• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TUGAS (TASK-BASED LEARNING) BAGI PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS : Studi pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TUGAS (TASK-BASED LEARNING) BAGI PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS : Studi pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Bandung."

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TUGAS

(TASK-BASED LEARNING)

BAGI PENINGKATAN KETERAMPILAN

BERBICARA BAHASA INGGRIS

(Studi pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Bandung )

DISERTASI

Diajukan Untuk Memenuhi sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan dalam Bidang Pengembangan Kurikulum

PROMOVENDUS

Iwan Dudy Gunawan NIM: 0808206

SEKOLAH

PASCASARJANA

UNIVERSITAS

PENDIDIKAN

INDONESIA

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PANITIA DISERTASI

Prof. Dr. Hj. Mulyani Sumantri, M.Sc. Promotor Merangkap Ketua

Prof. Dr. H. Nana Syaodih Sukmadinata Ko-Promotor Merangkap Sekretaris

Dr. Wachyu Sundayana, M.A. Anggota

Mengetahui,

Prof. Dr. Ishak Abdulhak, M.Pd.

(3)

ABSTRAK

Gunawan, Iwan Dudy. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Tugas ( Task-Based Learning) Bagi Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris (Studi pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Bandung).

Penelitian ini mengenai penerapan model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas, yang dilaksanakan sebagai upaya untuk peningkatan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh beberapa hal yakni rendahnya keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa di tingkat perguruan tinggi dan metode pembelajaran berbicara bahasa Inggris yang digunakan kurang tepat untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa. Atas dasar latar belakang tersebut, perlu diterapkan model pembelajaran bahasa Inggris yang dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam berbicara bahasa Inggris. Dalam konteks inilah peneliti menerapkan pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas yang bertujuan untuk menguji keefektifan model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kombinasi atau gabungan dari metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent control group design atau desain kelompok kontrol non-ekuivalen. Penelitian ini dilaksanakan di tiga perguruan tinggi. Prosedur penelitian terdiri dari lima tahapan utama. Pertama, tahap prapenelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode kualitatif. Kedua, tahap pelaksanaan kuasi eksperimen yang meliputi pelaksanaan prates yang berupa tes keterampilan berbicara secara lisan, pemberian perlakuan atau intervensi pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas, dan pelaksanakan pascates berupa tes keterampilan berbicara bahasa Inggris. Ketiga, tahap penelitian terhadap proses perlakuan pembelajaran. Keempat, tahap penelitian setelah perlakuan pembelajaran dengan metode kualitatif. Kelima, tahap interpretasi hasil penelitian dengan metode kuantitatif dan kualitatif. Instrumen penelitian berupa tes, wawancara, angket, dan pengamatan. Analisis data proses pembelajaran yang didapat dari data hasil pengamatan, wawancara dan angket dilakukan secara kualitatif sedangkan analisis data tes dilakukan secara kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan yang signifikan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa setelah mengikuti pembelajaran berbasis tugas. Hal tersebut membuktikan bahwa pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas efektif dalam meningkatkan keterampilan mahasiswa berbicara bahasa Inggris.

(4)

ABSTRACT

Gunawan, Iwan Dudy. The Implementation Of Task-Based Learning Model in

Improving Students’ English Speaking Skill (A Study at Universities’ Students in Bandung).

This study discusses the implementation of task-based English language learning

in improving students’ speaking skill. The backgrounds of the study are the lacks

of university students’ speaking skill and teaching methods used in the class are not suitable for improving students’ speaking skill. Based on the backgound, it is

needed the implementation of English learning model that can improve students’

speaking skill. Therefore, in this study, the researcher applies the task-based English language learning in order to find out the effectiveness of the model in

improving students’ speaking skill. The research method applied in this study is mixed method that is the combination of quantitative and qualitative method. The experiment design used in this study is nonequivalent control group design. This study is carried out at three universities in Bandung. There are five research procedures in this study. First, a pre-study is the study done before the intervention by using qualitative method. Second, the implementation of quasi experiment involves pre-test applied by oral test or speaking test in order to know

the students’ speaking skill before intervention, during intervention, and post-test

applied by oral test to find out students’ speaking skill after the intervention.

Third, the analysis of the intervention process by using qualitative method is done during the intervention. Forth, a qualitative analysis after intervention is the analysis of intervention results by using qualitative method. Fifth, a result interpretation is the interpretation by using both quantitative and qualitative methods. The research instruments in this study are test, interview, observation and questionnaire. The data of teaching and learning process those are gained from observation, interview and questionnaire are analyzed qualitatively, meanwhile the data gained from the test are analyzed quantitatively. The results of this study show that there is significant improvement of students’ speaking skill after joining task-based English language learning class. In conclusion, the study proves that the model of task-based English language learning is effective in improving students’ speaking skill.

(5)

DAFTAR ISI

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah ...8

1. Perumusan Masalah ...8 BERBICARA BAHASA INGGRIS ...19

A. Teori Belajar dan Pembelajaran ...19

1. Teori Belajar Behavioristik ...19

2. Teori Belajar Koginitif ...21

3. Teori Belajar Konstruktivistik ...22

4. Teori Belajar Humanistik ...23

B. Model Pembelajaran ...24

C. Pendekatan, Metode, Model, Desain, dan Prosedur Pembelajaran Bahasa Inggris ...27

1. Teori Kebahasaan (Theory of Language) ...30

2. Teori Belajar Bahasa (Theory of Language Learning) ...31

D. Model dan Metode Pembelajaran Bahasa Inggris yang berkembang di Indonesia ...33

1. Pembelajaran Bahasa Komunikatif ...33

2. Metode Audio-Lingual ...40

3. Presentation, Practice and Production (PPP) ...45

(6)

Bahasa Berbasis Tugas (TBL) ...46

2. Pendekatan dan Landasan TBL ...49

3. Desain Pembelajaran Bahasa Berbasis Tugas ...51

4. Struktur (Syntax) Pembelajaran Berbasis Tugas ...56

5. Prosedur TBL dan Kondisi Pembelajaran Bahasa ...66

6. Hasil Studi Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tugas Terdahulu ...69

F. Pembelajaran Berbicara Bahasa Inggris ...72

1. Pendekatan terhadap Pembelajaran Berbicara Bahasa Inggris ...72

2. Model Pembelajaran Berbicara Bahasa Inggris ...76

3. Kriteria dan Jenis Tugas Berbicara ...77

4. Perencanaan Pembelajaran Berbicara ...81

G. Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris ...85

1. Kriteria Keterampilan Berbicara ...87

2. Penilaian Keterampilan Berbicara ...91

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...94

A. Metode Penelitian ...94

B. Design Penelitian ...95

C. Subjek Penelitian ...98

D. Prosedur Penelitian ...100

1. Tahap Prapenelitian ...101

2. Tahap Pelaksanaan Kuasi Eksperimen ...103

3. Tahap Penelitian terhadap Perlakukan Pembelajaran ...103

4. Tahap Penelitian setelah Perlakukan Pembelajaran ...103

5. Tahap Interpretasi Hasil Penelitian ...104

E. Variabel Penelitian ...104

F. Teknik Pengumpulan Data ...105

1. Tes ...105

2. Pengamatan/Observasi ...107

3. Wawancara ...108

4. Angket ...109

G. Pengembangan Instrumen Penelitian ...110

1. Panduan Tes Lisan dan Pedoman Penilaian ...110

2. Pedoman Pengamatan ...111

3. Pedoman Wawancara ...112

4. Lembar Angket ...113

5. Desain Model pembelajaran ...113

H. Prosedur Pengolahan Data ...121

1. Analisis Data Kualitatif dan Kuantitatif secara Terpisah ...121

2. Penyatuan Data Analisis Kualitatif dan Kuantitatif ...124

BAB IV DATA, ANALISIS DATA, DAN HASIL PENELITIAN ...125

A. Prapenelitian Pembelajaran Berbicara Bahasa Inggris ...125

(7)

2. Data Observasi Prapenelitian di Prodi Pendidikan

Bahasa Inggris STKIP Siliwangi ...131 3. Data Observasi Prapenelitian di Prodi Pendidikan

Bahasa Inggris UIN Sunan Gunung Djati ...136 4. Analisis Proses Pembelajaran Prapenelitian ...141 B. Desain Model Pembelajaran Bahasa Inggris

