• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini menyajikan simpulan hasil penelitian penerapan pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa dan saran-saran dari hasil penelitian ini. Simpulan dan saran dipaparkan sebagai berikut.

A. Simpulan

Tujuan umum penelitian ini adalah memperoleh hasil objektif mengenai penerapan model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa. Berdasarkan temuan dan pembahasan penelitian, tujuan utama penelitian dapat dinyatakan berhasil. Simpulan secara umum yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian ini adalah bahwa pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas terbukti efektif meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam berbicara bahasa Inggris. Secara khusus simpulan ini dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas berbicara bahasa Inggris di tiga perguruan tinggi dapat diketahui bahwa prosedur kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh dosen tersebut adalah sebagai berikut: 1) Pembuka (salam dan mengabsen), 2) Penjelasan dosen (Presentation), 3) Latihan dalam kegiatan berbicara (Practice), 4) Latihan lebih lebih luas/bebas (Production), 5)

perguruan tinggi, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran yang digunakan adalah metode Presentation, Practice, Production (PPP). Metode PPP merupakan variasi dari metode Audio-Lingual,

yang memfokuskan dan berbasiskan pada pembelajaran pola bahasa. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan PPP tersebut mengasumsikan bahwa siswa belajar secara garis lurus, yakni dimulai dari pengetahuan, setelah itu belajar ungkapan-ungkapan bahasa terbatas, kemudian belajar memproduksi bahasa yang sudah dipelajari. Pembelajaran yang digunakan di tiga kelas pra-penelitian tersebut sangat berbeda dengan pembelajaran berbasis tugas. Oleh karena itu, sebelum penerapan pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas dilaksanakan, responden dosen yang menerapkan pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas diberikan pemahaman, pengetahuan, dan latihan tentang pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas yang meliputi antara lain pendekatan, landasan, desain dan prosedur pembelajaran berbasis tugas.

2. Model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas yang dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa yang diterapkan dalam penelitian ini merupakan pembelajaran berbasis tugas yang dikemukakan oleh Willis (1996) yang terdiri dari tiga tahap pembelajaran yakni; tahap pre-task,

tahap task cycle, dan tahap language focus. Di dalam tahapan pre-task, dosen membantu mahasiswa memahami tema dan tujuan dari tugas yang diberikan seperti brainstrorming ideas dengan kelas dengan menggunakan gambar atau pengalaman pribadi untuk memperkenalkan topik pembelajaran. Dosen memberikan penjelasan kata-kata dan frasa yang bermanfaat, tetapi tidak

mengajarkan struktur bahasa. Mahasiswa mendengarkan rekaman contoh bagaimana tugas dilakukan. Tahapan pre-task ini membantu mahasiswa menyiapkan diri untuk melakukan tugas. Kegiatan yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa pada tahap pre-task berhasil membuat mahasiswa tertarik untuk mengeksplorasi topik dan menyiapkan mahasiswa untuk melaksanakan tugas yang diberikan. Tahapan kedua adalah tahapan task-cycle. Dalam tahapan ini mahasiswa diminta untuk melakukan tugas berpasangan atau kelompok. Tahapan ini memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk berbicara bahasa Inggris tanpa khawatir membuat kesalahan. Dosen berkeliling kelas memonitor, mendorong dengan cara mendukung usaha setiap mahasiswa dalam berkomunikasi dalam bahasa target. Penekanannya ada pada spontanitas, eksplorasi berbicara, dan membentuk rasa percaya diri. Setelah melakukan tugas langkah berikutnya dalam tahapan task-cycle adalah

planning atau perencanaan yang menyiapkan mahasiswa untuk tahapan selanjutnya. Mahasiswa diminta untuk melaporkan secara singkat kepada kelas bagaimana mereka melakukan tugas dan bagaiamana hasilnya. Dosen berkeliling untuk membantu dan memberikan masukan dalam hal bahasa yang digunakan. Penekanannya pada kejelasan, organisasi, dan akurasi. Tahapan

task-cycle berikutnya adalah report. Dosen meminta mahasiswa untuk melaporkan secara singkat apa yang telah mereka lakukan. Tahap terakhir pembelajaran berbicara berbasis tugas yaitu tahap language focus yang terdiri dari tahapan analysis, practice atau similar task, dan reflection. Tahapan

