• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Simpulan

1. Rata-rata hasil belajar Matematika siswa yang diajar dengan Strategi Pembelajaran Picture and Picture lebih tinggi dibandingkan yang diajar dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Langsung.

2. Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang memiliki kecerdasan visual-spasial tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki kecerdasan visual-spasial rendah.

3. Terdapat interaksi antara Strategi Pembelajaran dan Kecerdasan Visual-Spasial dalam hasil belajar Matematika siswa.

4. Untuk siswa yang memiliki kecerdasan visual-spasial tinggi lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar Matematika siswa menggunakan strategi pembelajaran Picture and Picture, sedangkan untuk siswa yang memiliki tingkat kecerdasan visual-spasial rendah, ternyata strategi pembelajaran Langsung lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar Matematika siswa dibandingkan jika menggunakan strategi pembelajaran Picture and Picture.

B. Implikasi

Berdasarkan simpulan pertama dari hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran Picture and picture, memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan jika diajar dengan strategi pembelajaran Langsung. Dengan demikian, diharapkan agar para guru di SD Dr Wahidin Sudirohusodo Medan Labuhan mempunyai pengetahuan,

127

pemahaman dan wawasan yang luas dalam memilih dan menyusun strategi pembelajaran khususnya strategi pembelajaran Matematika. Dengan penguasaan pengetahuan, pemahaman dan wawasan tersebut, seorang guru diharapkan mampu merancang suatu desain pembelajaran Matematika dengan menggunakan strategi pembelajaran yang efektif.

Jika melihat luasnya cakupan dan objek mata pelajaran Matematika, maka dibutuhkan strategi pembelajaran yang mampu untuk mendeskripsikan uraian pembelajaran secara rinci, mendefinisikan dan memahami konsep-konsep secara terstruktur, memahami teori-teori pembelajaran, dan mampu mengevaluasi dan menganalisis materi pembelajaran Matematika itu sendiri agar dapat mengasosiasikannya dalam pembelajaran yang efektif dan efisien. Dengan demikian, siswa mampu membangun dan menemukan sendiri pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkannya dalam menyelesaikan persoalan belajarnya untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Selain itu, siswa diharapkan mampu untuk meningkatkan retensinya dengan cara menemukan materi-materi penting dari pembelajarannya, menemukan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkannya, bukan karena diberitahukan oleh orang lain saja. Strategi pembelajaran tersebut di desain sedemikian rupa agar siswa mampu mengkonstruk pengetahuan dalam benaknya, mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan mengalami sendiri perolehan hasil belajar dengan cara menentukan dan mengambil materi-materi penting dari apa yang dipelajarinya.

Implikasinya dalam memilih strategi pembelajaran bahwa salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam merancang pembelajaran Matematika adalah

128

kecerdasan visual-spasial siswa. Dalam memahami materi pelajaran Matematika, semua pengetahuan harus terangkai dalam suatu sistem yang saling berhubungan. Dengan demikian, untuk dapat mengamati, mendeskripsikan, dan menganalisis gejala-gejala alam sehingga menjadi sebuah struktur pengetahuan yang bersistem tersebut, seorang siswa membutuhkan suatu kecerdasan atau kemampuan untuk mengungkapkan atau menunjukkan makna dan esensi yang terkandung dalam suatu objek dan atau benda tertentu secara visual, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami dan mempertajam makna dan esensi dari gejala-gejala alam tersebut.

Kecerdasan visual-spasial adalah kemampuan untuk mengungkapkan atau menunjukkan makna dan esensi yang terkandung dalam suatu objek, benda, dan informasi atau keterampilan tertentu. Kemampuan tersebut dapat disajikan atau ditunjukkan dengan cara menggambar, memetakan atau menyimbolkan informasi secara visual. Kemampuan tersebut saling berkait, termasuk kemampuan dalam memahami perbedaan visual, pengenalan visual, proyeksi gambaran mental, pertimbangan ruang, manipulasi gambar, dan duplikasi dari gambaran eksternal, setiap atau semua yang dapat diekpresikan. Kemampuan visual-spasial meliputi : (a) kemampuan menggambar, memetakan, (b) menyimbolkan informasi secara visual, (c) proyeksi gambaran mental, (d) pertimbangan ruang, (e) manipulasi gambar, (f) duplikasi dari gambaran eksternal, (g) memungkinkan memvisualisasikan informasi, dan (h) mensintesakan data-data dan konsep-konsep ke dalam metaphor visual.

