• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gerakan Sosial Perkumpulan Papua Pusaka Bangsa (Pendidikan dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat) T2 092010005 BAB V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gerakan Sosial Perkumpulan Papua Pusaka Bangsa (Pendidikan dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat) T2 092010005 BAB V"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

BAB. V

STRATEGI PENDIDIKAN DAN

PEMBERDAYAN EKONOMI MASYARAKAT

Strategi merupakan suatu gerakan sosial dalam organisasi atau lembaga, yang menjalankan visi untuk mencapai sasaran khusus, misalnya gerakan sosial P3B untuk transformasi Papua Barat dibidang pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan menempatkan cabang diberbagai tempat, strategi lain adalah komunikasi demi melancarkan suatu visi perlu ada kelancaran komunikasi yang efektif dalam anggota organisasi tersebut, P3B juga mengembangkan modal sosial dengan menjalin komunikasi untuk mendukung pencapaian tujuan yang ditetapkan oleh gerakan sosial perkumpulan Papua pusaka bangsa.

(2)

5.1. Pemberdayaan Pendidikan

Pendidikan dan ekonomi dipilih sebagai bidang utama dalam fokus perkumpulan ini dikarenakan menurut pandangan pendirinya, Harry Widjaja pendidikan di Papua masih jauh dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Dengan pendidikan, perkumpulan ini dapat merubah pola pikir dari masyarakat Papua untuk semakin berkembang dan mandiri di tanah mereka sendiri. Pendidikan adalah jendela duni dimana pendidikan membuka cakrawala berpikir sehingga orang tahu dan semakin maju bersaing di dunia kerja, dimana pendidikan juga adalah bagian dari pembangunan manusia seutuhnya. Dengan demikian P3B mengarahkan binaan atau anggotanya untuk tetap mengedepankan sekolah. Dimana pembangunan yang sesungguhnya adalah pembangunan orang asli Papua dengan pendidikan sebagai kunci masa depan yang harapan. Pendidikan mempunyai tujuan yaitu untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.

(3)

sesuai dengan bidangnya. Kenapa harus sesuai jurusan sebab mahasiswa tersebut benar-benar merasa dipakai dalam dunia kerjanya sesuai bidangnya atau sesuai ilmu yang dia dapat.

Beberapa permasalahan yang belakangan ini terjadi ketika pasca otononomi khusus di Papua Barat bahwa penempatan pegawai negeri tidak sesuai dengan bidang sehingga dalam a ktivitasnya dia bingung apa yang dia akan kerjakan, dia masuk menjadi PNS karena ada kesempatan kerja dan disebabkan juga karena ada pemekaran kabupaten dimana dimana ada peluang untuk kerja namun penempatan posisi tidak sesuai ilmu yang dia geluti, sehingga mengalami kesulitan misalnya mengoprasikan komputer, membuat laporan, kebijakan pembangunan, membuat program kerja, manajemen kerja yang kurang efektif semuanya mengalami kesulitan. Hal demikian disebabkan karena kurang memperhatikan dalam perekrutan tenaga kerja kurang berpengalaman, dan minim pengetahuan serta kurang berorganisasi.

5.1.1. Strategi Perjuangan

(4)

memperkuat kesempatan memperoleh pendidikan dan meningkatkan kualitas SDM.

Strategi kegiatan-kegiatan dibidang pendidikan yang dijalankan adalah:

1. Program beasiswa dan orang tua asuh: P3B memfasilitasi dan memberikan bantuan beasiswa, pencarian orang tua asuh, penyaluran minat dan bakat dan bantuan-bantuan pendidikan langsung kepada setiap anak didik.

2. Bantuan guru: memfasilitasi dan menyalurkan bantuan bagi guru-guru yang berdedikasi tinggi terhadap pembangunan pendidikan di Papua Barat.

3. Manajemen spporting: P3B memberikan pelatihan manajemen pendampingan dan bantuan-bantuan finansial dengan tujuan meningkatkan mutu pendidikan dan kinerja sekolah maupun sumber daya manusia yang mengelolanya.

4. Pendidikan dengan kurikulum khusus: P3B mengembangkan dan membuka layanan pendidikan dengan kurikulum khusus sesuai tujuan dan waktu tertentu.

5. Kemitraan dan kerjasama operasi sekolah: P3B bekerjasama dengan badan-badan hukum lain untuk mengelola sebuah lembaga pendidikan formal-informal.

(5)

dalam maupun dari luar yang peduli terhadap pendidikan di Papua Barat. Bantuan khusus beasiswa diberikan kepada anak-anak yang berprestasi tetapi bantuan diberikan kepada anak-anak yang orang tuanya ekonomi lemah. Pertama pendidikan anak-anak ini difasilitasi diberi orang tua asuh untuk menjadi orang tua angkat dalam pendidikannya. Memfasilitasi anak-anak yang perbakat dan berprestasi, Misalnya menyekolahkan anak dan memberikan bantuan beasiswa selama dia bersekolah. Salah satu contoh adalah beberapa anak-anak dari provinsi Papua dan provinsi Papua Barat di sekolahkan di SMK bagimu negeri Semarang.

(6)

Salah satu peserta yang hadir adalah pengajar asal Papua Barat yang juga mengajar di SMK bagimu negeri Semarang tersebut, sebelum dia memberikan komentar mengenai P3B ada salah satu perserta yang hadir yaitu mahasiswa anggota P3B yang berdomisi di Kota studi Salatiga yakni CM. CM medapat giliran untuk berpendapat mengenai P3B, ia maju kedepan lalu berkomentar “ya za (saya, dia CM) sebagai calon pengajar (guru) za (saya) harus maju kedepan dan memberikan komentar. Komentar za (saya) adalah bahwa vsis-misi P3B adalah sangat mulia karena P3B bergerak dibidang pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, sebagaimana za (saya) sebagai calon guru maju kedepan mendidik dan mengajar untuk memberikan pelayan yang optimal sesuai dengan visi-misi P3B. Apa yang dikemukakan CM tersebut karena dia mengambil program S2 manajemen pendidikan disalah satu perguruan tinggi swasta di kota studi Salatiga.

(7)

partisipasinya dalam komunitas P3B adalah proses belajar untuk pengembangan dirinya menjadi seorang guru yang professional. Za (saya) tidak hanya mengajar tetapi juga Za (saya) belajar dari anak-anak sebab anak-anak-anak-anak yang sekolah di SMK di Semarang ini dari berbagai daerah yang ada di Indonesia sehingga sering kita sebut juga SMK mini. Za (saya YAM) selain mengajar Za (saya) boleh belajar karakter, watak, sikap dan kebiasan mereka selain itu juga za (saya) belajar budaya orang lain.

Selanjutnya menurut ketua P3B (HW) menyatakan bahwa pemberdayaan pendidikan wirausaha pada akhirnya bermuara pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Mengurangi dan menanggulangi pengangguran serta mengurangi angka kemiskinan yang masih tinggi. Dengan berdirinya P3B ini Za (saya) harapkan dapat membuka akses masyarakat untuk belajar lebih banyak terutama kita anggota P3B. Belajar merupakan proses yang kita harus jalani untuk pengembangan diri atau pengembangan SDM (Human Wore) dengan pendidikan berbudaya dan berkarakter itulah yang menjadi budaya kita. Melalui pengembangan organisasi dan manajemen (software) P3B menanamkan budaya pendidikan berkarakter dan berintegritas serta bermental kuat.

(8)

Semarang, dimana sekolah ini menjadi bagian daripada mitra kerja atau ikut mendukung visi-misi P3B sehingga melalui hubungan kerjasama itu menerima beberapa siswa dan guru untuk belajar dan mengajar di sekolah SMK tersebut. Tujuannya adalah meningkatkan sumber daya manusia yang unggul.

Ketiga adalah memberikan pelayanan yang optimal dan meningkatkan kualitas sistem manajemen, memberikan pelatihan, meningkatkan pendidikan berbasis kompetensi yang berorientasi pada dunia kerja dan mandiri. Misalnya pendidikan wirausaha mama-mama (ibu-ibu) pasar, melatih, membina dan mendidik menjadi pelaku pembangunan dilingkungannya. P3B juga memberikan modal kepada pengusaha bagi pemula, modal kapital dalam bentuk uang maupun dalam bentuk modal sosial dilingkungannya dan memperkuat jaringan-jaringan sosial yang ada dimasyarakat seperti lingkungan gereja atau organisasi gereja, organisasi pemuda,lembaga masyarakat adat (LMA), kelompok mama-mama (ibu-ibu) atau kelompok yang paling dekat yakni kelompok keluarga. Sehingga menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan nyaman. Dan menjadikan pendidikan sebagai sumber sumber informasi dan pusat kebudayaan. Seperti yang dikemukakan Liek Wilardjo “kebudayaan ialah keseluruhan capaian dan pola-pola perilaku yang diperoleh dari pengalaman dan pendidikan oleh

suatu masyarakat, yang mengungkapkan cara hidup tradisional dan mengalamai

modifikasi secara berangsur namun berkelanjutan dari generasi-kegenerasi”.1

1Liek Wilardjo, Pembangunan Nilai-nilai dan Keterasingan Orang Miskin. Dalam

(9)

Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat melalui proses berpikir, berinovasi dan berkreasi.

