• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. PPP (DRS. H. A. CHOZIN CHUMAIDY)

Sebelum Ahli Bahasa bisa Pak Pimpinan? Terima kasih Pimpinan saya kira barangkali Pak Pimpinan untuk kita menjelaskan atau memberikan satu batasan tentang ketentuan umum itu, kita merujuk karena adanya pasal yang berbunyi tentang keamanan dalam negeri. Kalau kita lihat dalam pasal atau RUU itu setidak-tidaknya dalam Pasal 4 dan Pasal 5, kalau saya melihat dari situ sebetulnya keamanan dalam negeri itu adalah merupakan satu sasaran akhir dari peran dan tujuan Polri.

Sehingga kalau kita lihat, supaya nanti kita merumuskannya lebih enak barangkali Pimpinan. Dalam Pasal 4 disebutkan tentang tujuan, tujuan Polri itu apa? dalam apa? dalam mewujudkan keamanan dan ketertiban.

Dalam rangka apa? dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri, itu satu. Kedua masalah peran, itu Pasal 5, disebutkan peran di situ, kira-kira ringkasnya, peran Polri · itu memelihara keamanan, ketertiban, menegakkan hukum, memberikan perlindungan dan pelayanan kepada masyarakat. Dalam rangka apa? terpelihara ban yak keamanan dalam negeri.

Jadi sebetulnya keamanan dalam negeri yang akan kita jelaskan di dalam ketentuan umum itu adalah satu kondisi yang tidak macam-macam.

Katakanlah keamanan dalam negeri apa? adalah kondisi masyarakat yang aman, tertib umpamanya, bebas dari gangguan, ancaman titik, jadi masa suatu keadaan kok menjamin kira-kira. Ini mungkin bisa agak lebih simpel Pak Pimpinan. Ini sekedar tambahan dari saya sebelum ke Ahli Bahasa. Terima kasih.

KETUA RAPAT : Silakan Pak Agun.

F. PG (DRS. AGUN GUNANDJAR SUDARSA)

Terima kasih Pak. Ketua. Dari kami mungkin bahwa kami tidak alergi dengan istilah keamanan dalam negeii masuk kedalam RUU Kepolisian ini, kami setuju mau pakai D nya kecil, mau D nya gede setuju. Namun yang harus kita rumuskan adalah sebuah rumusan yang pada tataran operasionalnya ketika diimplementasikan dan dilaksanakan dilapangan tidak menimbulkan permasalahan, itu saja yang kita harapkan.

Oleh karena itu kalau dalam pemahaman kami pengertian tentang kemanan dalam negeri tentunya kita harus merujuk peraturan perundang-undangan yang ada diatas. Kita punya Pasal 30, kita punya Tap MPR RI Nomor VI, kita puny a Tap MPR RI Nomor VII. Kalau bicara tentang keamanan dalam negeri, bingkai pemahaman kqmi itu adalah salah satu tugas fungsi pemerintahan, bahkan secara jelas, secara tegas dikatakan bahwa masalah keamanan itu adalah urusan wewenang pemerintahan pusat yang tida~ bisa diotonomikan.

Tetapi apakah itu yang juga pada akhirnya daerah juga tidak bisa diperdayakan untuk itu dan dtikutsertakari kan tentunya juga tidak. Dalam rangka otonomi mereka pun harus disinergikari. Oleh karena itu, karena keamanan ini merupakan salah satu fungsi pemerintahan yang signifikan, bahkan masuk dalam kelompok yang sangat sentral menjadi tugas umum pemerintahan disamping, moneter, hukum dan lain sebagainya.

Situ tidak bisa seta merta tugas yang menyangkut itu semua, hanya dibebankan, oleh karena itu tadi saya mengatakan bicara keamanan dalam negeri, saya setuju untuk porsi, yang mana? Oleh karena itu kami mengusulkan kejahatan yang murni itu. Jadi rumusannya karena konteks penanganan masalah keamananpun, itu tidak lalu menjadi kalau terjadi sesuatu itu semata-mata hanya Polisi yang dipercayakan. Saya pikir kalau bicara keamanan dalam negeri karena itu fungsi utama pemerintanari, Gubernurpun harus bertanggung jawab, dimana dia adalah pemimpin dan penyelenggara pemerintahan negara tertinggi di daerah. · Tidak mungkin fungsi-fungsi pemerintahan di bidang moneter, dibidang keamanan dan lain sebagainya itu lalu menjadi fragmentasi yang hanya dilakukan oleh salah satu, hanya terpisah masing-masing institusi, tidak pernah masuk dalam akal pikiran saya.

