• Tidak ada hasil yang ditemukan

USULAN PENELITIAN HIBAH BERSAING (TAHUN KE-2) MODEL PEMBELAJARAN INKLUSIF BAHASA INGGRIS BAGI MAHASISWA TUNANETRA DI PERGURUAN TINGGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "USULAN PENELITIAN HIBAH BERSAING (TAHUN KE-2) MODEL PEMBELAJARAN INKLUSIF BAHASA INGGRIS BAGI MAHASISWA TUNANETRA DI PERGURUAN TINGGI"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

USULAN

PENELITIAN HIBAH BERSAING

(TAHUN KE-2)

MODEL PEMBELAJARAN INKLUSIF BAHASA INGGRIS BAGI

MAHASISWA TUNANETRA DI PERGURUAN TINGGI

TIM PENGUSUL:

Sunardi, S.S., M.Pd. / NIDN: 0612016601

Raden Arief Nugroho, S.S., M.Hum. / NIDN: 0617068402 Budi Harjo, S.Kom., M.Kom. / NIDN: 0606027101

UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

OKTOBER 2014

(2)
(3)

3 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... 1 HALAMAN PENGESAHAN ... 2 DAFTAR ISI ... 3 RINGKASAN ... 4 BAB 1. PENDAHULUAN ... 5 1.1 Latar Belakang ... 5 1.2 Permasalahan ... 6 1.3 Tujuan Khusus ... 7 1.4 Urgensi Penelitian ... 8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Pembelajaran Inklusif bagi Penyandang Ketunaan ... 9

2.2. Kegiatan Pembelajaran Inklusif ... 12

2.3 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Inklusif bagi Peserta Didik Tunanetra ... 14

2.4 Road Map Penelitian ... 16

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 17

3.1 Jenis Penelitian ... 16

3.2 Prosedur dan Tahapan Penelitian ... 17

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN ... 20

4.1 Anggaran Biaya ... 20

4.2 Jadwal Penelitian ... 21

DAFTAR PUSTAKA ... 21

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 22

Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian ... 22

Lampiran 2. Dukungan Sarana dan Prasarana Penelitian ... 26

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas ... 26

Lampiran 4. Biodata Ketua/Anggota Tim Peneliti/Pelaksana ... 38

(4)

4 RINGKASAN

Ketika mahasiswa penyandang tunanetra terpaksa mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas biasa, mereka biasanya mengikuti proses pembelajaran yang sebenarnya diperuntukkan bagi bukan mahasiswa berkebutuhan khusus. Karena keterbatasan penglihatannya, mereka tentu saja tidak dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya sehingga dapat berakibat pada kegagalan dalam pembelajaran.

Hasil penelitian tahun pertama pada penelitian hibah bersaing ini menunjukkan tiga jenis kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa tunanetra dalam pembelajaran kelas biasa, yaitu (1) mereka merasa harus berjuang sendiri dalam belajar karena tidak ada kesempatan untuk berinteraksi dengan mahasiswa awas lainnya; (2) mereka tidak dapat mengakses materi pembelajaran yang disajikan oleh dosen dalam bentuk bahan ajar cetak; dan (3) mereka kesulitan memahami materi bahasa Inggris khususnya analisis struktur kalimat yang biasanya disajikan dalam bentuk diagram pohon.

Penelitian tahun pertama ini juga menghasilkan sebuah model pembelajaran inklusif bahasa Inggris yang memungkinkan mahasiswa tunanetra belajar bersama dalam kelas mahasiswa biasa. Dalam model pembelajaran inklusif seperti ini, pembelajaran akan dilakukan dengan pendekatan belajar student-centered learning, strategi belajar group discovery learning, metode pembelajaran kooperatif, dan media pembelajaran syntactic analyser dengan menggunakan program komputer pembaca layar JAWS.

Penelitian tahun kedua ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris efektifitas model pembelajaran inklusif bahasa Inggris bagi mahasiswa tunanetra yang belajar bersama dalam kelas mahasiswa biasa (awas). Target penelitian ini meliputi: (1) terujinya secara empiris efektifitas model dan media pembelajaran inklusif bahasa Inggris bagi mahasiswa tunanetra, dan (2) terpublikasikannya hasil penelitian ini pada jurnal ilmiah dan seminar ilmiah secara nasional dan internasional.

Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini akan dilakukan dengan metode riset dan pengembangan, dengan tahapan penelitian: (1) mengujicobakan model dan media pembelajaran inklusif bahasa Inggris pada kelas inklusif dimana mahasiswa tunanetra belajar bersama dengan mahasiswa biasa (awas); (2) menganalisis hasil ujicoba untuk mengetahui efektitifasnya terhadap hasil belajar mahasiswa; dan (3) menyempurnakan model dan media pembelajaran inklusif tersebut berdasarkan hasil ujicoba.

(5)

5 BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selama ini orang berkebutuhan khusus (difable) atau orang yang menyandang ketunaan (impairment) cenderung dipandang masyarakat sebagai “objek” perlindungan, perlakuan, dan bantuan daripada sebagai subjek pemegang hak (Tarsidi, 2011: 1). Pandangan seperti ini mengakibatkan para penyandang ketunaan dipisahkan dari masyarakat umum dan disediakan tempat dan fasilitas tersendiri. Hal ini dilakukan atas asumsi bahwa mereka tidak mampu menghadapi tantangan hidup di masyarakat luas.

Dalam bidang pendidikan, pemikiran seperti ini melahirkan praktek pendidikan segregasi yang memisahkan penyandang ketunaan dari orang pada umumnya. Mereka ditempatkan di sekolah-sekolah khusus yang dikenal dengan istilah sekolah luar biasa (SLB) dan tidak diperbolehkan belajar di sekolah biasa/reguler. Akibatnya, mereka cenderung diperlakukan sebagai orang asing di dalam masyarakatnya sendiri. Masyarakat cenderung memandangnya sebagai suatu keanehan apabila ada penyandang ketunaan yang berpartisipasi dalam kegiatan yang tidak dirancang khusus baginya. Isolasi mereka dari kegiatan masyarakat pada umumnya justru membuat mereka tidak dapat berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat umumnya dan semakin tergantung kepada orang lain. Praktek pendidikan seperti ini menimbulkan diskriminasi terhadap para penyandang ketunaan (Tarsidi, 2012: 3). Hal ini tentu saja bertentangan dengan semangat yang dinyatakan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 4 Ayat 1: “Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa,” dan Pasal 5 Ayat 1: “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”.

Model pendidikan inklusi diharapkan dapat memecahkan masalah yang dihadapi oleh para penyandang ketunaan sebagai akibat dari model pendidikan segregasi. Penyelenggaraan model pendidikan inklusi memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Dengan demikian, para peserta didik penyandang disabilitas memiliki kesempatan yang seluas-luasnya untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya, dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik (Permendiknas No. 70/2009: Pasal 1 & 2; Permendikbud No. 46/2014: Pasal 2).

(6)

6 1.2 Permasalahan

Penyandang tunanetra, sebagai salah satu dari para penyandang disabilitas, selama ini memiliki akses pendidikan yang berbeda dengan orang pada umumnya. Hal ini disebabkan oleh pandangan masyarakat bahwa penyandang tunanetra memiliki suatu kondisi di mana orang yang mengalaminya tidak bisa melihat, atau tidak bisa menggunakan penglihatannya secara baik dalam aktifitasnya sehari-hari (Nawawi, 2010: 1), sehingga mereka ditempatkan secara eksklusif di sekolah khusus penyandang tunanetra yang membuat mereka terisolasi dari kegiatan sehari-hari masyarakat pada umumnya.

Ketika penyandang tunanetra terpaksa mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas biasa, mereka harus mengikuti proses pembelajaran yang sebenarnya diperuntukkan bagi bukan penyandang ketunaan. Karena keterbatasan penglihatannya, mereka tentu saja tidak dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya yang dapat berakibat pada kegagalan dalam pembelajaran. Permasalahan seperti ini dapat diatasi melalui praktek pendidikan secara inklusif dengan memberikan alat bantu khusus sesuai dengan ketunaannya, memodifikasi lingkungan belajar, dan menggunakan teknik alternatif yang memungkinkan mereka berpartisipasi secara penuh dan efektif dalam kegiatan pembelajaran.