Tujuan daripada itu adalah membentuk peserta didik yang cerdas, terampil, inovatif dan memiliki keahlian. Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk menghadapi persaingan di dunia kerja. salah satu anggota P3B yang berdomisili disalah satu kota studi yang di wawancarai peneliti yakni CM. Dia (CM) menyatakan bahwa:

Pendidikan wirausaha mama-mama (ibu-ibu) pasar dilakukan supaya

memiliki kompetensi keahlian wirausaha, karena potensi yang begitu besar

yang dimiliki masyarakat lokal bisa dikelola dengan baik, misalnya sumber

daya alam, dan sumber daya manusia.

Apa yang dikatakan CM tersebut bisa dibayangkan bahwa situasi dan kondisi masyarakat Papua Barat dalam dunia usaha jarang sekali

terlihat atau menonjol, dibandingkan dengan masyarakat pendatang. Masyarakat pendatang lebih mendominasi dibading masyarakat asli. Dalam penguasaan perekonomian di Papua Barat salah satu ciri yang paling menonjol dari masyarakat pendatang yang menurut CM adalah:

1. Mereka memiliki pendidikan dan pengetahuan yang cukup. 2. Mereka memiliki keahlian dibidang masing-masing yang dia

geluti

3. Mereka membekali pendidikan dan pelatihan teknik usaha 4. Gerakan disiplin yang baik

(10)

6. Pengembangan relasi dan jaringan dengan masyarakat, dunia usha dengan baik.

7. Mereka memiliki jiwa berbisnis atau berjiwa berdagang.

Beberapa strategi tersebut menjadi senjata bagi pendatang untuk menguasai perekonomian di Papua Barat. Ada begitu banyak metode lain yang digunakan oleh mereka (pendatang) untuk menguasai perekonomian di Papua Barat, untuk itulah P3B terbentuk. Terbentuknya P3B juga berawal dari keprihatinan perkembangan ekonomi masyarakat Papua Barat. Hingga saat ini perekonomian dipegang oleh pendatng sehingga perlu ada upaya yang harus dilakukan sehingga P3B muncul untuk melakukan suatu gerakn sosial untuk perubahan masyarakat Papua Barat.

Gerakan sosial P3B ini bertujuan untuk mengajak masyarakat Papua Barat agar masyarakat juga bisa meniru hal-hal positif yang dikembangkan oleh masyarakat pendatang. Untuk itu salah satu pola pembinaan yang dilakukan P3B terhadap anggotanya adalah pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Contoh pendidikan wirausaha mama-mama (ibu-ibu) pasar yang dilakukan tergambar di bawah ini:

(11)

Sumber: Arsip P3B (2012)

(12)

Perubahan itu terjadi ada dorongan dari individu-individu oleh masyarakat Papua Barat yang mau menerima perubahan dengan nilai-nilai baru. Oleh sebab itu perubahan itu terjadi oleh individu-individu tersebut. Untuk menyikapi perubahan capital social dalam masyarakat di kampung-kampung. Untuk itu ada perubahan struktur sosial dalam masyarakat. Perubahan struktur sosial masyarakat Papua Barat tidak hanya terjadi pada kelompok atau struktur tetapi struktur terbentuk juga pada pola pikir individu dalam lingkungannya dan berpengaruh kepada lingkungan sekitarnya.

Strategi gerakan sosial untuk perubahan masyarakat Papua Barat adalah produk perubahan yang direncanakan P3B untuk memaksakan masyarakat Papua Barat pada nasionalisme ke Papuaan. Pembangunan yang sementara kita merasakan dan memperhatikan itu semua bersal dari kehendak di atas atau pemerintah saja, sementara program P3B mengarah kepada aspek pembentukan mentalitas masyarakat Papua Barat untuk menjadi pelaku pembangunan dan perubahan itu sendiri. Di dalamnya aspek budaya, politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya. Hal itu menumbuhkan kepercayaan diri masyarakat semakin tinggi terlibat dalam perubahan sosial dan perubahan struktur sosial masyarakat menuju masyarakat yang transformatif. Upaya yang dilakukan melalui pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan strategi pelatihan, pengembangan masyarakat dan kegiatan lainnya.

(13)

seminar, diskusi, pengembangan keterampilan, dan kegiatan-kegiatan lain. Selain itu pengembangan pemberdayaan masyarakat masuk dalam program P3B dan tidak terbatas pada pendidikan dan pemberdayaan ekonomi saja, tetapi juga memperkaya kemampuan anak didik dalam berbagai aspek. Proses belajar dalam komunitas dilakukan secara bertahap, mulai penyadaran dan pembentukan perilaku sadar dan peduli. Dan tahap transformasi kemampuan berpikir atau pengetahuan, dan meningkatkan kemampuan intelektualitas, untuk membentuk, kreatif, inovatif membawa kepada kemandirian secara individu-individu atau secara kelompok.

Komunitas P3B mengarahkan anggotanya haruslah orang yang berpendidikan, bekerja keras, berintelektual.Tetapi dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang prof. Anderson dari university of California penelitian terhadap lebih dari 500 pelajar, akademisi dan pekerja,yang dipublikasikan di Jurnal of Personality and Social Psychology, menunjukkan bahwa

“Mereka yang mempunyai rasa percaya diri lebih tinggi bisa mencapai status

sosial yang lebih tinggi dibandingkan rekan mereka. Meskipun pendekatan

mereka cenderung kurang bagus dan lebih banyak kesalahan, tetapi rekan-rekan

mereka terus saja percaya bahwa mereka “hebat” atau ‘menyenangkan’.

Ternyata rahasia kesuksesan seseorang bukanlah bakat,tingkat pendidikan atau

kerja keras tetapi rasa percaya diri yang berlebihan, mereka yang mempunyai

ego besar, dan penilaian atas diri sendiri yang selalu meningkat secara konsisten

naik ke puncak profesionalitas mereka”.2

2

(14)

Apa yang dikemukakan dari hasil penelitian tersebut, peneliti mengaitkan perilaku atau sikap yang ditunjukan komunitas P3B. Memang kita harus akui bahwa perilaku atau sikap sudah mulai berubah seiring mengikuti arus perubahan, dan sebagian besar kita sudah maju dengan pemekaran kota/kabupaten maupun kecamatan tetapi kita tidak bisa memberikan yang terbaik pada diri kita dan sudara-sudara kita. Hal ini terlihat pada mental masyarakat yang dibentuk. Kita memperhatikan perilaku masyarakat dan terutama para pejabat yang bermental korup dan masuk dalam pusaran politik dan terjebak dalam lingkaran setan yang hanya mementingkan kelompok tertentu atau tuannya.

(15)

atau berwira usaha masih sedikit, pada hal potensi lapangan untuk mengembangkan sektor ini cukup besar. Hingga kini masih ada anggapan umum bahwa masyarakat asli Papua Barat tidak mempunyai bakat untuk berbisnis sehingga menutup kemampuan berwira usaha yang sebenarnya ada dalam diri mereka.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dalam P3B3, bahwa sering terlihat dalam komunitas, sikap yang diperlihatkan oleh setiap individu atau kelompok sangat beragam. Beragam sikap itu terlihat dari perilaku anggota yang tergabung dalam komunitas ini. Misalnya kadang ada yang bergabung lalu keluar, kadang terlihat serius tapi tidak serius, tidak memiliki ego besar, rasa percaya diri yang kurang atas dirinya, tidak konsisten, komitmen yang kurang, dan selalu terpancing untuk berada dalam kobaran emosi. Tidak seperti hasil riset yang dikemukakan oleh Prof. Anderson dari University of Californiatadi yang menunjukan bahwa mereka yang mempunyai ego

besar, rasa percaya diri yang tinggi, mengelola bakat dan penilaian

atas diri sendiri yang selalu meningkat secara konsisten naik puncak

profesionalitas mereka dan ini tidak terlihat di dalam masyarakat

Papua Barat dalam konteksnya.4

Bagaimana mungkin kita (masyarakat Papua Barat) memiliki

pendidikan tinggi, berilmu, memiliki bakat alami, tetapi tidak

diimbangi dengan apa yang disampaikan oleh peneliti tersebut yaitu

“percaya diri” dan bekerja keras, maka jelaslah bahwa semua

3

Sumber data dari data primer, hasil pengamatan yang dilakukan peneliti 2012.

4

(16)

mimpi akan menjadi sia-sia harapan dalam usaha. Ternyata rahasia

kesuksesan seseorang bukanlah bakat, tingkat pendidikan atau kerja

keras tetapi rasa percaya diri, akan membawa individu-individu pada

kesuksesan. Rasa percaya diri membantu individu-individu

mendapatkan status sosial.

Kelima, komunitas ini kerjasama dengan operasi sekolah yang berbadan hukum, tujuan daripada itu adalah memberikan kepastian hukum kepada masyarakat bahwa P3B sebagai organisasi yang perbadan hukum maka P3B bekerjasama dengan badan-badan hukum lain untuk mengelola sebuah lembaga pendidikan formal-informal. Kemitraan dan kerjasama ini diperlihatkan P3B dalam praktiknya. Contohnya adalah P3B bekerjasama dengan sebuah sekolah sawasta Kristen, menyekolahkan anak disekolah yang formal yang legal hukum, agar anak-anak mendaptkan pendidikan yang baik. Selain itu pendidikan informal yang dilakukan adalah pendidikan ekonomi berbasis wirausaha. Salah satu kegitannya adalah pelatihan pengantar manajemen organisasi dan kewirausahaan bagi kelompok mahasiswa yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, serta jiwa enterpreunership seluruh masyarakat Papua Barat.