Oleh karena itu menurut pendapat kami kita hams mencermati mmusan ini secara benar. Justm yang menjadi pertanyaan kami ancaman yang seperti apa, gangguan yang seperti apa lalu hambatan yang seperti apa yang masuk ruang lingkup tugas keamanan dalam negeri yang menjadi porsinya tugas kepolisian? Jadi buat kami tidak ada masalah mau D besar, mau N besar memang itu salah satu fungsi Kepolisian juga hams bertanggung jawab.

Oleh karena itu saya juga setuju kalau rumusan ini tetap hams ada, tetapi penempatan parumusannya harus tepat dan benar tidak lalu menimbulkan confuse ketika kita implementasikan dilapangan. Nah, saya sendiri belum bisa memberikan rumusan yang baik itu seperti apa, jujur say a mengatakan, ya, okelah say a tarik saja itu, karena mungkin di. situ saya juga mengalami kesulitan~ Begitu Pimpinan, kami kalau memang agak sulit pemmusannya, dah rumusan ini pun sangat jauh dari apa yang ada dalam benak fikiran kami. Bukan lalu kejahatan menjadi sebuah subyek yang sepadan dengan ancaman, tetapi ancaman di bidang kejahatan mungkin di dalam benak kami itu akan lebih masuk.

Sehingga rumusan definisinya ketika Kepolisian menyusun seperangkat kebutuhan, sarana, prasarana, kebutuhan anggaran itu jelas, kelihatan pengalokasiannya, hams didukung oleh anggaran yang memadai untuk keamanan dalam negeri yang dilakukan oleh Polisi. Dalam konteks apa? itu harus ada rambu-rambunya dan ini kita harus mengatur. Saya setuju dengan Pak Chozin kalau pada akhirnya itu yang ingin kita capai, tetapi konteksnya tidak lalu globalnya, khusus spesifik Polisi itu

dimana?Saya mohon bantulah, karena untuk merumuskan ini saya belum mampu yang detail yang terbaik. Jadi saya mengusulkan Pak. Ini di Panja kan sajalah, artinya kita rumuskan yang baik.

Terima kasih.

KETUA RAPAT

Tadi ada permintaan untuk Ahli Bahasa.

AHLI BAHASA :

Terima kasih Pimpinan. Kalau kata ini akan kita angkat sebagai definisi maka kita harus menggunakan kata adalah kemudian definisi berikutnya apa. Jadi apa yang dimaksud dengan keamanan dalam negeri adalah ini, tetapi kalau berupa penjelasan kita gunakan kata ialah, keamanan dalam negeri ialah, jadi yang lainnya itu berupa penjelasan.

ltu saja, barangkali itu yang dapat kami sampaikan.

KETUA RAPAT :

Dari segi struktur kalimat tanpa melihat substansi ada yang aneh tidak di sini.

AHLI BAHASA

Mungkin ada yang perlu ditambahkajn sedikit di sini; Keamanan dalam negeri adalah atau ialah suatu keadaan yang mungkin di situ kata menjamin bisa diganti yang lain, menunjang atau apa, ada yang hilang disitu sesudah kata menjamin kepentingan itu antara menjamin dan kepentingan mungkin bisa ditambahkan misalnya kata terselenggaranya atau terlaksananya atau terwujudnya kepentingan negara, masyarakat.

Jadi ada yang perlu ditambahkan., menjamin apa? bukan. menjamin kepentingan, tetapi menjamin terselenggaranya atau terwujudnya kepentingan. Hanya itu yang dapat kami sampaikan.

KETUA RAPAT :

Masih ada yang mau kasih pendapat? Silakan.

F. PPP (H. M. SJAIFUL RACHMAN, S.H.)

Pimpinan, barangkali tadi permohonan Fraksi yaitu kami hanya klarifikasi saja, tadi sudah disampaikan oleh rekan saya dari F. PPP yaitu tentang rumusan kalimat suatu keadaan. Jadi ini keadaan yang bagaimana

yang menjamin itu? Barangkali kalau kita membaca ini, keadaan yang apa, karena di sini masih ter .... suatu keadaan yang menjamin, ini mungkin keadaan yang bagaitnana, apakah keadaan yang aman atau yang bagaimana, barangkali untuk lebih apa, sebelum masuk pada tanggapan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT

Keadaan yang dinamis sekali. Silakan, bagaimana tadi rumusannya?