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, saat ini telah ada beberapa teknik alternatif berbasis teknologi komputer, seperti speech technology dan refreshable Braille display, yang memungkinkan para penyandang tunanetra dapat mengakses informasi di “dunia awas” layaknya orang normal (Tarsidi, 2007:1). Namun, sebagian besar software teknologi alternatif bagi penyandang tunanetra yang ada di pasaran saat ini disusun dengan menggunakan platform bahasa Inggris. Komunikasi antara komputer (software) dengan pengguna (user) dilakukan dengan menggunakan bahasa Inggris. Keberadaan bahasa Inggris dalam software tersebut dapat menjadi kendala utama penggunaannya bagi penyandang tunanetra yang tidak memiliki keterampilan bahasa Inggris yang cukup. Di sisi lain, bagi penyandang tunanetra, software tersebut merupakan pintu masuk untuk mengakses semua informasi yang ada di “dunia awas.” Selain itu, informasi di “dunia awas” terutama yang berkenaan dengan materi pembelajaran bahasa Inggris, sebagian besar disampaikan dengan menggunakan bahasa Inggris. Dalam konteks pembelajaran, keterampilan menggunakan speech technology tersebut juga membantu penyandang tunanetra dalam mempelajari materi pembelajaran secara baik.

(7)

7

Berbeda dengan tingkat pendidikan dasar dan menengah yang memiliki sekolah khusus (luar biasa) bagi penyandang disabilitas, tingkat pendidikan tinggi tidak memiliki sekolah seperti ini. Penyandang tunanetra yang melanjutkan kuliah ke jenjang pendidikan tinggi harus mengikuti kegiatan pembelajarannya di kelas reguler bersamaan dengan mahasiswa lain yang bukan penyandang tunanetra. Kenyataan ini menunjukkan bahwa model pembelajaran inklusif tidak dapat dihindarkan dalam kegiatan perkuliahan di perguruan tinggi atau program studi yang menerima mahasiswa penyandang ketunaan, termasuk di dalamnya tunanetra. Dan sebagai mahasiswa, penyandang tunanetra memiliki hak dan kesempatan yang sama dengan mahasiswa biasa lainnya untuk berhasil dalam studinya. Hal ini sesuai dengan Permendikbud No. 46 Tahun 2014 tentang pendidikan khusus, pendidikan layanan khusus dan atau pendidikan layanan khusus pada perguruan tinggi, yang mewajibkan perguruan tinggi memperluas akses dan kesempatan bagi warga negara penyandang disabilitas untuk mengikuti pendidikan tinggi.

Penelitian tahun pertama pada skim penelitian hibah bersaing ini (Sunardi, Nugroho, Budiharjo, 2014) menghasilkan sebuah model pembelajaran inklusif bahasa Inggris yang memungkinkan mahasiswa tunanetra belajar bersama dalam kelas mahasiswa biasa. Model ini disusun berdasarkan identifikasi masalah dan analisis kebutuhan terhadap pembelajaran yang diikuti oleh mahasiswa penyandang tunanetra. Dalam model pembelajaran inklusif seperti ini, pembelajaran akan dilakukan dengan pendekatan belajar student-centered learning, strategi belajar group discovery learning, metode pembelajaran kooperatif, dan media pembelajaran syntactic analyser dengan menggunakan program komputer pembaca layar JAWS.

Penelitian ini direncanakan untuk menjawab pertanyaan berikut:

1. Apakah model pembelajaran inklusif yang telah disusun pada penelitian tahun pertama tersebut terbukti memungkinkan mahasiswa penyandang tunanetra mencapai tujuan pembelajaran seperti mahasiswa normal lainnya?

2. Bagaimanakah model final pembelajaran inklusif bahasa Inggris bagi mahasiswa penyandang tunanetra berdasarkan hasill ujicoba?

1.3 Tujuan Khusus

Secara umum, penelitian ini direncanakan untuk menghasilkan model pembelajaran inklusif bagi mahasiswa penyandang tunanetra yang belajar di perguruan tinggi, khususnya dalam mata kuliah bahasa Inggris. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

(8)

8 Tahun Kedua:

1. Membuktikan bahwa model pembelajaran inklusif yang telah disusun pada penelitian tahun pertama tersebut memungkinkan mahasiswa penyandang tunanetra mencapai tujuan pembelajaran mata kuliah bahasa Inggris seperti mahasiswa normal lainnya; dan 2. Menyusun model final pembelajaran inklusif mata kuliah bahasa Inggris bagi

penyandang tunanetra di perguruan tinggi berdasarkan hasil ujicoba model. 1.4 Urgensi (Keutamaan) Penelitian

Pemberian kesempatan pendidikan tinggi bagi para penyandang tunanetra di Indonesia telah dimulai sekurang-kurangnya sejak tahun 1960-an tetapi pemberian kesempatan tersebut hampir tanpa dukungan sistem. Keberhasilan sejumlah kecil penyandang tunanetra dalam menyelesaikan pendidikan tinggi pada masa itu lebih dipengaruhi oleh kegigihan usaha individu penyandang tunanetra dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya (Tarsidi, 2012: 6). Pendidikan inklusif sebagai salah satu usaha untuk memberi kesempatan yang sama dalam belajar bagi para penyandang ketunaan mulai dikenal luas dalam praktek pendidikan sejak dikeluarkannya Permendiknas No. 70 Tahun 2009. Namun, model pendidikan inklusif lebih banyak dipraktekkan pada tingkat pendidikan dasar, menengah pertama, dan menengah atas, seperti yang dinyatakan pada Permendiknas No. 70/2009, Pasal 4. Akibatnya, penelitian tentang pelaksanaan pendidikan inklusif lebih banyak dilakukan di sekolah-sekolah dasar, menengah pertama, dan menengah atas (Sunanto, 2009; Hastuti, 2010; Rudiyati, 2010). Kajian pendidikan inklusif di tingkat pendidikan tinggi belum banyak dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa konsep pembelajaran inklusif belum banyak dilakukan di perguruan tinggi. Kalaupun ada mahasiswa tunanetra yang mengikuti perkuliahan di perguruan tinggi, mereka diperlakukan seperti mahasiswa normal tanpa dukungan tambahan sesuai dengan jenis disabilitasnya. Padahal pemerintah, melalui Permendikbud No. 46/2014, telah menegaskan bahwa perguruan tinggi wajib memperluas akses dan kesempatan bagi warga negara penyandang disabilitas untuk mengikuti pendidikan tinggi.

Bagi mahasiswa tunanetra, bahasa Inggris memiliki peranan yang sangat penting. Pengetahuan dan keterampilan bahasa Inggris yang mereka miliki akan mempengaruhi kemampuan mereka dalam menggunakan perangkat teknik alternatif pembelajaran dan dalam mengakses informasi yang sebagian besar menggunakan bahasa Inggris. Dalam pembelajaran mata kuliah bahasa Inggris, khususnya materi analisis struktur kalimat, mahasiswa tunanetra

(9)

9

mengalami kesulitan dalam memahami stuktur kalimat yang biasanya disajikan secara visual oleh dosen dalam bentuk diagram pohon (tree diagram structure).

Saat ini masih sedikit model pembelajaran inklusif yang sudah terbukti efektif secara empirik, baik strategi pembelajaran maupun media pembelajarannya, dalam mata kuliah bahasa Inggris bagi penyandang tunanetra di perguruan tinggi. Oleh karena itu, penelitian ini penting untuk dilakukan dengan harapan mampu menghasilkan sebuah model pembelajaran inklusif yang dapat dipakai sebagai model untuk melaksanakan pembelajaran secara inklusif bagi mahasiswa tunanetra di perguruan tinggi, khususnya dalam mempelajari materi bahasa Inggris.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran Inklusif bagi Penyandang Ketunaan

Saat ini terdapat perubahan paradigma tentang penyelenggarakan pendidikan bagi para penyandang diabilitas: dari medical model of disability ke social model of disability (Tarsidi, 2012: 1-2). Medical model of disability adalah sebuah model di mana orang berkebutuhan khusus dipandang sebagai akibat dari kondisi kelainan fisik semata-mata, yang merupakan hakikat dari kondisi individu penyandangnya - yang merupakan bagian intrinsik dari diri individu yang bersangkutan. Dalam bidang pendidikan, model ini memunculkan pendekatan berbasis belas kasihan (charity-based approach to disability) dimana orang berkebutuhan khusus cenderung dipandang sebagai “objek” perlindungan, perlakuan dan bantuan daripada sebagai subjek pemegang hak. Sebagai akibat dari pendekatan ini, pembelajaran bagi para penyandang disabilitas dijalankan secara segregatif/eksklusif dimana mereka dipisahkan dari siswa umum dan disediakan sekolah khusus bagi mereka (sekolah luar biasa). Akibatnya, para penyandang disabilitas cenderung diperlakukan sebagai orang asing di dalam masyarakatnya sendiri. Masyarakat cenderung memandangnya sebagai suatu keanehan apabila ada penyandang disabilitas berpartisipasi dalam kegiatan yang tidak dirancang khusus baginya. Lebih jauh pendekatan ini memunculkan diskriminasi terhadap para penyandang disabilitas. Seiring dengan tuntutan akan kesamaan hak bagi para penyandang disabilitas dalam kehidupan sehari-hari, paradigma pendidikan bagi mereka mulai berubah ke model sosial (social model of disability). Model sosial bagi penyandang disabilitas mengemukakan bahwa hambatan sistemik, sikap negatif dan eksklusi oleh masyarakat (secara sengaja atau tidak sengaja) merupakan faktor-faktor utama yang mendefinisikan siapa yang menyandang disabilitas dan siapa yang tidak di dalam masyarakat tertentu. Model ini

(10)

10

mengakui bahwa sementara orang-orang tertentu mempunyai variasi fisik, sensori, intelektual, atau psikologis, yang kadang-kadang dapat mengakibatkan keterbatasan fungsi atau disabilitas pada individu, ini tidak harus mengakibatkan disabilitas, kalau masyarakat dapat menghargai dan menginklusikan semua orang tanpa memandang perbedaan-perbedaan individu. Dalam bidang pendidikan, pemikiran seperti ini melahirkan model pendidikan inklusif. Di Indonesia, pelaksanaan model pendidikan inklusif didasarkan pada Permendiknas No. 70 Tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa. Pada tingkat pendidikan tinggi, pelaksanaan model pendidikan inklusif diatur dalam Permendikbud No. 046 Tahun 2014 tentang pendidikan khusus, pendidikan layanan khusus, dan atau pembelajaran layanan khusus di oerguruan tinggi.