(17)

kepada masyarakat agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Melalui mekanisme ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara untuk memecahkan masalah pokok ekonomi masyarakat Papua Barat, yaitu bagaiman produksi, konsumsi, dan distribusi. Maka perlu ada manajemen yang baik yang harus di upayakan P3B agar tercapai tujuan tersebut.

Menumbuhkan kembangkan sikap kewirausahaan sosial, sehingga menumbuhkan etos kerja sama, tanggung jawab serta semangat melakukan usaha lebih baik dan terus menerus melakukan perbaikan kinerja individu maupun kinerja kelompok. Program pembinaan dalam P3B melalui pengembangan, pembinaan pendidikan keterampilan pengembangan masyarakat tergambar di bawa ini:

(18)

Sumber: Arsip P3B (2012)

Dari bagan di atas memperlihatkan bahwa bagaimana upaya P3B melakukan strategi pengembangan dan pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui. Strategi itu dilakukan dengan, pelatihan (training) untuk pembekalan dalam dunia kerja. Mengajarkan bagaimana orang bekerja keras dalam usahanya, menumbuhkembangkan kepercayaan kepada anak didik, dan mengajarkan pendidikan budaya berkarakter, bermental kuat, berpengetahuan, memiliki kemampuan teknik maupun secara fisik. Dan P3B menjadi tempat untuk menyalurkan bakat, mendidik moral, mengasah kemampuan bermain di dunia bisnis hal dilakukan untuk mempersiapkan masyarakat dalam menghadapi tantangan globalisasi dan memutuskan angka kemiskinan, dominasi orang lain, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

5.1.1.1. Aktor

(19)

saja tetapi dia seorang motivator yang mememberi semangat hidup bagi anak didiknya.

Satu hal yang menarik bagi peneliti untuk mencoba mengamati setiap arahanya adalah kemampuan berpikir cepat akan langkah yang akan dilakukan dalam memaksimalkan kemampuan komunitasnya untuk bergerak mencapai tujuan. Harry Widjaja adalah aktor, dia berperan sebagai pelaku dalam memecahkan masalah dengan melibatkan anggota P3B, mitra kerja untuk memecahkan persoalan dan menyusun strategi dalam suatu usaha. Dia juga berperan karena intelektualitasnya. Intelegtualnya digunakan dalam berbagai tindakan dan membawa peran yang berbeda dengan dirinya dan berhasil dengan baik.

Dia (Harry Widjaja) memberi contoh pada masyarakat Papua Barat dan pada khususnya mahasiswa yang tergabung dalam gerakan sosial ini bahwa seorang intelektual harus bertindak. Dia mengajarkan anggotanya bahwa tindakan yang harus dilakukan adalah tindakan dilapngan atau praktek. Bagaimana mempraktekkan tindakan kita dan kita harus membentuk pola pikir yang baik dan mengarahkan dengan kemampuannya dibidang masing-masing di geluti.

(20)

membuat kurikum berbasis lokal, karena pendidikan kami selain mengarahkan kepada pendidikan formal kita mengajarkan pendidikan berbasis lokal, jadi seorang guru harus membuat kurikum sendiri. Seorang mahasiswa yang pendidikannya hukum ketua P3B mengarahkan untuk menjadi seorang pengacara untuk membela mereka yang lemah atau ditindas, misalnya ketua P3B mempersiapkan seorang mahasiswa yang pendidikannya sarjana hukum yakni MR. Setelah lulus sarjana MR dimasukan mengikuti tes pelatihan menjadi sorang pengacara, hal ini dilakukan agar MR dipersiapkan menjadi pengacara, dan menjadi pembela keadilan dan kebernaran di Papua Barat, MR menjadi orang hukum di program untuk hal-hal yang tidak benar.

Dia tidak semata-mata memihak yang lemah tetapi memihak demi alasan yang lebih luas yaitu kesejahteraan masyarakat Papua Barat secara umum juga bahwa memihak kepada nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Harry Widjaya membaktikan dirinya untuk berpikir demi kepentingan masyarakat Papua Barat dan dengan melihat persoalan masyarakat Papua Barat dalam konteks yang lebih luas, dengan mendidik anak-anak Papua Barat sesuai bakat dan minat maka anak-anak tersebut merupakan bagian daripada program keahlian, dengan harapan dapat memunculkan pekerja-pekerja yang handal dalam bidangnya.

(21)

Papua Barat, dan perekonomian yang hanya bisa dipegang oleh pendatang sedangkan masyarakat asli Papua Barat tidak berkembang dalam usaha perekonomiannya dan juga tidak ada ruang bagi masyarakat menjadi pengusaha atau pembisnis sehingga memperburuk situasi sosial masyarakat.

Macetnya pemberdayaan ekonomi masyarakat karena adanya ketidakadilan yang terjadi di bumi Cenderawasih. Memperhatikan kondisi seperti itu tergeraklah hati Harry Widjaja untuk melalukan suatu pendekatan kepada masyarakat dengan membawa visi kepada masyarakat. Untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat Papua Barat, sehingga perlu ada upaya gerakan sosial yang harus dilakukan, maka didirikanlah suatu komunitas atau organisasi yang disebut dengan perkumpulan Papua bangsa (P3B). Gerakan mengacu pada pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat Papua Barat.

5.1.1.1a. Trajectory (riwayat)

(22)

dia bukan berasal dari masyarakat Papua Barat yang hampir tidak dikenal.

Dunianya bukan lingkungan itu membuatnya perlu mendekatkan diri melalui pendekatan seperti itu sehingga apa yang menjadi cita-cita Harry Widjaja untuk membangun masyarakat Papua Barat bisa terealisasikan atau bisa berjalan. Harry memberi alasan mengapa ia membentuk gerakan sosial P3B ia menyatakan bahwa”

“Pembangunan sudah dan akan terus terjadi pada kehidupan masyarakat di

provinsi Papua dan provinsi Papua Barat, sudah tetapi belum, itulah realita yang

nampak pada kondisi sosial budaya, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan di

tingkat kampung. Papua Barat yang memiliki kekayaan alam berlimpah, tapi

masyarakatnya hidup dalam keterbelakangan merupakan ironi yang memilukan.

Sejumlah program untuk mengembangkan wilayah timur bumi Cenderawasih ini

ternyata mengabaikan pemberdayaan lokal dan karakter setempat. Hal inilah

membuat untuk berkontribusi memajukan masyarakat Papua”.5

Berdasarkan pernyataan di atas bahwa apa yang ia ingin melakukan adalah bagaimana membangun sumber daya manusia Papua Barat kedepan. Perkembangan generasi penerus perlu diupayakan melalui pendidikan formal maupun nonformal sehingga melalui pengetahuan yang mereka peroleh benar-benar hal itu menjadi senjata untuk mempersiapkan diri untuk masuk ke dunia kerja. Ketika mendeteksi pengetahuan di tanah Papua Barat sangat memprihatinkan.

Keprihatinannya adalah terhadap pendidikan, karena pendidikan adalah untuk menciptakan sumber daya manusia handal, karena

5

(23)

pengetahuan adalah kekuasaan artinya, pengetahuan mendorong orang untuk bisa berkuasa sehingga mampu menentukan dirinya, atau, sekurang-kurangnya ia tidak sepenuhnya di bawah dominasi orang lain. Bisa juga berarti, orang yang berpengetahuan berkesempatan menguasai orang lain. Mereka yang memiliki pengetahun dapat menaklukan orang lain,bahkan menentukan hidup matinya orang-orang tersebut. Bisa juga dibaca secara negatif bahwa orang yang tidak berpengetahuan cenderung tidak berkuasa sehingga mudah di kendalikan oleh orang lain yang berpengetahuan.

(24)

komunitas virtual memberikan pengetahuan baru yakni bagaimana menggunakan internet. Dalam menggunakan teknologi informasi anggota P3B dapat menggunakan melalui E-mail, Yahoo Messenger, Facebook, google, dan twitter. Hal ini dilakukan untuk memperlancar komunikasi dan juga memberikan pendidikan agar mendapat pengetahuan baru melalui penggunaan teknologi komunikasi.

Gerakan sosial memiliki jaringan sosial berbagai daerah maka fungsi daripada gerakan sosial adalah bagian dari transformasi pengetahuan/perubahahn transformasi perubahan. Dengan tujuan itu gerakan kebaruan dalam membentuk jaringan sosial diberbagai daerah luar maupun dalam negeri membentuk suatu koneksi sosial. Bukan hanya itu saja tetapi itu bagian dari perubahan sosial masyarakat. Oleh karena itu proses gerakan ini dilakukan oleh mereka yang mengerti arti daripada gerakan sosial yang dilakukan oleh komunitas ini.

(25)

Gambar 1.5. Milist Komunitas Perkumpulan Papua Pusaka Bangsa (P3B)

Sumber: Mailing list P3B (2012)

(Data di peroleh dari olahan Jeni dalam skripsi, (2012)

(26)

penggunaan kedua media ini juga terletak dalam informasi didiskusikan didalamnya.

Bila di mailing list, informasi yang didiskusikan selalu diperbaharui dan merupakan media komunikasi bagi P3B secara keseluruhan untuk membicarakan tentang perkembangan kegiatan-kegiatan P3B. Sedangkan dalam Blackberry Messenger Group, topik yang didiskusikan lebih kepada kabar tiap anggota secara kesehariannya. Gaya komunikasi dalam kedua media ini juga sangat berbeda satu dengan yang lain. Bila diskusi dalam Blackberry Messenger Group, anggotanya mayoritas adalah mahasiswa dan juga gaya bahasanya lebih formal. Banyak emoticon yang bervariasi sehingga jauh dari kesan formal.