PEMERINTAH :

Kalau usul dari Fraksi Persatuan Pembangunan diadobsi memang rumusan lalu perlu kita sisipkan dimana itu, jadi apakah dibelakang kata bukan kepentingan masyarakat atau kepentingan dan rasa aman. Apakah rasa aman ini sudah menjadi include kepentingan masyarakat atau perlu secara eksplisit ditetapkan, dirumuskan, ini yang jadi persoalan, karena tadinya dengan rumusan yang lama tinggal menambahkan terwujudnya rasa aman, kalau mengadobsi usulan F. PPP, tetapi dengan yang sekarang dengan kepentingan masyarakat itu dimasukkan, apakah ada masyarakat yang tidak berkepentingan rasa aman? Itukan menjadi persoalan.

Kalau semua masyarakat itu memang membutuhkan kepentingan rasa aman, jadi tanpa disebutkan pun sudah include di dalamnya.

Kemudain sedikit merespon dari F. TNI/Polri Pak Priadi. tadi, memang kita mulai sudah harus berpikir bahwa ancaman gangguan hambatan dan fantangan itu, walaupun istilah itu sudah mengglobal atau kamus di BAIS tentu agak berbeda. Sehingga pengertian ancaman gangguan hambatan dan tantangan di sini tentu menurut versi kepentingan fungsi, bagaimana Palisi itu melakukan fungsi-fungsi dan peranannya dalam rangka keamanan dalam negeri. Tentu di TNI juga begitu, walaupun ada pengaruhnya secara makro atau menyeluruh.

Ini yang perlu kita dudukan, sehingga seolah-olah kalau kita bicara ancaman gangguan hambatan dan tantangan bukan monopoli TNI, bukan ah ini miliknya Palisi apa TNI, nanti jadi anu. Karena mungkin isi ancaman sampai dengan tantangan di dalam Kepolisian juga agak berbeda dengan apa yang dirumuskan tadi, misalnya TNI. Jadi saya mengharapkan untuk tidak memperdebatkan peristilahan itu, Yang penting isi substansinya apa? Jadi mohon ini bisa juga dipahanii. Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, kalau begitu ini kalau begitu tinggal dua pendapat, dicantumkan dirumuskan sekarang dengan pedoman seperti ini atau masih ada yang meminta kita dalami di Panja. Yang meminta didalami di Panja adalah Saudara dari F. PG dan dari F. TNI/Polri bagaimana? F. PPP bagaimana?

F.

..

PPP (H. M. SJAIFUL RACHMAN, S.H.) :

Pertaina mungkin Pak. Pimpinana, karena tadi seperti yang saya sampaikan, ini suatu keadaan yang walaupun tadi artinya adalah mirip dengan suatu kondisi yang dinamis, barangkali kalau tadi ini adalah pengertian jadi bukan definisi ini dengan redaksional adalah keamanan dalam negeri ialah suatu, keadaan ini dinamis. Jadi tahu persis bahwa keamanan ini adalah suatu .... yang menjamin secara keseluruhan. Jadi barangkali usul konkritnya seandainya kalau tidak juga disepakati di dalam kesempatan ini, saya usulkan juga untuk dirumuskan di Panja.

Demikian Pimpinan, Terima kasih.

KETUA RAPAT :

F. KKI, yang belum pernah bicara.

F. KKI (DRS. S. MASSARDY KAPHAT)

Terima kasih Pimpinan. Jadi mengenai rumusan kami kira yaitu sebagai bahan kita untuk nanti kita bicarakan di dalam Panja. Jadi untuk itu sekarang ini ya, memang agak sulit kita untuk merumuskannya secara tuntas, oleh karena itu rumusan ini, itu sebagai dasar bagi kita di dalam Rapat Panja. Terima kasih.

KETUA RAPAT F. PDIP, silakan.

