BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Landasan Teori
2.2.1.2. Siklus Pengolahan Data
2.2.1.2.1. Siklus Pengolahan Data secara Manual
Menurut Baridwan (1994:4), Untuk mengubah data menjadi
informasi, dilakukan proses pengolahan data. Dalam Sistem Informasi
Akuntansi, proses pengolahan ini dilakukan dengan beberapa tahap
tertentu. Jika Sistem Informasi Akuntansi diproses secara manual (tanpa
mesin), proses pengolahan data dapat dilakukan dalam suatu siklus seperti
dalam gambar berikut ini :
Gambar 2.1 : Siklus Pengolahan Data Secara Manual
Bukti Transaksi Jurnal Buku Besar Laporan
Keuangan
Buku Pembantu
laporan
Sumber : Zaki Baridwan, 1994, Sistem Informasi Akuntansi, BPFE, Yogyakarta, Edisi kedua, hal : 4
2.2.1.2.2. Siklus Pengolahan Data dengan Komputer
Menurut Baridwan (1994:5), bila dengan menggunakan mesin
komputer dalam proses pengolahan data, siklus pengolahan data dapat
dipisahkan menjadi tiga yaitu : masukan (input), pengolahan (proses), dan
Siklus pengolahan data akutansi dilakukan dengan komputer dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.2 : Siklus Pengolahan Data Dengan komputer
INPUT PENGOLAHAN OUTPUT
Bukti transaksi . jurnal File transaksi Buku
besar Laporan keuangan Dan laporan lain
Sumber : Zaki Baridwan, 1994, Sistem Informasi Akuntansi, BPFE, Yogyakarta, Edisi kedua, hal : 5
2.2.1.3. Pengertian Sistem Informasi
Sistem informasi adalah sebuah rangkaian prosedur formal dimana
data di kumpulkan diproses menjadi informasi, dan didistribusikan kepada
para pemakai (Hall, 2001:7). Sedangkan menurut Krismiaji (2005:16),
“sistem informasi adalah cara-cara yang diorganisasikan untuk
mengumpulkan, memasukkan, mengolah dan menyimpan data, dan
cara-cara yang di organisasi untuk menyimpan, mengelola, mengendalikan dan
melaporkan informasi sedemikian rupa sehingga tujuan organisasi
Dari pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa sistem informasi
merupakan sistem atau kerangka kerja dalam suatu organisasi yang
mengolah masukan (data) dari transaksi harian menjadi keluaran
(informasi) yang berupa laporan yang diperlukan, untuk keperluan
pihak-pihak tertentu dalam suatu organisasi. Informasi yang dihasilkan bertujuan
untuk membantu pengambilan keputusan serta menyajikan informasi yang
layak bagi pihak intern maupun ekstern pada suatu organisasi.
2.2.1.3.1. Tujuan Sistem Informasi
Menurut Hall (2001:18), terdapat tiga tujuan utama yang umum
bagi semua sistem informasi, yaitu :
1. Untuk mendukung fungsi kepengurusan (stewardship) manajemen.
2. Untuk mendukung pengambilan keputusan manajemen.
3. Untuk mendukung kegiatan operasi perusahaan hari demi hari.
2.2.1.3.2. Komponen Sistem Informasi
Menurut Krismiaji (2005:16) secara garis besar, sebuah sistem
informasi memiliki delapan komponen. Kedelapan komponen tersebut
adalah :
1. Tujuan. Setiap sistem informasi dirancang untuk mencapai satu atau lebih tujuan yang memberikan arah bagi sistem tersebut secara keseluruhan.
2. Input. Data harus dikumpulkan dan dimasukkan sebagai input ke dalam sistem. Sebagian besar input berupa data transaksi. Namun perlu diingat,
bahwa dalam perkembanganya, sebuah sistem informasi akuntansi tidak
hanya mengolah data dan menghasilkan informasi keuangan saja, namun
juga mengolah data dan menghasilkan informasi non keuangan.
3. Output. Informasi yang dihasilkan oleh sebuah sistem adalah output. Output sebuah sistem informasi akuntansi biasanya berupa laporan
keuangan dan laporan internal seperti daftar umur piutang, anggaran, dan
proyeksi arus kas.
4. Penyimpanan Data. Data sering disimpan untuk dipakai lagi dimasa mendatang. Data yang tersimpan ini harus diperbaharui (update) untuk
menjaga keterkinian data.
5. Pemrosesan. Data harus diproses untuk menghasilkan informasi dengan menggunakan komponen pemroses. Saat ini sebagaian besar perusahaan
mengolah datanya dengan menggunakan komputer, agar dapat dihasilkan
informasi secara cepat dan akurat.
