• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simpulan

Beberapa simpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini antara lain: 1. Lahan-lahan yang berpotensi sebagai lahan pengembangan sapi potong di

Kabupaten Bangka antara lain: sawah, kebun campuran, kebun kelapa sawit, perkebunan besar sawit, kebun karet, perkebunan rakyat, semak belukar dan belukar rawa, dengan total luas 211 830 Ha (74.41% dari luas wilayah Kabupaten Bangka).

2. Pada keadaan kesesuaian lahan aktual diperoleh bahwa seluruh lahan yang dinilai di Kabupaten Bangka adalah tidak sesuai (N) sebagai lingkungan ekologis sapi potong, yaitu seluas 211 830 Ha (74.41% dari luas wilayah Kabupaten Bangka), dengan faktor pembatas kualitas air (pH air). Sedangkan pada keadaan kesesuaian lahan potensial, dengan memperbaiki pH air, diperoleh hasil bahwa seluruh lahan yang dinilai di Kabupaten Bangka adalah sesuai (S) sebagai lingkungan ekologis sapi potong, yaitu seluas 211 830 Ha (74.41%).

3. Berdasarkan tingkat ketersediaan tanaman hijauan makanan ternak, sebagian besar lahan berada pada status aman dengan luas 191 826 Ha (67.38% dari luas wilayah kabupaten) dengan rata-rata daya dukung hijauan sebesar 0.36 ST/Ha pada keadaan kesesuaian lahan aktual dan 0.53 ST/Ha pada keadaan kesesuaian lahan potensial, sedangkan pada status rawan, kritis dan sangat kritis tidak terdapat.

4. Total daya dukung hijauan makanan ternak di Kabupaten Bangka pada keadaan kesesuaian lahan aktual mencapai 69 309 ST dengan kapasitas peningkatan sapi potong sebesar 68 568 ST (0.36 ST/Ha), sedangkan pada keadaan kesesuaian lahan potensial mencapai 102 486 ST dengan kapasitas peningkatan sapi potong sebesar 101 746 ST (0.53 ST/Ha).

5. Berdasarkan jenis penggunaan lahan (landuse), lahan kebun kelapa sawit dan perkebunan besar sawit mempunyai kemampuan menyediakan hijauan makanan ternak yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan lahan-lahan lainnya. Pada keadaan kesesuaian lahan aktual rata-rata daya dukung hijauan

pada lahan kebun kelapa sawit dan perkebunan besar sawit mencapai 1.93 ST/Ha, sedangkan pada keadaan kesesuaian lahan potensial 2.75 ST/Ha. Selanjutnya diikuti oleh sawah 0.88 ST/Ha, semak belukar 0.73 ST/Ha, karet 0.53 ST/Ha, belukar rawa 0.20 ST/Ha, kebun campuran 0.08 ST/Ha, dan perkebunan rakyat 0.08 ST/Ha.

6. Hasil perhitungan NPV, Net BCR, dan IRR pada tingkat suku bunga 15% menunjukkan bahwa usahaternak sapi potong di Kabupaten Bangka layak untuk dilakukan pada semua skala usaha (kecil, sedang dan besar) dengan harga input dan output tetap, NPV bernilai positif, Net BCR lebih dari satu, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga pinjaman yang berlaku, dan Payback Period masing-masing pada tahun keenam bulan kedua, tahun kelima bulan ketiga dan tahun kelima bulan pertama.

7. Berdasarkan analisis sensitivitas menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan biaya transport sebesar 30%, kenaikan harga sapi bakalan sebesar 10%, kenaikan harga pakan sebesar 20% dan penurunan harga penjualan ternak sebesar 10%, maka usahaternak sapi potong masih layak dilakukan pada semua skala usaha, NPV bernilai positif, Net BCR lebih dari satu, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga pinjaman yang berlaku, dengan Payback Period bervariasi antara tahun kelima bulan ketiga bulan pertama sampai dengan tahun ketujuh bulan kedua.