keterampilan bahasa mereka khususnya pada aspek tata bahasa dan kosa kata dan tahapan practice atau similar task memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berbicara bahasa Inggris kembali dan mempraktekkan pola bahasa baru yang didapat dari tahapan analysis. Penerapan pembelajaran berbasis tugas secara umum berhasil dengan baik, hanya tahapan report saja yang tidak berjalan lancar karena mahasiswa kurang memperhatikan temannya yang sedang melaporkan tugas yang sudah dilaksanakan. Penerapan pembelajaran berbasis tugas berjalan dengan baik karena didukung dosen yang benar-benar memahami pembelajaran berbasis tugas dan bahan ajar yang menarik dan memotivasi mahasiswa untuk berbicara bahasa Inggris

3. Banyak hal yang terjadi dan berkembang selama proses pembelajaran berbasis tugas berlangsung. Pertama, dosen semakin terbiasa dan baik dalam menerapkan model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas setelah pertemuan kedua. Dalam pertemuan pertama dan kedua, dosen masih sering terlibat aktif dalam pembelajaran dengan mahasiswa bukan hanya berperan sebagai fasilitator dan pengamat. Dalam menjelaskan tugas pun dosen masih menggunakan kata kata saja tanpa demonstrasi atau simulasi. Namun pada pertemuan ketiga sampai pertemuan terakhir dosen mulai mampu memerankan peranannya sebagai fasilitator pembelajaran, mendemonstrasikan tugas yang harus dilakukan mahasiswa dan menjadi pengamat pembelajaran. Demonstrasi yang dilakukan oleh dosen ternyata lebih efektif dalam menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh mahasiswa dibandingkan hanya dengan menggunakan kata-kata. Pada pertemuan awal, masih terdapat

beberapa mahasiswa yang menggunakan bahasa Indonesia dalam bertanya kepada dosen maupun temannya. Beberapa mahasiswa juga masih menggunakan bahasa Indonesia ketika mereka kesulitan menjawab pertanyaan dari temannya. Penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa Ibu dalam pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas sah-sah saja, namun harus dibuat aturan kapan mahasiswa diperbolehkan menggunakan bahasa Indonesia. Pada pertemuan awal, beberapa mahasiswa berani berbicara dalam bahasa Inggris di kelompoknya namun ketika dosen menghampiri kelompoknya, mereka sedikit tidak percaya diri ketika berbicara bahasa Inggris dihadapan dosen. Hal tersebut tidak terjadi lagi pada pertemuan ketiga dan keempat, ketika dosen menghampiri setiap kelompok untuk mengamati, mahasiswa tetap berani berbicara bahasa Inggris di dalam kelompoknya. Secara umum, ketika melakukan tugas mahasiswa melakukan tugas tersebut dengan antusias, gembira, dan penuh semangat. Dari pertemuan pertama sampai ke pertemuan terakhir, tahapan pembelajaran berbasis tugas yang dilakukan oleh mahasiswa terlihat semakin lancar, bahkan pada pertemuan terakhir tidak ada lagi mahasiswa yang meminta bantuan dari dosen. Dosen pun semakin tahu peranannya pada setiap tahapan pembelajaran. Mahasiswa pun semakin tahu tahapan pembelajaran di kelas mereka. Mereka sangat antusias, semangat dan bergembira di dalam kelas. Pemilihan tugas serta peranan dosen sangat penting dalam memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk aktif berbicara bahasa Inggris dan terlibat dalam pembelajaran.

4. Di dalam pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas, dosen secara umum berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi pembelajaran di dalam kelas. Sedangkan peranan mahasiswa di dalam pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas adalah melakukan tugas dalam rangka belajar yang dilakukan secara berpasangan atau berkelompok dengan dibimbing oleh dosen. Peran dosen dimulai sebagai pemilih atau yang menentukan tugas untuk dilaksanakan, kemudian pada tahap task cycle peran dosen menjadi pengamat kegiatan atau

observer, pada tahapan planning peran dosen menjadi penasehat bahasa.