6. Instruksi dan Prosedur. Sistem informasi tidak dapat memproses data untuk menghasilkan informasi tanpa instuksi dan prosedur rinci. Program
komputer dibuat untuk menginstruksikan komputer melakukan pengolahan
data.
7. Pemakai. Orang yang berinteraksi dengan sistem dan mneggunakan informasi yang dihasilkan oleh sistem disebut dengan pemakai. Misal :
karyawan yang melaksanakan dan mencatat transaksi dan karyawan yang
8. Pengamanan dan Pengawasan. Informasi yang dihasilkan oleh sebuah sistem informasi harus akurat, bebas dari berbagai kesalahan, dan
terlindung dari akses secara tidak sah.
2.2.1.3.3. Pengembangan Sistem Informasi
Menurut Wilkinson (1993:14), siklus pengembangan sistem terdiri
atas beberapa tahap, antara lain :
1. Perencanaan sistem, meletakan dasar bagi sistem informasi baru, atau sistem informasi hasil revisi. Tahap ini meliputi persiapan rencana sistem
induk disamping juga usulan proyek sistem untuk melaksanakan rencana
tersebut.
2. Analisis sistem, meliputi survei dan analisis terhadap sistem informasi yang sekarang. Tahap ini akan menentukan informasi yang diperlukan
para pengguna dari sistem yang baru, serta persyaratan teknis dari sistem
itu sendiri.
3. Desain sistem, meliputi penentuan spesifikasi (yaitu, jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan mengenai desain yang dikemukakan pada bagian
sebelumnya) yang memenuhi kebutuhan dan persyaratan yang ditentukan
selama tahap analisis sistem.
4. Justifikasi dan Seleksi sistem, meliputi analisis rinci mengenai manfaat dan biaya desain sistem tertentu.
5. Implementasi sistem, terdiri dari langkah-langkah penyelesaian rincian desain baru (misalnya, menulis program-program komputer).
2.2.1.4. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Simamora (2002:204) “Sistem Informasi Akuntansi
merupakan himpunan sumber daya, seperti orang-orang dan perlengkapan
yang dirancang untuk mentransformasikan data keuangan dan data lainnya
kedalam informasi”. Sedangkan menurut Weygandt (2007:395) “Sistem
Informasi Akuntansi adalah sistem yang mengumpulkan dan memproses
transaksi-transaksi data dan menyampaikan informasi keuangan kepada
pihak-pihak tertentu”. Sistem Informasi Akuntansi (Widjajanto, 2001:4)
adalah susunan berbagai formulir catatan, peralatan, termasuk komputer
dan perlengkapannya serta alat komunikasi, tenaga pelaksananya, dan
laporan yang terkoordinasikan secara erat yang didesain untuk
mentransformasikan data keuangan menjadi informasi yang dibutuhkan
manajemen.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Sistem
Informasi Akuntansi merupakan komponen atau sumberdaya yang
dimiliki perusahaan dengan mengumpulkan dan mengolah data transaksi
guna menghasilkan informasi akuntansi keuangan maupun non keuangan
yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.
2.2.1.4.1. Ruang Lingkup Sistem Informasi Akuntansi
Sejak perkembangan teknologi komputer yang dapat mengolah
data dengan cepat, tepat dan tidak mengenal lelah, berkembang pula
pemakai-pemakai informasi tersebut. Komputer merupakan alat bantu
yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan ini. Peranan komputer
sekarang terasa sangat besar bila benar-benar dapat memanfaatkannya dan
sistem informasi sekarang selalu dikaitkan dengan penggunaan komputer.
Sekarang, sistem informasi tidak hanya terlibat dalam aspek
finansial saja, tetapi aspek manajemen juga lebih ditekankan. Sistem
Informasi Akuntansi sekarang melibatkan tidak hanya sistem akuntansi
keuangan (financial accounting), tetapi juga sistem akuntansi manajerial
(managerial accounting). Jadi sebenarnya Sistem Informasi Akuntansi
adalah sistem akuntansi dengan pengembangan informasi lebih luas
dengan lebih menekankan informasi kepada manajemen tanpa mengurangi
informasi kepada pihak luar (Jogiyanto, 2000:53).
2.2.1.4.2. Tujuan dan Manfaat Sistem Informasi Akuntansi
Melalui informasi yang dihasilkannya, Sistem Informasi Akuntansi
mempunyai tiga tujuan utama (Wilkinson, 2000) seperti yang dikutip
dalam Jogiyanto (2005:227) adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendukung operasi-operasi sehari-hari. (to support the day-to-day
operations).
2. Mendukung pengambilan keputusan manajemen. (to support decisions
making by internal decision makers).