Pasal 1 dan 2 dalam Permendiknas No. 70 Tahun 2009 dan Permendikbud No. 046 Tahun 2014 menyatakan bahwa pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Pendidikan ini bertujuan untuk (1) memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya; dan (2) mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik.

Prinsip dasar pendidikan inklusif adalah:

a. Pendidikan untuk semua: setiap anak/mahasiswa berhak untuk mengakses dan mendapatkan fasilitas pendidikan yang layak.

b. Belajar hidup bersama dan bersosialisasi: setiap anak/mahasiswa berhak mendapatkan perhatian yang sama sebagai peserta didik.

c. Integrasi pada lingkungan: setiap anak/mahasiswa berhak menyatu dengan lingkungannya dan menjalin kehidupan sosial yang harmonis.

d. Penerimaan terhadap perbedaan: setiap anak/mahasiswa berhak dipandang sama dan tidak mendapatkan diskriminasi dalam pendidikan.

(11)

11

Model pembelajaran inklusif memiliki keuntungan tidak hanya bagi anak/mahasiswa berkebutuhan khusus tetapi juga bagi anak/mahasiswa tanpa kebutuhan khusus, guru, dan keluarga. Keuntungan pembelajaran inklusif meliputi:

1. Bagi anak/mahasiswa berkebutuhan khusus:

a. Terhindar dari label negatif: anak/mahasiswa memiliki rasa percaya diri.

b. Memiliki kesempatan menyesuaikan diri: anak/mahasiswa memiliki kesiapan menghadapi kehidupan nyata.

2. Bagi anak/mahasiswa tanpa kebutuhan khusus:

a. Belajar mengenai keterbatasan tertentu: mengetahui keterbatasan/keunikan temannya, dan peduli terhadap keterbatasan temannya.

b. Dapat mengembangkan keterampilan sosial: berempati terhadap permasalahan temannya dan membantu temannya yang menghadapi kesulitan.

3. Bagi guru/dosen

a. Meningkatkan wawasan guru/dosen terhadap karakteristik peserta didik: guru/dosen mengenali peta kekuatan dan kelemahan siswa/mahasiswanya.

b. Menambah kompetensi guru/dosen: guru lebih kretaif dan terampil dalam mengajar dan mendidik.

4. Bagi keluarga

a. Orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, merasa senang bila anaknya dapat bersosialisasi dengan baik tanpa ada diskriminasi.

b. Orangtua yang tidak memiliki anak berkebutuhan khusus, merasa senang bila anaknya memiliki keterampilan sosial yang baik.

Secara umum ada perbedaan perasaan yang dialami peserta didik ketika mengikuti model pembelajaran inklusif dan model pembelajaran eksklusif. Perbedaan tersebut adalah:

Pembelajaran Inklusif Pembelajaran Eksklusif/Segregatif Dihargai Harga diri rendah, terkucil

Bangga Kecewa

Senang Marah

Diperhatikan Merasa direndahkan

Optimis Frustasi, pesimis

Merasa berguna Merasa tidak berguna Percaya diri Tidak percaya diri

Aktif Pasif

(12)

12 2.2 Kegiatan Pembelajaran Inklusif

Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (2007: 5-6), kegiatan pembelajaran merupakan inti dari pelaksanaan kurikulum. Mutu pendidikan dan atau mutu lulusan banyak dipengaruhi oleh mutu kegiatan pembelajaran. Jika mutu kegiatan pembelajarannya bagus, dapat diprediksi bahwa mutu lulusan bagus; atau sebaliknya, jika mutu kegiatan pembelajarannya tidak bagus, maka mutu lulusannya juga tidak bagus. Oleh karena itu pelaksanaan kegiatan pembelajaran harus dirancang dengan baik, disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap individu siswa dan didukung oleh kompetensi guru, media, sumber dan strategi pembelajaran yang memadai, sesuai dengan standar pelayanan minimal.

Seiring dengan kemajuan jaman, sudah banyak pembaharuan sistem strategi dan kelembagaan yang melayani peserta didik berkebutuhan khusus. Pada masa-masa sebelumnya bentuk kelembagaan yang melayani pendidikan bagi peserta didik berkebutuhan khusus masih banyak yang bersifat segregasi (eksklusi) yang terpisah dari masyarakat. Tetapi memasuki akhir milenium dua, visi dan misi kelembagaan sudah cenderung lebih humanis dan terintegrasi (inklusi) dengan masyarakat.

Pendidikan inklusif adalah suatu bentuk sistem pendidikan di mana peserta didik berkebutuhan khusus merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat dan oleh karena itu strategi pembelajarannya disesuaikan dengan kebutuhan dan karekteristik individu peserta didik.

Fakta menunjukkan bahwa di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif para siswa memiliki kemampuan yang heterogen, karena peserta didik di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif di samping anak-anak normal juga terdapat anak-anak berkebutuhan khusus. Peserta didik berkebutuhan khusus ini memiliki keragaman kelainan baik fisik, intelektual, sosial, emosional, dan atau sensoris neurologis.

Pembelajaran di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif yang kemampuan siswanya sangat heterogen, berbeda dengan pembelajaran di sekolah umum yang memiliki kemampuan homogen. Para guru umum, pada umumnya tidak dipersiapkan untuk mengajar siswa yang mengalami kelainan atau berkebutuhan khusus, sehingga sering kali mengalami kesulitan ketika berhadapan dengan anak berkebutuhan khusus.

Pada prinsipnya, urutan kegiatan pembelajaran model inklusif sama dengan kegiatan pembelajaran model segregatif/eksklusif. Perbedaannya terletak pada adanya dua jenis

(13)

13

mahasiswa dalam kelas, yaitu mahasiswa berkebutuhan khusus dan mahasiswa tanpa kebutuhan khusus. Perbedaan mendasar tentang karakteristik peserta didik inilah yang membuat kegiatan pembelajaran inklusif sedikit berbeda, khususnya dalam hal metode, media, dan evaluasi pembelajarannya. Secara umum, kegiatan pembelajaran inklusif meliputi tiga aktivitas utama, yaitu menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan melaksanakan evaluasi pembelajaran.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang kegiatan pembelajaran pada sekolah penyelenggara pendidikan inklusif antara lain seperti di bawah ini.

1. Menyusun Rencana Pembelajaran a. Menetapkan tujuan;

b. Merencanakan pengelolaan kelas: termasuk mengatur lingkungan fisik dan sosial c. Menetapakan dan pengorganisasian bahan/materi: topik apa yang ingin diajarkan

kepada peserta didik;

d. Merencanakan strategi pendekatan kegiatan pembelajaran: bagaimana bentuk kegiatannya, apakah peserta didik mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam pembelajaran;

e. Merencanakan prosedur kegiatan pembelajaran: bagaimana bentuk dan urutan kegiatannya, apakah kegiatan itu sesuai untuk semua peserta didik, dan bagaimana peserta didik mencatat, mendokumentasikan, dan menampilkan hasil belajarnya;

f. Merencanakan penggunaan sumber dan media belajar: sumber belajar mana yang akan digunakan, media apa yang sesuai dan tidak membahayakan peserta didik; g. Merencanakan penilaian: bagaimana cara peserta didik telah menyelesaikan

tugasnya dalam suatu proses pembelajaran, dan apa bentuk tindak lanjut yang diinginkan.

2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran a. Melaksanakan apersepsi;

b. Menyajikan materi/bahan pelajaran;

c. Mengimplementasikan metode, sumber/media belajar, dan bahan latihan yang sesuai dengan kemampuan awal dan karakteristik siswa, serta sesuai dengan kompetensi pembelajaran;

d. Mendorong siswa untuk terlibat secara aktif;

e. Mendemontrasikan penguasaan materi pelajaran dan relevansinya dalam kehidupan;

(14)

14

f. Mengelola pembelajaran kelompok yang kooperatif;

g. Membina hubungan antarpribadi, bersikap terbuka, toleran, dan simpati terhadap siswa, menampilkan kegairahan dan kesungguhan, dan mengelola interaksi antarpribadi.