Selanjutnya pada tahap terakhir pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas, dosen berperan sebagai pembimbing bahasa. Peranan mahasiswa pun bermacam-macam dimulai sebagai pelaksana kegiatan dan anggota kelompok atau pasangan mahasiswa atau sebagai partisipan. Peranan mahasiswa yang paling penting adalah sebagai pembelajar bahasa yang mau mengambil resiko atau risk taker untuk melakukan tugas tanpa khawatir berbuat kesalahan. Di dalam pembelajaran berbasis tugas, dosen bisa memainkan berbagai peranan antara lain sebagai fasilitator, organiser, monitor, penasehat bahasa, dan observer. Namun peranan utama yang harus dilakukan oleh dosen adalah sebagai fasilitator pembelajaran. Sedangkan peranan mahasiswa adalah sebagai partisipan dan risk taker. Mahasiswa dituntut untuk berpartisipasi aktif dalam melaksanakan tugas dan mau mengambil resiko berbicara bahasa Inggris tanpa khawatir berbuat kesalahan.

5. Tanggapan ketiga responden dosen terhadap pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas pada umumnya positif. Menurut responden dosen

pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas yang diterapkan di kelas mereka memberikan banyak kesempatan kepada mahasiswa untuk praktek berbicara bahasa Inggris sehingga dapat meningkatkan keterampilan berbicara mahasiswa dan keaktifan mahasiswa di dalam kelas. Menurut respoden dosen tahapan pre-task merupakan tahapan persiapan melakukan tugas dimana dosen membantu mahasiswa memahami tugas dengan cara memperkenalkan topik tugas, membahas kata-kata, frasa dan kalimat yang akan berguna dalam melakukan tugas. Tahapan task cycle memberikan kesempatan yang luas kepada mahasiswa untuk berbicara bahasa Inggris. Tahapan ini juga meningkatkan keberanian dan kelancaran berbicara mahasiswa dan menuntut mahasiswa untuk berbicara dengan lebih memperhatikan ketepatan penggunaan tata bahasa. Tahapan task cycle juga membuat mahasiswa aktif di dalam pembelajaran. Tahapan language focus membuat mahasiswa menyadari dan mengetahui kesalahan-kesalahan penggunaan bahasa yang mereka lakukan ketika melakukan tugas. Responden dosen menyatakan bahwa pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas merupakan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa yang dapat meningkatkan kemandirian mahasiswa dalam belajar. Terakhir, menurut responden dosen keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa setelah mengikuti pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas mengalami peningkatan menjadi lebih baik dari sebelumnya terutama pada aspek kelancaran dan komunikasi interaktif. Dari tanggapan mahasiswa melalui angket terbuka terhadap pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran bahasa

Inggris berbasis tugas yang diterapkan di kelas mereka merupakan pembelajaran yang menyenangkan, menarik dan tidak membuat mahasiswa bosan dalam belajar di kelas. Secara umum mahasiswa berpendapat bahwa pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas meningkatkan keterampilan berbicara mahasiswa. Mahasiswa berpendapat bahwa rasa percaya diri mereka dalam berbicara bahasa Inggris meningkat karena banyaknya kesempatan bagi mereka untuk berbicara bahasa Inggris di dalam kelas. Mahasiswa juga menyatakan bahwa kelancaran, kosa kata dan tata bahasa dalam berbicara bahasa Inggris membaik. Dan terakhir keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran bahasa Inggris juga meningkat setelah mengikuti pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas.

6. Terdapat peningkatan yang signifikan dari keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa setelah mengikuti pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas. Keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa mengalami peningkatan pada semua aspek yang meliputi aspek kelancaran, kosa kata, tata bahasa, pengucapan dan komunikasi interaktif. Berikut disajikan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa pada setiap aspek sesudah penerapan model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas.

a. Setelah mengikuti pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas, mahasiswa dapat berbicara bahasa Inggris cukup lancar dan penyampaian ide atau gagasan merekapun saling berkaitan dan mengalir cukup baik.

b. Setelah mahasiswa mendapat perlakukan penerapan pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas, keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa

pada aspek kosa kata meningkat. Dalam berbicara bahasa Inggris, mahasiswa berbicara cukup lancar dengan menggunakan kosa kata yang tepat dan bervariasi dengan fleksibilitas yang cukup baik untuk menyampaikan ide dan gagasannya dalam rangka menyelesaikan tugas. c. Setelah mendapatkan perlakukan penerapan pembelajaran bahasa Inggris

berbasis tugas, mahasiswa menunjukkan dapat berbicara dengan menggunakan pola kalimat sederhana dan kompleks dengan penggunaan tata bahasa yang tepat meskipun kadang-kadang masih membuat kesalahan khususnya dalam penggunaan kalimat kompleks.