Didalam mailing list, anggota yang berpartisipasi lebih bervariatif. Mahasiswa, pengusaha ataupun pegawai negeri secara bergantian berpartisipasi dalam mailing list ini. Bahasa yang digunakan dalam mailing list ini cenderung lebih formal, karena minimnya emoticon, panggilan formal kepada orang yang lebih tua serta susunan kata yang menggunakan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).6

Bila di beberapa komunitas virtual lainnya memiliki beberapa orang yang ditugaskan menjadi aktor, maka di komunitas virtual P3B yang bertugas menjadi aktor hingga saat ini hanya satu orang saja,

6

(27)

yaitu ketua perkumpulan Papua pusaka bangsa (Harry Widjaja). Sebelum kepengurusan P3B yang baru ini, Harry Widjaja berjabatan sebagai Ketua Umum.

Sementara dalam kepengurusan P3B yang baru ini, Harry Widjaja berposisi sebagai penasehat sekaligus sebagai selektor untuk investor yang ingin bekerja sama atau bergabung dengan P3B. Ketua P3B adalah aktor dalam komunitas virtual, ketua P3B menjadi administrator yang mengatur jalannya gerakan sosial P3B dan sekaligus menjadi moderator yang mengurus keanggotaan dalam komunitas ini. Dalam tugasnya sebagai administrator dan moderator komunitas virtual P3B, Harry mengajurkan anggota P3B untuk tidak bertingkah bersifat konfliktual berbau SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan).

(28)

Harry mulai mengunjungi berbagai kabupaten, desa-desa, dan pegunungan yang ada di Papua Barat karena diajak oleh seorang pemuka agama Kristen yang memiliki sebuah sekolah di pedalaman Papua Barat.

Masa pertimbangannya untuk semakin serius bekerja bagi pengembangan Papua Barat terjadi pada tahun 2006 sampai dengan 2008 saat dirinya kembali mengunjungi 10 (sepuluh) kabupaten, pegunungan dan pulau-pulau dalam rangka menulis biografi seorang tokoh di Papua Barat. Setelah kunjungannya inilah ketua P3B mulai merasa menerima konfirmasi bagi dirinya untuk fokus berkontribusi dalam membangun Papua Barat melalui jalur ekonomi dan pendidikan bagi putra putri Papua Barat.

Dalam diskusi P3B di kampus UKSW Salatiga, ketua perkumpulan Papua pusaka bangsa menyatakan bahwa komunitas P3B adalah bentuk komitmen saya untuk mengembangkan sumber daya manusia Papua Barat yang mandiri dalam bidang ekonomi dan pendidikan”. Hal ini sering dikemukakan di setiap ada pertemuan, tujuan adalah agar masyarakat atau mahasiswa Papua Barat mengerti apa tujuan daripada gerakan sosial P3B yang dibentuknya itu.

(29)

ini sendiri adalah perkumpulan Papua pusaka bangsa (P3B), atau sering dalam komunitas ini dengan jargonnya disebut transformasi Papua Barat.

Untuk memperlancar komunikasi yang efektif diantara anggota dan masyarakat yang tergabung dalam gerakan social atau gerakan moral ini, pada tahun 2009, ketua perlumpulan membentuk grup milist (mailing list) P3B. Tujuannya dalam membentuk komunitas virtual ini adalah sebagai forum komunikasi dan informasi melalui internet bagi setiap anggota P3B yang tersebar di berbagai daerah baik di Papua Barat, di berbagai daerah di Indonesia maupun di luar Indonesia.

Dari awalnya, ketua P3B sudah menjadi moderator dan administrator komunitas virtual yang berbentuk milist ini. Selain sebagai pendiri, ketua P3B dalam kesehariannya saat ini menjabat sebagai penasehat di komunitas P3B. Secara informal, ia dianggap sebagai pembimbing anggota P3B. Sebagai moderator dan administrator, tugas ketua P3B dalam milist P3B adalah sebagai pembuat milist, menyaring setiap anggota yang ingin bergabung dalam milist P3B, serta menghapus postingan yang setelah di-review dianggap mengandung unsur negatif.

(30)

(P3B)”.7 Dalam temuan penelitiannya bahwa: setiap minggunya, Harry yang juga adalah ketua perkumpulan P3B rata-rata memposting sebanyak 7 (tujuh) kali. Dari segi jumlah, ketua P3B adalah anggota komunitas yang paling sering melakukan posting di mailing list ini, yaitu sebanyak 134 (seratus tiga puluh empat) kali sejak pergantian pengurus. Topik-topik yang diposting olehnya adalah mengenai informasi perkembangan kegiatan-kegiatan P3B, berita terbaru tentang perkembangan pendidikan,ekonomi, dan sosial di Papua Barat.

Postingan Harry belakangan ini adalah tentang update sekolah EUP (Emsyk Uni Papua) yang bekerja sama dengan P3B. Selain itu, ketua Harry juga kerap memberikan komentar atau me-reply posting-posting yang dilakukan oleh anggota lain. Biasanya, Harry merespon posting yang berisikan tentang fenomena atau kejadian di Papua yang membutuhkan tindakan langsung dari P3B ataupun menanggapi berita-berita politik yang berhubungan dengan sikap politisi di Papua. (beri contoh beberapa reply yang dilakukan Harry). Dalam penggunaan teknologi komunikasi, Harry dapat menggunakan Blackberry Messenger melalui smart phone. Ia juga berkomunikasi online dengan menggunakan E-Mail (ia memiliki akun Yahoo Mail) dan layanan instant messaging seperti Yahoo Messenger dan Google talk, serta media sosial seperti Facebook dan Twitter.

7 Sumber data diperoleh dari hasil Penelitian terdahulu Jeni dalam

(31)

5.1.1.1b. Habitus (arena/lingkungan)

Habitus dalam suatu kelompok menjadi dasar perbedaan gaya hidup dalam suatu masyarakat, gaya hidup dipahami sebagai keseluruhan selera, kepercayaan dan praktis sistematis yang menjadi ciri suatu kelas. Perlu diperhitungkan masuk di dalamnya ialah opini publik, keyakinan filosofis, keyakinan moral, selera estetis dan juga makanan, pakaian, budaya. (Bourdieu.1994:23-25)8.

Dengan memperhatikan dari sudut pandang di atas, peneliti memperhatikan atau mengamati perilaku atau gerak masyarakat dengan pelaku dalam komunitas P3B. Dalam komunitas ini aktor atau pelaku menjadi penggerak utama dalam komunitas. Prinsipnya adalah dengan terbentuknya struktur-struktur masyarakat dalam komunitas ini akan menjadi prinsip penggerak dan pengatur praktik-praktik di lapangan kerja. Dimana praktik-praktik hidup itu diparaktikan oleh individu-individu dalam komunitas P3B. Praktik-praktik individu itu menjadi suatu budaya yang dapat disesuaikan dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini perkembangan budaya dapat kita lihat dengan cara bagaimana budaya tersebut beradaptasi dengan masyarakat secara individu itu sendiri.

Habitus merupakan kebiasan atau hasil keterampilan yang ditampilkan oleh tindakan praktis. Tindakan praktis ini yang kemudian diperlihatkan oleh ketua perkumpulan Papua Pusaka Bangsa (P3B). Dia

8 Kritik terhadap neo-liberalisme. Jurnal Basis Edisi khusus piere Bourdieu 2003.hal

(32)

memperlihatkan kemampuannya berkembang dalam lingkungan sosial masyarakat. ketua perkumpulan Papua Pusaka Bangsa ini menjadi pionir. Dia membuat improvisasi secara kreatif, membentuk karakter anggota, menyusun strategi, dan membentuk struktur sosial masyarakat. apa yang dia meyakini dia melakukannya, dengan apa yang dia percayai dengan kebebasan kreatif. Jadi disini habitus menjadi sumber penggerak tindakan, pemiran dan representasi pembatinan.

Pemikiran Harry Widjaja membuka cakrawala pikir masyarakat dalam dunia usaha kepada mahasiswa dan masyarakat Papua Barat. Hal ini dilakukan dengan penafsiran untuk memahami dan menilai realitas yang terjadi di masyarakat Papua Barat, sekaligus menghasilkan praktek-praktek kehidupan yang sesuai dengan struktur sosial masyarakat. Dalam konteks ini sosialisasi bisa lebih jelas dipahami apa tujuan dan motif yang akan dilakukan oleh komunitas P3B.

(33)

Ketua P3B membentuk suatu organisasi ini berawal dari keprihatinannya, ketika dia berangkat ke Papua Barat untuk mengunjungi sekolah berasrama dan kehidupan masyarakat asli Papua Barat. Sejak pertama kali dia melihat keadaan anak-anak Papua Barat tersebut hati dia tergerak untuk berbuat sesuatu untuk masyarakat Papua Barat. Dengan jalan yang ia yakini bahwa untuk membangun masyarakat Papua Barat adalah dengan pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Papua Barat perlu ada transformasi, transformasi sebuah gerakan sistem moral pemersatu kebangkitan spirit Papua Barat pasti bisa untuk bangkit dan membangun jawaban Papua Barat masa kini dan masa depan.