3. Melaksanakan evaluasi

a. Melakukan penilaian selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan setelah kegiatan pembelajaran selesai, baik secara lisan, tertulis, maupun melalui pengamatan;

b. Bagi peserta didik yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata, penilaian dilakukan dengan membandingkan prestasi yang telah dicapai dengan prestasi sebelumnya;

c. Mengadakan tindak lanjut dalam bentuk remidi atau pengayaan.

2.3 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Inklusif bagi Peserta Didik Tunanetra

Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (2007:9), prinsip-prinsip pembelajaran di kelas inklusi secara umum sama dengan prinsip-prinsip pembelajaran yang berlaku bagi peserta didik pada umumnya. Namun demikian, karena di dalam kelas inklusif terdapat peserta didik dengan kebutuhan khusus yang mengalami kelainan baik fisik, intelektual, sosial, emosional, dan atau sensoris neurologis, maka guru/dosen yang mengajar di kelas inklusif di samping menerapkan prinsip-prinsip umum pembelajaran juga harus mengimplementasikan prinsip-prinsip pembelajaran khusus sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak berkebutuhan khusus.

1. Prinsip Umum a. Prinsip motivasi

Guru/dosen harus senantiasa memberikan motivasi kepada siswa agar tetap memiliki gairah dan semangat yang tinggi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

b. Prinsip latar/konteks

Guru/dosen perlu mengenal siswa secara mendalam, menggunakan contoh, memanfaatkan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar, dan semaksimal mungkin menghindari pengulangan-pengulangan materi pengajaran yang sebenarnya tidak terlalu perlu bagi peserta didik.

(15)

15

Setiap akan melakukan kegiatan pembelajaran, guru/dosen harus merumuskan tujuan secara jelas, menyiapkan bahan dan alat yang sesuai, serta mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat

d. Prinsip hubungan sosial

Dalam kegiatan pembelajaran, guru/dosen perlu mengembangkan strategi pembelajaran yang mampu mengoptimalkan interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, interaksi dengan lingkungan, serta interaksi banyak arah. e. Prinsip belajar sambil bekerja

Dalam kegiatan pembelajaran, guru/dosen harus banyak memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan praktek atau percobaan, serta menemukan sesuatu melalui pengamatan, penelitian, dan sebagainya.

f. Prinsip individulisasi

Guru/dosen perlu mengenal kemampuan awal dan karakteristik setiap peserta didik secara mendalam, baik tingkat kemampuan dalam menyerap materi pelajaran, kecepatan dalam belajar, serta perilaku penting lainnya, sehingga setiap kegiatan pembelajaran masing-masing peserta didik mendapat perhatian dan perlakuan yang sesuai.

g. Prinsip menemukan

Guru/dosen perlu mengembangkan strategi pembelajaran yang mampu mendorong anak untuk terlibat secara aktif, baik fisik, mental, sosial, dan atau emosional.

h. Prinsip pemecahan masalah

Guru/dosen hendaknya sering mengajukan berbagai persoalan/problem yang ada di lingkungan sekitar, dan peserta didik terlatih untuk merumuskan, mencari data, menganalisis, dan memecahkannya sesuai dengan kemampuannnya.

2. Prinsip Khusus untuk Peserta Didik Tunanetra a. Prinsip kekonkritan

Peserta didik Tunanetra belajar terutama melalui pendengaran dan perabaan. Bagi mereka, untuk mengerti dunia sekelilingnya harus bekerja dengan benda– benda konkrit yang dapat diraba dan dapat dimanipulasikan. Melalui observasi perabaan benda–benda riil, dalam tempatnya yang alamiah, mereka dapat memahami bentuk, ukuran, berat, kekerasan, sifat–sifat permukaan, kelenturan, suhu dan sebagainya.

(16)

16

Dengan menyadari kondisi seperti ini, dalam proses pembelajaran guru dituntut semaksimal mungkin dapat menggunakan benda–benda konkrit sebagai alat bantu atau media dan sumber pencapaian tujuan pembelajaran.

b. Prinsip pengalaman yang menyatu

Pengalaman visual cenderung menyatukan informasi. Seorang peserta didik normal yang masuk ke toko, tidak saja melihat rak–rak dan benda–benda riil, tetapi juga dalam sekejap mampu melihat hubungan antara rak–rak dengan benda–benda di ruangan. peserta didik Tunanetra tidak mengerti hubungan– hubungan ini kecuali jika guru menyajikannya dengan mengajar peserta didik untuk ”mengalami” suasana tersebut secara nyata dan menerangkan hubungan – hubungan tersebut.

c. Prinsip belajar sambil melakukan

Prinsip ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan prinsip belajar sambil bekerja. Perbedaannya adalah bagi peserta didik Tunanetra melakukan sesuatu adalah pengalaman nyata yang tidak mudah terlupakan seperti anak normal melihat sesuatu sebagai kebutuhan utama dalam menangkap informasi. Peserta didik normal belajar mengenai keindahan lingkungan cukup hanya dengan melihat gambar atau foto. Peserta didik Tunanetra menuntut penjelasan dan pengalaman secara langsung di lingkungan nyata.

Prinsip ini menuntut guru agar dalam proses pembelajaran tidak hanya bersifat informatif akan tetapi semaksimal mungkin peserta didik diajak ke dalam situasi nyata sesuai dengan tuntutan tujuan yang ingin dicapai dan karakter bahan yang diajarkannya.

2.4 Road Map Penelitian

Masalah yang akan dipecahkan melalui penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian-penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan pembelajaran bahasa Inggris di perguruan tinggi (Sri Mulatsih, Sunardi, dan Rifqi, 2012) dan strategi penerjemahan oleh penerjemah tunanetra (Nababan, Nugroho, dan Sunardi, 2011). Peta jalan penelitian ini digambarkan sebagai berikut.

(17)

17

Keterangan :

Gambar 1. Road Map Penelitian

BAB 3. METODE PENELITIAN 2.1 Jenis Penelitian

Secara umum penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian pengembangan, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan produk pendidikan dan menginformasikan proses pengambilan keputusan selama pengembangan produk dalam rangka meningkatkan produk itu dan kemampuan pengembang dalam menciptakan produk sejenis di masa mendatang (Van der Akker, 1999: 75). Dalam penelitian ini produk yang akan dikembangkan adalah (1) model strategi pembelajaran inklusif bahasa Inggris bagi mahasiswa tunanetra, dan (2) model media pembelajaran inklusif bahasa Inggris bagi mahasiswa tunanetra.

Secara khusus, penelitian yang akan dilakukan pada tahun pertama berjenis penelitian kualitatif-deskriptif, dengan menggunakan metode penelitian pengembangan. Sedangkan penelitian pada tahun kedua termasuk jenis penelitian kuantitatif-deskriptif, dengan menggunakan metode experimen murni (true-experimental method).

2.2 Prosedur dan Tahapan Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu penyusunan model pembelajaran inklusif bahasa Inggris bagi mahasiswa tunanetra di perguruan tinggi, dan kemudian mengoptimalkan aplikasinya dalam kegiatan pembelajaran, maka penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode riset dan pengembangan (research &

Strategi penerjemahan oleh penerjemah tunanetra (2011) Model pembelajaran “writing” berbasis pendidikan karakter di perguruan tinggi (2012)

Model strategi dan media pembelajaran inklusif bahasa

Inggris bagi mahasiswa tunanetra

(2014)

Implementasi dan ujicoba model strategi dan media pembelajaran inklusif bahasa

Inggris bagi mahasiswa tunanetra

(2015)

Model pembelajaran inklusif bahasa Inggris

bagi mahasiswa tunanetra

(18)

18

development). Sejalan dengan metode ini, pada tahun pertama akan dilakukan kajian terhadap praktek-praktek pembelajaran inklusif yang ada saat ini, khususnya untuk mata kuliah bahasa Inggris di perguruan tinggi, dan selanjutnya berdasarkan hasil kajian tersebut dirumuskan suatu model pembelajaran inklusif bahasa Inggris bagi mahasiswa tunanetra di perguruan tinggi. Kemudian pada tahun berikutnya dilakukan implementasi untuk menerapkan model yang dihasilkan pada tahun pertama, untuk mengetahui efektivitas model tersebut dalam konteks pembelajaran inklusif yang nyata, dan untuk melakukan revisi terhadap model tersebut berdasarkan hasil implementasi, sehingga dihasilkan model yang terakhir.