d. Setelah mengikuti pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas, di dalam berbicara bahasa Inggris mahasiswa menghasilkan pengucapan yang cukup baik untuk dapat dipahami pendengar, meskipun sekali-kali masih membuat kesalahan pelafalan kata-kata.

e. Setelah mendapatkan perlakukan penerapan pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas, keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa aspek komunikasi mengalami peningkatan. Mahasiswa menunjukkan bahwa mereka memiliki keterampilan yang baik untuk berinteraksi dan menyelesaikan tugas, meskipun masih kurang luwes dalam berinisiatif maupun merespon.

f. Setelah pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas diterapkan di kelas eksperimen, keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa pada ke lima aspek yang meliputi aspek kelancaran, kosa kata, tata bahasa, pengucapan dan komunikasi interaktif menunjukkan peningkatan. Seluruh

aspek keterampilan berbicara bahasa Inggris mengalami peningkatan yang termasuk dalam kategori sedang dengan aspek kelancaran dan komunikasi interaktif yang mengalami peningkatan paling tinggi.

g. Keterampilan berbicara bahasa Inggris kelas eksperimen tidak sama dengan keterampilan berbicara bahasa Inggris kelas kontrol. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan keterampilan berbicara antara mahasiswa kelas eksperimen dan kontrol dengan rata-rata peningkatan keterampilan berbicara kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata peningkatan kelas kontrol.

h. Disamping meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa, pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas dengan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan juga meningkatkan motivasi dan keterlibatan mahasiswa dalam pembelajaran di kelas. Di samping itu kegiatan di dalam pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas yang biasanya dilakukan secara berpasangan maupun kelompok kecil juga membuat semua mahasiswa aktif di dalam kegiatan pembelajaran. Rasa percaya diri mahasiswa di dalam berbicara bahasa Inggris mengalami peningkatan setelah mengikuti pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas.

B. Implikasi

Dengan merujuk kepada temuan hasil penelitian tersebut terkandung sejumlah implikasi, baik implikasi praktis maupun teoritis bagi pelaksanaan pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas di perguruan tinggi.

1. Penerapan model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas akan efektif jika adanya keterbukaan dan kesedian dosen untuk mengakomodasi ketertarikan mahasiswa dalam pemilihan tugas maupun pemilihan tema atau topik tugas yang akan dilakukan di dalam kelas. Dosen harus menyiapkan beragam tugas yang menyenangkan dan menarik karena dengan memberikan tugas yang menyenangkan dan menarik, keterlibatan dan antusiasme mahasiswa terhadap pembelajaran menjadi jauh lebih meningkat.

2. Penerapan model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas akan efektif jika dosen dapat memainkan perannya, baik sebagai organiser pada awal pembelajaran, maupun sebagai fasilitator, observer, dan penasehat/pembimbing bahasa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Dosen harus mampu mendorong dan memotivasi mahasiswa untuk berpartisipasi dalam melaksanakan tugas dan mau mengambil resiko berbicara bahasa Inggris tanpa khawatir berbuat kesalahan.

3. Pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas merupakan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa, oleh karena itu di dalam penerapan pembelajaran berbasis tugas, dosen diharapkan memperhatikan waktu bicara (teacher talking time/TTT) di dalam kelas karena semakin banyak dosen berbicara maka semakin sedikit kesempatan bagi mahasiswa untuk berbicara di dalam kelas. Penerapan pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas akan lebih efektif jika suasana pembelajaran di dalam kelas menyenangkan, karena ketika suasana kelas menyenangkan maka mahasiswa pun akan terlibat dalam pembelajaran berbasis tugas dengan sangat antusias.

4. Penerapan model pembelajaran berbasis tugas akan efektif jika prinsip-prinsip pembelajaran bahasa berbasis tugas yakni active learning, recycling, integration, reproduction to creation, dan reflection digunakan mulai dari tahap perencanaan desain pembelajaran sampai dengan penerapannya.