3. Untuk memenuhi kewajiban yang berhubungan dengan
Menurut Husein (2004:13), dengan adanya Sistem Informasi
Akuntansi, maka manfaat yang bisa diperoleh adalah :
1. Efisiensi meningkat dalam proses fisiknya.
2. Keakuratan dan kekinian (currency) data.
3. Kualitas produk dan jasa yang meningkat.
4. Kualitas perencanaan dan pengawasan yang meningkat.
2.2.1.4.3. Fungsi Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney (2004:3), suatu Sistem Informasi Akuntansi
memenuhi tiga fungsi pentingnya dalam organisasi, yaitu :
1. Mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktifitas-aktifitas yang
dilaksanakan oleh organisasi, agar pihak manajemen, para pegawai, dan
pihak-pihak luar yang berkepentingan dapat meninjau ulang (review)
hal-hal yang telah terjadi.
2. Mengubah data menjadi informasi yang berguna bagi pihak manajemen
untuk membuat keputusan dalam aktifitas perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan.
3. Menyediakan pengendalian yang memadai untuk menjaga aset-aset
organisasi, termasuk data organisasi, untuk memastikan bahwa data
2.2.1.4.4. Komponen Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney (2004:3), Sistem Informasi Akuntansi terdiri dari
lima komponen :
1. Orang-orang yang mengoperasikan sistem tersebut dan melaksanakan berbagai fungsi.
2. Prosedur-prosedur, baik manual maupun yang terotomatisasi, yang
dilibatkan dalam mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data
tentang aktifitas-aktifitas organisasi.
3. Data tentang proses-proses bisnis organisasi.
4. Software yang dipakai untuk memproses data organisasi.
5. Infrastruktur teknologi informasi, termasuk komputer, peralatan pendukung (peripheral device), dan peralatan untuk komunikasi jaringan.
2.2.1.4.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Baridwan (1994:7) terdapat berberapa faktor yang perlu
diperhitungkan dalam menyusun Sistem Informasi Akuntansi.
Faktor-faktor itu merupakan hal diluar sistem akuntansi, tetapi menentukan
keberhasilan dari suatu sistem. Faktor-faktor itu antara lain adalah :
1. Perilaku manusia dalam organisasi
Hal ini disebabkan karena sistem informasi tidak dapat berjalan tanpa
manusia, perilaku manusia meliputi faktor-faktor psikologis karyawan
baik yang melaksanakan proses data maupun pihak yang menerima
2. Metode kuantitatif yang digunakan
Metode seperti analisis regresi, dan metode statistik lainnya merupakan
alat bantu yang penting bagi manajemen dalam rangka melaksanakan
tugasnya dan mengambil keputusan.
3. Penggunaan komputer
Penggunaan komputer ditujukan sebagai alat bantu untuk mempermudah
pemrosesan atau memanipulasi data.
2.2.1.4.6. Ancaman atas Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney (2004:223), empat jenis ancaman yang dihadapi
perusahaan, antara lain :
Tabel 2.2
Ancaman-ancaman atas Sistem Informasi Akuntansi
Sumber : Romney, Marshall dan Steinbart, 2004, Accounting Information Systems. Buku 1, Edisi Kesembilan, Salemba Empat, Jakarta, hal : 223.
Ancaman Contoh
Kehancuran karena bencana alam dan politik.
Kebakaran atau panas berlebih. Banjir, Gempa bumi, Badai angin. Kesalahan pada software dan tidak
berfungsinya peralatan.
Kegagalan hardware.
Kesalahan / kerusakan Software. Kegagalan Sistem operasi.
Tindakan tidak sengaja. Kecelakan yang disebabkan oleh manusia, kegagalan untuk mengikuti prosedur yang telah ditetapkan.
Masyarakat telah semakin tergantung pada Sistem Informasi
Akuntansi, yang juga telah berkembang semakin kompleks untuk
memenuhi peningkatan kebutuhan atas informasi. Sejalan dengan
peningkatan kompleksitas sistem dan ketergantungan pada sistem tersebut,
perusahaan menghadapi peningkatan risiko atas sistem mereka.
2.2.1.4.7. Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Mulyadi (2001:19), tujuan umum pengembangan Sistem
Informasi Akuntansi adalah sebagai berikut :
1. Untuk menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha baru.
2. Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah
ada, baik mengenai mutu, ketepatan penyajian, maupun struktur
informasinya.
3. Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern, yaitu
untuk memperbaiki tingkat keandalan (reliability).
4. Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan
akuntansi.
Sistem Informasi Akuntansi yang baik tidak terbentuk begitu saja.
