• Tidak ada hasil yang ditemukan

Apa yang ingin peneliti paparkan disini mengenai modal simbolik berkaitan dengan gerakan sosial P3B untuk transformasi Papua Barat adalah apa yang menjadi simbol dalam komunitas ini misalnya strategi investasi SDM menyekolahkan anak-anak, memberikan bantuan beasiswa adalah strategi investasi SDM hal ini dilakukan untuk upaya mempertahankan atau meningkatkan pengakuan sosial.

Tujuannya adalah untuk memproduksi persepsi dan penilaian yang mendukung kekhasannya, misalnya identitas diri, pengakuan terhadap

etnis, keluarga ini adalah unsur utama modal simbolik, juga mendorong upaya untuk dihargai tidak hanya itu tetapi juga bentuk kehormatan sebagai manusia ciptaan Tuhan secara sosial budaya.

Perkumpulan Papua pusaka bangsa (P3B) dalam aktivitasnya, keluarga, kelompok pemuda, dijadikan sebagai kolektivitas yang menjadi fokus dan pemuda atau kelompok-kelompok sosial kecil dilingkungan masyarakat. Keluarga adalah subjek utama strategi- strategi reproduksi sosial yang akan dikembangkan melalui kegiatan- kegiatan sosial disana. Dimana keluarga, kelompok pemuda, dan kelompok-kelompok sosial sebagai kolektivitas terpenting menentukan dalam hal pemilihan. Strategi pendekatan keluarga dilakukan agar melalui pendekatan keluarga ada dukungan moril terhadap usaha yang dikembangkan dalam kelompok.

Keterampilan dan pembiasaan itu menjadi bagian kesadaran praktis untuk menjawab tuntutan hidup. Misalnya dukungan yang diberikan akan mengahasilkan jaringan sosial, untuk menyadari hal itu tetapi akan berdampak pada kekuatan-kekuatan antar anggota kelompok dan keluarga sebagai kesatuan yang utuh atau menumbuhkan modal sosial.

Dukungan Keluarga dan kelompok menjadi simbol kekuatan dalam gerakan sosial P3B ini dalam hal pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Misalnya dukungan keluarga besar Nauw dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Arsip. P3B (2012)

Tentunya apa yang diharapkan dari P3B adalah tradisi keluarga mempermudah peserta didik dari lingkungan keluarga dan lingkungan sosial dimana mereka berada akan membentuk mental dan kepribadian dari lingkungan keluarga muncul ideologi bakat, keterampilan, pembiasaan, lalu menjadi bagian kesadaran praktis. Inilah yang dikemukakan oleh Buordieu15 bahwa keterampilan seseorang dalam menjawab tantangan dikondisikan oleh rutinitas tindakannya. Namun kebiasaan dan keterampilan itu berfungsi seperti program yang memiliki kemampuan kreatif dan jangkauan strategi dalam lingkungan tertentu.

Komunitas P3B meyakini bahwa lingkungan sosial dimana masyarakat tinggal target utama adalah keluarga, kelompok yang terpinggirkan, kelompok pemuda, kelompok mama-mama (ibu-ibu)

15

Juenal Basis. Kritik terhadap neo-liberalisme. Edisi khusus Piere Bourdieu, November (2003) hal. 16

dijadikan sebagai medan magnet atau medan kekuatan, disitu menjadi tempat perjuangan antar individu, antar kelompok, lingkungan dimana kelompok-kelompok itu bertindak dengan tindakan penuh kesadaran, karena individu dilahirkan dilingkungan dimana dia tinggal adalah bagian dari lingkungannya, sehingga hal itu bisa tepat diterapkan sebagai medan perjuangan.

Selain dukungan kelompok-kelompok di atas ada juga dukungan dari kelompok luar secara individu maupun kelompok. Jaringan sosial yang terbentuk dari dalam dan luar negeri ini menunjukan bahwa kepedulian secara individu, maupun kelompok terhadap komunitas P3B semakin luas. Dari berbagai dominasi gereja, dan juga kelompok pemuda, tokoh adat, dan keluarga yang mendukung P3B terlihat disini juga kepedulian orang luar secara individu mendukung akan visi dan misi organisasi ini adalah Suzette Hatingh melalui Voice in the City Indonesia menjadi Partner dengan komunitas perkumpulan Papua pusaka bangsa untuk transformasi Papua Barat. Dia melihat visi daripada P3B ini baik untuk mendorong kemajuan masyarakat Papua Barat kedepan yang lebih baik sehingga dia tergerak hatinya untuk bergabung mendukung kegiatan P3B. Bergabungnya Suzette Hatingh melalui voice in the city tidak terlepas dari jaringan sosial yang dibuat. Salah satu contoh gambarnya di bawah ini:

Gambar 1.9. Suzette Hatingh melali Voice in the City Indonesia.Menjadi Partner dengan Papua Pusaka Bangsa.

Arsip. P3B (2012)

Suzette Hatingh melalui Voice in the City Indonesia menjadi Partner dengan Papua pusaka bangsa untuk transformasi Papua Barat. Publik Indonesia sangat mengenal sosok wanita German ini yang sudah sejak lama melayani berbagai daerah di seluruh Indonesia. Dalam membangkitkan kebangunan rohani dan gerakan doa. Selain dukungan yang diberikan oleh berbagai pihak hal lain juga kita bisa amati perubahan masyarakat lokal di Papua Barat.

Jika kita amati dalam perjalanan panjang tentang kemajuan dan perubahan yang terjadi pada masyarakat Papua Barat, disana terlihat adanya penimbunanan budaya yang saling berinteraksi dan saling mengadakan pertukaran. Salah satu pertukaran nilai-nilai dalam masyarakat menghasilkan apa yang disebut gaya hidup (lifestyle) yaitu menggunakan benda-benda sebagai alat ekspresi bagi sejumlah nilai yang ingin ditampilkan individu, kelompok atau masyarakat.