Dimana pembangunan yang sesungguhnya adalah pembangunan orang asli Papua dengan pendidikan sebagai kunci masa depan yang harapan dan pemberdayaan ekonomi yaitu kemampuan untuk memasuki kesejahteraan suku-suku bangsa di provinsi Papua dan provinsi Papua Barat. Ide atau gagasan itu tidak hanya datang begitu saja tetapi dari keprihatinan persoalan masyarakat Papua barat yang dialami.

Ketika sumbangan pemikiran itu datang dari diri sesorang, maka hal itu salah satu bentuk reaksi dari sikap yang ditunjukan dengan tindakan bermakna bagi masyarakat Papua Barat. Tindakan refleksi seseorang seperti inilah yang disebut Bourdieu habitus9. Menurut Bourdieu bahwa habitus merupakan hasil keterampilan yang menjadi tindakan praktis (tidak harus selalu disadari) yang kemudian

9

(34)

diterjemahkan menjadi suatu kemampuan yang kelihatannya alamiah dan berkembang dalam lingkungan sosial tertentu.

Sikap yang ditunjukan oleh ketua P3B adalah sikap individunya yang kemudian mempengaruhi individu yang lain, individu terhadap individu atau individu terhadap kelompok atau kelompok-terhadap kelompok. Setiap ada diskusi apa yang disampaikan ketua P3B adalah bagaimana seorang mahasiswa dengan intelektualitasnya harus bersikap dan bertindak menggunakan intelektual demi nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini dikemukakan dengan ungkapan bahwa:

“Hal ini untuk menjawab panggilan saya untuk berkontribusi memajukan

masyarakat Papua”.10

Apa yang dikemukakan ketua P3B di atas, pernyataan itu menunjukan adanya disposisi ketua P3B dalam menentukan arah orientasi sosialnya atau aktivitasnya. Cita-cita, selera, cara berpikir, etos dan sebagainya akan menunjukkan sikap. Jadi sikap yang ditunjukan ketua perkumpulan P3B itu kecenderungan dengan persepsi, dia merasakan apa yang dia lakukan, dan berpikir apa yang dia lakukan dalam tindakannya. Dengan kata lain dia memberikan hidupnya untuk berpikir demi kepentingan masyarakat Papua Barat. Dengan bervisi jangka panjang, tidak berpikir sempit, berani memikul tanggung jawab sosial yang menyeluruh, itulah panggilan profesionalisme yang ia tunjukan dengan intelektualitasnya. Dia seorang pengusaha namun dia tidak meletakkan diri pada satu

10

(35)

ideologi saja, untuk menjalankan panggilannya itu dengan berpihak pada, humanism, solidaritas antar anggota masyarakat, membuat jaringan sosial, dan perjuangan hak-hak masyarakat asli Papua Barat seperti hak ekonomi, hak pendidikan, kultur, dan aspirasi masyarakat setempat yang penuh toleransi dan anti kekerasan.

Dengan fokus perjuangan dibidang pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Strategi pendidikan tidak hanya mendidik dan mengajarkan tapi juga membimbing usaha dari setiap pesertanya hingga berkesinambungan dan mandiri. Sedangkan kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat ini bertujuan untuk mendidik masyarakat Papua Barat dari setiap kalangan untuk memiliki semangat membangun usaha ekonomi yang mandiri dan berkelanjutan.

(36)

Tindakan atau cara pandang tersebut dikondisikan oleh individu lain dan itu merupakan kondisi dia yang secara pribadi yang bisa saja tidak sesuai dengan secera paraktek dan teorinya secara budaya. Sehingga seorang pribadi ini juga dapat memutuskan jalan hidupnya sendiri tanpa mempedulikan orang lain yang ada dalam lingkungannya.

5.1.1.2. Tujuan atau target yang akan dicapai

(37)

Tujuan dari pada itu menurut ketua perkumpulan Papua Pusaka Bangsa bahwa, proses belajar dapat berlangsung jika dalam diri anda (masyarakat/mahasiswa) tumbuh rasa ingin tahu, mencari jawaban atas persoalan yang menjadi masalah bagi masyarakat Papua Barat dia harus sensitif terhadap persoalan yang anda rasakan dan anda peka terhadap masalah. Dan tidak hanya peka dan sensitif saja namun anda bekerja keras untuk membangun Papua Barat melalui pendidikan baik formal maupun non formal. Anda menemukan jawaban atas pertanyaan dalam hidup anda. Hal itu bisa terjadi ketika anda melakukan suatu perubahan pola pikir anda, perilaku anda cara pandang anda terhadap dunia dimana anda tinggal.

Proses pendidikan, termasuk di dalamnya pendidikan dan pelatihan, pada umumnya sangat bersifat individual, dan kurang menekankan pada belajar kelompok. Selain itu proses pendidikan biasanya hanya berfokus pada pengembangan aspek kognitif. Sementara kalau kita menggabungkan modal manusia, maka modal manusia adalah bagian dari proses yang tidak hanya bersifat kognitif, tetapi juga bersifat efektif. Maka pengembangan modal sosial muncul di dalam kelompok gerakan sosial P3B. Karena dari sini menghasilkan kerjasama antar individu, oleh karenanya pembentukan modal manusia dengan melibatkan sejumlah orang yang bekerjasama dalam komunitas perkumpulan Papua pusaka bangsa ini.

(38)

perasaan menyatu dalam organisasi tersebut. Hal inilah yang diterapkan oleh komunitas P3B bahwa usaha perbaikan pendidikan harus merupakan sistem yang logis, sehingga bagian-bagiannya berkaitannya satu dengan yang lainnya bisa terjadi kesinambungan. Rasa solidaritas sosial dan kekuatan masyarakat semakin bertumbuh.

5.1.1.3. Isu yang diangkat.

Perencanaan strategi P3B lebih memfokuskan pada pengidentifikasian masalah yang terjadi di Papua Barat dan pemecahan isu-isu, lebih menekankan pada penilaian terhadap lingkungan di luar dan di dalam organisasi dan berorientasi pada tindakan. Isu-isu yang diangkat antara lain adalah, pendidikan (education), pemberdayaan ekonomi masyarakat (Empower Economic) dan kesehatan (health).

ketiga hal tersebut di atas menjadi isu utama dalam gerakan sosial P3B, misalnya pendidikan. Pendidikan sangat diharapkan oleh warga Papua Barat untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan berkualitas, untuk menumbuh-kembangkan tumbuhnya daya nalar, kreativitas dan inovasi masyarakat Papua Barat. Sementara itu peningkatan status ekonomi dimaksudkan untuk memberi kesempatan meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat.

(39)

kesehatan tergantung dari banyak sektor dan faktor, misalnya faktor status sosial ekonomi, pertanian, perikanan, peternakan dan lainnya. Hal tersebut di atas sudah dikemukakan juga oleh seorang dokter. John Manangsang dia tidak membahas dalam unsur pengalaman medis saja tetapi dia juga membahas dari sudut pandang lain yaitu sosio ekonomis, kultur dan geografis serta faktor-faktor lingkungan yang ada di dalamnya. Misalnya Manangsang menulis dalam bukunya “Papua Sebuah Fakta dan Tragedi Anak Bangsa”11 (2007), dia menyatakan disana bahwa pembangunan Papua pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Papua itu sendiri. Melalui pendidikan, peningkatan status ekonomi, peningkatan status gizi dan kesehatan. Sesungguhnya hal itu menunjukan bahwa memang masyarakat Papua Barat lemah dan terpinggikan oleh sistem birokrasi pemerintah daerah, yang hanya memberikan ruang kepada pemodal agar itu menjadi sumber pemasukan pendapatan daerah dan masyarakat tidak memiliki ruang sehingga sulit untuk mengakses perjuangan hidup mereka. Sebab perlindungan sosial terhadap masyarakat lemah, inilah yang menjadi fokus perhatian organisasi.

Atas dasar itulah komunitas ini digiring kepada suatu gerakan moral yaitu gerakan sosial P3B, gerakan ini membentuk suatu gerakan baru yaitu gerakan transformasional masyarakat Papua Barat, hal itu dilakukan untuk menyadarkan kepada masyarakat. Hal tersebut

11

(40)

dilakukan agar ada penyadaran diri dari masyarakat untuk merubah cara pandang, menentukan sikap kearah yang lebih baik

5.1.1.4. Modal (Kapital) untuk mencapai tujuan

Kapital manusia (human capital) menunjuk kepada kemampuan yang dimiliki seseorang melalui pendidikan, pelatihan dan atau pengalaman dalam membentuk pengetahuan dan keterampilan yang perlu untuk melakukan kegiatan tertentu. Dalam Lawang (2005: 13). Selanjutnya Luthans (2006:44) dalam bukunya” Perilaku Organisasi” ia menyatakan bahwa modal manusia mengarah kepada hubungan antara strategi dan kinerja perusahaan. Dengan artian bahwa sumber daya manusia memiliki pengetahuan dan intelegensia melalui pengalaman, pendidikan, keahlian dan ide mereka.

Kedua narasumber mengemukakan pendapat di atas peneliti mengaitkan kepada apa yang dikerjakan atau dilakukan oleh komunitas P3B adalah bagaimana membangun masyarakat Papua Barat di sektor pendidikan dengan sumberdaya manusia sebagai fokus intinya. Hal ini dilakukan untuk memberikan kontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat suatu wilayah, melalui peningkatan keterampilan dan kemampuan produksi dari tenaga kerja. Maka anggota P3B diharapkan menemukakan cara pandang dan keahlian yang dimiliki mendorong dia untuk partisipasif dalam organisasi dan mengerjakan untuk mencapai tujuan.