F. PDIP (SIDHARTO DANUSUBROTO, S.H.):

Kami tetap pada sikap semula bahwa Panja itu satu forum yang terpisah. Kalau di Panja nanti Panja Kepolisian merumuskan A lalu Panja HAN merumuskan A plus 1 ya, tidak ada titik temunya nanti. Kalau kami dari F. PDIP berpendapat bahwa masalah signifikan dan harus dibicarakan dalam Pansus ini, yang apa-apa tetapi yang signifikan ini, harus diselesai diforum Pansus yang gabungan demikian ini. Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Artinya yang kita putuskan di sini, konsekuensinya undang-undang itu harus mengindukapa yang kita putuskan di sini. Bagaimanan ini, ada dua pendapat. Silakan Pak Menteri.

PEMERINTAH :

Di dalam Panja nanti karena itu dalam satu Pansus ada Panja, maka Panja tatkala khusus merumuskan masalah pengertian ini, itu ya tentu hams gabungan dari HAN dan dari KAM, khusus hanya spesial merumuskan pengertian.

KETUA RAPAT :

Minimal sekali membuka jendela barangkali.

PEMERINTAH :

Ya, jadi jangan nanti Panja Pertahanan sendiri, Panja Kepolisian sendiri itu yang harus kita hindarkan. ltu dibawah kendali Pimpinan Pansus, karena i_ni dua Panja ini dibawah Pimpinan Pansus,, demikian.

Jadi kekhawatiran tidak perlu · sejauh mana Panja masing-masing ini.

Demikian terima kasih.

KETUA RAPAT :

Artinya Pemerintah juga sepakat kalau modal-modal yang ada kita miliki sekarang ini diperdalam dan dikembangkan di Panja, begitu maksudnya.

PEMERINTAH :

Hanya persoalannya di bahas di Panja mengenai substansi dan redaksinya. Soal tempatnya memang ya seperti ini, diketentuan umum.

Soal substansi dan redaksinya itu dibahas di Panja tetapi tempatnya tetap diketentuan umum.

KETUA RAPAT :

Artinya Pemerintah mengusulkan, kita terima ada definisi seperti ini di Pasal 1. Rumusannya, rumusan awalnya sebagai modal ini, dalam pembahasannya disinkronkan dengan apa yang ada dalam Undang-Undang Pertahanan, Rekan F. PDIP. Mungkin bisa kita sepakati itu?

Yang pertama kita bahas di Panja dan di Panja kita mengikat keputusan

kita yang ada di Pansus, menyetujui keamanan dalam negeri dirumuskan dalam Pasal 1. Yang kedua rumusannya, rumusan awalnya, modal awalnya adalah ini yang akan disinkronkan dengan definisi Pertahanan hal-hal yang terkait dengan Undang-Undang Pertahanan. Bagaimana, sepakat?

Ya, silakan.

F. PDIP (PANDA NABABAN)

Dengan catatan tid.ak membuka, mempermasalahkan ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang bagaimana diketentuan umum.

Kalau cerita mengenai ancaman mengacu kepada terancam itu menurut KUHP apa tidak menurut KUHAP terancam tidak secara pidana, terancam secara apa begitu lo. Ini bukan cerita ancaman yang kemudian ini digeser ke grey area, jadi itu rnaksud aku kalau sudah kesini tinggal redaksional dan pernaharnan yang lebih ini, jadi ini biar jelas <lulu. Jadi ini sebetulnya ketentuan umurn, Jadi nanti dipasal-pasal baru kita rnau lebih tajarn lagi.

Itu saja tadi kulihat bahwa ini, ini, tetapi ini ancarnan, jelas begitu lo.

Jadi ini tidak usah dipermasalahkan lagi itu, nanti ada ancaman rnenurut BAIS, ancarnan rnenurut big-big, ancarnan menurut PDI Perjuangan, ancaman menurut Partai Golkar, menurut pidana terancam atau tidak, itu saja. Gangguan itu terancam atau tidak, gangguan lingkungan, gangguan apa, menurut undang-undang yang ada. Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Kalau begitu saya ulangi 1. Kita sepakat untuk mernperdalam di Panja. Apa yang kita perdalam ialah Pansus ini sepakat mencantumkan definisi Keamanan Dalam Negeri di dalam Pasal 1 eh, keamanan dalam negeri. Definisi itu rancangan awalnya seperti ini ya, tentu bisa berkembang nanti. Catatan-catatan mengenai gangguan, ancaman terkait dengan masalah penegakkan hukum, bukan politik ya, hukum, hukurn, artinya kalau kejahataan politik dia menjadi hukum, bukan pikiran. Bisa disepakati? Ya, Silakan.

