• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simpulan

Simpulan yang dapat diambil dari hasil analisis modal sosial terhadap pertumbuhan ekonomi di seluruh provinsi di Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Nilai indeks modal sosial provinsi di Indonesia memiliki rentang dari 65.53

sampai dengan 71.82 dengan rata-rata 68.80. Nilai ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki modal sosial yang relatif baik. Nilai indeks modal sosial merupakan refleksi dari adanya kebudayaan unggul di suatu komunitas, kelompok, masyarakat, maupun bangsa yang memungkinkan mereka bekerja sama satu sama lain. Selanjutnya terdapat dua masalah besar yang terjadi pada nilai modal sosial yang berada dalam katagori terbawah, dimana daerah tersebut memiliki ciri pernah mengalami konflik dan isu disintegrasi serta daerah Ibukota dan dua daerah penyangganya.

2. Kepercayaan (trust) memiliki kontribusi yang cukup tinggi dibandingkan sub dimensi dari modal sosial yang lain. Pada pemerintahan ditingkat lokal, dimana mereka sangat dekat dengan masyarakatnya, unsur trust akan sangat membantu dalam memperlancar proses pembangunan wilayah. Berbagai program pembangunan yang dijalankan oleh pemerintah akan jauh lebih efektif jika dilakukan ditengah masyarakat yang memiliki tingkat trust yang kuat. Program pembangunan yang melibatkan partisipasi penduduk desa secara lebih maksimal dan dengan demikian dana pemerintah tidak saja akan terbebas dari kemungkinan disalahgunakan, tetapi lebih dari itu, masyarakat itu sendiri akan ikut memberikan sumbangan baik ide, tenaga maupun sumbangan bentuk lainnya guna memaksimalkan pekerjaan pemerintah di daerah mereka. Masyarakat yang mempunyai tingkat trust yang tinggi akan sangat membantu memfasilitasi hubungan yang harmonis antara masyarakat dan pemerintah sehingga pemerintah dapat berfungsi secara lebih efektif dan memiliki legitimasi.

3. Provinsi di Indonesia yang memiliki ciri menonjol dalam unsur modal sosial adalah:

a. Daerah dengan nilai budaya jawa memiliki nilai unsur sikap percaya terhadap aparatur dan kelompok yang tinggi, hal ini terkait juga dengan nurani masyarakat yang merasa lebih diperhatikan, sebaliknya wilayah dengan kepemimpinan yang buruk akan menyebabkan nilai unsur sikap percaya terhadap aparatur dan kelompok rendah.

b. Salah satu yang menjadi penyebab nilai modal sosial Provinsi Sulawesi Barat tinggi adalah unsur percaya terhadap tetangga yang tinggi. Hal ini disebabkan nilai adat dan pola hidup yang mencerminkan keramahan, suka menolong, ringan tangan, solidaritas, familier, kekerabatan dan kekeluargaan yang tinggi jujur dan tulus ikhlas. Sebaliknya DKI Jakarta dengan berbagai permasalahan yang ada menyebabkan masyarakat cenderung berhati-hati dan waspada terhadap lingkungannya.

c. Hal yang cukup menarik adalah ketika unsur toleransi yang diwakili oleh faktor toleransi beragama dan suku bangsa rendah pada wilayah daerah- daerah yang menerapkan Syariat Islam dalam peraturan daerahnya. Hal ini sudah pasti bukan disebabkan karena Syariat Islamnya yang buruk

57 tetapi disebabkan karena ketidakcermatan dalam implementasinya yang kurang didasari prinsip persaudaraan, persamaan dan kebebasan serta tradisi konsultasi yang dapat menimbulkan konflik sosial antaranggota masyarakat.

d. Nilai unsur solidaritas tinggi untuk wilayah dengan kesadaran dan cita- citanya plularisme dan rasa kekeluargaan yang tinggi, sebaliknya konflik dan persinggungan yang terjadi antara anggota masyarakat akan menyebabkan nilai unsur ini rendah.

e. Nilai unsur jejaring yang kuat berada pada wilayah dengan sistem kemasyarakatan yang terpelihara dengan baik secara terus menerus, sebaliknya egoisme dan sikap individualis akan menyebabkan nilai unsur ini rendah.

4. Berdasarkan analisis tipologi sebanyak 22 provinsi atau sebesar 66.67% provinsi di Indonesia mengikuti pola bahwa modal sosial memiliki hubungan secara positif dengan PDRB per kapita. Pengelompokkan tersebut sedikit banyak dapat menggambarkan pola yang positif antara modal sosial dan pertumbuhan ekonomi.

5. Berdasarkan model modal sosial dan PDRB per kapita dapat disimpulkan bahwa modal sosial memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap PDRB perkapita, yang berarti pengaruh modal sosial tersebut mendukung pertumbuhan ekonomi secara terus menerus.

Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan simpulan sebelumnya, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Provinsi yang memiliki nilai modal sosial yang rendah menunjukkan bahwa kondisi modal sosial masyarakat di wilayah provinsi tersebut rendah dan sangat perlu untuk ditingkatkan. Kondisi modal sosial yang rendah perlu mendapatkan perhatian yang lebih intensif dalam kaitannya dengan perencanaan program pembangunan yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Sebaliknya, provinsi yang memiliki nilai modal sosial yang tinggi dapat diperhitungkan sebagai salah satu modal pembangunan. Wilayah tersebut sangat cocok untuk ditetapkan sebagai lokasi implementasi program dan kegiatan pembangunan yang berbasis pemberdayaan masyarakat.

2. Trust merupakan unsur utama pembentuk modal sosial, hal ini bukan merupakan sesuatu yang given, tetapi merupakan hasil interaksi yang berulang-ulang serta hasil dari institusi formal. Kepercayaan harus dibangun melalui visi dan komitmen bersama oleh semua pihak, mulai dari institusi keluarga, institusi pendidikan, institusi masyarakat, dan institusi pemerintah. 3. Modal sosial dengan berbagai unsurnya di tiap provinsi bervariasi tergantung

pada sejarah kebudayaan serta struktur sosial dan peradaban yang telah terbentuk cukup lama yang pada akhirnya memiliki spesifikasi struktur maupun kultur. Kondisi unsur modal sosial yang berbeda di setiap provinsi di Indonesia berimplikasi pada pilihan strategi pembangunan yang juga harus berbeda. Hal ini mengharuskan pemerintah terlebih dahulu melihat aspek potensi dan kelemahan dari unsur modal sosial dalam melakukan

58

implementasi kebijakan dalam pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang tepat.

4. Model yang menggambarkan pola hubungan antara modal sosial dan pertumbuhan ekonomi, akan membantu menentukan kebijakan dalam arah yang tepat. Seluruh kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan harus dilakukan dengan memperhatikan sub dimensi modal sosial.

5. Program yang harus diprioritaskan pada wilayah unsur modal sosial yang rendah adalah kebijakan dalam peningkatan unsur modal sosial tersebut tanpa mengesampingkan efek dari ambang batas dari unsur itu sendiri. Untuk wilayah dengan modal sosial yang tinggi harus lebih memprioritaskan pada variabel ekonomi dalam kebijakan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

59 DAFTAR PUSTAKA

Adler, Kwon SW. 2002. Social Capital: Prospects for a new concept. The Academy of Management Review. 27(1):17-40.

Antoci A, Sacco PL, dan Vanin P. 2008. Participation, growth and social poverty: social capital in a homogeneous society. Open Economics Journal. 1:1- 13.

Arsyad L. 2010. Ekonomi Pembangunan Edisi 5. Yogyakarta: UPP STIM YKPN [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Stok Modal Sosial 2009. Jakarta: BPS.

Beugelsdijk S, Schaik TV. 2005. Social capital and growth in European regions: an empirical test. European Journal of Political Economy. 21:301–324. Christoforou A. 2003. Social capital and economic growth: The case of Greece.

Paper prepared for the 1st PhD Symposium on Social Science Research. Greece of the Hellenic Observatory. European Institute. London School of Economics.

Cohen D, Prusak L. 2001. In Good Company: How Social Capital Makes Organizations Work. Harvard Business School Press.

Coleman JS. 1988. Social capital in the creation of human capital. The American Journal of Sociology. 94:S95-S120.

Da I, Ans G, dan Herfan D. 2009. Dari Papua meneropong Indonesia: darah mengalir di Bumi Cendrawasih, catatan dan pikiran seorang wartawan. Jakarta: Grasindo.

Fukuyama F. 2000. Social capital and civil society. IMF Working Paper.

Granovetter M. 1985. Economic action and social structure: The Problem of embeddedness. The American Journal of Sociology. 91(3):481-510. Gujarati D. 2010. Dasar-Dasar Ekonometrika (Basic Econometric) Buku 1. Edisi

5. Jakarta: Salemba Empat.

Hair JR, Joseph F, Black WC, Babin BJ, Anderson RE. 2010. Multivariate Data Analysis. 7th Edition. Upper Saddle River: NJ. Prentice Hall.

Hasbullah J. 2006. Social Capital: Menuju Keunggulan Budaya Manusia Indonesia. Jakarta: MR-United Press.

Ho R. 2006. Handbook of Univariate and Multivariate Data Analysis and Interpretation with SPSS. Boca Raton.Taylor & Francis Group.