Berbasis Tugas yang diterapkan di kelas eksperimen ...145 C. Penerapan Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tugas ...147

1. Penerapan Model Pembelajaran Bahasa Inggris

Berbasis Tugas di Prodi Sastra Inggris Unpas ...147 2. Penerapan Model Pembelajaran Bahasa Inggris

Berbasis Tugas di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris

STKIP Siliwangi ...153 3. Penerapan Model Pembelajaran Bahasa Inggris

Berbasis Tugas di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris

UIN Sunan Gunung Djati ...159 4. Deskripsi dan Analisis Data Pembelajaran Bahasa Inggris

Berbasis Tugas di Setiap Pertemuan di Tiga Prodi ...165 D. Model Implementasi Pembelajaran Bahasa Berbasis Tugas ...207 E. Deskripsi dan Analisis Tanggapan Mahasiswa dan Dosen

terhadap Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tugas ...210 1. Deskripsi dan Analisis Tanggapan Dosen terhadap

Pembelajaran Bahasa Inggris ...210 2. Deskripsi dan Analisis Tanggapan Mahasiswa terhadap

Pembelajaran Bahasa Inggris ...225 F. Deskripsi dan Analisis Keterampilan Berbicara

Kelas Eksperimen ...243 1. Deskripsi dan Analisis Keterampilan Berbicara

Kelas Eksperimen di Prodi Sastra Inggris Unpas ...243 2. Deskripsi dan Analisis Keterampilan Berbicara

Kelas Eksperimen di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris

STKIP Siliwangi ...255 3. Deskripsi dan Analisis Keterampilan Berbicara

Kelas Eksperimen di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris

UIN Sunan Gunung Djati ...266 4. Deskripsi dan Analisis Keterampilan Berbicara

Di Tiga Kelas Eksperimen ...277 G. Uji Hipotesis ...286

1. Peningkatan Keterampilan Berbicara

Bahasa Inggris Kelas Eksperimen ...286 2. Peningkatan Keterampilan Berbicara

Bahasa Inggris Kelas Kontrol ...287 3. Perbandingan Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris

Kelas Eksperimen dan Kontrol

(8)

Inggris Mahasiswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ...290

H. Pembahasan ...296

1. Pembelajaran Berbicara Bahasa Inggris di Perguruan Tinggi ...296

2. Penerapan Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tugas ...299

3. Hal-Hal Yang Terjadi dan Berkembang dalam Proses Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tugas ...305

4. Peran Dosen dan Mahasiswa di dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tugas ...308

5. Tanggapan Dosen dan Mahasiswa terhadap TBLT ...313

6. Pembahasan Hasil Penilaian Berbicara Bahasa Inggris ...319

I. Keterbatasan Penelitian ...327

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...329

A. Simpulan ...329

B. Implikasi ………...338

C. Saran ...340

1. Saran Bagi Dosen ...340

2. Saran Bagi Perguruan Tinggi ...342

3. Saran Bagi Peneliti Lain ...342

DAFTAR PUSTAKA ...344

RIWAYAT HIDUP ...348

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 A Framework for Describing Tasks (Ellis, 2003: 21) ...53 Tabel 2.2 Aspek Pemilihan Bahan/Materi Ajar ...54 Tabel 2.3 Approaches and Activities for Teaching Speaking

(Burns dalam Goh dan Burns, 2012: 134) ...73 Tabel 2.4 Common European Framework (CEF) (Thornbury, 2005) ...89 Tabel 3.1 Ringkasan Kegiatan Pengumpulan Data ...109 Tabel 3.2 Kerangka Desain Model Pembelajaran Bahasa Inggris

Berbasis Tugas ...118 Tabel 3.3 Kerangka Implementasi Pembelajaran Bahasa Inggris

Berbasis Tugas ...120 Tabel 4.1 Kegiatan Pembelajaran Pra Penelitian

di Prodi Sastra Inggris UNPAS ...126 Tabel 4.2 Kegiatan Pembelajaran Pra Penelitian

di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Siliwangi ...131 Tabel 4.3 Kegiatan Pembelajaran Pra Penelitian di Prodi Pendidikan

Bahasa Inggris UIN Sunan Gunung Djati ...136 Tabel 4.4 Desain Model Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tugas ...145 Tabel 4.5 Catatan Pengamatan Pertemuan Pertama Kelas Eksperimen

di Prodi Sastra Inggris Unpas ...148 Tabel 4.6 Materi Pembelajaran Kelas Eksperimen di Prodi

Sastra Inggris Unpas ...151 Tabel 4.7 Catatan Pengamatan Pertemuan Kedua Kelas Eksperimen

di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Siliwangi ...154 Tabel 4.8 Materi Pembelajaran Kelas Eksperimen di Prodi

Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Siliwangi ...157 Tabel 4.9 Catatan Pengamatan Pertemuan Ketiga Kelas Eksperimen

di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris UIN Sunan Gunung Djati ...160 Tabel 4.10 Materi Pembelajaran Kelas Eksperimen di Prodi

Pendidikan Bahasa Inggris UIN Sunan Gunung Djati ...162 Tabel 4.11 Model Implementasi Pembelajaran Bahasa Berbasis Tugas ...208 Tabel 4.12 Tanggapan Mahasiswa terhadap Pembelajaran

Bahasa Inggris Berbasis Tugas ...226 Tabel 4.13 Tanggapan Mahasiswa terhadap apa yang Mereka dapatkan

dari Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tugas ...228 Tabel 4.14 Tanggapan Mahasiswa terhadap Peran Serta Mahasiswa

dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tugas ...230 Tabel 4.15 Tanggapan Mahasiswa terhadap Peran Serta Dosen

dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tugas ...232 Tabel 4.16 Tanggapan Mahasiswa terhadap kegiatan pembelajaran

secara berpasangan/kelompok kecil dalam

(10)

Bahasa Inggris Mereka setelah Mengikuti

Pembelajaran Berbasis Tugas ...238 Tabel 4.18 Persepsi Mahasiswa terhadap Pembelajaran

Bahasa Inggris Berbasis Tugas ...241 Tabel 4.19 Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov dan Shapiro-Wilk

Data Prates ...287 Tabel 4.20 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Data Prates ...288 Tabel 4.21 Uji Homogenitas Prates dengan Lavene’ Test ...289 Tabel 4.22 Uji Statistik T tes Keterampilan Berbahasa Inggris Prates

Kelompok Eksperimen dan Kontrol ...289 Tabel 4.23 Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov dan Shapiro-Wilk

Data Gain ...291 Tabel 4.24 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Data Gain ...291 Tabel 4.25 Uji Homogenitas Data Gain dengan Lavene’ Test ...292 Tabel 4.26 Uji Statistik T tes Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris

Kelompok Eksperimen dan Kontrol (Data Gain) ...293 Tabel 4.27 Hasil Uji ANOVA Skor Pascates Ketrampilan

Berbicara bahasa Inggris Kelompok Eksperimen ...295 Tabel 4.28 Hasil Uji ANOVA Skor Pascates Ketrampilan

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Pembelajaran yang dimodifikasi dari

Dunkin dan Biddle (Sanjaya, 2008: 53) ...9 Gambar 2.1 Hubungan Metode, Pendekatan, Desain dan Prosedur

(Richards dan Rodgers, 2001: 33) ...29 Gambar 2.2 Designing a Task-based Course (Ellis, 2003: 206) ...55 Gambar 2.3 Struktur Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tugas

(Willis, 1996:38) ...57 Gambar 2.4 Struktur Pembelajaran Berbasis Tugas Modifikasi Curran ...60 Gambar 2.5 Struktur Pembelajaran Berbasis Tugas (Nunan, 2004: 34) ...64 Gambar 2.6 Prosedur Pembelajaran Berbasis Tugas dan Empat Kunci

Kondisi Pembelajaran (Willis, 1996) ...68 Gambar 2.7 A methological framework for a holistic approach to teaching speaking (Goh dan Burns, 2012: 139) ...74 Gambar 2.8 The Teaching-Speaking Cycle (Goh dan Burns, 2012: 153) ...76 Gambar 2.9 Kriteria menilai Keterampilan Berbicara

(Estaire dan Zanon, 1994: 44) ...90 Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Embedded Experimental Model

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Desain Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tugas Lampiran 2 Implementasi Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tugas Lampiran 3 Deskripsi Pedoman Penilaian Keterampilan Berbicara Lampiran 4 Pedoman Observasi 1

