• Tidak ada hasil yang ditemukan

SINDROM ANXIETAS ORGANIK: SINDROM ANXIETAS YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONDISI MEDIS

Dalam dokumen gangguan mood / afek (Halaman 39-56)

GEJALA ANXIETAS Charles Van Valkenburg, MD

2. SINDROM ANXIETAS ORGANIK: SINDROM ANXIETAS YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONDISI MEDIS

Selain anxietas, depersonalisasi dan derealisasim gejala panik yang palin g sering adalah gejala fisik. Beberapa serangan panik terdiri dari gejala fisik tanpa kecemasan (1, 2). Sebagian besar pasien dengan serangan panik awalnya percaya bahwa mereka memiliki penyakit fisik. Ini bukan asumsi yang tidak masuk akal, mengingat banyak penyakit fisik yang menyebabkan gejala seperti itu. Sebelum mengkategorikan sebagai gejala psikiatri, pertama kali harus ditentukan bahwa penyakit fisik bukanlah penyebab tunggal. Namun, ketika diagnose penyakit fisik telah dapat ditegakkan, komorbiditas dari anxietas akan sangat mempengaruhi tingkat keparahan dan hasil terapi.

2.1. Penyakit Jantung 2.1.A. Infark Miokard

Gejala utama dari serangan adalah nyeri dada yang sangat. Sesak napas, tersedak, atau sensasi dibekab, jantung berdebar, keringat yang berlebih, dan rasa seperti akan mati adalah gejala sekunder. Beberapa pasien dengan serangan jantung mengalami pengalaman keluar dari tubuh dan bentuk-bentuk lainnya dari depersonalisasi atau derealisasi. Banyak diantaranya telah mengalami serangan sebelumnya. Serangan jantung ringan sering salah didiagnosa sebagai serangan panik.

Untungnya, ada tes diagnostic yang baik untuk serangan jantung. ECG dengan cepat dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa dengan benar, dan tes enzim jantung dalam darah dapat digunakan sebagai konfirmasi. Kebanyakan dokter dan teaga ahli tidak terlatih untuk

mengenali serangan jantung yangs serius. Gejala anxietas sering muncul bersamaan dengan infark miokard, dan mengakibatkan prognosis yang buruk (50). Biasanya anxietas terjadi setelah serangan jantung, dalam upaya mengurangi risiko kematian selama beberapa hari hingga tahun. 2.1.B. Angina Pectoris

Angina pectoris ditandai dengan episode nyeri dada atau tidak nyaman, jantung berdebar-debar, sesak nafas, kesulitan bernafas, dan anxietas (51, 52). Episode ini sering ditandai dengan pengendapan pengerahan tenaga, atau stimuli yang khas dari anxietas, dan muncul spontan. Meskipun telah disepakati bahwa gejala angina pektoris disebabkan oleh pembatasan intermiten aliran darah ke otot jantung, namun sulit ditegakkan dalam kasus per individu (53). Pasien-pasien dapat keliru dikonsulkan ke bagian psikiatri (54). Uji labolatorium belum pasti dapat membedakan angina dengan serangan panik. Tes ECG biasanya dapat menegakkan diagnosa angina, tetapi kadang juga tidak dapat (55). Arteriograms dapat menunjukan penyempitan arteri koroner utama, dimana derajat penyempitan yang berhubungan dengan tingkat keparahan gejala angina.

Angina mikrovaskuler sering salah didisgnosa sebagai serangan panik (56). Beberapa kasus telah didokumentasikan dengan pemantauan EKG selama 24 jam. Yang menyulitkan, banyak kasus iskemia jantung yang hadir tanpa gejala. Pasien mungkin mengalami seranagn gejala panik dan iskemik miokardial asimtomatis.

Tumpang tindihnya gejala angina dan kecemasan telah cukup ditinjau. Keduanya relative umum terjadi dan pasien mungkin memiliki kedua penyakit tersebut.