Secara keseluruhan, penelitian tahun kedua ini akan dilaksanakan dengan prosedur dan tahapan sebagai berikut:

Tahun Kedua (2015)

1. Tahap Implementasi dan Ujicoba Model dan Rencana Pembelajaran Inklusif

Pada tahap ini akan dilakukan penelitian eksperimen untuk menguji efektivitas model pembelajaran inklusif bahasa Inggris bagi mahasiswa tunanetra yang telah dihasilkan pada tahap sebelumnya (tahun 1) terhadap peningkatan hasil pembelajaran mata kuliah bahasa Inggris. Ujicoba akan dilakukan pada mata kuliah Sintaksis Bahasa Inggris yang diikuti oleh mahasiswa tunanetra pada semester genap tahun akademik 2014/2015.

Dua variabel bebasnya adalah model strategi pembelajaran inklusif bahasa Inggris dan model media pembelajaran inklusif bahasa Inggris, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil pembelajaran mata kuliah bahasa Inggris oleh mahasiswa tunanetra. Variabel hasil pembelajaran mata kuliah bahasa Inggris mahasiswa tunanetra akan diukur lewat test yang akan diberikan kepada mahasiswa tunanetra peserta eksperimen di awal dan akhir tindakan (pre-test dan post-test).

Penelitian eksperimen ini akan dilakukan dengan menggunakan model Pretest-Posttest Control Group Design dengan satu macam perlakuan (Arikunto, 2003), yang dilakukan pada satu kelompok eksperimen dan satu kelompok pembanding.

Model eksperimen dilakukan seperti yang digambarkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Pretest-Postest Control Group Design E : O1 x1 O2

(19)

19 Keterangan : E = Kelompok Eksperimen P = Kelompok Pembanding O1 = Pre-test O2 = Post-test

x1 = Perlakuan dengan model inklusif

x2 = Perlakuan dengan model eksklusif

Eksperimen ini untuk menjawab 3 (tiga) hipotesis penelitian:

1. Ho : Penggunaan model strategi pembelajaran inklusif bahasa Inggris tidak

meningkatkan hasil pembelajaran mahasiswa tunanetra dalam mata kuliah bahasa Inggris.

2. Ho : Penggunaan model media pembelajaran inklusif bahasa Inggris tidak

meningkatkan hasil pembelajaran mahasiswa tunanetra dalam mata kuliah bahasa Inggris.

3. Ho : Penggunaan model strategi pembelajaran inklusif dan model media

pembelajaran inklusif bahasa Inggris tidak meningkatkan hasil pembelajaran mahasiswa tunanetra dalam mata kuliah bahasa Inggris.

2. Tahap Penyempurnaan Model Pembelajaran Inklusif

Tahap terakhir ini bertujuan untuk menghasilkan model pembelajaran inklusif bahasa Inggris bagi mahasiswa tunanetra, yang sudah disempurnakan setelah melalui ujicoba dan revisi. Kegiatan yang akan dilakukan dalam tahap ini meliputi:

a. Melakukan diskusi kelompok terfokus (focus group discussion) dengan dosen pengampu mata kuliah bahasa Inggris tentang hasil uji coba model pembelajaran inklusif bahasa Inggris bagi mahasiswa tunanetra.

b. Merevisi model berdasarkan hasil diskusi kelompok terfokus (FGD).

c. Mengkonsultasikan hasil revisi model pembelajaran inklusif dengan ahli pembelajaran inklusif dan media pembelajaran difabel. Strategi pembelajaran inklusif akan dikonsultasikan dengan ahli dari Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Sedangkan media pembelajaran untuk mahasiswa tunanetra akan dikonsultasikan dengan ahli media pembelajaran difabel dari Pusat Layanan Difabel, Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta. d. Menyempurnakan (finalisiasi) model berdasarkan hasil expert judgement dengan

ahli strategi pembelajaran inklusif dan media pembelajaran difabel sehingga dihasilkan model pembelajaran inklusif bahasa Inggris yang lebih baik bagi

(20)

20

mahasiswa tunanetra untuk dijadikan model bagi pelaksanaan pembelajaran inklusif mata kuliah lainnya.

Secara ringkas, prosedur dan tahapan penelitian ini dapat disajikan pada Gambar berikut.

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian BAB 4. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

4.1 Anggaran Biaya (Tahun 2)

Ringkasan anggaran biaya yang diusulkan dalam penelitian ini (tahun ke-2) adalah sebagai berikut:

No

Jenis Pengeluaran

Biaya yang diusulkan (Rp.)

1 Gaji dan Upah 18.040.000

2 Peralatan Penunjang 16.750.000

3 Bahan Habis Pakai 8.800.000

4 Perjalanan 14.850.000

5 Lain-Lain: publikasi, seminar, lainnya 15.250.000

Jumlah 73.690.000 Tahap1 Ujicoba model pembelajaran inklusif • Ujicoba model dengan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol • Analisis data ujicoba • Kesimpulan hasil

ujicoba

Tahap 2

Penyempurnaan model pembelajaran inklusif

• FGD model dengan dosen • Revisi model berdasarkan hasil

FGD

• Expert judgement dengan ahli pembelajaran inklusif dan media pembelajaran difabel

• Finalisasi model pembelajaran inklusif bahasa Inggris

Luaran Penelitian:

• Model akhir pembelajaran inklusif bahasa Inggris bagi mahasiswa tunanetra

• Media pembelajaran syntactic

analyser

• Artikel ilmiah untuk jurnal dan seminar ilmiah

(21)

21 4.2 Jadwal Penelitian

No Jenis Kegiatan Tahun II/Bulan ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Penentuan kelompok eksperimen dan kontrol

Persiapan strategi, materi, dan media pembelajaran

Ujicoba model

Analisis data ujicoba dan kesimpulan hasil

FGD dan verifikasi model Revisi model

Expert judgement dan penyempurnaan model akhir Pelaporan hasil tahun ke-2 Diseminasi hasil

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2003. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. 2011. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2011 tentang

Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas) UNESCO (1994). Jakarta: Depdiknas.

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. 2007. Pedoman Khusus Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif: Kegiatan Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas.

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. 2007. Pedoman Khusus Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif: Media Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas.

Hastuti, Endah Dwi. 2010. “Meningkatkan Kemampuan Percakapan Bahasa Inggris dengan Model Make a Match pada Siswa Tunarungu Wicara dan Tunagrahita Kelas VII SMPLB”. Jurnal Asesmen dan Intervensi Anak Berkebutuhan Khusus (Jassi_Anakku) Vol. 9 No. 1 Juni 2010. Hal. 20-26.

Nababan, M.R., Nugroho, R.A., Sunardi. 2011. “Strategi Penerjemahan oleh Penerjemah Tunanetra”. Working Paper at International Conference on Language and Culture at Works, 5 – 7 November 2011. Sebelas Maret University.

Nawawi, Ahmad. 2010. Pendidikan Inklusi bagi Anak Low Vision. Bandung: Jurusan Pendidikan Luar Biasa, UPI Bandung.

(22)

22

Rudiyati, Sari. 2010. “Pembelajaran Membaca dan Menulis Braille Permulaan pada Anak Tunanetra di SLB Tunanetra”. Jurnal Asesmen dan Intervensi Anak Berkebutuhan Khusus (Jassi_Anakku) Vol. 9 No. 1 Juni 2010. Hal. 10-15.

Sri Mulatsih, Sunardi, Muhammad Rifqi. 2012. Pengembangan Model Pembelajaran “Writing” Berbasis Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi. Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahun I.

Sunardi, Raden Arief Nugroho, Budiharjo. 2014. Model Pembelajaran Inklusif Bahasa Inggris bagi Mahasiswa Tunanetra di Perguruan Tinggi. Laporan Hasil Penelitian Hibah Bersaing Tahun I.

Sunanto, Juang. 2009. ‘Indeks Inklusi dalam Pembelajaran di Kelas yang Terdapat ABK di Sekolah Dasar’. Jurnal Asesmen dan Intervensi Anak Berkebutuhan Khusus (Jassi_Anakku) Vol. 8 No. 2 Desember 2009. Hal. 111-120.

Tarsidi, Didi. 2007. Komputer dan Ketunanetraan. Diakses 12 Februari 2013 dari http://d-tarsidi.blogspot.com/2007/07/komputerdanketunanetraan.html.

Tarsidi, Didi. 2009. Dampak Ketunaan pada Pembelajar Bahasa. Diakses 12 Februari 2013 dari http://d-tarsidi.blogspot.com/2009/03/dampak-ketunanetraan-terhadap.html. Tarsidi, Didi. 2012. “Disabilitas dan Pendidikan Inklusif pada Perguruan Tinggi”. Makalah

pada International Workshop on Inclusive Education, Universitas Brawijaya Malang, 10 – 11 November 2012.