Lampiran 5 Pedoman Observasi 2

Lampiran 6 Pedoman Wawancara Responden Dosen Lampiran 7 Pedoman Angket Terbuka Mahasiswa Lampiran 8 Pedoman Angket Tertutup Mahasiswa

Lampiran 9 Skenario Pembelajaran Berbasis Tugas Kelas Eksperimen Lampiran 10 Catatan Pengamatan Kegiatan Pembelajaran Bahasa Inggris

Berbasis Tugas Pertemuan Pertama di Unpas

Lampiran 11 Catatan Pengamatan Kegiatan Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tugas Pertemuan Kedua di STKIP Siliwangi Lampiran 12 Catatan Pengamatan Kegiatan Pembelajaran Bahasa Inggris

Berbasis Tugas Pertemuan Ketiga di STKIP Siliwangi Lampiran 13 Transkrip Wawancara Responden Dosen #1

Lampiran 14 Transkrip Wawancara Responden Dosen #2 Lampiran 15 Transkrip Wawancara Responden Dosen #3

Lampiran 16 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara Mahasiswa Kelas Eksperimen Unpas pada Aspek Kelancaran Lampiran 17 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara

Mahasiswa Kelas Eksperimen Unpas pada Aspek Kosa Kata

Lampiran 18 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara Mahasiswa Kelas Eksperimen Unpas pada Aspek Tata Bahasa/Ketepatan

Lampiran 19 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara Mahasiswa Kelas Eksperimen Unpas pada Aspek Pengucapan Lampiran 20 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara

Mahasiswa Kelas Eksperimen Unpas pada Aspek Komunikasi Lampiran 21 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara

Mahasiswa Kelas Eksperimen STKIP Siliwangi pada Aspek Kelancaran

Lampiran 22 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara

Mahasiswa Kelas Eksperimen STKIP Siliwangi pada Aspek Kosa Kata

Lampiran 23 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara Mahasiswa Kelas Eksperimen STKIP Siliwangi pada Aspek Tata Bahasa/Ketepatan

(13)

Lampiran 25 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara Mahasiswa Kelas Eksperimen STKIP Siliwangi pada Aspek Komunikasi

Lampiran 26 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara Mahasiswa Kelas Eksperimen UIN pada Aspek Kelancaran Lampiran 27 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara

Mahasiswa Kelas Eksperimen UIN pada Aspek Kosa Kata

Lampiran 28 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara Mahasiswa Kelas Eksperimen UIN pada Aspek Tata Bahasa/Ketepatan

Lampiran 29 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara Mahasiswa Kelas Eksperimen UIN pada Aspek Pengucapan Lampiran 30 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara

Mahasiswa Kelas Eksperimen UIN pada Aspek Komunikasi

Lampiran 31 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara Mahasiswa pada Aspek Kelancaran di Tiga Kelas Eksperimen Lampiran 32 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara

Mahasiswa pada Aspek Kosa Kata di Tiga Kelas Eksperimen Lampiran 33 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara

Mahasiswa pada Aspek Tata Bahasa di Tiga Kelas Eksperimen Lampiran 34 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara

Mahasiswa pada Aspek Pengucapan di Tiga Kelas Eksperimen Lampiran 35 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara

Mahasiswa pada Aspek Komunikasi di Tiga Kelas Eksperimen Lampiran 36 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Setiap Pasangan

Kelas Eksperimen

Lampiran 37 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Setiap Pasangan Kelas Kontrol

Lampiran 38 Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris Kelas Eksperimen dan Kontrol

Lampiran 39 Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris Kelas Eksperimen Pada semua Aspek di Tiga Perguruan Tinggi

Lampiran 40 Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris Kelas Eksperimen dan Kontrol di Tiga Perguruan Tinggi Lampiran 41 Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov dan Shapiro-Wilk

Data Prates

Lampiran 42 Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov dan Shapiro-Wilk Lampiran 43 Uji Homogenitas Prates dengan Lavene’ Test

Lampiran 44 Uji Statistik t Tes Ketrampilan Berbahasa Inggris Prates Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Lampiran 45 Uji Statistik t Tes Keterampilan Berbicara bahasa Inggris Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Lampiran 46 Uji ANOVA Skor Pascates Ketrampilan

Berbicara bahasa Inggris Kelompok Eksperimen

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini disampaikan pendahuluan penelitian ini yang meliputi latar

belakang permasalahan, tujuan penelitian, perumusan masalah, pembatasan

masalah, pertanyaan penelitian, manfaat penelitian baik manfaat teoretis maupun

manfaat praktis, definisi operasional, asumsi, dan hipotesis penelitian. Semua

aspek pendahuluan tersebut disajikan satu per satu seperti berikut ini.

A. Latar Belakang

Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional yang paling banyak

digunakan di dunia sudah cukup lama menjadi salah satu mata pelajaran/kuliah

yang diajarkan baik di tingkat sekolah maupun di Perguruan Tinggi (PT) di

Indonesia. Bahkan menyadari pentingnya bahasa Inggris, sejak tahun 1994

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mulai menyarankan pengenalan bahasa

Inggris dalam kurikulum Sekolah Dasar (SD) sebagai salah satu muatan lokal.

Namun demikian, walaupun mata pelajaran/kuliah bahasa Inggris sudah cukup

lama diajarkan, mata pelajaran/kuliah bahasa Inggris di sekolah maupun di

Perguruan Tinggi belum mampu menghasilkan siswa maupun mahasiswa yang

mampu berbicara dalam bahasa Inggris dengan baik. Sebagai ilustrasi rendahnya

keterampilan siswa dan mahasiswa dalam berbicara bahasa Inggris, hasil

(15)

berjumlam sekitar 40 orang siswa atau mahasiswa hanya sekitar 10% (empat

sampai lima) orang saja yang mampu berbicara bahasa Inggris dengan baik.

Berkaitan dengan rendahnya keterampilan berbahasa Inggris tersebut,

Kusumah (2004: 114) dalam penelitiannya menyatakan bahwa:

Meskipun siswa sudah belajar bahasa Inggris selama bertahun-tahun di sekolah dan sebagian besar dari mereka menyadari bahwa keterampilan berbicara bahasa Inggris itu penting, keterampilan berbicara bahasa Inggris di kalangan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) masih tergolong sangat rendah.

Dari penelitian Kusumah (2004: 114) tersebut diketahui bahwa hanya sekitar

10-20% siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang memiliki keterampilan berbicara

bahasa Inggris dengan baik. Sementara itu, Warliah (Togatorop, 2009: 3) di dalam

penelitiannya yang dilaksanakan di SMA Negeri 8 Bandung menyatakan bahwa

most of the students do not raise questions in English classes because of being

afraid of making mistakes.” Lebih jauh, Kusumah (2004: 6) menyampaikan

“sebagai alat komunikasi bahasa Inggris merupakan salah satu pendidikan

keterampilan hidup yang harus dikuasai oleh lulusan SMA yang akan mencari

pekerjaan ataupun meneruskan pendidikan ke Perguruan Tinggi.” Hal tersebut

bertentangan dengan kenyataannya di lapangan yang menunjukkan bahwa

sebagian besar (80-90%) lulusan SMA tidak dapat berbicara dalam bahasa Inggris

meskipun mereka telah belajar bahasa Inggris selama enam tahun di Sekolah

Menengah Pertama (SMP) dan SMA.

Dari penelitian Kusumah (2004: 115) berkenaan dengan pembelajaran

bahasa Inggris ditemukan bahwa pembelajaran bahasa Inggris di sekolah formal

(16)

beraturan tanpa konteks dan menghapal pola kalimat sekian banyak tenses.

Penekanan yang terlalu berlebihan pada ketepatan berbahasa mengakibatkan

bukan saja kelancaran berbicara bahasa Inggris yang menjadi terhambat, tetapi

juga rasa senang dan motivasi belajar bahasa Inggris siswa/mahasiswa menjadi

sangat menurun. Berkenaan dengan hal tersebut, Horwitz (2008: 92) menyatakan

“although speaking is the hallmark of second language learning, it is sometimes neglected in language classrooms. Teachers often find it easier to present language drills and grammatical presentation

than to ask students to participate in lifelike conversation.”