Ahli jantung dapat mendiagnosa angina pectoris seperti halnya psikiatri dapat mendiagnosa serangan panik. Kemungkinan adanya ganguan anxietas tidak boleh dikecualikan hanya karena telah menilai gejala yang sama disebabkan oleh angina. Kebanyakan pasien

menggunakan nitrogliserin yang tidak mereka butuhkan dan mungkin membuat gejala menjadi lebih buruk. Benzodiazepin telah terbukti bermanfaat dalam manajemen angina dan iskemik asimtomatis (57). Gejala anxietas harus diterapi pula pada pasien dengan nyeri dada, walaupun tidak ada bukti objektif adanya penyakit arteri koroner (55). Selectif serotonin reuptake inhibitor (SSRI) mengurangi kecemasan dan aman untuk jantung, tetapi beberapa, termasuk fluxetine dan paroxetine, secara serius dapat mengganggu metabolism warfarin, yang digunakan untuk antikoagulan. Citalopram dan sertraline tidak menimbulkan efek samping tersebut.

2.1.C. Kardiomiopati

Kardiomiopati idiopatik sangan berkomorbid dengan gangguan anxietas dan mood (58). Konsumsi alkohol yang berlebih umumnya dapat menyebabkan kardiomiopati.

2.1.D. Sindrom Prolapsus Katub Mitral

Sindrom prolapsus katub mitral dapat menyebabkan serangan panik namun dapat dibedakan dengan gangguan panik. Sebagian besar kasus prolaps katub mitral adalah asimtomatis, dan mungkin tidak penting secara klinis (59).

Walaupun banyak pasien dengan serangan panik setelah mengalami prolaps katub mitral (60, 61), sebangian besar pasien dengan prolaps tidak mengalami serangan panil (62).

2.1.E. Disritmia Kardiak

Disritmia jantung dapat menyebabkan jantung berdebar, nyeri dada, atau tidak nyaman, pusing, gangguan pernapasa, pingsan, dan kecemasan (63). Pasien dengan gangguan panik sering mengalami disritmia, termasuk kontraksi ventrikel yang premature. Tidak semua disritmia menyebabkan gejala subyektif, dan tidak semua gejala disritmia sesuai dengan pulse dan perubahan pada EKG.

Episode takikardi atrium paroksismal (PAT) dapat keliru diartikan serangan panik. Pulse pada serangan panik seringkali normal

(64 denyut per menit) dan ajrang melebihi 120 denyut per menit. Sebaliknya PAT biasanya menyebabkan denyut nadi di atas 150 denyut per menit.

Untungnya, kebanyakan disritmia dapat didokumentasikan dan dikarakteristik dengan EKG, dan diidentifikasi dengan intepretasi computer. Disritmia dapat menyebbakan gejala anxietas yang mungkin atau tidak diterapi dengan antiaritmia.

Gejala anxietas yang komorbid dapat diterapi dengan SSRI yang aman untuk jantung.

Benzodiazepin memiliki sedikit efek terhadap irama jantung, tetapi dapat menekan sistem respirasi. Serangan panik tidak dapat disepelekan dan tidak dapat mengambil risiko dalam terapi disritmia, tetapi anxietas dapat diterapi tanpa efek smaping yang mengancam jiwa. 2.2. Penyakit Gangguan Pernafasan

Penyakit gangguan pernapasan adalah bagian utama dari gangguan panik. Pasien dengan panik cenderung hiperventilasi diantara serangan paniknya (65). Pasien yang panik lebih cenderung unutk mengalami penyakit pernapasan organic (40).

2.2.A. Emboli Paru

Gumpalan kecil darah beku atau debris yang dilepaskan kea lira ndarah biasanya berakhir di paru. Jika aliran darah terganggu dalam area yang luas, pernapasan akan terganggu seperti sesak napas, hiperventilasi, dan anxietas akut.

Mendengarkan suara paru kadang dapat menunjukan adanya emboli, namun, dalam banyak aksus, tidka ada temuan fisik. Sinar X pada dada mungkin tidak membantu. Arteri gas darah menunjukan penurunan oksigem. Scan dan arteriogram paru dapat menegakkan diagnose definitive. Emboli pulmo yag berulang dapat terjadi pada seseorang dengan factor predisposisi, seperti phlebitis atau penyalahgunaan obat intravena

Serupa dengan gangguan panik, asma ditandai dengan serangan episodic dari gejala kardiopulmonal dan anxietas. Komorbid tinggi pada asma dan gangguan panik (66, 67)

Pasien yang mengaku menderita asma atau dirawat karena asma memiliki peningkatan insiden serangan panik (68).