(41)

memasukkan anak-anak tersebut ke sekolah menenga kejuruan bagimu negeri sebanyak 10 anak siswa ke 10 anak siswa tersebut masing-masing dari, provinsi Papua 5 anak dan provinsi Papua Barat 5 anak. Anak-anak tersebut di asramakan di SMK bagimu negeri Semarang. Ketua P3B tidak hanya membawa siswa namun ketua P3B juga membawa pengajar atau guru bahasa inggris asal Papua Barat untuk mengajar di SMK bagimu negeri. Ini salah satu upaya-upaya yang dilakukan oleh P3B untuk mendidik dan mengajar anak-anak dan masyarakat Papua Barat.

Sekolah bagimu negeri di Semarang salah satu sekolah yang menghimpun anak-anak yang kurang mampu untuk bersekolah. Dalam diskusi di Jakarta taggal 19 september 2010 ketua P3B yang juga adalah pendiri organisasi ini memberikan kesempatan kepada peserta yang hadir untuk berpendapat tentang organisasi P3B. Peserta yang hadir adalah satu pengajar asal Papua Barat yang juga mengajar di SMK Bagimu Negeri Semarang:

Dia senang sekali pak Harry membawa dia ke sekolah SMK bagimu negeri

Semarang untuk menjadi pengajar adalah suatu hal baru bagi dia. Di luar

Papua Barat mendapatkan kesempatan dan pengalaman baru itu hal yang

luar biasa bagi dia. Tidak banyak orang Papua Barat yang mendapat

kesempatan untuk mengajar di luar Papua Barat.

Apa yang dikemukakan salah satu pengjar asal Papua Barat itu

(42)

dan menjadi guru di daerahnya, dan memang itu harus dilakukan untuk membangun daerahnya sendiri. Namun adapun pengalaman-pengalaman mengajar yang dari luar pun perlu diperhitungkan, sebab hal itu akan memberikan pengalaman kerja dalam hidupnya dan merasakan bagaimana mendidik dan mengajar masyarakat.

Dengan pengalaman dan ilmu yang dimiliki dia akan melakukan pekerjaan organisasi dengan baik di suatu lingkungan baru. Yang diharapkan P3B adalah bagaimana anak-anak didiknya mendapatkan pengalaman dan hal baru dalam hidupnya agar itu dikembangkan dalam organisasi dan itu salah satu kunci keberhasilan dalam hidupnya sehingga membangun suatu hubungan modal sosial, membangun kebersamaan, dan kepercayaan diri dan pada tindakan kolektif di dasari rasa saling memperayai untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam organisasi.

5.1.1.4a. Modal Sosial

(43)

Dari beberpa pendapat ahli sosiologi misalkan Putnam, Coleman, Fukuyama dan ahli sosiologi lainnya juga sepakat bahwa kerjasama masyarakat atau organisasi sangat dibutuhkan oleh suatu perusahaan atau organisasi atau lembaga. Masyarakat selalu berhubungan dengan masyarakat yang lain untuk membangun suatu jaringan sosial. Dalam konteks itu P3B melakukan fokus utamanya bagaimana anggotanya dilatih, di-didik melalui pendidikan formal-nonformal menekan pada dimensi yang luas yaitu segala sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk memperjuangkan tujuan dari pada organisasi tersebut.

Hal terpenting bagi P3B adalah bagaimana mendekatkan diri kepada masyarakat, melalui kelompok-kelompok yang sudah ada misalnya kepala kampung, keluarga, organisasi gereja, lembaga masyarakat adat. Tidak hanya pada kelompok saja tetapi P3B mendekatkan diri kepada individu-individu yang ada di masyarakat. Individu-individu tersebut dikelompokkan menjadi satu kesatuan kelompok untuk bekerjasama membangun suatu jaringan untuk mencapai tujuan bersama.

(44)

Menurut para ahli sosiologi bahwa modal sosial tidak dibangun hanya oleh suatu individu, melainkan kecederungan tumbuh dalam kelompok. Dalam artinnya bahwa bagaimana modal sosial dibangun kemampuan masyarakat Papua Barat dalam suatu entitas atau kelompok untuk bekerjasama membangun suatu jarinagn sosial untuk mencapai suatu tujuan. Fukuyama dalam Hasbullah (2006:8) menekankan pada dimensi yang lebih luas yaitu segala sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan bersama atas dasar kebersamaan, dan di dalamnya di ikat oleh nilai-nilai dan norma yang tumbuh dan di patuhi.

Untuk menumbuhkembangkan rasa solidaritas terhadap komunitas P3B. Modal sosial yang dikembangkan komunitas ini adalah,

Pertama modal berdasarkan kepercayaan, trust inilah yang sering ketu perkumpulan Papua pusaka bangsa kemukakan bahwa bahwa kita harus menga kepercayaan satu sama yang lain, alasan yang sering dikemukakan adalah berdasarkan beberapa anggota P3B yang berpegang teguh komitmen. Hal ini memberikan alasan bahwa dengan kepercayaan itu dia (ketua P3B) telah berhasil membina anak didiknya menjadi seorang pengusah kontraktor di Jayapura dan seorang pengusaha muda di Sorong hal itu terjadi karena kepercayaan yang mereka berikan kepada ketua P3B sangat tinggi sehingga mereka berhasil, keberhasilan itu tidak datang begitu saja tetapi karena percaya.

(45)

cepat menujukkan kekecewaan mereka, walaupun dengan cara relatif sopan, tetapi kekecewaan yang dirasakan adalah ketua P3B terhadap anggota yang tergabung dalam komunitas ini karena kurang memenuhi komitmen dan jani anggotanya ketika awal bergabung maka anjurannya kepercayaan harus dijaga dan tidak mengecewakan.

Trus pada organisasi P3B tidak hanya berkembang pada anggota P3B saja tetapi di dalam pergaulan indivud kelompok di dalam masyarakat luas dan juga kepada lembaga-lembaga mitra agar hubungan tetap terjalin baik.

Kedua modal berdasarkan kebersamaan. Modal berdasarkan kebersamaan ini yang peneliti amati adalah modal berdasarkan keluarga. Keluarga merupakan inti komunitas yang bisa cepat membentuk modal sosial, selain itu kelompok pemuda juga dijadikan sebagai modal sosial yang tentunya melalui kelompok kepemudaan membentuk interkasi sosial maka terbentuklah modal sosial tersebut, dari hasil pengamatn yang dilakukan kecenderungan masyarakat untuk melibatkan diri kegitan organisasi ini terlihat sekali.

(46)

tanpa harus menarik biaya pendidikan dari kalangan yang tidak mampu.

Ketiga adalah modal berdasarkan komitmen, hala inilah yang sering dikemukakan ketua P3B dalam tiap ada pertemuan dia sering menyatakan bahwa “kita harus berpegang teguh pada komitmen, perjanjian-perjanian yang kita buat adalah kesepakatan jadi berpegang pada komiten adalah salah satu wujud tanggung moril terhadap kepedulian kita terhadap visi-misi organisasi, komitmen ini juga akan meningkatkan tingkat kepercayaan terhadap sesama anggota sebagai bertanggung jawaban moril terhadap komitemn yang dibuatnya sehingga membentuk modal sosial yang kuat berdasarkan komitemn tersebut.

(47)

anggota P3B dituntut untuk bekerja dengan hati, bekerja keras, setia pada organisasi dan mementingkan pelayanan, melakukan nilai-nilai budaya dari hati seperti semangat kerja secara serius tapi bukan untuk dirinya sendiri, memberikan perhatian, optimisme, loyal pada organisasi, dan sebagainya, nilai-nilai tersebut menciptakan budaya dominan dalam organisasi yang membantu perilaku untuk membentuk modal sosial.

Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti bahwa komunitas ini membentuk suatu struktur atau budaya baru, misalnya mengintegrasikan nilai-nilai sosial yang melekat pada masyarakat lokal dengan melakukan nilai-nilai social baru dalam organisasi itu. Nilai budaya dan nilai baru memang beda tetapi itu tidak demikian, perubahan budaya menjadi satu. Salah satu contoh kongkrit bagaimana P3B melakukan gerakan sosial berdasarkan konteks, seperti dikemukakan ketua P3B “kita tidak hanya berpikir marginal saja tetapi kita berpikir global dan bertindak lokal”12 jelas hal ini disampaikan karena alas an tersebut di atas bahwa kita tidak mengabaikan nilai-nilai lokal tetapi kita mengelaborasikan nilai-nilai baru dan nilai lokal agar masyarakat rasa memiliki. Sehingga masyarakat menerima nlai baru tidak pada pemaksaan kehendak untuk harus mengikuti namun dituntut untuk memilih masyarakat tradisional dengan hal-hal baru, oleh sebab itu P3B memberikan ruang kepada masyarakat sesuai konteks sebab masyarakat memiliki pengetahuan.

(48)

5.1.1.4b. Modal Ekonomi

Modal ekonomi yang dikembangkan P3B dalam usahanya adalah

pemberdayaan ekonomi dan pendidikan yang terintegrasi. Perkumpulan ini menjadi wadah kebersamaan untuk meningkatkan pemberdayaan ekonomi dan kualitas pendidikan, dengan pelatihan,pembinana bidang formal dan informal. Mengembangkan sumber daya sosial dan ekonomi melalui pelatihan entrepreneurship dan pemberdayaan potensi lokal.