Sementara itu, berkaitan dengan keterampilan mahasiswa dalam berbahasa

Inggris, Mansyur (2007: 8) menyatakan bahwa “di dunia Perguruan Tinggi,

kompetensi berbicara mahasiswa dalam bahasa Inggris masih dirasakan kurang,

hal tersebut disebabkan masih rendahnya motivasi mahasiswa dalam belajar

bahasa Inggris.” Rendahnya motivasi belajar mahasiswa disebabkan berbagai hal

di antaranya adalah karena pengalaman awal belajar bahasa Inggris pada jenjang

pendidikan sebelumnya serta metode dan strategi pembelajaran bahasa Inggris

yang digunakan kurang tepat.

Berkenaan dengan metode pembelajaran bahasa Inggris, Madjid (2006:

135) menjelaskan bahwa:

Pada umumnya guru/dosen bahasa Inggris belum secara optimal mampu mendorong siswa/mahasiswa agar berpartisipasi dalam setiap kegiatan, hanya sebagian kecil siswa/mahasiswa (terkesan orang-orang yang sama) yang mendominasi dan terlibat aktif dalam tanya jawab, diskusi dan kegiatan komunikasi dalam bahasa Inggris di kelas.

Dari temuan di atas, dapat ditarik simpulan bahwa guru atau pun dosen perlu

memilih pembelajaran bahasa Inggris yang tepat sehingga siswa atau mahasiswa

(17)

keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa, Togatorop (2009: 2)

menyampaikan “pada umumnya mahasiswa menyadari bahwa keterampilan

berbicara merupakan patokan seseorang kompeten dalam satu bahasa.” Mereka

berpendapat bahwa dari empat keterampilan berbahasa yakni keterampilan

berbicara, membaca, menulis, dan mendengar, keterampilan berbicaralah yang

merupakan keterampilan yang paling penting. Berkaitan dengan hal tersebut,

Thornbury (2005: 1) menyampaikan ”speaking represents a real challenge to

most language learners and speaking is a skill, and it needs to be developed and

practiced independently of the grammar curriculum.” Dari pendapat Thornbury

tersebut kita dapat mengetahui bahwa keterampilan berbicara merupakan

keterampilan yang sangat penting dan menantang bagi para pembelajar dalam

belajar bahasa.

Lebih jauh, berkenaan dengan keterampilan berbicara, Togatorop (2009:

2) menyatakan bahwa “sebagian besar mahasiswa dan dosen bahasa Inggris

mengetahui bahwa keterampilan berbicara harus dilatih dan dikembangkan

dengan melakukan banyak latihan.” Tetapi pada kenyataannnya banyak

mahasiswa yang enggan untuk berbicara bahasa Inggris di kelas dan dosen pun

kesulitan dalam meminta mahasiswanya untuk berlatih berbicara. Berkaitan

dengan rendahnya motivasi dan keengganan berbicara bahasa Inggris, Brown

(1994: 255) menyampaikan “one of the major obstacles learners have to

overcome in learning to speak is the anxiety generated over the risks of blurting

things out that are wrong, stupid, or incomprehensible.” Lebih jauh, berkaitan

(18)

Fitri (Togatorop, 2009: 3) menyampaikan bahwa “the obstacles faced by the

third-year students of English Department of UPI following the English speaking group

work, they are; the lack of self confident and the lack of vocabulary. Dengan

mengetahui alasan mengapa pembelajar enggan mencoba berbicara bahasa Inggris

di dalam kelas, guru maupun dosen harus mengaplikasikan pembelajaran bahasa

Inggris yang dapat mendorong para pembelajar berbicara bahasa Inggris secara

aktif di dalam kelas.

Sebagai gambaran tambahan rendahnya keterampilan berbahasa Inggris di

tingkat Perguruan Tinggi, Mansyur (2007: 12) menyatakan bahwa:

Para mahasiswa program studi Bahasa dan Sastra Inggris (BSI) yang berada di Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati (SGJ) Bandung yang nota bene bahasa Inggris merupakan bidang kajiannya, juga kesulitan untuk mencapai skor TOEFL (Test of English as a Foreign Language) minimum 450 sebagai prasyarat untuk mengikuti ujian komprehensif, padahal mereka telah belajar bahasa Inggris selama empat tahun di program studi BSI.

Menurut peneliti rendahnya keterampilan berbahasa Inggris yang terjadi pada

mahasiswa BSI diakibatkan oleh rendahnya kualitas proses pembelajaran.

Rendahnya keterampilan berbahasa Inggris pada tingkat Perguruan Tinggi

bukan terjadi di program studi Bahasa dan Sastra Inggris UIN SGD saja, tetapi

juga terjadi di beberapa program studi di universitas lain juga, seperti salah

satunya di program studi Sastra Inggris Universitas Pasundan (Unpas) yang

mensyaratkan mahasiswa untuk dapat berbicara bahasa Inggris dengan baik dan

lancar dan mencapai skor minimum TOEFL 475 untuk mengikuti sidang skripsi.

Mahasiswa yang akan mengikuti sidang skripsi sebagian besar merasa kesulitan

untuk mencapai skor TOEFL tersebut dan ketika pra-sidangpun hanya sebagian

(19)

lancar. Dari hasil prapenelitian di program studi Sastra Inggris Unpas dan

program studi pendidikan bahasa Inggris Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (STKIP) Siliwangi melalui wawancara dengan dosen dan pengamatan

kelas dapat diketahui bahwa dari 40-50 mahasiswa di dalam kelas, hanya empat

sampai delapan mahasiswa saja yang memiliki keterampilan berbicara bahasa

Inggris baik. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hanya sekitar 10-20%

mahasiswa di dalam satu kelas yang memiliki keterampilan berbicara bahasa

Inggris baik.

Dari hasil penelitian pra-survei diketahui bahwa ada dua penyebab utama

rendahnya keterampilan berbicara mahasiswa Sastra Inggris, yang pertama;

keengganan mahasiswa berbicara bahasa Inggris di kelas karena kurangnya

kesempatan untuk berbicara di dalam kelas dan rendahnya motivasi serta percaya

diri mahasiswa, kedua; metode pembelajaran bahasa Inggris yang digunakan

membosankan, kurang menyenangkan dan kurang tepat untuk meningkatkan

keterampilan berbicara mahasiswa.

Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa kendala

utama dalam pembelajaran bahasa Inggris di tingkat perguruan tinggi yakni

rendahnya keterampilan berbahasa Inggris mahasiswa, rendahnya motivasi belajar

mahasiswa, dan ketidaktepatan pemilihan metode pembelajaran yang digunakan.

Berdasarkan permasalahan di atas, untuk meningkatkan keterampilan

mahasiswa dalam berbicara bahasa Inggris perlu diterapkan model pembelajaran

bahasa Inggris yang dapat meningkatkan kelancaran berbicara di mana setiap

(20)

bagi setiap mahasiswa untuk berlatih berbicara dan menggunakan bahasa Inggris

dan setiap kegiatan dibuat semenarik dan semenyenangkan mungkin bagi

mahasiwa sehingga mahasiswa pun termotivasi untuk secara aktif berpartisipasi

di dalam kegiatan di dalam kelas.

Salah satu model pembelajaran yang digunakan oleh para pengajar dalam

meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris adalah model pembelajaran

bahasa Inggris berbasis tugas (task-based language learning). Dari sekian banyak

pendekatan yang berada dibawah payung pembelajaran bahasa komunikatif,

pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas muncul dan berkembang dengan cepat

baik dalam bidang pedagogi maupun pemerolehan bahasa kedua. Pembelajaran

bahasa Inggris berbasis tugas merupakan pembelajaran yang menggunakan

pendekatan komunikatif dengan prinsip utama penyelesaian secara sukses

tugas-tugas komunikatif.

Pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas memberikan pengalaman

berinteraksi dan meningkatkan percaya diri pembelajar dalam berbicara bahasa

Inggris sehingga keterampilan berbicara bahasa Inggris pun meningkat. Pendapat

tersebut didukung penelitian Ruso (2008: 1) yang menyatakan “TBLT encourages

students involvement and leads to significances improvements regarding their

language performance” sedangkan Sanches (2004: 39) menyampaikan bahwa

“Task Based Approach is helping to motivate the students and focus the attention

of teachers and learners on meaning and communicative language.” Sejalan

dengan yang disampaikan oleh Sanches, Lochana (2006: 9) menyampaikan

(21)

jauh, Bygate dalam Carter dan Nunan (2001: 17) menyatakan “Task recycling

seems to provide the basis for learners to integrate their fluency, accuracy, and

complexity...” Dari pendapat para ahli bahasa dan penelitian di atas tersebut,

penulis dapat menarik simpulan bahwa pembelajaran bahasa Inggris berbasis

tugas sangat potential untuk digunakan dalam pembelajaran berbicara bahasa

Inggris.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan untuk meningkatkan

keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa, penerapan model pembelajaran

bahasa Inggris berbasis tugas tersebut mendesak untuk dilakukan mengingat

model pembelajaran bahasa Inggris yang digunakan di perguruan tinggi saat ini

kurang menekankan pada keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa.

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

1. Perumusan Masalah

Dari paparan latar belakang masalah di atas dapat disampaikan bahwa

salah satu permasalahan dalam pembelajaran berbicara bahasa Inggris di

Perguruan Tinggi (PT) yang harus dihadapi dan dicari jalan keluarnya adalah

kurang tepatnya penggunaan model pembelajaran di dalam kelas yang

mengakibatkan rendahnya motivasi belajar mahasiswa dan rendahnya

keterampilan berbahasa mahasiswa. Oleh karena itu, di dalam kelas perlu

diterapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar atau lebih

tepatnya meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa.

(22)

mempertimbangkan faktor-faktor atau variabel-variabel pembelajaran khususnya

variabel-variabel yang mempengaruhi hasil belajar seperti yang disampaikan

beberapa ahli antara lain Dunkin dan Biddle (Sanjaya, 2008: 53) dan Sanjaya

(2008: 52). Dari pemetaan para ahli tersebut, faktor atau variabel yang

mempengaruhi hasil belajar meliputi karakteristik bidang studi dan kurikulum,

guru/dosen, siswa, sarana, media dan sumber belajar, serta lingkungan. Dalam

penelitian ini variabel pembelajaran Dunkin and Biddle serta Reigeluth dan Merill

yang dimodifikasi digunakan sebagai rujukan bagi pemilihan, penetapan dan

penerapan fokus penelitian ini. Untuk lebih jelasnya, penerapan model

pembelajaran dalam penelitian ini mempertimbangkan peta variabel pembelajaran

sebagai berikut.

(23)

Variabel input yang meliputi guru/dosen, siswa/mahasiswa dan lingkungan

belajar serta variabel proses pembelajaran tersebut sangat berpengaruh terhadap

kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar. Di dalam penelitian ini, variabel

proses berupa model pembelajaran bahasa Inggris yang menjadi perhatian utama

tentunya dengan mempertimbangkan variabel input untuk meningkatkan hasil

belajar keterampilan berbicara bahasa Inggris.

2. Pembatasan Masalah

Dengan memperhatikan peta variabel di atas, dapat disampaikan bahwa

untuk menerapkan sebuah model pembelajaran bahasa Inggris dalam rangka

meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa perlu

mempertimbangkan variabel atau faktor pendukung pembelajaran seperti

karakteristik bidang studi dan kurikulum, guru/dosen, siswa/,mahasiswa, sarana,

media dan sumber belajar, serta lingkungan. Di samping memperhatikan variabel

pendukung tersebut, pemilihan dan penerapan model pembelajaran bahasa Inggris

untuk meningkatkan keterampilan berbicara mahasiswa juga mempertimbangkan

penelitian para ahli terdahulu yang meliputi kajian teori atau konsep maupun

kajian empiris.

Salah satu model pembelajaran yang berkembang saat ini dan banyak

digunakan oleh para pengajar dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa

Inggris adalah model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas. Setelah era

yang disebut ”post method,” ada banyak pendekatan yang berada di bawah

(24)

pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas muncul dan berkembang dengan

cepat. Larsen-Freeman dan Anderson (2011: 150) menyatakan bahwa “

Task-based Language Teaching is another example of „strong version‟ of the

communicative approach, where language is acquire through use.” Dari

pendapat Larsen-Freeman dan Anderson tersebut dapat diketahui bahwa

pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas merupakan pengembangan dari

pembelajaran bahasa komunikatif.

Pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas merupakan pembelajaran yang

menggunakan pendekatan komunikatif dengan prinsip utama penyelesaian secara

sukses tugas-tugas komunikatif. Pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas

diorganisasikan agar mahasiswa dapat meningkatkan keterampilan bahasa

Inggrisnya dengan memfokuskan pada melakukan tugas sambil menggunakan

bahasa. Berkaitan dengan pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas, Willis

(1996: 35-36) menyampaikan bahwa “task-based learning gives chances to speak,

gives learners experience of spontaneous interaction, and improves learners‟

confidence in speaking.” Pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas

memberikan pengalaman berinteraksi dan meningkatkan percaya diri pembelajar

dalam berbicara bahasa Inggris. Rahman (2010: 9) di dalam penelitiannya

menyampaikan bahwa “the task-based approach to teach oral communication has

much potential.” Lebih jauh Richards dan Rogers (2001: 223) menyatakan bahwa

“engaging learners in task work provides a better context for the activation of

learning process than form-focused activities, and hence ultimately provides

(25)

tersebut, penulis dapat mengambil simpulan bahwa pembelajaran bahasa Inggris

berbasis tugas dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris

mahasiswa.

Menurut Willis dan Willis (1996: 11) “most reseachers would agree that

in order for anyone to learn a language with reasonable efficiency, three essensial

conditions must be met. The conditions are exposure, use, and motivation.” Dari

pandangan Willis tersebut, peneliti dapat menyampaikan bahwa agar

pembelajaran bahasa bisa berjalan secara efektif, pengajar harus menyediakan tiga

kondisi pembelajaran yang penting yakni; penyediaan kontak dengan bahasa

target, penyediaan kesempatan bagi pembelajar untuk menggunakan bahasa target

dalam komunikasi yang nyata, dan peningkatan motivasi bagi pembelajar untuk

terlibat dalam proses belajar. Pembelajaran bahasa berbasis tugas menyediakan

ketiga kondisi tersebut.

Pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas memiliki kerangka kerja yang

terstruktur baik bagi pengajar maupun bagi penilai. Dengan menggunakan tugas

sebagai dasar bangunan bagi pengembangan silabus, pengajar dapat menyusun

pembelajaran dan menilai hasilnya.

Dengan mempertimbangkan penelitian terlebih dahulu dan pendapat para

ahli yang menyatakan bahwa pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas dapat

meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris, maka peneliti menggunakan

model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas sebagai variabel proses

(26)

kosakata, tata bahasa, pengucapan, dan komunikasi sebagai variabel output atau

hasil pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan dan batasan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “bagaimanakah penerapan

pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas yang dapat meningkatkan

keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa?”

C. Pertanyaan Penelitian

Secara lebih operasional masalah penelitian tersebut dapat dirumuskan

dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pembelajaran berbicara bahasa Inggris di perguruan tinggi

dilihat dari proses pembelajaran, materi pembelajaran, metode

pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran?

2. Bagaimanakah pelaksanaan penerapan model pembelajaran bahasa Inggris

berbasis tugas dalam meningkatkan keterampilan berbicara mahasiswa?

3. Apa saja hal-hal yang terjadi dan berkembang dalam proses pembelajaran

bahasa Inggris berbasis tugas?

4. Bagaimana peranan dosen dan mahasiswa dalam interaksi belajar

mengajar di kelas yang menerapkan model pembelajaran bahasa Inggris

berbasis tugas?

5. Bagaimana tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap pembelajaran bahasa

(27)

6. Apakah model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas dapat

meningkatkan keterampilan berbicara mahasiswa?

D. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menerapkan model

pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas dan mengetahui keefektifan model

pembelajaran tersebut untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris

mahasiswa. Tujuan penelitian tersebut dapat dirinci ke dalam tujuan khusus

sebagai berikut:

1. Mengetahui kondisi pembelajaran berbicara bahasa Inggris di perguruan

tinggi dilihat dari proses kegiatan pembelajaran, materi pembelajaran,

metode pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.

2. Mendeskripsikan pelaksanaan penerapan model pembelajaran bahasa

Inggris berbasis tugas dalam meningkatkan keterampilan berbicara

mahasiswa.

3. Mendeskripsikan hal-hal yang terjadi dan berkembang dalam proses

pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas.