Siswa dengan kecerdasan visual-spasial tinggi akan memperoleh hasil belajar Matematika yang lebih tinggi jika diajarkan dengan strategi pembelajaran Picture

129

and Picture dibandingkan dengan jika diajarkan dengan strategi pembelajaran

Langsung. Siswa dengan kecerdasan visual-spasial tinggi dapat berkembang dengan baik, sebab dengan kecerdasan visual-spasial tinggi ini siswa akan : (1) belajar mengamati dan mengenali konsep-konsep materi pelajaran Matematika secara detail, (2) mengarahkan dirinya kepada benda-benda secara efektif, merasakan dan menghasilkan sebuah bayangan-bayangan mental, berpikir dalam menggambar dan memvisualisasikan detail, (3) belajar dengan grafik atau media-media visual, menikmati gambar-gambar tak beraturan, lukisan, ukiran, atau obyek-obyek repro lain dalam bentuk-bentuk yang dapat dilihat, (4) secara mental dapat merubah bentuk dari sebuah obyek, seperti melihat selembar kertas ke dalam bentuk yang kompleks dan memvisualisasikan bentuk baru, atau secara mental menggerakkan obyek di dalam ruangan untuk menentukan, bagaimana berinteraksi dengan obyek lain, dan (5) merasakan pola-pola yang lembut maupun rumit pada konsep-konsep pembelajaran Matematika.

Selanjutnya, siswa yang memiliki kecerdasan visual-spasial tinggi jika dibelajarkan dengan strategi pembelajaran Picture and Picture mampu dan siap untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi materi pelajaran baru yang diterimanya, sebab siswa dengan kecerdasan visual-spasial tinggi merasa lebih siap dan mampu mengikuti proses pembelajaran atau pada saat akan memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan Matematika yang dibutuhkannya. Dengan demikian, kecerdasan visual-spasial tinggi sangat berperan dalam meningkatkan hasil belajar Matematika siswa, sebab kecerdasan visual-spasial tinggi akan memberikan bekal dan wawasan ilmu pengetahuan dan keterampilan bagi siswa guna memecahkan dan menyelesaikan persoalan belajarnya.

130

Bagi siswa dengan kecerdasan visual-spasial tinggi, jika dibelajarkan dengan strategi pembelajaran Langsung, akan memperoleh hasil belajar yang kurang maksimal, sebab strategi pembelajaran Langsung berpusat pada guru (teacher

centered), di mana guru berfungsi sebagai sumber utama pembelajaran. Strategi

pembelajaran Langsung memberikan tekanan utama pembelajaran untuk seluruh anggota kelas, di mana guru mengajar kepada seluruh siswa tanpa memandang aspek individual, biologis, intelektual, dan psikologis siswa. Guru bertindak sebagai satu-satunya sumber belajar dan sekaligus sebagai penyaji isi perkuliahan, sehingga proses pembelajaran menimbulkan suasana belajar yang kurang menarik, di mana siswa tidak terlibat secara aktif pada proses pembelajaran, tidak atau kurang mendorong dan memberdayakan siswa dalam membangun pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkannya untuk memperoleh hasil belajar yang lebih maksimal.

Sedangkan siswa dengan kecerdasan visual-spasial rendah jika dibelajarkan dengan strategi pembelajaran Picture and Picture akan mengalami kesulitan dalam meningkatkan hasil belajarnya, sebab siswa yang memiliki kecerdasan visual-spasial rendah cenderung kurang mampu atau lambat untuk beradaptasi dalam menyesuaikan apa-apa yang diketahui dengan apa-apa yang akan dipelajarinya. Dengan kata lain, siswa dengan kecerdasan visual-spasial rendah tidak memiliki bekal atau wawasan ilmu yang memadai, sehingga dengan sendirinya siswa tersebut akan mengalami kesulitan untuk memperoleh ilmu dan pengetahuan selanjutnya. Hal tersebut disebabkan siswa dengan kecerdasan visual-spasial rendah tidak mampu mengaitkan dan tidak mampu mengidentifikasi keterampilan dasar yang telah dimiliki dengan pengetahuan dan keterampilan baru

131

yang dibutuhkannya, sehingga siswa pasif dalam memahami materi dan menyelesaikan soal-soal, karena tidak mampu memberikan kontribusi dan ide yang berarti dalam proses pembelajaran.