C. Saran

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa, namun demikian tentunya pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas ini memiliki kelemahan yang memerlukan pencermatan dan pengembangan. Untuk hal tersebut dengan mengacu pada simpulan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran yang ingin disampaikan sebagai berikut.

1. Saran bagi Dosen

a. Bagi dosen yang ingin meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa dapat menerapkan pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas ini. Dalam menerapkan pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas ini dosen disarankan menyiapkan tugas yang menarik, menantang dalam artian tidak terlalu mudah ataupun tidak terlalu sulit untuk dilaksanakan oleh mahasiswa. Oleh karena itu dosen harus pandai dalam menyesuaikan tingkat kesulitan tugas dengan tingkat keterampilan berbicara mahasiswa. Di samping itu, dosen disarankan mampu memainkan peranan sebagai fasilitator, pembimbing, dan juga

pengamat kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Dosen harus benar-benar menguasai tahapan pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas dan memainkan peranan yang berbeda pada setiap tahapannya. Dosen harus benar-benar memastikan bahwa tujuan utama mahasiswa bukan hanya menyelesaikan tugas tapi melalui tugas yang diberikan tetapi mahasiswa belajar, berlatih dan mempraktekkan bahasa Inggris mereka.

b. Dalam menerapkan pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas yang harus disiapkan oleh dosen adalah tugas yang benar benar menarik minat dan menantang mahasiswa, oleh karena itu pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas tidak memerlukan penyediaan sarana pembelajaran yang khusus.

c. Teknik-teknik yang digunakan di dalam pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas tidak jauh beda dengan yang dipakai pada pembelajaran bahasa Inggris lainnya. Yang membedakan pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas dengan pembelajaran bahasa Inggris lainnya adalah urutan dan penekanan kegiatan pembelajaran yang lebih berpusat pada mahasiswa dan menuntut keaktifan mahasiswa serta dosen yang lebih berperan sebagai fasilitator.

d. Pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas dapat diterapkan di berbagai jenjang pendidikan. Penerapannya tentunya disesuaikan dengan kebutuhan dan karakter mahasiswa atau siswa seperti materi, teknik pemilihan tugas, ataupun indikator pencapaiannya.

2. Saran bagi Perguruan Tinggi

a. Pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas merupakan pembelajaran yang terbukti efektif meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa. Oleh karena itu perguruan tinggi dapat merekomendasikan pembelajaran berbasis tugas ini untuk diterapkan oleh para dosen di dalam kelas.

b. Pembelajaran berbasis tugas juga dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Inggris pada keterampilan berbahasa lainnya, yakni menulis, membaca, dan menyimak. Di samping itu, pembelajaran berbasis tugas ini juga dapat diterapkan dalam berbagai mata kuliah lainnya. Oleh karena itu perguruan tinggi dapat mendorong para dosen maupun para dosen peneliti untuk mengaplikasikan model pembelajaran berbasis tugas ini di kelas mereka baik dalam rangka meningkatkan keefektifan pembelajaran di dalam kelas maupun dalam rangka penelitian.

3. Saran bagi Peneliti lain

a. Penerapan pembelajaran bahasa Inggris berbasis di dalam penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol non-ekuivalen. Dosen, guru, atau peneliti lain dalam rangka meningkatkan profesinya dapat mengembangkan penelitian ini dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang dilakukan di

kelas tempatnya mengajar, dengan demikian hasilnya akan sangat dirasakan oleh dosen atau guru tersebut.

b. Penelitian ini menguji pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa semester satu pada tiga perguruan tinggi di Bandung dengan jumlah mahasiswa kelas eksperimen yang relatif kecil 25 mahasiswa dan pembelajaran berbasis tugas ini teruji dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa. Peneliti lain disarankan untuk meneliti pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas ini dengan jumlah mahasiswa yang lebih besar atau banyak di kelas eksperimennya.

c. Penelitian ini membuktikan bahwa pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas efektif meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa. Peneliti lain diharapkan terinspirasi untuk meneliti penerapan pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas pada keterampilan berbahasa lainnya, yakni menulis, membaca, dan menyimak. Di samping itu, pembelajaran berbasis tugas ini dapat diterapkan dalam berbagai mata kuliah atau pelajaran. Tentu saja penerapannya disesuaikan dengan karakteristik mata kuliah atau pelajaran tersebut.

Dokumen terkait