• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebagai penutup dari disertasi ini, berikut disampaikan simpulan dan saran terkait dengan penelitian mengenai dampak penerapan kebijakan pengurangan emisi terhadap kinerja ekonomi dan sosial Provinsi Kalimantan Timur.

Simpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan pengurangan emisi menimbulkan biaya bagi ekonomi. Penerapan kebijakan peningkatan output dan pengurangan emisi berpotensi pada tidak tercapainya target kebijakan yang diinginkan, sehingga terdapat penurunan output dan target penurunan emisi tidak dapat tercapai. Jika kebijakan penurunan emisi menjadi prioritas dalam pembangunan daerah, maka target emisi dapat tercapai. Namun demikian, dampaknya adalah terjadi penurunan kinerja ekonomi Kalimantan Timur, yang pada akhirnya berdampak juga pada penurunan penyerapan tenaga kerja.

Terdapat perbedaan dampak kebijakan pengurangan emisi yang dirasakan oleh wilayah perdesaan dan perkotaan. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan pengaruh kebijakan terhadap sektor-sektor ekonomi di Kalimantan Timur. Penetapan maksimisasi output sebagai prioritas utama kebijakan pembangunan menyebabkan adanya pergeseran struktur ekonomi. Sektor-sektor yang mengalami peningkatan peranan dengan skenario kebijakan tersebut adalah sektor Industri, Konstruksi dan Perdagangan. Sektor-sektor tersebut bersifat industri dan jasa yang kecenderungan berlokasi serta kepemilikan modal dari aktivitas sektor tersebut berada di wilayah perkotaan. Sementara itu, penetapan maksimisasi penyerapan tenaga kerja sebagai prioritas utama dalam kebijakan pembangunan daerah mengakibatkan adanya pergeseran peranan kearah sektor Tanaman Bahan Makanan, Kelapa Sawit dan Konstruksi. Sektor-sektor ekonomi tersebut bersifat

labour-intensive, sehingga upaya mendorong output sektor-sektor tersebut dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang baru.

Perdagangan emisi diyakini dapat meminimalkan trade-off antara kebijakan pengurangan emisi dan kinerja ekonomi. Secara umum, terdapat peningkatan kinerja ekonomi Kalimantan Timur, yang ditunjukkan oleh adanya percepatan pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, dampak terhadap distribusi pendapatan di wilayah perdesaan dan perkotaan dirasakan berbeda. Pada wilayah perkotaan, dampak positif dirasakan jika tingkat harga satuan emisi adalah sebesar 0,3 juta rupiah/Ton CO2e. Peningkatan harga satuan emisi, dirasakan tidak memberikan

manfaat pemerataan bagi pendapatan masyarakat di wilayah perkotaan. Sebaliknya, aktivitas perdagangan emisi memberikan dampak positif bagi wilayah perdesaan. Hal ini ditunjukkan oleh besaran nilai-nilai Indeks Gini yang lebih kecil dibandingkan dengan kondisi baseline. Semakin tinggi harga satuan emisi, maka dampak positif terhadap pemerataan pendapatan di wilayah perdesaan semakin meningkat. Manfaat positif tersebut disebabkan oleh karena adanya pergeseran aktivitas ekonomi dari sektor-sektor yang bersifat labour-intensive

yang berada di wilayah perdesaan, yang ditunjukkan oleh pergeseran struktur ekonomi di Provinsi Kalimantan Timur akibat adanya perdagangan emisi.