Oleh sebab itu, strategi pembelajaran Langsung akan lebih efektif dalam memberikan hasil belajar yang lebih baik untuk siswa yang memiliki kecerdasan visual-spasial rendah. Pada strategi pembelajaran Langsung, proses pembelajaran berlangsung cenderung satu arah di mana guru menjadi satu-satunya sumber belajar dan siswa dapat membaca, menyimak dan mendengarkan materi-materi penting yang disampaikan oleh guru. Pada pembelajaran seperti ini, siswa cukup bertanya, menghafal, dan mencatat hasil atau rangkuman pelajaran yang dibutuhkan melalui penjelasan guru. Selain itu, guru berperan sebagai narasumber dan merangsang siswa untuk mengeluarkan ide-ide atau konsep dengan pertanyaan-pertanyaan yang mudah dipahami dalam memecahkan masalah. Dengan demikian, meskipun siswa memiliki kecerdasan visual-spasial rendah, siswa tersebut cenderung dapat menerima dan memahami makna dan esensi materi-materi penting pelajaran tersebut, sebab guru senantiasa mengarahkan dan membimbing siswa untuk memperoleh hasil belajar sesuai dengan tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Siswa diarahkan untuk membuat rangkuman secara individual didampingi oleh guru untuk mengetahui secara langsung apa yang dikerjakan siswa dalam membuat rangkuman, dan apabila siswa kurang mampu untuk mengidentifikasi materi yang harus dirangkum, maka guru mengarahkannya. Oleh karena itu perolehan pengetahuan dan keterampilan secara sistematis yang bersumber dari guru sebagai sumber utama pengetahuan dan sekaligus penyaji isi materi pelajaran masih harus tetap dipertahankan.

132

C. Saran

(1) Mengupayakan mutu pendidikan di SD Dr Wahidin Sudirohusodo Medan Labuhan dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran yang bervariasi. Salah satu alternatif pengembangannya adalah melalui pemilihan strategi pembelajaran yang tepat dengan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, kemampuan, kondisi dan karaktersitik siswa. Strategi yang dapat dipilih antara lain adalah strategi pembelajaran Picture and picture dan strategi pembelajaran Langsung. Untuk siswa yang memiliki kecerdasan visual-spasial tinggi penggunaan strategi pembelajaran Picture and Picture sangat efektif dalam memberikan hasil belajar yang diharapkan, tetapi untuk siswa yang memiliki kecerdasan visual-spasial rendah penggunaan strategi pembelajaran berdasarkan urutan buku teks akan lebih efektif dalam memberikan hasil belajar Matematika.

(2) Diharapkan kepada para guru Matematika atau tenaga pengajar umumnya agar senantiasa memperhatikan dan mempertimbangkan faktor kecerdasan visual-spasial siswa sebagai pijakan dalam merancang pembelajaran, sebab kecerdasan visual-spasial merupakan kemampuan siswa untuk mengungkapkan atau menunjukkan makna dan esensi yang terkandung dalam suatu objek dan atau benda tertentu secara visual, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami dan mempertajam makna dan esensi dari gejala-gejala alam tersebut. Selain itu, guru perlu melakukan pengkajian yang mendalam tentang karakteristik siswa untuk dijadikan sebagai pijakan atau acuan untuk mengoptimalkan penerapan strategi pembelajaran Picture and Picture dalam pelajaran Matematika secara efektif dan efisien.

133

(3) Guru perlu memiliki pemahaman dan wawasan yang baik tentang strategi pembelajaran Picture and Picture, sehingga strategi pembelajaran ini dapat dijadikan menjadi salah satu strategi pembelajaran untuk mengoptimalkan hasil belajar Matematika siswa dengan kecerdasan visual-spasial tinggi maupun kecerdasan visual-spasial rendah.

Selanjutnya, penelitian ini perlu ditindaklanjuti untuk setiap jenjang pendidikan dan pada sampel yang lebih luas, serta variabel penelitian berbeda lainnya, seperti SMP, SMU atau sekolah sederajat lainnya.

134

DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman, (2009), Belajar dan Pembelajaran, Bandung : Alfabeta.

Arends, R.I. (2001), Learning To Teach. New York:Mc graw Hill Companies, Inc Arends, R.I. (2001a), Learning To Teach. New York:Mc graw Hill Companies,

Inc

Arikunto, S. (2002), Manajemen Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, S. & Saffruddin A.J. (2004), Evaluasi Program Pendidikan Pedoman

Teoritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara.

Armstrong, T. (2000), Multiple Intelligence in The Classroom. Alexandria, Virginia US : ASCD.

Armstrong, T. (2004), Kamu Itu Lebih Cerdas daripada yang kamu Duga. Alih bahasa : Arvin Saputra, Batam : Interaksara.

Arsyad, Azhar (1997), Media Pembelajaran, Jakarta, Rajawali.

Astuti, Yuni, Anna, Miyanto. (2010), Buku Panduan Pendidik Matematika, Klaten : Intan Pariwara.

Azwar, S. (2001), Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Briggs Leslie J. (1979), Instructional Design: Principles and Aplication. Engelwood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Bloom, B.S.et all. 1982. Taxonomy Of Education Objektives : The Classification

Of Educational Goals. Handbook I : Cognitive Domain. New York : Logman,

Inc.

