Untuk menentukan dampak dari menurunnya kualitas udara pada kesehatan digunakan fungsi dosis tanggapan (dose response) yang merupakan
hubungan antara tingkat kualitas udara dan dampak kesehatan yang disebabkannya (Ostro, 1999). Secara konsep fungsi dose response adalah karena tanggapan atau respon yang ditimbulkan oleh pencemaran akan berbeda berkaitan dengan dosis zat pencemar.
Ostro menentukan fungsi dose response untuk mengestimasi dampak perubahan kesehatan dengan berubahnya konsentrasi ambien. Dampak kesehatan akibat dari pencemaran polutan yang diadopsi dalam penelitian ini terdiri dari gejala gangguan pernafasan harian (Respiratory Simptoms Days), serangan asma (Asthma Attack ), dan bronchitis kronis (Chronic Bronchitis) untuk emisi PM10, dan gangguan pernapasan pada anak-anak (Lower Respiratory Illness Among Children) dan nyeri pada dada orang dewasa (chest discomfort among adults) untuk emisi SO2, serta gangguan pernafasan pada orang dewasa (Respiratory Simptoms among adults) untuk emisi NO2.
Tingginya jumlah kasus masalah kesehatan yang diberikan pada Tabel 24 dapat dijelaskan dari hubungan antara meningkatnya dosis polutan dan jumlah atau proporsi dari reseptor atau respon dari makhluk hidup. Semakin tinggi dosis dari polutan, semakin curam kurva gangguan kesehatan yang disebabkan oleh polutan tersebut. Asumsi yang digunakan pada model ini adalah penduduk bertambah secara konstan dengan tingkat pertumbuhan 1,63% per tahun. Dengan asumsi tersebut maka jumlah penduduk Kota Makassar sekitar 1.6 juta jiwa selama masa estimasi.
Kasus gangguan pernapasan harian (RSD) akibat emisi PM10 diestimasi dari jumlah penduduk per kecamatan dan diperoleh hasil bahwa pada tahun 2011 hingga tahun 2016 jumlah kasus RSD masih bernilai negatif atau tingkat konsentrasi emisi masih berada di bawah baku mutu udara ambien yang diisinkan sehingga belum berdampak pada kesehatan masyarakat yang terpapar polutan tersebut. Selanjutnya pada tahun 2021 terdapat kasus RSD sekitar 3 juta kasus dan akan meningkat menjadi sekitar 20 juta pada tahun 2026.
Jumlah kasus serangan asma (AA) diperoleh dengan asumsi bahwa persentase penderita asma sebesar 0.07 dari seluruh populasi, hal ini menunjukkan jumlah penduduk yang berpotensi terkena serangan asma. Hasil estimasi menunjukkan bahwa pada tahun 2011 hingga 2016 konsentrasi ambien PM10
masih berada di bawah BMA yang diisinkan sehingga jumlah kasus AA masih bernilai negatif atau konsentrasi ambien yang terjadi belum membahayakan kesehatan masyarakat. Pada tahun 2021 terjadi peningkatan kasus AA sekitar 42 ribu kasus atau 2.8 persen dari total jumlah penduduk, hingga mencapai sekitar 251 ribu kasus atau meningkat 4.8 kali pada tahun 2026.
Estimasi kasus bronchitis kronis (CB) dari Tabel 24 menunjukkan bahwa pada awal tahun simulasi hingga tahun 2016, belum terdapat kasus CB pada penduduk karena nilai konsentrasi ambien yang masih berada di bawah BMA.
Pada tahun 2021 jumlah penduduk yang terkena kasus CB ini meningkat sebesar 1152 orang atau sekitar 0.09 persen dari total penduduk pada tahun 2011. Jumlah ini kemudian meningkat 4.8 kali pada tahun 2026 sebesar 6733 kasus.
Data kependudukan menunjukkan bahwa anak-anak yang berumur dibawah 5 tahun di Kota Makassar sekitar 9.75 persen dari jumlah penduduk.
Angka ini menunjukkan jumlah penduduk yang berpotensi terkena kasus gangguan pernapasan pada anak-anak (LRI) akibat emisi SO2. Dari Tabel 24 dapat disimpulkan bahwa kasus LRI pada anak-anak pada tahun 2016 hanya sekitar 0.01 persen atau 20 kasus hingga mencapai 641 kasus pada tahun 2026 atau sekitar 3 persen dari jumlah penduduk.
Hasil estimasi kasus nyeri pada dada orang dewasa (CDA) menunjukkan bahwa pada tahun 2016 terdapat penderita CDA sekitar 115 858 orang kemudian meningkat sebesar 470,921 pada tahun 2021 hingga 1.8 juta kasus pada tahun 2026. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan jumlah kasus yang sangat tinggi akibat peningkatan nilai konsentrasi ambien SO2 mulai pada tahun 2016 hingga akhir tahun simulasi. Sedangkan untuk kasus gangguan pernapasan pada orang dewasa akibat polutan NO2 pada tahun 2021 sebesar 479 ribu kasus kemudian meningkat menjadi 1.7 juta kasus pada tahun 2026. Hasil selengkapnya untuk total jumlah kasus kesehatan dapat dilihat pada Tabel 24 berikut.