Van der Akker, J. 1999. “Principles and Methods of Development Research” in Jan Van der Akker, Robert M. Bearch, Kent Gutafson, Nienke Nieveen, and Tjeerd Polmps (Eds.). Design Approaches and Tools in Action and Training. Dordrecht: Kluwer Academic Publishers.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian (Tahun Ke-2)

Honor Honor/Jam

(Rp)

Waktu (jam/ minggu)

Minggu Honor per Tahun (Rp)

Ketua 15.000 10 36 5.400.000

Anggota 1 12.000 10 36 4.320.000

Anggota 2 12.000 10 36 4.320.000

Konsultan 1 (expert judgement) 2.000.000

Konsultan 2 (expert judgement) 2.000.000

(23)

23 2. Peralatan Penunjang

Material Justifikasi Pemakaian

Kuanti-tas Harga Satuan (Rp) Harga Peralatan Penunjang (Rp) Bahan pustaka (e-book) Materi belajar bagi

tunanetra

5 500.000 2.500.000 Sewa handycam Merekam kegiatan

pembelajaran (3 bln)

3 1.500.000 4.500.000 Memory card handycam Merekam kegiatan

pembelajaran 1 500.000 500.000 Rechargeable Baterei Handycam Merekam kegiatan pembelajaran 1 1.000.000 1.000.000 Digital voice recorder Merekam kegiatan

pembelajaran

1 1.500.000 1.500.000 Headphone Alat belajar bagi

tunanetra

10 200.000 2.000.000 Sewa internet hosting Media pembelajarn

online (1 tahun)

1 3.000.000 3.000.000 Sewa scanner Scanning materi belajar

bagi tunanetra

1 1.000.000 1.000.000 Cartridge printer Mencetak materi belajar

dan laporan 2 250.000 500.000 Editing perekaman kegiatan pembelajaran Dokumentasi dan analisis data pembelajaran 1 250.000 250.000 Sub Total (Rp) 16.750.000

3. Bahan Habis Pakai

Material Justifikasi Pemakaian

Kuanti-tas Harga Satuan (Rp) Biaya (Rp)

Kertas HVS Mencetak materi dan laporan

4 50.000 200.000

Foto kopi materi ajar Materi perkuliahan 1 500.000 500.000 Foto kopi borang tes, kuesioner,

observasi

1 1.000.000 1.000.000 ATK dan flashdisk administrasi dan

penyimpanan data

1 500.000 500.000

Biaya tabulasi Tabulasi data 1 500.000 500.000

(24)

24 Konsumsi koordinasi tim

peneliti

Koordinasi perencanaan,

pelaksanaan, progress report, evaluasi, laporan akhir

10 300.000 3.000.000

Konsumsi di Bandung Expert judgement dengan ahli dari UPI Bandung

3 200.000 600.000

Konsumsi di Yogyakarta Expert judgement dengan ahli dari UIN Yogyakarta

3 200.000 600.000

Konsumsi dan akomodasi diskusi dengan dosen dan mahasiswa tunanetra

Identifikasi masalah dan kebutuhan ujicoba

2 100.000 200.000 Konsunmsi dan akomodasi diskusi kelompok terfokus (FGD) FGD model setelah ujicoba 2 100.000 200.000 Komunikasi dan keperluan lain tak terduga yang sifatnya teknis

Komunikasi dengan tim dan narasumber

1 1.000.000 1.000.000

Sub Total (Rp) 8.800.000

4. Perjalanan dan Akomodasi

Material Justifikasi Perjalanan Kuanti-tas Harga Satuan (Rp) Biaya per Tahun (Rp) Transport Semarang - Bandung PP Expert judgement dengan ahli dari UPI Bandung

3 1.000.000 3.000.000

Transport Semarang - Yogya PP

Expert judgement dengan ahli dari UIN Yogyakarta

3 250.000 750.000

Transport lokal di Bandung

Expert judgement dengan ahli dari UPI Bandung

3 150.000 450.000

Transport lokal di Yogyakarta

Expert judgement dengan ahli dari UIN Yogyakarta

3 150.000 450.000

Penginapan di Bandung Expert judgement dengan ahli dari UPI Bandung

(25)

25 Penginapan di

Yogyakarta

Expert judgement dengan ahli dari UIN Yogyakarta

2 750.000 1.500.000

Akomodasi diskusi dengan dosen dan mahasiswa tunanetra

Identifikasi masalah dan kebutuhan ujicoba

2 300.000 600.000 Akomodasi diskusi kelompok terfokus (FGD) FGD model setelah ujicoba 2 300.000 600.000 Transport seminar nasional Publikasi hasil 3 1.000.000 3.000.000 Transport seminar internasional Publikasi hasil 3 1.000.000 3.000.000 Sub Total (Rp) 14.850.000 5. Lain-Lain

Kegiatan Justifikasi

Kuanti-tas Harga Satuan (Rp) Biaya per Tahun (Rp) Seminar hasil Diseminasi hasil secara

internal 50 50.000 2.500.000 Publikasi seminar nasional Publikasi hasil di seminar nasional 3 1.000.000 3.000.000 Publikasi seminar internasional Publikasi hasil di seminar internasional 3 1.500.000 4.500.000

Publikasi jurnal nasional Publikasi hasil di jurnal nasional

1 1.000.000 1.000.000 Publikasi jurnal

internasional

Publikasi hasil di jurnal internasional

1 2.000.000 2.000.000 Laporan akhir Penggandaan laporan

akhir

15 150.000 2.250.000 Sub Total (Rp) 15.250.000

(26)

26

Lampiran 2. Dukungan Sarana dan Prasarana Penelitian

Prasarana utama yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi:

No Nama Prasarana Ketersediaan di PT

Pengusul

Solusi

1 Ruang kuliah dan ruang diskusi Tersedia 2 Alat pembelajaran (LCD, room

speaker)

Tersedia 3 Software JAWS untuk screen reader

bagi tunanetra dalam pembelajaran

Tidak tersedia Membeli 1 paket untuk dipakai mahasiswa tunanetra secara bersama 4 E-book atau scanned textbook untuk

bahan ajar bagi mahasiswa tunanetra

Tidak tersedia Membeli atau membuat dengan scanner

5 Audio visual recorder (handycam) Tidak tersedia Menyewa 6 Laptop bagi mahasiswa tunanetra Tersedia

7 Audio Head-set untuk mahasiswa tunanetra

Tidak tersedia Membeli

8 Hosting internet Tidak tersedia Menyewa

9 Akses internet (hotspot area) Tersedia

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas

No Nama / NIDN Instansi Asal Bidang Ilmu Alokasi Waktu (jam/ minggu) Uraian Tugas 1 Sunardi, S.S., M.Pd. / 0612016601 Prodi Sastra Inggris, Universitas Dian Nuswantoro Linguistik Bahasa Inggris 10 • Mengkoordinasikan, melaksanakan, dan bertanggungjawab terhadap semua kegiatan penelitian. • Merencanakan dan

bertanggungjawab terhadap penyusunan rencana penelitian tahap II.

• Menyusun rencana ujicoba model pembelajaran inklusif bahasa Inggris.

• Melakukan analisis data ujicoba dan menyimpulkan hasil.

• Menyusun dan

bertanggungjawab terhadap pelaporan dan publikasi hasil penelitian tahap II.

(27)

27 No Nama / NIDN Instansi Asal Bidang

Ilmu Alokasi Waktu (jam/ minggu) Uraian Tugas 2 Raden Arief Nugroho, S.S., M.Hum. / 0617068402 Prodi Sastra Inggris, Universitas Dian Nuswantoro Linguistik Penerje-mahan Tunanetra 10 • Membantu mengkoordinasikan dan melaksanakan semua kegiatan penelitian. • Membantu merencanakan

penyusunan rencana penelitian tahap II.

• Membantu menyusun rencana ujicoba model inklusif

pembelajaran bahasa Inggris. • Melakukan analisis data

ujicoba dan menyimpulkan hasil.

• Menyusun laporan dan

publikasi hasil penelitian tahap II. 3 Budi Harjo, S.Kom., M.Kom. / 0606027101 Prodi Teknik Informatika D3, Universitas Dian Nuswantoro Teknik informa-tika 10 • Membantu mengkoordinasikan dan melaksanakan semua kegiatan penelitian. • Membantu merencanakan

penyusunan rencana penelitian tahap II.

• Membantu menyusun rencana ujicoba model inklusif

pembelajaran bahasa Inggris. • Menyusun media

pembelajaran bahasa Inggris inklusif dengan software JAWS secara off-line dan on-line.

• Menyusun laporan dan

publikasi hasil penelitian tahap II.

(28)

28

Lampiran 4. Biodata Ketua/Anggota Tim Peneliti/Pelaksana 1. Biodata Ketua Tim Peneliti

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap Sunardi, S.S., M.Pd.