Gangguan Anxietas meningkat pada seseorang dengan riwayat merokok dan alergi (69) : kedua faktor risiko tersebut saling berhubungan.

Anxietas dapat memicu dan memperpanjang serangan asma (70). Gangguan panik dan asma saling berhubungan dan adanaya serangan panik menyebabkan asma menjadi lebih buruk dan sulit diterapi (71).

Manajemen anxietas merupakan bagian dari terapi asma. Teofilin digunakan untuk mengobati asma, dapat memperburuk serangan panik. Enzodiazepindapat menekan sistem respirasi pada penderita asma. Hal ini menjadi perhatian tetapi bukan merupakan suatu kontraindikasi. SSRI lebih disukai dengan alas an teoritis karena tidak menekan pernapasan. Kebanyakan pasien memilih benzodiazepine.

2.2.C. Penyakit Paru Obstruktif Kronis

Anietas yang umumnya terjadi dan gangguan panik, bersamaan dnegan depresi adalah komorbid dengan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) pada setengah kasus yang ada (72, 73). Anxietas yang komorbid secara signifikan mengurangi kualitas hisup pasien (73).

Adalah penting untuk menilai pasien dengan gangguan anxietas dan mood. SSRI mungkin merupakan terapi yang paling aman (72). 2.2.D. Hipertensi Pulmonum

Gangguan panik adalah komorbid pada sebagian kecil pasien dengan hipertensi pulmonum, dan meningkatkan risiko kecacatan fungsional. Gangguan panik pada pasien, tinggi komorbiditasnya dengan depresi, dimana pasien cenderung lebih menderita (74).

“White coat hypertensi” (75) adalah peningkatan tekanan darah oleh karena situasi yang menimbukan stress saat berada di klinik. Hasil

tekanan darah yang akurat sering kali diperoleh kemudian dalam kunjungan klinik atau ketika pasien mengukur sendiri di rumah.

2.3. Gangguan Neurologis 2.3.A. Gangguan Kejang

“Anxietas, serangan panik, dan pseudoseizure mungkin menyerupai kejang pasrial kompleks dan diagnose dan terapi mungkin membingungkan” (76).

Gangguan kejang dapat menyebabkan gejala psikiatri termasuk gejala anxietas (77). Beberapa lobus temporal kejang tidka berkembang menjadi kejang umum, namun muncul sebagai episode cemas, marah, atau afek-afek yang lain (78, 79). Williams (80) menemukan rasa takut merupaka gejala predominan pada 61% pasien dengan kejang parsial kompleks. Komorbid gangguan panik meningkat oleh ketakutan ictal (81).

2.3.B. Transient Ischemic Attacks

Transient Ischemic Attacks (TIA) termasuk tanda transient neurologis mirip dengan stroke. Anxietas sering menjadi bagian dari episode dan mungkin terkadi pada episode terpisah atau menyerang pada minggu atau bulan sebelum gejala neurologis muncul. Serangan disebabkan oleh insufisiensi arteri episodic, paling sering dari karotis interna, atau arteri basiler. Pasien dengan TIA membutuhkan antikoagulan profilaktik atau operadi. Stroke adalah outcome yang paling sering terjadi.

2.3.C. Penyakit Huntington

Pada sedikit kasus, sebelum gerakan chorea dan paralisis flacid mulai, fase prodromal dari peykit Huntington didominasi oleh ansietas panik

2.3.D. Penyakit Parkinson

Serangan panik umumnya dijumpai pada pasien dengan penyakit Parkinson dan mungkin berhubungan dengan frekuensi motor blok dan disfungsi locus coeruleus. GAD meningkat pada dystonia.

2.3.E. Gangguan Tidur

Sekitar 5 dari pasien dengan paralisis tidur terisolasi mempunyai komorbid gangguan ansietas sosial, gangguan panik atau GAD. Kebanyakan pasien gangguan panik mempunyai masalah tidur, terutama jika mereka mempunyai serangan panik nokturnal. Tidur yang terganggu biasa digunakan dalam definisi GAD dan PTSD.