Ekspresi penggunaan benda-benda sebagai tanda atau simbol dalam konteks tulisan ini, peneliti sebut sebagai budaya, yaitu nilai simbolik yang dipergunakan sebagai alat identitas diri. Contohnya adalah pose budaya yang tergambar di bawah ini:

Gambar 1.10. Pose Budaya

Arsip. P3B (2012)

Pose budaya sebagai simbol identitas (Cultural Identity) diri dan hal itu menunjukan sebagai arena interaksi pada lingkungan antara individu dengan individu, invidu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok berlangsung dalam sistem sosial budaya. Bourdieu menggambarkan reaksi sosial menunjukkan kepada identitas diri maka pokok pikiran sosiologis Bourdieu adalah logika praktek yang menekankan pentingnya tubuh dan praktek dalam dunia sosial. Simbol memiliki kekuatan dalam mengontruksi realitas yang mempu menggiring orang untuk percaya, mengakui, legitimate, dan mengubah pandangan common sense tentang realitas. modal simbolik

adalah yang menguasai dan memiliki otorita dalam menentukan arah pasar simbolik. Kekuatan simbol tak lain dari kekuatan dalam mengontruksi realitas yang berupaya menciptakan singularitas ideologi, tanda, dan makna.

Dalam dunia modern penampakan identitas diri dengan menggunakan simbol merupakan suatu kenicayaan yang tak dapat ditawar dalam masyarakat. Sehingga dalam penggunaannya dapat dijadikan modal yang dipertukarkan dan mempunyai kekuatan tawar- menawar antar simbol yang diperebutkan. Budaya yang dijadikan modal simbolik dalam bargaining ini semakin nyata kita lihat dalam berbagai tuntutan masyarakat, baik pada proses sosial budaya itu sendiri, politik, ekonomi maupun kekuatan-kekuatan lain untuk pencapaian tujuan.

Dukungan berbagai mitra kerja terhadap gerakan sosial atau dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pendidikan adalah bargaining modal simbolik, surat ijin dari gubernur adalah modal simbolik untuk identitas diri. Adapun fashion adalah modal simbolik sebagai alat gaya hidup. Oleh sebab itu ia mempunyai kekuatan yang mempunyai nilai tukar dalam berbagai bentuk. Selain itu komunitas inipun didukung oleh Gubernur provinsi Papua dan Gubernur provinsi Papua Barat dengan dikeluarkannya Letter Of Support dari Barnabas Suebu (Gubernur Papua) pada tanggal 10 Februari 2007 dilanjutkan dengan Abraham Aturi (Gubernur Papua Barat) pada bulan Mei 2009 untuk mendukung setiap aktivitas dari Perkumpulan Papua Pusaka

Bangsa. Beberapa tokoh utama d ini.

Gambar 1.11. Letter of Suppor

Arsip:

Letter of support yang diber Barat tersebut adalah salah sat kepada komunitas P3B atau m keberadaan organisasi ini. Aga aktivitasnya di Papua Barat. Tet tidak terikat atau bekerjasama

utama di Papua pun masuk dalam komunitas

f Support dari kedua provinsi Papua Barat

Arsip: P3B (2012)

ng diberikan kedua gubernur provinsi Papua alah satu bentuk dukungan yang diberikan atau memberikan kepastian hukum atas ini. Agar organisasi ini bebas melakukan rat. Tetapi P3B berdiri independen dan dia rjasama dengan pemerintah daerah dalam

bentuk bantuan beasiswa atau, bekerjasama bidang sosial lain alasannya karena kalau pemerintah melibatkan pemerintah daerah maupun pusat dalam aktivitas P3B disana akan terlihat ada muatan politik atau kepentingan, dan P3B tidak mau hal itu terjadi. Misalnya yang terjadi seperti Lembaga Swasta Masyarakat yang bekerjasama dengan pemerintah namun yayasan itu tidak menjadi produktif tetapi menjadi kaki tangan pemerintah dan mengharapkan bantuan pemerintah dalam bentuk dana dan proyek.

Ada yang menjadi unik ketika peneliti amati dari gerakan sosial P3B ini, keunikannya adalah P3B tidak memberikan gaji bagi anggota yang bekerja tetapi organisasi menyarankan kepada anggota untuk membayar iuran setiap bulannya, misalnya mahasiswa membayar iuran bulanan perbulan mahasiswa membayar 100.000, pengusaha 500.000; non tenaga guru 300.000; tujuan dari pada itu adalah untuk menjalankan roda organisasi, uang itu dugunakan untuk membayar listrik kontrakan, membayar perusahaan air minum (PAM), dan juga member modal kepada setiap anggota yang mempunyai usaha bisnis, atau memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan pertolongan.

Mahasiswa juga memberi tidak hanya menerima tawaran untuk menjadi anggota,tetapi dituntut bekerja keras dan berinovasi, jadi yayasan ini membiayai dirinya sendiri. Sedangkan bedanya adalah P3B membentuk karakter anak-anak Papua Barat yang bermental kependidikan ekonomi kewira usahaan. Membentuk pola piker dan mengarahkan anak-anak Papua Barat sesuai dengan kemampuan

dibidang masing-masing yang digeluti. Bedanya lagi P3B tidak menyarankan anggotanya untuk menjadi seorang PNS atau masuk dalam dunia politik praktis kalau kedapatan anggotanya terlibat dalam dunia politik dikeluarkan dari keanggotaannya.

Dokumen terkait