Kemandirian adalah jalan keluar bagi masyarakat Papua Barat untuk keluar untuk menyelesaiakan masalah sosial dan ekonomi masyarakat. Melalui program entrepreneurship kemandirian masyarakat dapat mengatur dan mengurangi besarnya ongkos pembangunan sehingga mampu melakukan proses modernisasi yang sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat di daerah tertentu. Program yang berbasis kerakyatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Papua Barat dilakukan melalui diskusi, seminar, dan diskusi lepas.

(49)

belajar lebih kreatif, semangat bekerja keras, bernilai seni dan berinovasi dalah bagian seni hidup yang dipraktikkan.

Maka tindakakn yang harus dilakukan adalah tidak hanya mendidik dan mengajarkan tapi juga membimbing usaha dari setiap pesertanya hingga berkesinambungan dan mandiri. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perubahan sosial masyarakat Papua Barat yang tergabung dalam komunitas ini perubahan social yang diinginkan P3B dalam kaitan trnsformasi Papua Barat adalah perubahan paradigma berpikir.

Otonomi khusus diberikan untuk masyarakat berpikir dan bertindak sesuai madat undang-undang otonomi khusus. Untuk pengembangan masyarakat Papua Barat dalam pembangunan perlu ada upaya hukum atau kepastian hukum. Maka itu Payung hukum untuk melindungi warga asli Papua yaitu UU Nomor 21/2001 tentang Otonomi Khusus (Otsus) belum berbicara banyak.

Walau disana di jelaskan adanya keutamaan warga asli untuk mendapatkan pekerjaan berdasarkan pendidikan dan keahliannya, namun nampak belum memadai. Aspek politik seputar polemik otsus lebih cenderung berputar-putar pada masalah jumlah dana yang diperlukan untuk pembangunan Papua Barat bukan pada upaya pemberdayaan warga asli Papua Barat agar memiliki daya saing menghadapi kesenjangan ekonomi.

(50)

pelatihan-pelatihan, pembinaan kearah wirausaha, tujuan dari itu adalah bagaimana meningkatkan kualitas masyarakat melalui enterepreneur dengan memberikan pelatihan-pelatihan dan keterampilan khusus, dari hasil pelatihan dan pembinaan tersebut agar masyarakat dapat meningkatkan status sosialnya melalui pengembangan diri tersebut.

Kegiatan tersebut dimulai dari kegiatan diskusi, seminar, dan pelatihan-pelatihan, dan pendidikan ekonomi pembangunan. Pengetahuan awal sangat diperlukan untuk pengembangan wirausaha maka P3B memberikan suatu pengetahuan kewirausahaan terhadap masyarakat atau anggota yang tegabung dalam komunitas ini (P3B), kegiatan-kegitan tersebut dilakukan P3B dan salah contoh kegiatan P3B tergambar di bawah ini:

Gambar 1.6. Kegiatan Intrepreneurship di kota Jayapura-Papua Barat

(51)

Kegiatan pengembangan jiwa entrepreneur ini telah dilakukan di dua kota, yaitu Jayapura dan Sorong. Tujuan daripada itu adalah membentuk peserta didik yang cerdas, terampil untuk menanamkan jiwa wira usaha pada peserta didik, mendorong semangat belajar, memutuskan kemiskinan menuju kesejahteraan melalui entrepreneuship dan berkarya yang berkelanjutan bagi anggota P3B. Tidak ketinggalan juga dibuatnya akademi sepak bola, yang ditujukan untuk mengembangkan potensi olah raga anak-anak Papua Barat yang dinamakan Embun Cyclop (Emsyk). Dengan berbagai prestasi yang pernah dibuat oleh Akademi Emsyk ini, pada tahun 2012 akademi ini telah mendapatkan dukungan dari Real Madrid

Foundation.

Untuk pengadaan bantuan kepada 100 siswa yang berkompeten dalam sepak bola. Komunitas ini juga memiliki program jangka panjang yang menjadi goal besar mereka yaitu pembangunan Papua Integrity Land atau Center of Human Development.

Gambar 1.7. Anak-anak Papua Barat yang masuk dalam Akademi

(52)

Sumber: Arsip P3B (2012)

Di mana kawasan Papua Integrity Land ini akan menjadi Pusat Pendidikan dan Pemberdayaan Ekonomi Papua yang terdiri dari Panti Asuhan, Sekolah Berasrama, Perikanan, Pertanian dan Peternakan, Akademi Musik dan Seni, dan Sekolah berasrama.13

Organisasi ini dalam upayanya melalukan melalui pendirian jaringan-jaringan sosial, di daerah-daerah dan komunitas ini meyakini bahwa transformasi yang akan merubah keadaan masyarakat, perubahan sosial, ekonomi dan politik. Poin penting dari komunitas ini

adalah bagaimana P3B memainkan peran dalam gerakan sosial untuk menyesejahterakan masyarakat melalui pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Gagasan pemberdayaan ekonomi masyarakat bukanlah sesuatu hal yang baru. Tetapi yang

13

(53)

terpenting bagi peneliti disini adalah tujuan dari pada gerakan sosial komunitas ini bahwa gerakan sosial menarik pada konsep modal manusia. Modal manusia menunjuk pada potensi orang dan kontribusi tenaga, ide atau pikirannya yang dipergunakan untuk gerakan sosial ini

Para ekonom sudah membicarakan modal (kapital) khususnya modal ekonomi atau finansial (financial capital) yaitu modal finansial berkaitan dengan modal uang yang dapat dipergunakan untuk membeli fasilitas atau alat-alat produksi perusahaan atau usaha-usaha lainnya, atau sejumlah uang yang ditambung untuk investasi masa depannya.

Tatapi para ahli yang lain dalam hal ini para ahli sosiologi membicarakan modal bentuk lain, seperti modal manusia, modal intelektual, dan modal kultural atau budaya, yang juga dapat digunakan untuk keperluan tertentu atau investasikan untuk masa yang akan datang. Modal manusia dapat meliputi keterampilan atau kemampuan yang dimiliki orang untuk melaksanakan tugas tertentu. Modal intelektual mencakup kecerdasan atau ide-ide yang dimiliki manusia untuk mengartikulasikan sebuah konsep atau pemikiran. Sedangkan modal cultural meliputi pengetahuan dan pemahaman komunitas terhadap praktek dan pedoman-pedoman hidup dalam masyarakat.

(54)

membentuk komunitas P3B dan mendidik, membina, dan melatih itu adalah bagian dari keterampilan yang dimiliki untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Dia (ketua P3B) memberikan apa yang dia miliki dalam hal ini pengetahuan kepada masyarakat dan dia juga secara intelektual membaktikan hidupnya untuk berpikir demi kepentingan masyarakat Papua Barat dan melihat persoalan masyarakat Papua Barat dalam konteksnya yang lebih luas.

5.1.1.4c. Modal Budaya

Modal budaya yang ingin dikembangkan oleh komintas ini adalah modal budaya berdasarkan pendidikan yang berpengetahuan, dan juga nilai-nilai yang tidak terpisahkan dari kultur budaya setempat, sehingga perubahan itu bernilai kontekstual dengan nilai-nilai baru tersebut. Dalam penelitian ini juga peneliti mengamati apa yang dikerjakan perkumpulan ini adalah bagaimana gerakan sosial ini mempersatukan dalam nilai-nilai baru. Mengintegrasikan masyarakat dalam satu kesatuan komunitas P3B kegiatan yang ingin diajarkan adalah bagaimana masyarakat bekerja keras dan berinovasi dalam bidang yang digeluti oleh kominitas ini. Proses yang ingin di ajarkan oleh komunitas P3B ini adalah:

pertama proses rasionalisasi, kedua proses standarisasi dan ketiga proses liberisasi

(55)

dengan akal sehat, atau proses perbuatan yang rasional, bahwa pemikiran, akal merupakan satu-satunya dasar untuk memecahkan problem, yang mengutamakan kemampuan akal atau batin untuk merasionalkan. Sehingga tujuan yang dicapai disini adalah bagaiman P3B membawa anggota pada pemikiran baru atau pada perubahan paradigma lama kepada paradigma baru.

Proses ini terjadi dalam perubahan pola pikir masyarakat dan proses sosial yang terbentuk dan memiliki rasionalitas dalam menentukan pilihannya. Sedangkan proses standarisasi yang dilakaukan oleh P3B adalah meningkatkan kualitas masyarakat atau menaikan status sosial masyarakat dalam pendikakan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Memberikan suatu standar. Yang pasti hal itu menunjukan ukuran sebagai patokan untuk kualitas komunitas ini untuk menentukan patokan yang akan ditentukan dalam mencapai tujuan.

(56)

merugikan masyarakat, kelompok atau individu-individu dalam aktivitasnya.

Dari aspek modal kultural (cultural capital) yaitu aspek-aspek material dan non-material kebudayaan yang mendukung proses perubahan. Misalnya nilai-nilai yang hidup dalam komunitas atau dilingkungan masyarakat, mentalitas yang tercipta, semangat kerja yang berkembang, kebiasaan mental yang tumbuh dan hasrat perubahan yang muncul. Ada citra di republik ini bahwa orang Papua Barat itu bisanya hanya tahu minum, bodoh, terbelakang, tertinggal, dan miskin.