4. Mengetahui peranan dosen dan mahasiswa dalam interaksi belajar

mengajar di kelas yang menerapkan model pembelajaran bahasa Inggris

berbasis tugas.

5. Mengetahui tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap pembelajaran

(28)

6. Memperoleh data empiris tentang efektifitas model pembelajaran bahasa

Inggris berbasis tugas dalam meningkatkan keterampilan berbicara

mahasiswa.

E. Manfaat Penelitian

Temuan penelitian ini diharapkan dalam bentuk model pembelajaran

bahasa Inggris berbasis tugas yang dapat meningkatkan keterampilan berbicara

mahasiswa yang mencakup desain dan implementasi, faktor penunjang dan

penghambat, serta keterlibatan siswa dalam interaksi belajar mengajar. Penelitian

ini diharapkan bermanfaat dalam dua hal, manfaat teoretis dan praktis.

1. Manfaat Teoretis:

Penelitian ini menerapkan model pembelajaran bahasa Inggris berbasis

tugas dalam pembelajaran berbicara bahasa Inggris di tingkat perguruan tinggi.

Dengan demikian, secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan

dan menghasilkan rumusan dalil-dalil pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas

khususnya pembelajaran berbicara bahasa Inggris yang didasarkan pada efektifitas

implementasi model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas.

2. Manfaat Praktis:

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi kalangan

(29)

a. Bagi ahli kurikulum

Bagi ahli kurikulum penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan

model pembelajaran bahasa Inggris yang dapat meningkatkan

keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa, sebagai salah satu

model implementasi kurikulum bahasa Inggris di perguruan tinggi.

b. Bagi dosen bahasa Inggris di Perguruan Tinggi

Bagi dosen bahasa Inggris di perguruan tinggi, penelitian ini

diharapkan dapat memberikan masukan bagi perencanaan

pembelajaran bahasa Inggris di tingkat perguruan tinggi dan pemilihan

model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berbicara

bahasa Inggris mahasiswa.

c. Bagi Pembuat Kebijakan

Bagi pembuat kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan bagi pengambilan keputusan dalam penerapan pengajaran

bahasa Inggris di perguruan tinggi.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya salah penafsiran yang berbeda terhadap fokus

penelitian, berikut ini dikemukakan definisi operasional yang akan digunakan

dalam menjelaskan berbagai permasalahan yang akan dikaji.

1. Pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas (task-based language learning)

merujuk pada pembelajaran yang berbasiskan penggunaan tugas-tugas sebagai

(30)

Pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas merupakan pengembangan dari

pembelajaran bahasa komunikatif atau Communicative Language Teaching

(CLT) dengan prinsip utama penyelesaian secara sukses tugas-tugas

komunikatif. (Richards dan Rogers, 2001: 223)

2. Tugas dalam pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas adalah kegiatan di

dalam kelas yang melibatkan siswa dalam memahami, memanipulasi,

memproduksi, atau berinteraksi dalam bahasa target. Tugas adalah

kegiatan-kegiatan di mana bahasa target digunakan oleh mahasiswa untuk

berkomunikasi dalam rangka mencapai tujuan. Jenis tugas-tugas tersebut

meliputi questions and answers, dialogues and role plays, matching activities,

communication strategies, pictures and picture stories, puzzles and problems,

dan discussions and decisions, comparing, problem solving, sharing personal

experience, dan creative tasks (Nunan, 2004: 4, 57-58) dan (Willis, 1996:

23-27).

3. Keterampilan berbicara bahasa Inggris adalah kemampuan mahasiswa

berbicara bahasa Inggris yang dilihat dari hasil tes performansi keterampilan

berbicara yang meliputi aspek kelancaran, kosa kata, tata bahasa, pengucapan,

dan komunikasi. Tes performansi keterampilan berbicara meliputi dua jenis

tes. Tes performansi pertama adalah live monologue, di dalam tes ini

mahasiswa diminta untuk menyampaikan pendapatnya terhadap satu topik.

Tes perpormansi yang kedua adalah collaborative tasks and discussion, di

dalam tes ini mahasiswa secara berpasangan diminta untuk mendiskusikan

(31)

G. Asumsi

Terdapat beberapa asumsi yang dijadikan landasan di dalam penelitian ini.

Asumsi-asumsi tersebut adalah:

1. Ketepatan pemilihan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran

menentukan keberhasilan tujuan pembelajaran.

2. Pembelajaran berbicara berhasil dengan baik jika ditunjang oleh

penggunaan pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan

mahasiswa untuk latihan berbicara dan terlibat aktif dalam kegiatan

berbicara.

3. Pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas menunjang proses belajar

mengajar khususnya dalam meningkatkan motivasi belajar dan

keterampilan berbicara mahasiswa jika implementasi pembelajaran

dilakukan dengan baik oleh dosen dan tugas-tugas yang diberikan

disesuaikan dengan karakteristik mahasiswa.

H. Hipotesis

Jawaban sementara atas rumusan masalah yang telah dikemukakan,

dirumuskan dalam hipotesis berikut:

“Keterampilan berbicara bahasa Inggris subjek penelitian meningkat

secara signifikan setelah memperoleh perlakuan model pembelajaran bahasa

(32)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menguraikan metodologi penelitian yang meliputi 1) metode

penelitian, 2) desain penelitian, 3) subjek penelitian, 4) prosedur penelitian 5)

variabel penelitian, 6) teknik pengumpulan data, 7) pengembangan instrumen

penelitian, dan 8) prosedur pengolahan data. Aspek-aspek tersebut disampaikan

satu persatu sebagai berikut:

A. Metode Penelitian

Penelitian ini berupaya untuk mengujicobakan model pembelajaran bahasa

Inggris berbasis tugas dalam upaya meningkatkan keterampilam berbicara bahasa

Inggris mahasiswa. Untuk mencapai tujuan tersebut, metode kuantitatif tepatnya

metode kuasi eksperimen digunakan dalam penelitian ini sebagai metode

penelitian utama dengan desain eksperimen nonequivalent control group desain

atau matching pretest-posttest control group design. Sedangkan metode penelitian

kualitatif digunakan sebagai metode pendukung untuk memahami bagaimana

proses dan intervensi eksperimen bekerja.

Oleh karena itu, metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini

dapat dikatakan sebagai metode penelitian kombinasi atau mixed methods.

Menurut Creswell (2008: 552) “A mixed methods research design is a procedure

for collecting, analyzing, and ‘mixing’ both quantitative and qualitative reseach

(33)

Creswell (2008: 552) menyampaikan bahwa asumsi dasar dari penggunaan

metode kuantitatif dan kualitatif dalam satu kesatuan memberikan pemahaman

yang lebih baik akan masalah penelitian dibandingkan hanya dengan

menggunakan satu metode saja. Ada beberapa alasan kenapa metode penelitian

kombinasi digunakan. Secara umum metode kombinasi digunakan karena

penelitian ini memiliki dua jenis data yaitu data kualitatif dan kuantitatif dan

dengan adanya dua jenis data tersebut membuat pemahaman akan masalah

penelitian jadi lebih baik. Penelitian ini menggunakan metode kombinasi yang di

dalam prakteknya studi eksperimen (kuantitatif) digunakan untuk mendapatkan

data atau informasi hasil dari eksperimen, sedangkan metode kualitatif digunakan

untuk memahami bagaimana proses eksperimen terjadi.

B. Design Penelitian

Menurut Creswell (2008: 557) ada empat jenis desain metode campuran

yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan penelitian. Keempat jenis desain

metode campuran tersebut, yaitu:

1. Triangulation mixed method design (concurrent or parallel mixed

method design)

2. The embedded design

3. The explanatory design

(34)

Lebih jauh, Creswell (2008: 556) menyampaikan bahwa

pertanyaan-pertanyaan berikut dapat membantu menentukan jenis desain metode campuran

yang paling sesuai untuk digunakan:

1. What priority or weight does the researcher give to the quantitative and qualitative data collection? Priority or weight means that one form of data is given more attention or emphasis in the study; however quantitative and qualitative data are sometimes treated equally.

2. What is the sequence of collecting the quantitative and qualitative data? Determine whether the qualitative data (or quantitative data) comes first and second in the data collection or whether they are collected concurrently

3. How does the researcher actually analize the data? Determine if the researcher combine the data in one analysis or keep the analyses seperate.