2.4. Penyakit Endokrin 2.4.A. Hipertiroidisme

Sama dengan gangguan panik, hipertiroidisme berkaitan dengan episode ansietas baik kronik maupun akut.

Tirotoxicosis menyebabkan gangguan ansietas, palpitasi, perspirasi, kulit panas, peningkatan nadi, refleks aktif, diare, peningkatan berat badan, intoleransi panas, proptosis, dan lid lag. Kasus yang parah dapat dikenali dengan mudah secara klinis. Kasus ringan sampai berat bisa dibedakan dari gangguan panik dengan melihat level serum dan homon tiroid.

Bagaimanapun juga, banyak pasien panik yang juga mempunyai fungsi tiroid yang abnormal, terutama TSH. Hipertiroidisme bisa menyebabkan sindrom prolaps katup mitral.

Dibandingkan dengan gangguan panik, ansietas sosial, dan ansietas umum mempunyai komorbid lebih umum dengan hipertiroidisme.

Sedikit yang menulis tentang penatalaksanaannya tapi pengalaman klinis menunjukan medikasi psikotropik akan mempunyai sedikit efek sampai hipertiroidismenya dapat dikontrol. Kadang peningkatan terapi antitiroid efektif saat serum tiroid memuaskan bagi ahli endokrin.

2.4.B. Hipoparatiroid

Gejala hipoparatiroid adalah kalsium serum yang rendah. Ansietas adalah gejala yang predominan pada 20% kasus. Gejala lain termasuk paraestesi, tegang otot dan kram, spasme dan tetani. Banyak kasus merupakan akibat dari pengambilan kelenjar paratiroid sewaktu operasi thiroidectomy. Diagnosis ditegakkan dengan kalsium serum yang rendah dan fosfat yang meningkat dan assay parathormone. Kalsium serum yang rendah membutuhkan penatalksanaan segera. Hal ini seharusnya dapat meredkan ansietas bersama dengan gejala lainnya. Hanya sedikit yang menulis tentang apa yang dilakukan bila hal tersebut tidak meredakan ansietas.

2.4.C. Hiperparatiroid

Ansietas bisa merupakan gejala dari hiperparatiroid bersama dengan kelemahan, kelelahan, dan kehilangan nafsu makan. Bagaimanapun juga, sindrom ini biasa ditemukan saat kontrol darah

rutin menunjukan peningkatan level kalsium. Paratirooidektomi adalah satu-satunya penatalaksanaan. Tidak ada penelitian tentang obat-obatan anxiolitik

2.4.D. Feokromositoma

Feokromositoma merupakan penyakit yang tidak umum tapi berbahaya dan dapat diobati, selain itu juga harus dipertimbangkan adanya gejala ansietas. Setengah dari pasien feokromositoma mempunyai serangan akut dari ansietas, sakit kepala, berkeringat, flushing, dan hipertensi. Tekanan darah juga biasanya meningkat diantara serangan. Serangan feokromositoma seperti serangan panik dapat dipicu oleh keadaan emosional.

Serangan feokromositoma dapat menyebabkan sakit punggung, muntah dan berkeringat di seluruh tubuh. Sedangkan pada pasien serangan panik, keringat lebih terdapat pada tangan, kaki, dan dahi. Tidak ada penelitian sistemtis yang menunjukan penatalaksanaan atau nilai prediktif dari membuat diagnosis ansietas secara terpisah.

2.5. Intoksikasi

2.5.A. Kafein dan Methylxanthines

Kafein adalah stimulan yang dikonsumsi secara umum. Jika terlalu banyak dapat memicu gejala ansietas. Walaupun dosis rendah dapat menstimulasi, dosis tinggi dapat menyebabkan hipoalert, hipervigilance, tegang motorik dan tremor, distress gastrointestinal, dan ansietas. Gejala akut dari intoksikasi kafein dan GAD hampir sama. Dalam 700mg, sekitar 7 cangkir dari kopi Amerika, kafein akan memicu serangan panik pada kebanyakan orang dengan gangguan panik dan orang lainnya tanpa serangan panik sebelumnya. Diagnosis dan evaluasi serangan panik harus memikirkan adanya kemungkinan intoksikasi