F. TNl/POLRI (SLAMET SUPRIADI, S.IP., M.Sc., M.M) Justru ini yang tadi kami sarnpaikan, kita perlu ada kriteria yang jelas ancarnan, gangguan, harnbatan dan tantangan. Permasalahannya pada waktu kita rnernbahas Undang-Undang Pertahanan masalah ancarnan saja kita merumuskan definisi itu tidak final, dibawa ke Panja karena nanti akan sangat terkait dengan ancaman yang rnasuk kriteria menjadi

tugasnya Polri. Oleh karena itu tadi saya tidak sependapat apabila rekan Panda menyampaikan masalah tidak usah diutik-utik lagi masalah ancaman, gangguan hambatan dan tantangan. Justru <lulu ini di Panja kan karena ancaman itu hams kita rumuskan bersama, jadi masih terbuka lebar kita mendiskusikan apa itu ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang kaitan dengan pertahanan maupun kaitan dengan dal~m

negeri. Kami sependapat kalau memang dibahas kesana, substansinya tidak jauh dari ini, tetapi ini juga tidak menutup kemungkinan masih ada perubahan-perubahan. Kami juga sependapat kalau ini masuk di dalam ketentuan-ketentuan di dalam RUU Kepolisian, cuma mestinya nanti ada hal yang menyangkut sedikit penjelasan di dalam bah yang akan ditambahkan di dalam Undang-Undang Pertahanan menyangkut grey area, karena menyangkut masalah ancaman keutuhan wilayah, ancaman terhadap kedaulatan negara dan keselamatan bangsa, itu mesti akan masuk di dalam Undang-Undang Pertahanan yang kita sepakati untuk dibahas di tahun ini. Demikian Pak kira-kira, terima kasih.

KETUA RAPAT Silakan F. PDIP.

F. PDIP (FIRMAN JAYA DAELY, S.H.)

Jadi gini memang terminologi, junior memaksa senior kebetulan saya bukan purnawirawan agak lebih segar. Memang terminologi ancaman, gangguan, hambatan, tantangan khususnya ancaman waktu itu perlibatan kita adalah bukan prinsip ancamannya tetapi perdebatan kita dalam pada level ada· ancaman bersenjata, ada ancaman tidak bersenjata, jadi ini Bapak Slamet Supriadi. Jadi artinya bahwa memang sudah normatif, sudah standar bahwa memang kita hams pakai ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan.

Jadi bukan berarti besok kita buka lagi karena ini bukan soal militer, tidak militer ini. Oleh karena itu maka nanti itu di Panja kan bahwa prinsip dasarnya adalah perspektif awalnya ini tetap ada tetapi bukan dalam terminologi yang ancaman militer, tidak militer itu jadi tidak perlu dibuka ruang besar untuk diperdebatkna lagi itu yang pertama.Yang kedua; memang padahal tadi kami menangkap sebetulnya ini ketentuan umum'supaya ada titik awal kita masuk di pasal dan sebetulnya ini tidak perlu diperdebatkan karena ini sangat normatif, sangat standar .. Tetapi karena forum karena biasanya F. PDIP tidak ngotot biasanya, itu

dibicarakan di Panja tetapi dengan modal awal dengan draft ini <lulu Pak, dipantau di sini draft awalnya. Dan yang terakhir adalah memang kami harapkan tadi juga ada pengertian yang masuk dari teman-teman F. PG menarik tadi soal.. .. tadi. Tapi mantilah kita bahas di Panja. Ini kira-kira tambahan dari kami untuk menjaga, memagar ini. Terima kasih.

F. PDIP (SIDHARTO DANUSUBROTO, S.H.) :

Kalau kita bicara bukan asalan otodidak, kita bicara menurut referensi acuan hukum yang lebih tinggi dai TAP MPR RI Nomor III itu kalau kita mengacu pada TAP MPR RI Nomor VI dan TAP MPR RI Nomor VII yang sudah ada, satu. Refercusi berikutnya adalah universal, ini masalah universal, standar ini, kalau kita keliling 6 tahun jadi pesuruh Interpol jadi saya hampir tiap bulan saya kelilling itu Pak. Ini masalah universal.