4. Where in the study does the researcher ‘mix’ the data? The two

forms of data might be combined, linked, or mixed during the data collection, between data collection and data analysis, during data analysis, or in the interpretation of the study.

Dari empat jenis desain metode campuran di atas, peneliti memilih desain

embedded metode campuran dengan embedded experimental model sebagai

desain utama dari penelitian ini. Dengan menggunakan embedded experimental

model maka di dalam penelitian ini studi eksperimen (kuantitatif) digunakan

untuk mendapatkan data atau informasi hasil dari eksperimen penerapan model

pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas dalam peningkatan keterampilan

berbicara bahasa Inggris mahasiswa atau menjawab pertanyaan tentang

keefektifan model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas dalam

meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa. Sedangkan

metode kualitatif digunakan untuk memahami bagaimana proses dan intervensi

eksperimen bekerja atau proses penerapan model pembelajaran bahasa Inggris

(35)

Pemilihan desain embedded experimental model berdasarkan pada

pendapat Creswell (2008: 557) yang menyampaikan bahwa tujuan dari desain

embedded metode campuran adalah untuk mengumpulkan data kuantitatif dan

kualitatif secara simultan namum satu data merupakan data pendukung dari jenis

data lainnya. Alasan pengumpulan bentuk data kedua adalah untuk mendukung

bentuk data utama. Data pendukung di dalam penelitian ini adalah data kualitatif

yang berupa data proses pembelajaran di dalam kelas. Peneliti mengumpulkan

baik data kuantitatif maupun kualitatif selama penelitian eksperimen, kedua data

dianalisa secara terpisah, dan kedua data tersebut menjawab pertanyaan penelitian

yang berbeda. Di dalam penelitian desain metode campuran ini, peneliti

memberikan prioritas pada pengumpulan data utama (kuantitatif) dan

pengumpulan data pendukung (kualitatif).

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

nonequivalent control group desain atau matching pretest-posttest control group

design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yakni kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Pada desain ini, kedua kelompok diberikan prates/tes awal,

perlakuan yang berbeda antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dan

pascates/tes akhir. Berikut adalah rancangan desain eksperimen nonequivalent

control group design (Sugiyono: 2011) atau matching pretest-posttest control

group design (Sukmadinata: 2008) yang digunakan dalam penelitian ini:

Kelompok Eksperimen O1 X O2

(36)

Keterangan:

O1 = Pengukuran awal kelompok eksperimen

O2 = Pengukuran akhir kelompok eksperimen

X1 = Perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran bahasa Inggris

berbasis tugas

O1 = Pengukuran awal kelompok kontrol

O2 = Pengukuran akhir kelompok kontrol

(kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan, tetapi menggunakan metode yang

biasa digunakan oleh dosen yang bersangkutan yakni metode Presentation

Practice dan Production/PPP atau Structural-Based Language Teaching)

C. Subjek Penelitian

Sesuai dengan masalah penelitian yang dikemukakan pada bab

pendahuluan, penelitian ini dilaksanakan di tiga perguruan tinggi yakni; program

studi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Seni dan Sastra, Universitas Pasundan,

program studi Pendidikan Bahasa Inggris Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (STKIP) Siliwangi dan program studi Pendidikan Bahasa Inggris,

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung

Djati. Pemilihan ketiga program studi di tiga perguruan tinggi yang berbeda

sebagai tempat penelitian berdasarkan pertimbangan ketiga program studi berada

di dalam pengelolaan tiga perguruan tinggi berbeda yakni universitas swasta,

sekolah tinggi swasta, dan universitas negeri. Dua program studi yakni program

(37)

Inggris Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati memiliki nilai

akreditasi B. Sedangkan program studi Pendidikan Bahasa Inggris Sekolah

Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi memiliki nilai

akreditasi C.

Subjek penelitian di program studi Sastra Inggris, Universitas Pasundan

adalah seluruh mahasiswa yang mengambil mata kuliah berbicaradi semester satu

tahun akademik 2011/2012 dan dosen mata kuliah tersebut. Mahasiswa semester

satu seluruhnya berjumlah 54 orang yang terbagi dalam dua kelas yakni kelas A

dan B. Karena jumlah populasi relatif kecil maka digunakanlah teknik sampling

jenuh atau semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Penentuan

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol di program studi Sastra Inggris

Universitas Pasundan dilakukan secara acak atau dalam hal ini diundi sehingga

satu kelas menjadi kelompok eksperimen dan satu kelas menjadi kelompok

kontrol.

Subjek penelitian di program studi Pendidikan Bahasa Inggris, STKIP

Siliwangi adalah 44 mahasiswa yang terbagi dalam dua kelas yaitu kelas 2A dan

2B. Penentuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol di program studi

Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Siliwangi sama halnya dengan di program studi

Sastra Inggris Universitas Pasundan dilakukan secara acak atau diundi sehingga

satu kelas menjadi kelompok eksperimen dan satu kelas menjadi kelompok

kontrol.

Sedangkan subjek di program studi Pendidikan Bahasa Inggris, UIN Sunan

(38)

dua kelas tersebut, peneliti menetapkan satu kelas menjadi kelompok eksperimen

dan kelas lainnya menjadi kelompok kontrol secara acak atau diundi.

Pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen pada ketiga universitas

diberikan prates untuk mengetahui tidak terdapat perbedaan keterampilan

berbicara yang signifikan antara kelompok kontrol dan eksperimen. Dosen yang

dipilih untuk menjadi subjek penelitian adalah dosen yang berpendidikan S2 dan

berpengalaman minimal lima tahun sehingga diasumsikan memiliki pengetahuan,

pengalaman, dan keterampilan mengajar yang sama.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari lima tahapan utama. Kelima tahapan

utama tersebut meliputi tahap prapenelitian atau penelitian sebelum perlakuan

diberikan dengan menggunakan metode kualitatif, tahap pelaksanaan kuasi

eksperimen yang meliputi pelaksanaan prates yang berupa tes keterampilan

berbicara secara lisan; pemberian perlakuan atau intervensi pembelajaran bahasa

Inggris berbasis tugas; dan pelaksanakan postes berupa tes keterampilan berbicara

bahasa Inggris, tahap penelitian terhadap proses perlakuan pembelajaran pada

kelompok eksperimen dengan metode kualitatif, tahap penelitian setelah

perlakuan pembelajaran dengan metode kualitatif, tahap interpretasi hasil

penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Berikut adalah

tahapan-tahapan prosedur penelitian Embedded Experimental Model (Creswell

(39)

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Embedded Experimental Model

(Creswell dan Clark, 2007: 68)

1. Tahap Prapenelitian

Pada tahap ini, peneliti melakukan studi lapangan dalam rangka

menemukan potensi dan masalah khususnya berkaitan dengan pembelajaran

berbicara bahasa Inggris di tingkat perguruan tinggi. Pada tahap awal studi

lapangan, peneliti menjajaki kemungkinan dapat dilakukannya kajian terhadap

proses pembelajaran berbicara bahasa Inggris yang selama ini dilakukan di

program studi sastra Inggris Universitas Pasundan, program studi Pendidikan

Bahasa Inggris STKIP Siliwangi dan program studi Pendidikan Bahasa Inggris

UIN Sunan Gunung Djati. Dalam pelaksanaan tahap awal studi lapangan ini,

peneliti menggunakan teknik observasi untuk mengamati proses perkuliahan mata

kuliah berbicara. Selain observasi peneliti juga menggunakan teknik wawancara

kepada dosen mata kuliah berbicara terkait dengan kegiatan pembelajaran yang

berlangsung serta pendekatan pembelajaran yang digunakannya. Di samping itu,

peneliti juga melakukan wawancara kepada mahasiswa untuk menjaring sikap,

(40)

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tersebut, peneliti mendeskripsikan,

menganalisis dan menginterpretasikan temuan yang didapat sebagai dasar

penyusunan model pembelajaran bahasa Inggris. Pada tahap prapenelitian ini

dipersiapkan beberapa hal antara lain:

1) Penyusunan pedoman kerja penelitian berdasarkan waktu dan tempat

yang diperlukan dalam penelitian yang dilakukan secara kerjasama

antara peneliti dan dosen mata kuliah berbicara. Penyusunan pedoman

kerja ini didasarkan pada silabus perkuliahan, kalender akademik, dan

materi perkuliahan.