Iribaram S. 2011. Satu adat tiga agama: meneropong aktivitas masyarakat di Teluk Patipi Fakfak Papua. Kumpulan Makalah pada The 11th Annual Conference on Islamic Studies. Bangka Belitung. 10-13 Oktober 2011. Ismalina P. 2009. Keberpihakan pada identitas dan kekuatan lokal menuju sistem

ekonomi yang berkeadilan. Tersedia pada

http://poppyismalina.wordpress.com/2009/08/10/keberpihakan-pada- identitas-dan-kekuatan-lokal-menuju-sistem-ekonomi-yang-berkeadilan/ tanggal 25 September 2012.

Johnson RA, Wichern DW. 2007. Applied Multivariate Statistical Analysis 6th Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Keefer P, Knack S. 2003. Social capital, social norms and the new institutional economics. Handbook of New Institutional Economics 2005:700-725. Knack S, Keefer P. 1997. Does social capital have an economic payoff? A Cross

Country Investigation. Quarterly Journal of Economics. 112(4):1251- 1288.

60

Koentjaraningrat. 2004. Kebudayaan. Mentalitas. dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.

Musai M, Abhari MF, Fakhr SG. 2011. Effects of social capital on economic growth (International Comparison). American Journal of Scientific Research. 16:107-116.

Nademi Y, Madani Y, Nademi M. 2012. Social capital and economic rrowth: evidence from industrial countries. Journal of Basic and Applied Scientific Research. 2(1): 527-532.

Nahapiet J, Ghoshal S. 1998. Social capital, intellectual capital, and the organizational ddvantage. The Academy of Management Review. 23(2): 242-266.

North D. 1990. Institutions. Institutional Change. and Economic Performance. New York: Cambridge University Press.

Putnam R, Leonardi R, Nanetti RY. 1993. Making Democracy Work. NJ Princeton: Princeton University Press.

Putnam RD. 1993. The prosperous community social capital and public life. The American Prospect. 13:35-42.

Putnam RD. 1995. Bowling alone: America's declining social capital. Journal of Democracy. 6(1):65-78.

Razali, Nornadiah M, Wah, YB. 2011. Power comparisons of Shapiro-Wilk, Kolmogorov-Smirnov, Lilliefors and Anderson-Darling tests. Journal of Statistical Modeling and Analytics. 2(1): 21-33

Richardson J. 1986. Handbook of Theory and Research for the Sociology of Education. Westport. CT. Greenwood.

Smith A. 2005. The Theory of Moral Sentiments Sixth Edition (1790). San Pulo: Metalibri.

Sugiyanto C. 2010. Analisis Indikator Ekonomi. PSEKP UGM. Yogyakarta. Sulhin I. 2004. Kemiskinan, kebijakan negara dan kenakalan anak. Jurnal

Kriminologi Indonesia. 3(3):39 – 50.

Tumanggor R. 2007. Pemberdayaan kearifan lokal memacu kesetaraan komunitas adat terpencil. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial. 12(1):1-17.

Widodo T. 2006. Perencanaan Pembangunan: Aplikasi Komputer (Era Otonomi Daerah). Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Woolcock M. 1998. Social capital and economic development: toward a theoretical synthesis and policy framework. Theory and Society. 27(2):151-208.

61 LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisis Faktor Modal Sosial

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .696

Bartlett's Test of Sphericity Approx.

Chi- Square

368362031.026

df 136

Sig. .000

Total Variance Explained (Iterasi Pertama)

Comp onent

Initial Eigenvalues

Extraction Sums of Squared Loadings

Rotation Sums of Squared Loadings

Total

% of

Variance Cumulative % Total

% of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % 1 2.821 16.593 16.593 2.821 16.593 16.593 2.349 13.818 13.818 2 2.006 11.799 28.392 2.006 11.799 28.392 1.877 11.042 24.861 3 1.707 10.041 38.433 1.707 10.041 38.433 1.761 10.359 35.220 4 1.288 7.579 46.012 1.288 7.579 46.012 1.537 9.041 44.261 5 1.081 6.357 52.369 1.081 6.357 52.369 1.341 7.888 52.149 6 1.029 6.053 58.422 1.029 6.053 58.422 1.066 6.272 58.422 7 .944 5.550 63.972 8 .907 5.337 69.309 9 .823 4.843 74.151 10 .801 4.712 78.864 11 .727 4.277 83.140 12 .647 3.807 86.948 13 .569 3.346 90.294 14 .468 2.754 93.048 15 .444 2.612 95.660 16 .376 2.209 97.869 17 .362 2.131 100.000

62

Lampiran 1 Analisis Faktor Modal Sosial (lanjutan) Total Variance Explained (Iterasi Kedua)