2 Jenis Kelamin L

3 Jabatan Fungsional Lektor

4 NPP 0686.11.1994.052

5 NIDN 0612016601

6 Tempat dan Tanggal Lahir Klaten, 12 Januari 1966

7 Email soenklaten@gmail.com

8 Nomor Telepon/Fax/HP 08122527961

10 Alamat Kantor Jl. Imam Bonjol No. 207 Semarang 50131 11 Nomor Telepon/Faks (024) 3560582 / (024) 3564647

12 Lulusan yang telah dihasilkan S-1 = 61

13 Mata Kuliah yang Diampu 1. English Teaching 2. English Syntax

3. Research Method in Linguistics 4. Systemic Functional Linguistics

B. Riwayat Pendidikan

S1 S2

Nama Perguruan Tinggi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Universitas Negeri Semarang Bidang Ilmu Bahasa dan Sastra Inggris Pendidikan Bahasa Inggris

Tahun Masuk 1986 – 1993 2001 – 2005

Judul Skripsi/Tesis Analisis Struktur Kalimat Seru Bahasa Inggris Dengan Pendekatan Tata Bahasa Transformasi

Interpersonal Relationships between Native Speaker and Non-Native Speaker in an English Casual Conversation Nama Pembimbing Drs. H. Tarjana, M.A.

Drs. Soegondo N.S., M.A.

Helena I.R.A, M.A, Ph.D. Prof. Soelistio, M.L, Ph.D.

(29)

29 C. Pengalaman Penelitian dalam 5 TahunTerakhir

No Tahun Judul Penelitian

Pendanaan

Sumber Jml

(JutaRp) 1 2014 Model pembelajaran inklusif bahasa Inggris

bagi mahasiswa tunanetra di perguruan tinggi (Penelitian Hibah Bersaing / Ketua). Tahun I

Ditlitabmas Dikti

57,5

2 2013 Pengembangan Materi Ajar Ekspresi Figuratif Bahasa Inggris – Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Asing di Wilayah Surakarta dan Sekitarnya (Hibah Penelitian Tim Pascasarjana / Anggota). Tahun II

UNS/ DP2M

Dikti

75

3 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Writing Berbasis Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi (Penelitian Hibah Bersaing / Anggota). Tahun II

DP2M Dikti

49

4 2012 Pengembangan Materi Ajar Ekspresi Figuratif Bahasa Inggris – Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Asing di Wilayah Surakarta dan Sekitarnya (Hibah Penelitian Tim Pascasarjana / Anggota). Tahun I

UNS/ DP2M

Dikti

58

5 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Writing Berbasis Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi (Penelitian Hibah Bersaing / Anggota). Tahun I

DP2M Dikti

35

6 2010 Desain Virtual Gamelan Jawa Menuju Industri Kreatif Modern Serta Sebagai Media Pembelajaran Dalam Rangka Keunggulan Lokal di Era Global (Hibah Kompetitif Penelitian Sesuai Prioritas Nasional/ Anggota). Tahun II

DP2M Dikti

92

7 2009 Desain Virtual Gamelan Jawa Menuju Industri Kreatif Modern Serta Sebagai Media Pembelajaran Dalam Rangka Keunggulan Lokal di Era Global (Hibah Kompetitif Penelitian Sesuai Prioritas Nasional/ Anggota). Tahun I

DP2M Dikti

90

8 2008 Strategi Penerjemahan Istilah dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia dalam Surat Kabar Harian Nasional (Hibah Penelitian Dosen Muda / Ketua)

DP2M Dikti

8

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 TahunTerakhir

No Tahun Judul Pengabdian Kepada

Masyarakat

Pendanaan

Sumber* Jml

(JutaRp) 1 2014 Pelatihan Applied Approach (AA) bagi

dosen Kopertis Wilayah VI Jateng

Kopertis Wil VI Jateng

(30)

30

2 2014 Pelatihan Pengembangan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional (Pekerti) bagi Dosen di STIKES Aisyiyah Surakarta (Fasilitator)

STIKES Ais + Kopertis VI

Jateng

12

3 2014 Pelatihan Pengembangan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional (Pekerti) bagi Dosen di STIE Totalwin Semarang (Fasilitator)

STIE TW + Kopertis VI

Jateng

11

4 2013 Pelatihan Pengembangan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional (Pekerti) bagi Dosen di STMIK Duta Bangsa Surakarta (Fasilitator)

STMIK DB + Kopertis VI

Jateng

10

5 2013 Pelatihan Pengembangan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional (Pekerti) bagi Dosen di Universitas Dian Nuswantoro (Fasilitator)

Udinus + Kopertis VI

Jateng

17

6 2013 Pelatihan Pengembangan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional (Pekerti) bagi Dosen di Universitas Wahid Hasyim Semarang (Fasilitator)

Unwahas + Kopertis VI

Jateng

15

7 2012 Pelatihan Pengembangan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional (Pekerti) bagi Dosen di Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah (Fasilitator)

Kopertis VI Jateng

20

8 2011 Pelatihan Pengembangan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional (Pekerti) bagi Dosen di Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah (Fasilitator)

Kopertis VI Jateng

20

9 2011 Pelatihan Pengajaran UN Listening bagi Siswa SMA Kesatrian 1 Semarang (Pengajar)

SMA Kesatrian 1 +

Udinus

3

10 2010 Pelatihan Pengajaran Listening dan Reading Bagi Guru Pemandu SMA di Provinsi Jawa Tengah (Instruktur)

LPMP Jateng 10

11 2010 Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas Bahasa Inggris Bagi Guru Pemandu SMK di Provinsi Jawa Tengah (Instruktur)

LPMP Jateng 10

12 2009 Pelatihan Pengajaran Listening dan Reading Bagi Guru Pemandu SMP di Provinsi Jawa Tengah (Instruktur)

LPMP Jateng 10

E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 TahunTerakhir

No Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor/

Tahun

Nama Jurnal 1 Modality Realizations in A Cross-Cultural Vol.16 No.2 UNS

(31)

31

Conversation: A Systemic Functional Linguistics Perspectives

April 2013 Journal of Language Studies 2 Role Relation Negotiations between Native

Speaker and Indonesian EFL-Leraner in an English Casual Conversation

Vol.16 No.1 January 2012 UNS Journal of Language Studies 3 Morfologi Derivasional Dalam Bahasa Inggris Vol. 8 No. 1

Maret 2012

LITE 4 Filsafat Analitis Bahasa dan Hubungannya

dengan Ilmu Linguistik Pragmatik

Vol 7 No. 2 September 2011

LITE 5 Lexical Density and Grammatical Intricacy of

English Academic Writings Written by Native Speaker and Non-Native Speaker

Vol. 10 No. 3 September 2010

DIAN

6 Strategi Penerjemahan Istilah Bahasa Inggris ke Dalam Bahasa Indonesia dalam Surat Kabar Harian Nasional

Vol. 6 No. 2 Juni 2010

LITE

7 Study on Interpersonal Meaning Representation in an English Interaction

Vol. 5 No. 2 September 2009

LITE 8 Role relationship Enactment between English

Non-Native Speakers in an English Dialogue

Vol. 5 No. 1 Maret 2009

LITE

F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 TahunTerakhir

No Nama Pertemuan

Ilmiah/Seminar

Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat

1 The 61-st TEFLIN International Conference

Regulative and instructional registers of an EFL lecture in Indonesia university context 6 – 9 Oktober Universitas Sebelas Maret Surakarta 2 Seminar Nasional SEMANTIK 2013

Ekspresi Figuratif Bahasa Inggris – Bahasa Indonesia Mahasiswa Asing dalam Interkasi Lintas Budaya di Wilayah Surakarta 16 November 2013 UDINUS Semarang 3 International Conference on Culture across Perspectives

Modality Realizations in A Cross-Cultural Conversation: A Systemic Functional Linguistics Perspectives

20 November 2012, Undip Semarang

4 Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (Semantik)

iTEP (International Test of English Proficiency): Sebuah Alternatif Tes Online Kemampuan Bahasa Inggris

12 Juni 2012, Udinus Semarang

5 Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (Semantik)

Internet dalam Pembelajaran Bahasa Inggris.