Hal ini berulangkali diungkapkan melalui media masa, media elektronik sehingga membentuk opini publik dan hal seperti ini juga digunakan oleh para pejabat di Papua Barat ketika mencalonkan diri menjadi bupati, gubernur atau anggota dewan (DPRD). Hal ini disampaikan media masa, media elektronik, sehingga membentuk opini publik. Memakai kaca orang lain dan tidak melihat dari kacamata orang Papua Barat itu sendiri.

(57)

jatidiri masyarakat Papua Barat dengan mentegrasikan dalam satu komunitas transformasional yaitu dalam komunitas P3B untuk perubahan masyarakat. Karena sampai hari orang Papua Barat sendiri melihat persoalan di Papua Barat memakai kaca mata orang luar. Persoalan di Papua Barat substansinya bukan disitu tetapi bagaimana membangun masyarakat Papua Barat dengan memakai kaca mata sendiri atau sesuai dengan kultur dan karakter budaya masyarakat setempat, dengan mengelaborasikan budaya-budaya baru dengan budaya setempat atau lebih spesifik lagi transfer nilai ke dalam nilai budaya lama. Dengan pengalaman-pengaman kita peroleh dari lingkungan atau melalui ilmu yang kita peroleh, dengan pola pendidikan yang benar, perilaku kita dan kita menerapkan budaya baru, dengan menciptakan hal-hal baru, dengan ide, kreativitas, dan bekerja keras.

Meski awalnya ada keraguan terhadap kesadaran dan pemahaman kultur masyarakat Papua Barat, terbentuknya komunitas atau organisasi P3B dapat dipandang sebagai komitmen kultur P3B, karena karakter dan kultur (cultural) orang Papua Barat yang berbeda memungkinkan sulit dipecahkan namun hal itu bukanlah menjadi alasan membangun Papua Barat.

(58)

kebudayaan ialah “keseluruhan capaian dan pola-pola perilaku yang diperoleh dari

pengalaman dan pendidikan oleh suatu masyarakat yang mengungkapkan cara

hidup tradisional dan mengalami modifikasi secara berangsur namun berkelanjutan

dari generasi ke generasi”. (The Readers’ Digest Gereat Encyclopedic Dictionary.)

usaha dapat dilakukan secara terencana untuk meningkatkan kebudayaan dan

mencapai peradaban, yakni peri-keadaan masyarakat manusia yang bercirikan

perkembangan intelektual, sosial dan cultural yang beraras tinggi. Segenap usaha

itu dilakukan oleh manusia dalam masyarakat dengan menggunakan naluri, nalar,

nurani, dan nalanya, dan membuahkan kreativitas. Kemudian cipta (kreativitas) ini

bersama dengan karsa (kebualatan tekat atau kemauan keras) menghasilkan karya

yang mengangkat masyarakat itu kekedudukan yang lebih baik.14

Pada dasarnya adalah segala usaha yang dilakukan komunitas P3B, melalui pelatihan-pelatihan pemberdayaan pendidikan ekonomi dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, itulah pembangunan yang ingin dilakukan oleh komunitas ini. Pembangunan berbasis budaya sangatlah penting, budaya yang berkarakter, budaya yang berilmu, dan budaya berintelektual yang memiliki nilai jual tinggi terhadap persoalan masyarakat. Hubungan antar komunitas dan individu yang dibangun P3B pada prinsipnya adalah bahwa dibangun berdasarkan kesadaran untuk mendatangkan kebahagiaan kepada masyarakat Papua Barat, sambil mengelolah sumber daya alam yang tersedia dengan bijaksana.

Ada beberpa faktor yang menjadi pegangan dan harus di perhatikan oleh P3B adalah nilai-nilai yang dibangun. Nilai-nilai apa saja yang dibangun, sesuai dengan kontekstual atau tidak. Realitas yang terlihat di Papua Barat sampai saat ini adalah mereka yang

14

(59)

berada dalam posisi dominan yang mampu mengadaptasi dengan lingkungannya tetapi juga mengantisipasi masalah yang akan menimpahnya terutama masyarakat non Papua Barat yang mendominasi bidang perekonominan di Papua Barat.

Namun lain hal dengan masyarakat Papua Barat, mereka yang pada dasarnya tidak mau atau tidak mampu merangkul nilai-nilai dominan atau nilai-nilai baru dengan sendirinya akan tersisihkan. Persolan semacam inilah yang menjadi kekawatiran P3B sehingga terbentuklah gerakan sosial P3B atau dalam komunitas ini dengan sebutan perkumpulan Papua pusaka bangsa (P3B). Mereka kehilangan kesempatan dan sulit melangkah lebih maju lagi dari semula. Walaupun masalah itu tak sepenuhnya berdampak negatif terhadap nilai-nilai yang di anutnya.

(60)

Jadi anak didiknya menjadi pandai dan terampil, maka hasilnya akan sekian kali dari biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan itu. Tujuannya adalah bahwa masyarakat Papua Barat yang terdidik agar mempunyai pendirian dan pendapat sendiri, tidak mudah dibawa ke suatu jurusan yang belum dimengerti maksudnya, mereka juga tidak ingin lagi diperbudak dan dieksploitir. Kita harus belajar banyak sampai akhir hayat ini bisa dilaksanakan dengan berbagai cara seperti yang gerakan sosial P3B, pengalaman sekian tahun yang kita alami dan belajari jangan itu-itu saja. Dengan mempelajari berbagai hal setiap hari, jiwa kita akan lebih matang. Pengetahuan dan keterampilan yang diberikan ketua (P3B) dalam hal usaha meningkatkan kesejahteraan terutama dibidang pendidikan dan ekonomi karena penuh perhatian terhadap persoalan yang dihadapi masyarakat.

5.1.1.4d. Modal Simbolik

Apa yang ingin peneliti paparkan disini mengenai modal simbolik berkaitan dengan gerakan sosial P3B untuk transformasi Papua Barat adalah apa yang menjadi simbol dalam komunitas ini misalnya strategi investasi SDM menyekolahkan anak-anak, memberikan bantuan beasiswa adalah strategi investasi SDM hal ini dilakukan untuk upaya mempertahankan atau meningkatkan pengakuan sosial.

(61)

etnis, keluarga ini adalah unsur utama modal simbolik, juga mendorong upaya untuk dihargai tidak hanya itu tetapi juga bentuk kehormatan sebagai manusia ciptaan Tuhan secara sosial budaya.

Perkumpulan Papua pusaka bangsa (P3B) dalam aktivitasnya, keluarga, kelompok pemuda, dijadikan sebagai kolektivitas yang menjadi fokus dan pemuda atau kelompok-kelompok sosial kecil dilingkungan masyarakat. Keluarga adalah subjek utama strategi-strategi reproduksi sosial yang akan dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan sosial disana. Dimana keluarga, kelompok pemuda, dan kelompok-kelompok sosial sebagai kolektivitas terpenting menentukan dalam hal pemilihan. Strategi pendekatan keluarga dilakukan agar melalui pendekatan keluarga ada dukungan moril terhadap usaha yang dikembangkan dalam kelompok.

Keterampilan dan pembiasaan itu menjadi bagian kesadaran praktis untuk menjawab tuntutan hidup. Misalnya dukungan yang diberikan akan mengahasilkan jaringan sosial, untuk menyadari hal itu tetapi akan berdampak pada kekuatan-kekuatan antar anggota kelompok dan keluarga sebagai kesatuan yang utuh atau menumbuhkan modal sosial.

Dukungan Keluarga dan kelompok menjadi simbol kekuatan dalam gerakan sosial P3B ini dalam hal pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Misalnya dukungan keluarga besar Nauw dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar

Gambar 1.4. Program Pembinaan yang dilakukan P3B
Gambar 1.5. Milist Komunitas Perkumpulan Papua Pusaka Bangsa
Gambar 1.6. Kegiatan Intrepreneurship di kota Jayapura-Papua Barat
Gambar 1.7. Anak-anak Papua Barat yang masuk dalam Akademi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karyadi (1985), mendefinisikan pola asuh makan sebagai praktik pengasuhan yang diterapkan oleh ibu kepada anak berkaitan dengan cara dan situasi makan. Selain pola asuh makan,

Bentuk surat dukungan dari pembuat produk/principle atau authorized distributor/dealer adalah mengikuti bentuk/format yang dikeluarkan oleh pembuat produk/principle

Kerangka konsep dari studi kasus ini difokuskan kepada kebutuhan kesehatan dari masyarakat yang tinggal di desa-desa di pulau-pulau terpencil terhadap pelayanan kesehatan dasar

msngumumkan Rencsna Umum Pongadaan Barang/Jasa untuk pelaksanaan kegiatan tahun anggaran 20'12, Sspertl torsabut dlbawah ini. Pakalan Psluoer KrboGlen,Temrn, dan

Obyek Jaminan Fidusia sesuai yang tertuang dalam Akta nomor 37, tanggal 26 Oktober 2016 yang. dibuat Notaris SUKMA NURANI AMPERIA, SH berkedudukan di

Penelitian ini dilakukan untuk mem- peroleh gambaran, bagaimana Kepala Se- kolah SMKN 13 Malang mempengaruhi konstituennya, melalui persuasi rasional (rational

Because having a family history of alcoholism is associated with blunted prolactin responses to an alcohol challenge in nonlactating individuals, this study aimed to

Tetapi menghapuskan identitas komunitas (termasuk didalamnya penguasaan komunitas atas tanah) juga berdampak buruk bagi penegakan hak asasi manusia, dan jelas bukan merupakan