2) Mensosialisasikan dan menjelaskan tujuan kegiatan penelitian ini

kepada dosen, program studi, dan dekan.

3) Menetapkan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol serta dosen

mata kuliah berbicara yang dijadikan rekan dalam penelitian.

4) Menginventarisasi jumlah mahasiswa pada mata kuliah berbicara dan

menentukan jumlah kelompok khususnya kelompok eksperimen.

5) Menyiapkan dan menganalisa silabus serta satuan acara perkuliahan

yang disesuaikan dengan materi dan tujuan perkuliahan.

Setelah melakukan prapenelitian diperoleh data empirik tentang

pembelajaran bahasa Inggris yang biasa dilakukan serta tanggapan mahasiswa dan

dosen terhadap pembelajaran tersebut yang dipakai sebagai landasan penyusunan

(41)

2. Tahap Pelaksanaan Kuasi Eksperimen

Setelah melakukan tahapan-tahapan prapenelitian, tahap berikutnya adalah

tahap pelaksanaan kuasi eksperimen. Di dalam tahapan ini, pelaksanaan

penelitian dilakukan lima kali perlakuan. Tahapan pelaksanaan kuasi eksperimen

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Skenario pembelajaran

berbicara berbasis tugas dalam lima pertemuan disajikan pada bagian lampiran):

 Melaksanakan prates yang berupa tes keterampilan berbicara bahasa

Inggris secara lisan pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

 Memberikan perlakuan atau intervensi pembelajaran bahasa Inggris

berbasis tugas terhadap kelas eksperimen

 Melaksanakan postes berupa tes keterampilan berbicara bahasa Inggris

secara lisan terhadap kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

3. Tahap Penelitian terhadap Perlakuan Pembelajaran

Tahap penelitian terhadap proses perlakuan pembelajaran pada kelompok

eksperimen dilakukan dengan metode kualitatif. Di dalam tahap ini, peneliti

melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran pada kelompok eksperimen

dan melakukan wawancara terhadap dosen untuk menjaring pendapat dan

tanggapan mereka terhadap pembelajaran yang diterapkan di kelas mereka.

4. Tahap Penelitian setelah Perlakuan Pembelajaran

Tahap penelitian setelah perlakuan pembelajaran dilaksanakan dengan

(42)

dosen untuk menjaring pendapat dan tanggapan mereka terhadap pembelajaran

yang telah diterapkan di kelas mereka. Peneliti membagikan angket kepada

mahasiswa untuk menjaring data tentang sikap, pandangan dan pendapat

mahasiswa terhadap model yang diterapkan di kelas mereka.

5. Tahap Interpretasi hasil Penelitian

Tahap interpretasi hasil penelitian merupakan tahap terakhir di dalam

penelitian ini. Tahap interpretasi data dilakukan dengan menggunakan metode

kuantitatif sebagai metode utama dan kualitatif sebagai metode tambahan. Peneliti

menginterpretasi hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pengisian angket, dan

hasil penilaian dan mengelompokkan data dan mengurutkan data sesuai dengan

rumusan masalah serta mengolah seluruh data yang terhimpun secara kualitatif

dan kuantitatif.

E. Variabel Penelitian

Di dalam penelitian terdapat dua variabel, yakni variabel bebas dan

variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran

bahasa Inggris berbasis tugas dalam pembelajaran berbicara. Yang dimaksud

dengan model pembelajaran berbasis tugas adalah model pembelajaran berbasis

tugas yang disampaikan oleh Willis tahun 1996 yang terdiri dari tiga tahapan

yaitu; tahap pre-task, tahap task cycle, dan tahap language focus. Sedangkan

variabel terikat di dalam penelitian ini adalah keterampilan berbicara. Yang

(43)

kriteria atau aspek yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut; kelancaran

(fluency), kosa kata (vocabulary), tata bahasa (grammar), pengucapan

(pronunciation), dan komunikasi interaktif (interactive communication).

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengetahui bagaimana penerapan dan efektifitas model

pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas dalam penelitian ini diperlukan

sejumlah data berupa:

a) Hasil prates/tes awal dan postes/tes akhir dalam bentuk tes lisan

b) Hasil pengamatan terhadap pelaksanaan model pembelajaran.

c) Pendapat mahasiswa tentang pembelajaran bahasa Inggris berbasis

tugas yang diterapkan di kelas.

d) Pendapat dosen terhadap pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas

yang diterapkan di kelas.

Data tersebut diperlukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh model

pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas yang diterapkan terhadap peningkatan

keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa. Sesuai dengan jenis data yang

diperlukan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik tes, observasi, angket dan wawancara.

1. Tes

Untuk mengetahui tingkat efektifitas model pembelajaran yang diterapkan

(44)

Inggris. Untuk mengetahui kemampuan awal dan akhir tersebut digunakan teknik

tes. Prates dilakukan terhadap ketiga kelompok eksperimen dan kontrol berupa tes

lisan bahasa Inggris. Prates ini dimaksudkan untuk mengetahui keterampilan

mahasiswa dalam berbicara bahasa Inggris. Sedangkan postes digunakan untuk

mengukur dampak model yang diterapkan terhadap keterampilan berbicara

mahasiswa. Untuk melihat efektifitas model yang diterapkan, dilakukan

perbandingan dengan hasil yang dicapai oleh mahasiswa dengan model

pembelajaran yang selama ini digunakan dosen dalam mengajar di kelas. Di

dalam prates dan postes ini, keterampilan berbicara bahasa Inggris yang dinilai

meliputi aspek-aspek keterampilan berbicara bahasa Inggris yang diadaptasi dari

International English Language Testing System (IELTS) dan Cambridge

Certificate in English Language Speaking Skills (CELS) Test of Speaking yakni

aspek kelancaran (fluency), kosa kata (vocabulary), tata bahasa (grammar),

pengucapan (pronunciation), dan komunikasi interaktif (interactive

communication). Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes lisan yang

dibuat oleh peneliti dan dosen yang sebelumnya dinilai oleh pakar dibidangnya

untuk mendapatkan validitas tes. Penilaian terhadap keteramplan berbicara bahasa

Inggris menggunakan skala lima yaitu bilangan 1, 2, 3, 4, dan 5. Skor 1 berarti

sangat kurang baik, 2 berarti kurang baik, 3 berarti cukup baik, 4 berarti baik, dan

5 berarti sangat baik. Untuk mempertahankan objektivitas dan konsistensi dalam

penilaian, maka digunakan rublik penilaian secara terperinci sebagai pedoman.

Gambar

Gambar 1.1 Peta Pembelajaran yang dimodifikasi dari  Dunkin dan Biddle (Sanjaya, 2008: 53)
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian  Embedded Experimental Model
Tabel 3.1. Ringkasan Kegiatan Pengumpulan Data
gambaran lengkap dari pembelajaran bahasa berbasis tugas, di dalam penelitain
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dapat dilihat dari tabel hasil penelitian bahwa ada 5 aspek yang dinilai pada saat post test, untuk menentukan apakah penerapan Model Pembelajaran Berbasis Tugas ini dapat

Model Quantum Learning dengan media ular tangga dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jawa ragam krama inggil memiliki karakteristik terdiri dari 7 langkah

Diperkirakan ada 440 - 650 juta pelajar dan pengguna bahasa Inggris di indoensia, Beberapa institusi pendidikan tinggi menyiapkan jurusan bahasa Inggris, kami percaya

Abstrak: Masalah penting yang dihadapi dosen dalam pembelajaran Bahasa Arab adalah pembelajaran berbasis teknologi atau melalui multimedia. Oleh karena itu,

Sejalan dengan metode ini, pada tahun pertama akan dilakukan kajian terhadap praktek-praktek pembelajaran inklusif yang ada saat ini, khususnya untuk mata kuliah bahasa

Target penelitian ini meliputi: (1) terdeskripsikannya masalah yang terjadi dan kebutuhan dalam pembelajaran mata kuliah bahasa Inggris dimana mahasiswa penyandang

SOLUSI DAN TARGET Pada konteks EFL English as a Foreign Language dimana bahasa Inggris dipelajari sebagai bahasa asing, salah satu cara yang dapat digunakan oleh siswa untuk

Jika kita membaca biografi orang-orang yang sukses di dunia Pendidikan, yang di mana dimasa perkuliahan banyak halang dan rintangan, tapi itu tidak membuat mereka menyerah, bahkan di