Dulu waktu kita membahas Rancangan Undang-Undang HAM itu, itu kenapa di Panja kan mengenai ancamari kerena di situ tercantum adanya ancaman non militer non konvensional pada waktu itu, jadi dilarikan ke Panja pada waktu itu, karena masih discuss pada waktu itu, tetapi ancaman di bidang ini, itu jelas ancaman penegakan hukum, ancaman pidana kita ruang kita hanya itu saja tidak ada kita bicara mengenai militer, non militer, konvensional tidak, ancaman di bidang pidana, kejahatan, KUHP ada ancaman di bidang keamanan negara, keamanan kepala negara, makar, pidana badan, ada toch ancaman itu, itu ... itu ancaman itu mengancam soal uang, soal jiwa, aarta benda itu ancaman pidana itu ada dalam kehidupan kita ini. Terima kasih.

KETUA RAPAT : Pak Gun.

F. PG (DRS. AGUN GUNANDJAR SUDARSA)

Terima kasih Pak. Jadi saya sependapat apa yang dimaksud oleh Bung Panda maupun Pak Slamet, saya pikir yang terpenting buat kami itu kami tidak akan terjebak pada istilah apa itu ancaman, apa itu hambatan, apa itu gangguan, itu tidak substansial, justru yang substansialnya itu adalah ancaman dalam bentuk apanya, hambatan dalam bentuk apanya, gangguan dalam bentuk apanya itu yang makanya kami usulkan yang bersifat kejahatan.

Kalau bicara kejahatan itu kan bukan hanya kejahatan kriminal.Ya, semuanya itu sudah ada dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, ada kejahatan terhadap keamanan negara Pasal 107, ada kejahatan ekonomi, ada kejatan politik dan sebagainya, itu kan hukum positif jadi itulah tugasnya Polisi. Dan itu semua saya mengatakan bahwa dan itu tidak menyimpang kepada TAP MPR RI Nomor VII, dia sebagai alat negara bertugas dibidang keamanan, ketertiban masyarakat, kemudian menegakkan hukum, memberikan pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, sehingga yang terpenting adalah kita tidak terjebak kepada yang mana dikatakan Bung Panda tadi, begitu juga yang dikhawatirkan oleh Pak Slamet bahwa, saya pikir sudah selesai begitu lho, yang terpenting itu kita biCara itu konteksnya adalah Polisi itu dalam konteks keamanan, ketertiban mas~arakat, penegakkan hukum, pelayanan, perlindungan kepada masyarakat yang pada hakekatnya itu semua bermuara menuju kepada terciptanya terwujudnya keamanan dalam negeri, di bidang itu saja. Saya menggagas kejahatan pas apa tidak lalu ya kejahatan itu sampai ada istilah di sini kejahatan yang murni, saya agak debatablelah, kalau soal murni nanti dibilang ada yang setengah murni, ada yang setengah matang yang seperti apa.

Yang terpenting kan kalau sudah masuk pada tataran ruang lingkup ini, itu tidak ada institusi lain yang bisa masuk ke situ, itu urusannya Polisi, mau kejahatan ekonomi, kejahatan politik, kejahatan kriminal, pokoknya yang namanya kejahatan itu urusannya Polisi, dalam rangka apa? dalam rangka kantibnas, dalam rangka apa? penegakkan hukum, dalam rangka apa? pelindungan, pangayoman dan pelayanan kepada publik dan itu semua basil akhirnya adalah keamanan dalam negeri. J adi saya pikir sudah tidak ada yang dipersoalkan tinggal nanti, ya tinggal, saya pikir selesai begitu, tinggal nanti redaksinya ya kita, ya jangan sekarang dipaksakanlah begitu, kita endapkan dulu dengan catatan-catatan ini Pak. Pimpinan, biar nanti di Panja kan, inikan sudah jelas semua, tinggal kita. Terima kasih. ·

KETUA RAPAT :

Atau ada jalan keluar kalau memang kita menganggap penting seandainya kata-kata ancaman masuk, seandainya kata-kata hambatan dan gangguan masuk bagaimana kalau kita beri rumusan dalam penjelasan

Atau ada jalan keluar kalau memang kita menganggap penting seandainya kata-kata ancaman masuk, seandainya kata-kata hambatan dan gangguan masuk bagaimana kalau kita beri rumusan dalam penjelasan

Dokumen terkait