Comp onent

Initial Eigenvalues

Extraction Sums of Squared Loadings

Rotation Sums of Squared Loadings Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % 1 2.548 19.598 19.598 2.548 19.598 19.598 2.168 16.680 16.680 2 1.887 14.518 34.116 1.887 14.518 34.116 1.852 14.245 30.926 3 1.611 12.390 46.506 1.611 12.390 46.506 1.567 12.054 42.979 4 1.221 9.394 55.900 1.221 9.394 55.900 1.544 11.880 54.859 5 1.063 8.175 64.075 1.063 8.175 64.075 1.198 9.216 64.075 6 .820 6.308 70.383 7 .794 6.107 76.490 8 .752 5.783 82.273 9 .645 4.960 87.232 10 .474 3.644 90.876 11 .446 3.428 94.304 12 .377 2.898 97.202 13 .364 2.798 100.000

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Total Variance Explained (Iterasi Ketiga)

Comp onent

Initial Eigenvalues

Extraction Sums of Squared Loadings

Rotation Sums of Squared Loadings Total % of Variance Cumulativ e % Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % 1 2.493 20.778 20.778 2.493 20.778 20.778 2.163 18.027 18.027 2 1.861 15.508 36.287 1.861 15.508 36.287 1.852 15.434 33.461 3 1.528 12.730 49.017 1.528 12.730 49.017 1.549 12.910 46.370 4 1.176 9.804 58.820 1.176 9.804 58.820 1.369 11.412 57.782 5 1.061 8.838 67.658 1.061 8.838 67.658 1.185 9.876 67.658 6 .810 6.747 74.405 7 .758 6.315 80.720 8 .653 5.442 86.161 9 .474 3.948 90.109 10 .446 3.715 93.825 11 .377 3.143 96.968 12 .364 3.032 100.000

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Communalities

Initial Extraction

Percaya terhadap Aparat RT/SLS terkecil 1.000 .755

Percaya terhadap Pengurus Kelompok Masyarakat 1.000 .727

Percaya terhadap Aparat Desa/Lurah 1.000 .679

Percaya menitipkan anak 1.000 .778

Percaya menitipkan rumah 1.000 .773

Banyaknya ART 10 thn+ yang memiliki sahabat 1.000 .542

Kemudahan mendapat pinjaman 1.000 .602

Kesiapan membantu meminjam uang 1.000 .680

Perasaan bertetangga dengan suku bangsa lain 1.000 .621

Perasaan bertetangga dengan agama lain 1.000 .773

Tanggapan jika akan didirikan tempat ibadah agama lain 1.000 .481

Banyaknya Keluarga Yang enjadi sahabat 1.000 .706

63 Lampiran 2 Penghitungan Pembobot Analisis Faktor Unsur Modal Sosial

No Kode

Variabel Nama Variabel

Loading Factor's Rotation Sums of Squared Loading* Total Loading Factor's Bobot Total Bobot Ternor- malisasi Total Nama Faktor (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 M7R2A Percaya terhadap Aparat RT/SLS terkecil 0.8647 18.0270 2.5307 0.062 0.091 Percaya terhadap aparatur dan kelompok 2 M7R2B Percaya terhadap Pengurus Kelompok Masyarakat 0.8442 0.060 0.089 3 M7R2C Percaya terhadap Aparat Desa/Lurah 0.8218 0.059 0.087 4 M7R10A Perasaan bertetangga dengan suku bangsa lain 0.7755 15.4338 2.3417 0.051 0.076 Toleransi beragama dan suku bangsa 5 M7R10B Perasaan bertetangga dengan agama lain 0.8778 0.058 0.086 6 M7R11 Tanggapan jika akan didirikan tempat ibadah agama lain 0.6884 0.045 0.067 7 M7R3 Percaya menitipkan anak 0.8718 12.9096 1.7400 0.065 0.096 Percaya terhadap tetangga 8 M7R4 Percaya menitipkan rumah 0.8682 0.064 0.095 9 M7R8 Kemudahan mendapat pinjaman 0.7583 11.4118 1.5798 0.055 0.081 Solidaritas 10 M7R9 Kesiapan membantu meminjam uang 0.8215 0.059 0.088 11 M7R7 Banyaknya ART 10 thn+ yang memiliki sahabat 0.6889 9.8760 1.5210 0.045 0.066 Jejaring 12 M7R15b Banyaknya Keluarga Yang enjadi sahabat 0.8321 0.054 0.080 0.677 0.677 0.677 0.677 1.000

64

Lampiran 3 Penghitungan Pembobot Analisis Faktor Unsur Modal Sosial

No Kode

Variabel Nama Variabel

Bobot

Total Nama Faktor

Bobot Total Unsur Bobot Ternormalisasi Total Unsur (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 M7R2A Percaya terhadap

Dokumen terkait