8. Pada keadaan kesesuaian lahan potensial, arahan lahan pengembangan untuk sistem diversifikasi perkebunan seluas 14 200 Ha (4.99% dari luas wilayah kabupaten) dengan kapasitas peningkatan sapi potong sebesar 2.02 ST/Ha, diversifikasi sawah seluas 438 Ha (0.15%) dengan kapasitas peningkatan sapi potong sebesar 0.86 ST/Ha, dan diversifikasi kebun campuran seluas 79 668 Ha (27.98%) dengan kapasitas peningkatan sapi potong sebesar 0.08 ST/Ha. Sedangkan luas arahan lahan untuk sistem ekstensifikasi semak belukar seluas 89 160 Ha (31.32%) dengan kapasitas peningkatan sapi potong sebesar 0.73 ST/Ha dan ekstensifikasi belukar rawa seluas 8 358 Ha (2.94%) dengan kapasitas peningkatan sapi potong sebesar 0.18 ST/Ha.

112

9. Skala usahaternak yang paling layak dikembangkan sebagai arahan pengembangan sapi potong di Kabupaten Bangka adalah pada skala besar ( > 10 ekor atau rata-rata 20 ekor).

10.Prioritas I arahan lahan pengembangan sapi potong adalah arahan lahan sistem diversifikasi perkebunan (terutama lahan kelapa sawit), dengan rata-rata daya dukung sebesar 2.04 ST/Ha, prioritas II adalah arahan lahan sistem ekstensifikasi semak belukar, dengan total daya dukung sebesar 65 253 ST, prioritas III merupakan arahan lahan sistem diversifikasi kebun campuran, dengan total luas lahan 79 668 Ha mampu menampung sebesar 6 290 ST, prioritas IV adalah pada sistem ekstensifikasi belukar rawa, dengan total daya dukung sebesar 1 650 ST, dan prioritas V merupakan arahan lahan sistem diversifikasi sawah, dengan total luas lahan 438 Ha mampu menampung sebesar 386 ST.

Saran

1. Dalam upaya pengembangan ternak sapi potong di Kabupaten Bangka, diharapkan di masa mendatang perlu pemanfaatan ruang yang lebih optimal dengan memperhatikan potensi sumberdaya lahan. Oleh karena itu perlu ditingkatkan kemitraan, sosialisasi dan juga kajian lebih lanjut untuk penerapan teknologi dan manajemen pemanfaatan rumput alam di lahan kelapa sawit dan pemanfaatan/pengawetan hijauan makanan ternak, terutama limbah kelapa sawit.

2. Dalam upaya meningkatkan ketersediaan pakan hijauan makanan ternak dan juga pemanfaatan limbah tanaman, hendaknya usahaternak sapi potong dilakukan dengan sistem integrasi ternak-tanaman sehingga dapat menekan komponen biaya pakan.

3. Dilihat dari potensi alam serta peluang usaha dan pemasaran yang terdapat di Kabupaten Bangka, pengembangan usaha ternak sapi potong masih perlu ditingkatkan, antara lain dengan menarik minat petani/masyarakat yang belum terbiasa memelihara ternak sapi potong. Selain itu, perlu dilakukan penyuluhan-penyuluhan dan bimbingan yang lebih intensif, terutama dalam usaha pembibitan ternak sapi potong oleh petugas lapang dengan

memperhatikan skala usahaternak yang layak. Mengingat keterbatasan penelitian ini, terkait dengan aspek penyuluhan, diperlukan kajian lebih lanjut mengenai aspek sosial-budaya masyarakat Bangka tentang pemeliharaan sapi potong.

4. Hasil analisis sensitivitas terhadap biaya atau harga menunjukkan bahwa kriteria investasi relatif paling sensitif terhadap perubahan harga output (penjualan ternak sapi) dan harga bakalan. Oleh karena itu, peternak harus memperhatikan fluktuasi harga output dan harga bakalan. Pemerintah dapat memberikan bantuan dalam aspek ini dengan penyediaan informasi pasar serta dengan mengembangkan pasar hewan dan bakalan, termasuk mengembangkan infrastruktur pendukungnya.

5. Perlu kajian lebih lanjut mengenai analisis kelayakan usahaternak pada masing-masing lahan pengembangan (arahan lahan diversifikasi dan ekstensifikasi).

Dokumen terkait