Tabel 24. Total jumlah kasus masalah kesehatan di Kota Makassar tahun 2011 hingga tahun 2026.
No Jenis
Polutan Dampak Kesehatan Jumlah Kasus
2011 2016 2021 2026
1 PM10
Gangguan Pernapasan
Harian - - 3 447 025 20 142 931
Serangan Asma - - 42 982 251 178
Bronkhitis Kronis - - 1152 6733
2 SO2
Gangguan Saluran
Pernapasan pada Anak - 20 171 641
Nyeri pada Dada Orang
Dewasa - 115 858 470 921 1 800 920
3 NO2 Gangguan pernafasan
pada Orang Dewasa - - 479 093 1 779 568
Total - 115 878 4 441 344 23 981 971
Menurunnya kesehatan akibat pencemaran akan menimbulkan kerugian finansial karena meningkatnya pengeluaran untuk pengobatan. Untuk menilai biaya kerusakan atau gangguan kesehatan akibat pencemaraan dapat digunakan pendekatan modal manusia atau penghasilan yang hilang, dimana manusia dipandang sebagai salah satu sumber daya kapital. Pada prinsipnya pendekatan ini mencoba menilai dampak lingkungan terhadap produktivitas manusia sebagai hilangnya penghasilan akibat timbulnya biaya pengobatan atau tidak mampu bekerja lagi (Suparmoko dan Suparmoko, 2000).
Estimasi nilai ekonomi gangguan kesehatan akibat pencemaran pada penelitian ini menggunakan komponen biaya perawatan kesehatan yang diperoleh melalui survei secara langsung pada salah satu rumah sakit milik pemerintah di Kota Makassar. Nilai ekonomi masing-masing gangguan kesehataan diberikan pada Tabel 25. Nilai yang diberikan pada Tabel 25 dapat diartikan sebagai kerugian ekonomi yang dialami masyarakat akibat terjadinya pencemaran.
Kerugian yang dialami oleh masyarakat merupakan salah satu bentuk kerugian sosial (Social Cost) akibat pencemaran yang terjadi atau keuntungan yang diperoleh masyarakat apabila dilakukan tindakan pengendalian pencemaran udara sehingga tidak terjadi kerusakan lingkungan.
Tabel 25. Total estimasi nilai ekonomi dari masalah kesehatan di Kota Makassar tahun 2011 hingga 2026.
No Jenis
Polutan Dampak Kesehatan Nilai Ekonomi (x 1000 Rupiah)
2011 2016 2021 2026 Pernapasan pada Anak
- 1158 7962 34 052
Nyeri pada Dada
Orang Dewasa - 6 400 000 21 520 345 95 000 500 3 NO2
Gangguan saluran pernapasan pada Orang Dewasa
- 21 673 552 94 066 500
Total - 6 401 158 208 814 158 1 528 691 992
Dari Tabel 24 dan Tabel 25 menggambarkan bahwa apabila tidak dilakukan pengendalian pencemaran maka pada tahun 2016 terdapat jumlah kasus masalah kesehatan sebesar 115 878 kasus dengan nilai ekonomi sebesar 6.4 milyar rupiah atau sebesar 0.02 persen jika dibandingkan dengan PDRB Makassar tahun 2009, sehingga dibutuhkan biaya sebesar 0.02 persen dari PDRB Makassar tahun 2009 untuk memperbaiki lingkungan sehingga tidak terjadi kasus gangguan kesehatan dan kerugian ekonomi pada tahun 2016.
Selanjutnya peningkatan nilai konsentrasi ambien PM10 dan SO2 hingga tahun 2021 menyebabkan peningkatan jumlah kasus gangguan kesehatan sebesar 4.4 juta kasus dengan nilai ekonomi sebesar 208.9 milyar rupiah, hingga mencapai 1.5 trilyun pada tahun 2026. Dari sudut pandang pengendalian pencemaran udara, dapat dikatakan bahwa benefit yang diperoleh dari penurunan emisi hingga mencapai BMA yang telah ditentukan adalah sebesar 1.5 trilyun pada tahun 2026.
Perbandingan nilai ekonomi gangguan kesehatan dengan nilai PDRB memberikan gambaran besarnya kerugian ekonomi yang dialami, sekalipun pertumbuhan ekonomi tetap terjadi. Tingginya persentase biaya kesehatan terhadap PDRB tahun 2009 menyebabkan nilai pertumbuhan tersebut tidak bermakna bagi masyarakat yang terkena dampak, karena meningkatnya pendapatan yang disebabkan oleh meningkatnya PDRB sebagian besar digunakan untuk biaya perawatan kesehatan.