat tergantung pada tindakan guru. Tindakan guru seperti itu bila dicatat kemudian direfleksikan kembali permasalahannya, guru tersebut dapat dikatakan pula sebagai peneliti tindakan kelas. Sebab, penelitian tindakan menurut Kemmis (1988), seperti dikutif Wina, adalah suatu bentuk

8

Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas. Untuk guru”. (Bandung: Yrama Widya, 2008) hal. 16.

9

Gambar

Gambar 4.1  Lembar Tugas Resitasi 3
Diagram Perbandingan Hasil Kerja Kelompok Minggu 1 dan Minggu 2
gambar tersebut sesuai  ciri-ciri gambar, serta  kelebihan dan  kekurangan tempat    Siswa membagi kelompok;    Siswa mengerjakan tugas sesuai ketentuan;

Referensi

Dokumen terkait

Perencanaan tebal perkerasan beton bersambung tanpa tulangan untuk jalan raya didasarkan pada: (1) Kekuatan tanah dasar yang dinyatakan dalam modulus reaksi tanah dasar (k); (2)

45 Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk (i) mengetahui proses dalam merancang dan mengembangkan modul remedial biologi materi keanekaragaman hayati, (ii)

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan berdasarkan data atau fakta yang sahih atau valid, benar dan dapat dipercaya tentang Hubungan Antara

Pada sistem ini setiap lubang keluar pada ruangan dihubungkan langsung ke mesin pendingin melalui suatu saluran untuk masing-masing ruangan sehingga kondisi ruangan lebih

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan menggunakan uji chi-square didapatkan nilai pearson chi- square 1,993 dan nilai p =0,158 > 0,05 dari hasil tersebut Ha

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh kualitas

Keluaran port RS-232-C MMD dihubungkan ke Com-X personal komputer, data hasil pengukuran tersebut setelah diukur oleh komputer akan dikonversi dari

Tentu hal seperti dimaksud di atas tidak dapat dilakukan sepihak oleh guru BK saja, tetapi memerlukan kerjasama dan dukungan dari personil sekolah lainnya, orang tua dan