kafein. Kafein mengikat reseptor otak yang sama dengan benzodiazepin tapi menghasilkan efek yang berlawanan. Tidak semua efek kafein dapat dibalikan dengan benzodiazepin. Kafein, teofilin, teobromin, dan yang berkaitan dengan methylxanthines ditemukan di kopi, teh, cola, dan banyak minuman karbonasi yang dihasilkan dari daun tanaman, buah, dan bunga. Mereka juga ditemukan pada banyak obat, termasuk kombinasi analgesik, pil diet dan stimulan non prescription. Teofilin, adalah methylxanthines yag predominan pada teh, diresepkan untuk berbagai penyakit respiratori dan dapat menyebabkan serangan panik seperti kafein

Banyak pasien dengan gangguan ansietas belajar untuk menghindari atau membatasi kafein. Pasien yang mengeluhkan ansietas dengan riwayat konsumsi kafein berat harus dinasehati untuk menghentikan kafein sebelum mempertimbangkan pengobatan lain. 2.5.B. Yohimbine

Yohimbine sudah digunakan untuk mempertahankan ereksi, tapi itu juga dapat menyebabkan ansietas yang ekstrim. Yohimbine dapat menyebabkan ansietas panik sehingga berguna dalam penelitian eksperimental ansietas. Orang dengan intoksikasi akan menunjukan gejala stimulasi, iritabilitas, dan gastrointestinal distress lebih berat dibanding serangan panik. Yohimbine digunakan dalam berbagai produk ‘herbal viagra’ dan digunakan secara teratur pada pasien dengan ansietas ekstrim.

2.5.C. Logam Berat

Keracunan logam berat dapat menyebabkan gejala campuran dari simptom somatik dan ansietas. ‘Hatter’s Madness’ sudah didokumentasikan dan menyebabkan gejala termasuk ansietas, phobia,

tremor, kelemahan, keringat yang berlebihan, penurunan perhatian, dan agitasi.

2.5.D. Amfetamin, Kokain dan Penyalahgunaan Stimulan

Orang yang menyalahgunakan amfetamin dapat mengalami euforia, energetik, percaya diri, dan akselerasi. Bagaimanapun juga mereka dapat mengalami agitasi, bingung atau panik terutama dengan penggunaan dosis tinggi atau jangka lama. Ansietas dapat menjadi parah menyebabkan para pengguna berusaha mendapat heroin atau obat anti psikotik dengan kekerasan. Ansietas panik bisa juga merupakan hasil dari penggunaan kokain. Pengguna kokain secara reguler komorbid dengan risiko serangan panik yang lebih besar.

Gejala yang berkaitan dengan penyalahgunaan amfetamin serupa tapi lebih berat. Respon ansietas individual terhadap amfetamin tergantung pada polimorfisme dan reseptor adenosin A2A.

Derivat amfetamin, MDMA atau ‘ekstasi’ bisa menyebabkan ansietas, ketakutan, nafas pendek-pendek, mual, muntah, bruxisme, nyeri otot, sakit kepala, dan mati rasa. MDMA juga berkaitan dengan gangguan psikiatri lainnya termasuk GAD dan PTSD. Pada banyak kasus gangguan ansietas berhubungan dengan penggunaan MDMA.

Toksisitas stimulan realtif mudah untuk didiagnosa; pelebaran pupil, peningkatan tekanan darah dengan nadi yang lambat, sakit kepala, pusing, bingung, dan agresifitas dapat mengarahkan diagnosa, sedangkan tes urine atau darah dapat memastikannya. Gejala yang sama dapat disebabkan pil diet non prescription mengandung fenil

propanolamin atau oleh dekongestan, atau minuman yang mengandung efedrin atau pseudoefedrin.