Butar-butar, Parningotan, A. (2010), “Pengaruh Model Pembelajaran Dan

Kemampuan Awal Terhadap Hasil belajar Fisika Kelas XI IA SMA NEGERI

1 RANTAU UTARA”. Tesis. Medan : Program Pascasarjana Unimed.

Campbell, Linda., Campbell Bruce, Dickinson Dee, (2006), Metode Praktis

Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Depok : Intuisi Press.

Campbell, Linda., Campbell Bruce., & Dickinson, Dee., (2002), Multiple

Intelligence: Metode Terbaru Melesatkan Kecerdasan, Depok: Inisiasi Press.

Dahar, R.W., (2011), Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Erlangga. Daryanto, (2010), Media Pembelajaran, Bandung: Satu Nusa.

Depdiknas, (2002), Kecakapan Hidup (Life Skill) Melalui Pendekatan Pendidikan

Berbasis Luas, Surabaya : SIC.

Departemen Pendidikan Nasional, (2008), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

135

Dick, W and Carey, L. (2005), The Systematic Design of Instruction. New York: Holt, Rinehart and Winston Company.

Gagne, (1985), The Cognitive Pscchology Of School Learning, Boston, Little Brown.

Gardner, H. (2003), Kecerdasan Majemuk : Teori dalam Praktek. Alih bahasa : Arvin Saputra, Batam : Interaksara.

Hakim, Thursan. (2000), Belajar secara efektif, Jakarta : Puspa Swara. Hamalik, Oemar (2010), Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Bumi Aksara. Hamalik, Oemar (2001), Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung, Bumi Aksara. Hamdani, (2010), Strategi Belajar Mengajar, Bandung, Pustaka setia.

Herdian, (2009), Model Pembelajaran Picture and Picture.

http://herdy07.wordpress.com/2009/04/29/model-pembelajaran-picture-and-picture.21/07/2010.

(http://www.blogspot.com/2013/03) (http://www.slideshare.net/mobile/ismdn)

(http://www.novemdejavu.blogspot.com/2011/01)

Huda, Miftahul (2014), Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran, Yogyakarta, Pustaka Pelajar

Istarani, (2011), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Medan, Media Persada.

Joice, B. Dan Weill, M. (1996), Models Of Teaching, Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall Inc

Jurusan Pendidikan Matematika, FMIPA (2001), Strategi Pembelajaran

Matematika Kontemporer, Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia.

Kardi S. & Nur, M. (2000), Pengajaran Langsung. Surabaya: UNESA University Press.

Keysar, P., (2014), Pengantar Belajar dan Pembelajaran, Gorontalo, Nurul Jannah.

Mursid R., (2013), Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Medan: UNIMED PRESS.

Musfiroh, Tadkiroatun, (2008), Pengembangan Kecerdasan Majemuk, Jakarta: Universitas Terbuka.

Panduan Praktis, (2011), Microsoft Power Point 2010, Semarang, Wahana Komputer.

136

Roestiyah N.K., (2001), Strategi Belajar Mengajar, Cetakan keenam. Jakarta: Rineka Cipta.

Romizowski, A.Z. (1981), Designing Instructional System. New York : Nichol Publishing Company.

Rusman, (2011), Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, Jakarta, RajaGrafindo Persada.

Sadiman, Arief, (1984), Media Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada. Sadiman, D., (2007), Model Pembelajaran Picture and Picture. Online.

http://model-pembelajaran-picture-and-picture.20/02/2010

Sanjaya, Wina, (2006), Strategi Pembelajaran, Jakarta : Kencana Frenada Media. Semiawan, Conny, (2010), Kreativitas Keberbakatan, Jakarta : Indeks.

Shearer, C.B. (2004), Multiple Intelligences After 20 years. Teachers College Record, 106(1), 2-16.

Slameto, (2013), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, Jakarta, Rineka Cipta.

Sudjana, (1992), Metoda Satistika, Bandung, Tarsito.

Sudjarwo, S, (1988), Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta : MSP.

Suherman, S, (2010), “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan kecerdasan Visual Spasial Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMP Negeri 2 Padang

tualang”, Tesis, Medan : Program Pasca Sarjana Unimed.

Sumadi, Suryabrata, (1998), Psikologi Pendidikan, Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Tim Bina Karya Guru, (2007), Terampil Berhitung Matematika Untuk SD kelas

IV, Jakarta, Erlangga.

Uno, B., Hamzah, Masri, Keysar, (2014), Variabel Penelitian dalam Pendidikan

dan Pembelajaran , Jakarta, INA PUBLIKATAMA

Wijaya, C., Tabrani R. (1992), Kemampuan Dasar Guru dalam proses Belajar

Mengajar, Bandung : Remaja Rosdakarya.

Winkel, W.S. (1984), Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta : Gramedia.

Dokumen terkait