16 April 2011, Udinus Semarang

6 International Conference on Social Science, Economics and Arts (ICSSEA)

Design of Virtual Javanese Gamelan as Learning Media

14 – 15 January 2011, Universiti

(32)

32 7 Seminar dan Lokakarya

Nasional Penelitian Tindakan Kelas dalam Perspektif Etnografi

Peningkatan Kepadatan Leksikal Karangan Ilmiah Mahasiswa Sastra Inggris Udinus melalui Pengajaran Nominalisasi 2 Oktober 2010, Undip Semarang 8 The 3rd International Conference on Applied Linguistics (Conaplin)

Lexical Density of Academic Writing: A Comparative Study of Two English Academic Writings Written by Native Speaker and Non-Native Speaker 2 – 3 August 2010, UPI Banding 9 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI)

Desain Virtual Gamelan Jawa Sebagai Media Pembelajaran

19 Juni 2010, UII Yogyakarta

10 The 56th TEFLIN International Conference

Improving the Lexical Density of Students’ Writings through Nominalisation

8 – 10 December 2009, UIN Malang

11 International Conference on Systemic Functional Linguistics and Its Contributions to Translation Studies

Grammatical Metaphor in the Translation of Terence Blacker’s Short Story Ms. Wiz Smells A Rat into Ms. Wiz Seperti Tikus Masuk Perangkap. 6 – 7 October 2009, UNS Solo 12 The 2nd International Conference on Applied Linguistics (Conaplin)

The Interpersonal Relationships between Native Speaker and Non-Native Speaker in an English Casual Conversation

3 – 4 August 2009, UPI Bandung

G. Karya Buku dalam 5 tahun terakhir

No Judul Buku Tahun Jumlah

Halaman Penerbit

1 English Grammar 2009 78 Dinus Press

2 Desain Virtual Gamelan Jawa Menuju Industri Kreatif Modern Serta Sebagai Media Pembelajaran Dalam Rangka Keunggulan Lokal di Era Global

2012 156 Dinus Press

H. Perolehan HKI dalam 5 – 10 tahun terakhir

No Judul/Tema HKI Tahun Jenis No P/ID

1 Aplikasi Multimedia E-Gamelanku 2009 Program Komputer

062443

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial lainnya dalam 5 tahun terakhir

No Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial lainya yang telah diterapkan

Tahun Tempat

Penerapan

Respon Masyarakat

(33)

33

J. Penghargaan yang pernah diraih dalam 10 tahun terakhir (dari Pemerintah, Sosial, Institusi lainnya)

No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi

Penghargaan

Tahun

1 Peringkat ke-5

Pemilihan Dosen Berprestasi Tingkat Kopertis VI Jateng

Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah

2011

2 Juara 1 Dosen Berprestasi Universitas Dian Nuswantoro

2011 3 10 Makalah Terbaik

Pada The 56th TEFLIN International Conference 2009 Asosiasi TEFLIN (Teachers of English as a Foreign Language in Indonesia) 2009

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Penelitian Hibah Bersaing.

Semarang, 24 Oktober 2014 Pengusul,

(34)

34 LAMPIRAN: ANGGOTA TIM PENELITI 1. Biodata Anggota Tim Peneliti

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap (denganjelas) Raden Arief Nugroho, S.S., M.Hum. ( L) 2 Jabatan Fungsional Asisten Ahli

3 Jabatan Struktural -

4 NPP 0686.11.2010.367

5 NIDN 0617068402

6 Tempat dan Tanggal Lahir Temanggung, 17 Juni 1984

7 Alamat Rumah Jl. Nekel 12A Perum. Podosugih Pekalongan 8 Nomor Telepon/Fax/HP - / - / 081805879141

9 Alamat Kantor Jl. Imam Bonjol No. 207 Semarang 50131 10 Nomor Telepon/Faks (024) 3560582/-

11 Alamat E-mail raden.arief.nugroho@gmail.com 12 Mata Kuliah yang Diampu 5. Translation 2

6. English Semantics

7. Research Method in Translation

B. Riwayat Pendidikan

S1 S2

Nama Perguruan Tinggi Universitas Diponegoro Universitas Diponegoro Bidang Ilmu Bahasa dan Sastra Linguistik

Tahun Masuk 2002 2007

Tahun Lulus 2006 2009

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 TahunTerakhir

No Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber* Jml

(JutaRp) 1 2014 Model pembelajaran inklusif bahasa Inggris

bagi mahasiswa tunanetra di perguruan tinggi (Penelitian Hibah Bersaing / Anggota). Tahun I

Ditlitabmas Dikti

57,5

2 2010 Wanita dan Transformasi Budaya: Peran Wanita Lokal Istri Ekspatriat dalam

(35)

35

Meningkatkan Akulturasi Budaya Lokal dan Budaya Asing

3 2012 Model Pendidikan Keluarga Wanita Lokal Istri Ekspatriat dalam Melestarikan Nilai Budaya Lokal pada Anak

DIKTI 30

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 TahunTerakhir

No Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan

Sumber* Jml

(JutaRp) 1 2010 Pelatihan Public Speaking Bahasa Inggris

bagi Penyandang Tuna Netra di Pertuni DPD Jawa Tengah

FIB UDINUS

1,5

2 2010 Pengembangan Rumah Singgah Melalui Model Pembelajaran Berbasis Proyek untuk Mengembangkan Keterampilan Anak Jalanan di Semarang

LP2M UDINUS

2,5

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 TahunTerakhir

No Judul Artikel Ilmiah Volume/Nom

or/Tahun

Nama Jurnal 1 Rapport and Address Terms in Family Guy

Cartoon

Vol. 6/ No.12/ 2010

LITE

F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan/ Seminar Ilmiah dalam 5 TahunTerakhir

No Nama Pertemuan

Ilmiah/Seminar

Judul Artikel Ilmiah Waktu dan

Tempat 1 Seminar on English as

an International Lingua Franca (SELF)

The Implementation of Teaching-Learning Cycle in English for Hotel Training

2009/ STBA LIA Yogyakarta

2 Confrence on English Studies 6 (CONEST)

Culture Specific Conception Using Communication Strategies by Non-Native English Speaker in Expatriate Environment

2009/ Unika Atmajaya Jakarta

3 Seminar Pemertahanan Bahasa Nasional

Akulturasi Antara Etnis Cina Dan Jawa Konvergensi Atau Divergensi Ujaran Penutur Bahasa Jawa

2010/ Universitas Diponegoro

(36)

36 4 Seminar Forum Kajian

Identitas Bahasa, Sastra, dan Budaya (FORKIBASTRA)

Akomodasi pada Konsep Jumbuhing Ingsun Kawula Gusti: Analisis terhadap Hirarki Berbahasa Masyarakat Jawa Masa Kini

2010/ Balai Bahasa Palembang

5 Culture, English Language Teaching, and Literature (CELT)

An Analysis of Pekalonganese Interjections in the Context of Additive and Reactive Framings

2011/ Unika Soegijapranata Semarang 6 Seminar on Translation

of South East Asian Languages

(TRANSEAL)

Is Javanese Poetry Translatable? 2011/ Universiti Sains Malaysia 7 International Conference in Translation and Interpretation Studies (TRANSCON)

Creative Path on Retranslating the Guide Book of Kraton Surakarta Hadiningrat 2011/ Unika Atmajaya Jakarta 8 International Conference on Phonetics and Phonology (ICPP)

Errors in Pronunciation of Final Stop Consonants by Indonesian EFL

2011/ NINJAL Jepang

G. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 tahun terakhir

No Judul Buku Tahun Jumlah

Halaman

Penerbit

H. Pengalaman Perolehan HKI dalam 5 – 10 tahun terakhir

No Judul/Tema HKI Tahun Jenis No P/ID

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik. Rekayasa Sosial lainnya dalam 5 tahun terakhir

No Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial lainya yang telah

diterapkan

Tahun Tempat

Penerapan

Respon Masyarakat

J. Penghargaan yang pernah diraih dalam 10 tahun terakhir (dari Pemerintah, Sosial, Institusi lainnya)

(37)

37

No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Penelitian Hibah Bersaing.

Gambar

Gambar 1. Road Map Penelitian
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian   BAB 4. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
Foto kopi materi ajar  Materi perkuliahan  1  500.000  500.000  Foto kopi borang  tes, kuesioner,

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian kita juga perlu membuat suatu batasan bahwa kalau sebuah rancangan undang-undang sudah disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat maka kita harus memberikan

Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan banyak ilmu yang bermanfaat bagi penulis.. Seluruh staf dan karyawan

Menurut Zainuri [2], Belt conveyor adalah alat angkut yang digunakan untuk memindahkan material dalam bentuk satuan atau tumpahan yang bekerja secara horizontal

Departemen Pendidikan Nasional.. Berikut pengertian IPS yang dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan dan IPS di Indonesia. • Moeljono Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS

Pembinaan Olimpiade Sains Nasional SMP/MTs Tingkat Propinsi (Pra-Olimpiade) (bidang fisika) Dinas Dikpora Propinsi DIY Hotel Tjokrokembang, 1 – 6 April 2014 H.

Melihat kondisi alam di Kota Bitung yang dikelilingi oleh laut dengan potensi sumberdaya perikanan yang sangat besar, subsektor perikanan dapat dijadikan sebagai sektor andalan

Batu bata merah adalah salah satu unsur bangunan dalam pembuatan konstruksi bangunan yang terbuat dari tanah liat ditambah air dengan atau tanpa bahan campuran

Masih kurangnya sterilitas ruangan, perabotan ruang, dan peralatan medis dapat dievaluasi dengan ditemukan banyaknya jumlah bakteri patogen berpotensi menyebabkan infeksi