Sistem ini direncanakan, dirancang, dipasang, dikelola, dan
disempurnakan secara cermat. Sistem Informasi Akuntansi perlu ditelaah
secara berkala guna melihat kemungkinan perlunya dilakukan revisi
supaya sistem senantiasa dapat mengikuti perubahan kebutuhan informasi
Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi melibatkan empat langkah:
1. Analisis. Analisis adalah titik awal dalam mengidentifikasikan sumber-sumber dari informasi yang dibutuhkan serta pencatatan dan prosedur
mengenai pengumpulan dan pelaporan data.
2. Desain. Sistem baru harus dibangun dari dasar formulir dan dokumen didesain (dibuat).
3. Implementasi (penerapan). Implementasi sistem baru atau yang telah direvisi memerlukan dokumen-dokumen, prosedur-prosedur, dan peralatan
pemrosesan di-instal dan dioperasikan.
4. Tindak lanjut. Setelah sistem dimunculkan dan berjalan, sistem tersebut harus diawasi dalam hal kelemahannya, efektifitasnya harus dibandingkan
dengan desain dan tujuan organisasi.
2.2.1.4.8. Kesalahan-kesalahan yang Terjadi dalam Sistem Informasi Akuntansi
Kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam SIA biasanya terjadi oleh
dua sebab, yaitu kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja dan kesalahan
yang disengaja. Kesalahan-kesalahan tidak disengaja umumnya terjadi
pada proses aplikasi pengolahan data, seperti misalnya salah memasukkan
kode, salah nilainya dan lain sebagainya. Umumnya kesalahan ini
disebabkan ketidaktelitian. Yang paling kritis adalah kesalahan-kesalahan
pencurian atau penyelewengan terhadap harta kekayaan milik perusahaan
(Jogiyanto, 2000:385).
2.2.1.5. Hubungan Sistem Informasi Akuntansi dengan Sistem Informasi Manajemen
Pada organisasi yang kecil, Sistem Informasi Akuntansi (SIA)
hampir mewakili semua Sistem Informasi Manjemen (SIM), atau dengan
kata lain SIA adalah SIM dan SIM adalah SIA. Pada organisasi yang
besar, SIA merupakan subsistem dari SIM. SIA merupakan subsistem
yang terbesar dari SIM.
SIM menangani semua data yang masuk di dalam organisasi dan
menghasilkan semua informasi yang dibutuhkan oleh tingkatan
manajemen. Informasi yang dihasilkan oleh SIM dapat berupa informasi
keuangan dan informasi yang dihasilkan dari pengolahan data transaksi
yang bukan bersifat keuangan. SIA sebagai subsistem yang terbesar dalam
SIM, memegang peranan yang sangat penting. Sehingga utuk mempelajari
SIA, perlu juga mempelajari SIM dan sebaliknya (Jogiyanto, 2000:53).
2.2.1.6. Sistem Informasi Akuntansi Berbasis Komputer
Dewasa ini, sebagian besar organisasi menyelenggarakan
pekerjaan akuntansi mereka dengan komputer elektronik daripada dengan
metode akuntansi manual. Sistem akuntansi berbasis komputer
keras dan perangkat lunak yang dirancang untuk mengubah data menjadi
informasi yang bermanfaat (Bodnar, 2000:4).
Menurut Simamora (2002:222), keunggulan dan kelemahan sistem
akuntansi terkomputerisasi, yaitu :
1. Keunggulan sistem akuntansi terkomputerisasi adalah :
a. Kecepatan yang lebih tinggi. Komputer biasanya beroperasi dengan kecepatan yang sangat tinggi, kecepatan yang dimaksud adalah operasi
yang berlangsung didalam CPU (Central Processing Unit).
b. Transaksi dicatat secara simultan. Sistem akuntansi terkomputerisasi menyederhanakan proses penyimpanan catatan akuntansi.
c. Sistem akuntansi terkomputerisasi biasanya lebih akurat. Sistem komputer tidak bakal melakukan kesalahan yang lazim terjadi seperti
kesalahan matematis, kesalahan pembukuan, dan kesalahan pencatatan
jurnal.
2. Kelemahan sistem akuntansi terkomputerisasi adalah :
a. Kegagalan piranti keras dan lunak. Semua mesin mengandung kemungkinan terhenti atau macet. Begitu pula dengan komputer,
akibatnya dapat sangat merugikan.
b. Penipuan. Sifat sistem komputer dapat menyebabkan penipuan (fraud) menjadi sulit dideteksi, dan kadang kala lebih mudah dilakukan.
c. Sabotase. Karena informasi lazimnya disimpan secara terpusat pada hardisk, data tersebut rentan untuk disabotase.
d. Besarnya biaya. Investasi yang dikeluarkan perusahaan dalam membangun sistem terkomputerisasi sangat besar.