Saran dan Implikasi Kebijakan

Berdasarkan kesimpulan di atas, dalam upaya penyempurnaan penelitianselanjutnya yang terkait dengan pengurangan emisi dan kinerja ekonomi, pada bagian berikut diberikan beberapa keterbatasan dan saran-saran:

 Penelitian ini menggunakan model IO sebagai dasar optimasi untuk estimasi dampak dari kebijakan pengurangan emisi terhadap kinerja ekonomi. Dengan karakteristik model yang bersifat statik, maka untuk menganalisis dampak dari penerapan kebijakan dilakukan dengan menggunakan beberapa skenario yang kemudian hasilnya dibandingkan dengan kondisi baseline. Karena sifat model IO, maka hasil analisis masih relevan untuk jangka waktu yang terbatas, sehingga jika ingin menganalisis pola hubungan jangka panjang antara kebijakan pengurangan emisi dan output ekonomi, perlu digunakan model lain yang mampu mengakomodir dinamika kebijakan lingkungan dengan menggunakan data rentang waktu.

 Dalam penerapannya, upaya mitigasi perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala, karena berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Empora dan Mamuneas (2011) ditemukan bahwa dampak emisi terhadap pertumbuhan ekonomi akan bergantung kepada tingkat emisi yang dicapai pada suatu jangka waktu tertentu. Oleh karena itu, pengawasan terhadap hasil kegiatan mitigasi harus dilakukan secara berkala untuk memperoleh informasi mengenai tingkat emisi terkini, sehingga penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan dapat dilakukan pada kebijakan pengurangan emisi tersebut.

 Adanya perbedaan dampak terhadap pemerataan pendapatan di wilayah perkotaan dan perdesaan mengindikasikan bahwa perlu pendekatan yang berbeda untuk setiap wilayah dalam menerapkan kebijakan pengurangan emisi dan perdagangan emisi. Upaya pengurangan emisi tidak dapat hanya memperhatikan strategi dengan pendekatan sektoral, namun juga perlu memperhatikan urutan prioritas kebijakan yang sesuai untuk masing-masing wilayah perkotaan dan perdesaan.

 Perdagangan emisi lebih memberikan manfaat pemerataan yang lebih baik bagi perdesaan. Hal ini disebabkan terdapat kecenderungan pergeseran aktivitas ke sektor Kelapa Sawit dan Peternakan yang bersifat labour-intensive.

Sementara itu, sektor-sektor berbasis sumber daya alam akan menekan aktivitasnya. Namun demikian, aktivitas pasar emisi pada tataran global terlihat cukup fluktuatif. Harga satuan emisi di Eropa pernah mengalami penurunan yang cukup drastis dari US$30 per ton CO2e pada tahun 2011

menjadi hanya sekitar US$5 per ton CO2e di tahun 2013 (The Economist

2013). Oleh karena itu, jika tersedia pasar bagi Pemerintah Kalimantan Timur, diperlukan beberapa syarat untuk dapat menjamin perolehan manfaat positif dari perdagangan emisi berdasarkan syarat. Menurut Convery (2015), seorang kepala ahli ekonomi Environmetal Defense Fund, syarat yang dibutuhkan untuk keberhasilan perdagangan emisi adalah: (1) batas emisi yang semakin berkurang sepanjang waktu, (2) sistem monitoring, pelaporan dan verifikasi yang kredibel, dan (3) sistem evaluasi berkala terhadap kinerja dan adaptasi pada perubahan. Sistem perdagangan emisi yang berhasil adalah yang dirancang dan diimplementasikan dengan baik dan efektif.

 Salahsatu alternatif opsi kebijakanyang mungkin dilakukan adalah Joint Crediting Mechanism (JCM). Program ini diinisiasi oleh Jepang, sebagai bentuk kontribusi dalam upaya mengurangi dan menghilangkan emisi gas rumah kaca dengan negara-negara yang mau bekerja sama. Upaya tersebut ditempuh dengan melakukan transfer berbagai produk dan teknologi yang rendah karbon, yang secara berkala dievaluasi sebagai bentuk kredit dalam memberikan kontribusi terhadap pengurangan emisi. Indonesia termasuk salahsatu negara yang menyetujui dan telah menandatangani bentuk kerjasama tersebut, bersama dengan negara lain seperti Mongolia, Bangladesh, Ethiopia, Maldives, Vietnam, Lao PDR, Palau, Costa Rica dan Cambodia.

Dokumen terkait