2.5.E. Khat

Khat adalah stimulan botanical, dan derivatnya, meth-khat, dapat dengan mudah disintesa dari efedrin di laboratorium. Struktur khat serupa dengan amfetamin, dan efek stimulannya lebih kuat dari kafein. Seperti stimulan botanical lainnya, ini menyebabkan ansietas ekstrim pada dosis yang tinggi

2.5.F. Cannabis

Pada beberapa orang, marijuana depersonalisasi sering menyebabkan pengalaman yang tidak menyenangkan dan memicu ansietas, ketakutan, dan simptom agorafobia.

2.5.G. LSD

Risiko Lysergic acid diethilamid untuk menyebabkan ‘perjalanan buruk’ sudah melegenda. Hal ini sering dihibungkan dengan ansietas berat. Efek dari LSD biasanya muncul dalam sejam dengan 50 mg chlorpromazine, diberi intramuskuler. Berkebalikan dengan isu yang beredar, penggunaan chlorpromazine ini biasanya sangat aman.

2.5.H. Nitrit

Amyl nitrit biasanya digunakan secara medis sebagai vasodilator kerja pendek. Ini disalahgunakan sebagai perangsang sexual, untuk memperlama dan mengintensifkan ereksi dan orgasme. Ini digunakan untuk mendiagnosa prolaps mitral eksaserbasi pada echocardiogram. Ini dapat menyebabkan serangan panik atau ansietas. Isobutyl nitrite (‘locker room’) mempunyai efek yang sama, seperti juga nitroglyserin, digunakan untuk mengobati angina pectoris. Nitrit menjadi lebih

familiar karena interaksi letal potensialnya dengan sidenafil dan obat ereksi yang lain.

2.6. Penyakit Sistemik Gabungan ( Posterolateral Sclerosis, Defisiensi Vitamin B12 )

Penyakit sistemik gabungan, sindrom defisiensi vitamin B12, dapat terlihat sebagai serangan panik, dan perasaan seperti kebutuhan untuk melarikan diri. Ini sering menyebabkan ansietas, paraestesi, kelemahan, hiperreflek, dan banyak simptom ‘halus’ lainnya yang dapat dengan mudah di salah diagnosis dengan kebingungan atau somatoform. Pada kasus dengan aneminia pernisiosa yang berat, pasien mengalami hiperventilasi dan simptom ansietas lain, tapi simptom mental dapat timbul tanpa anemia. Dokumentasi dari anemia pernisiosa atau serum level B12 yang rendah dengan absorpsi yang terganggu dapat mengarahkan diagnosis; degenerasi traktus spinal posteralateral dapat muncul secara progresif; dan keadaan fisik dari penyakit tersebut akhirnya menjadi jelas. Kerusakan neurologis bisa dicegah boleh diagnosis dan pengobatan dini.

Defisiensi vitamin B12 menyebabkan simptom yang dapat diduga dengan kuat bahwa itu gangguan somatoform atau fungsional, karena hal itu tidak mudah untuk didiagnosa dengan beberapa tes darah. Kami tidak mempertimbangkan itu gangguan psikiatrik karena kami tahu penyebabnya

2.7. Diagnosis dengan Banyak Simptom Somatik dan Tanpa Diketahui Penyebabnya

Fibromyalgia adalah komorbid yang tinggi dengan gangguan panik dan fobia. Ini bahkan tumpang tindih dengan depresi. Derajat ansietas pada pasien ini mempunyai korelasi dengan penurunan fungsi fisik.

Sindrom kelelahan kronis merupakan komorbid yang tinggi dengan simptom ansietas dan juga dengan fibromyalgia.

Sindrom irritable bowel merupakan komorbid yang tinggi dengan ansietas, depresi, dan gangguan neurasthenik, yang berperan penting dalam keparahannya dan hasilnya yang jelek. Akhirnya, ketiga kondisi ini meupakan komorbid yang tinggi satu sama lain.

Hal ini juga dimungkinkan bahwa ada satu gangguan pokok disini, dan masing-masing spesialisasi, termasuk psikiatri, seperti orang buta yang menggambarkan bagian gajah.

2.8. Gangguan Somatoform

Gangguan ansietas adalah komorbid yang tinggi dengan gangguan somatoform, bahkan dengan perbaikan kriteria diagnostik yang sudah mengurangi ketumpangtindihan dari definisi simptom.

Keputusan bijak untuk saat ini untuk mendiagnosa gangguan ansietas secara terpisah dari gangguan somatoform yang ada secara bersamaan

Bagaimanapun juga, sebelum mendiagnosa simptom somatoform atau ‘psikosomatik’, kita seharusnya mengingat tentang contoh dari ‘ penyakit sistem gabungan’; dan membaca textbook psikiatri 25-50 tahun yang lalu., yang mempunyai penjelasan ‘psikodinamik’ untuk berbagai macam penyakit yang saat ini hanya dipertimbangkan secara medis. Contohnya adalah non spesific uretritis dan peptic ulcer yang sekarang dikenal dengan penyakit mikroba. Tidak semua penyakit gampang ditemukan penyebabnya seperti defisiensi vitamin B12. Seseorang mungkin mengira keracunan logam berat, penyakit radiasi, atau beberapa penyakit yang hanya dikenal di beberapa tempat di dunia ini.

2.8.A. Malingering

Simptom ansietas mudah ditiru. Beberapa orang mungkin memalsukan penyakit mereka untuk mendapat keuntungan secara cuma-cuma di bidang finansial dan emosional, tapi alasan paling umum tentu saja adalah untuk mendapat obat anxiolitic yang juga merupakan euforian non spesifik.

2.8.B. Pengguna Obat

Pasien dengan gangguan panik primer dan tidak ada riwayat penyalahgunaan obat sangat tidak mungkin untuk menyalahgunaan sedatif.

Bagaimanapun, banyak penyalahguna obat termasuk benzodiazepin, terutama yang mempunyai onset cepat, seperti diazepam dan aprazolam.

Walaupun pasien ansietas diobati secara kronis dengan obat-obat sedatif, mereka menjadi tergantung secara fisik, ketergantungan ini tidak berhubungan dengan masalah psikiatrik dan sosial berat yang biasanya dialami para penyalahguna obat. Pola yang digunakan lebih mendekati pada pengobatan pasien epilepsi dengan antikonvulsan atau orang diabetes dengan insulin. Pasien dengan gangguan ansietas jarang mengkonsumsi obat melebihi kebutuhan mereka untuk mengontrol gejala, dan faktanya, memungkinkan untuk mengkonsumsi kurang dari seharusnya untuk kepuasan mereka sendiri. Faktor yang paling membedakan dengan penyalahguna obat adalah dosis obat yang cenderung meningkat secara cepat.

Kebanyakan gejala ansietas yang dialami dari penyalahgunaan obat berasal dari gejala putus obat. Keadaan ansietas ii bisa ekstrim.

Penyalahguna obat sedatif dilaporkan menderita nyeri otot dan muntah lebih dari pasien lainnya.

3. PENATALAKSANAAN

Para dokter secara ideal harus memberikan pasien ansietas sedasi yang mereka butuhkan dan jangan memberikan kepada penyalahguna obat. Masalah muncul pada pasien yang mempunyai baik diagnosis ansietas dan pengalaman penyalahgunaan obat euforian.

Ada kesepakatan umum diantara para peneliti dan akademik bahwa pengobatan SSRI adalah obat pertama untuk ansietas. Banyak penelitian, biasanya yang dibayar oleh produsen obat SSRI, menunjukan bahwa SSRI dan benzodiazepin mempunyai efektivitas yang sama, dalam hal mereka superior sebagai placeba, tapi tidak berbeda jauh satu sama lain.

Merupakan hal yang sulit dan mahal untuk menyelesaikan penelitian yang menunjukan bahwa penatalaksanaan yang satu lebih efektif dari yang lain. Penelitian tersebut kan membutuhkan waktu yang lama, dan sepertinya tidak ada yang berminat untuk membiayai penelitian tersebut. Potensi tinggi dari benzodiazepin sudah lama tersedia dalam bentuk generik yang tidak mahal. Perbandingan yang umum belum disebarluaskan, kemungkinan karena hasilnya yang sudah jelas; perbandingan 1 jam setelah mengkonsumsi obat. Sudah dibuktikan bahwa benzodiazepin dengan antidepresan efektif seminggu lebih

Dalam dokumen gangguan mood / afek (Halaman 39-56)

Dokumen terkait