• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prestasi Akademis Buruk Prestasi Akademis Cukup Prestasi Akademis Baik Prestasi Akademis Sangat Baik Nilai p n % n % n % n % Penderita Sindroma Premenstruasi Ringan 9 16,4 12 21,8 15 27,3 - - 0,302 Penderita Sindroma Premenstruasi Sedang- Berat 7 12,7 8 14,5 4 7,3 - -

Berdasarkan hasil pengujian chi-square didapatkan nilai p sebesar 0,302, menunjukkan bahwa tiada hubungan yang signifikan antara tingkat sindroma premenstruasi dengan pencapaian nilai akademis (p >0,05).

37

5.1.3.3. Hubungan Karakteristik Umur, IMT, Usia Menarche, Siklus Haid, dan Lama Haid pada Penderita Sindroma Menstruasi

dengan Pencapaian Nilai Akademis

Tabel 5.4. Hubungan Variabel Umur, Usia Menarche, IMT, Lama Haid, dan Siklus Haid terhadap Indeks Prestasi Kumulatif pada Penderita Sindroma Premenstruasi Derajat Ringan, Sedang- Berat

VARIABEL

Koefisien korelasi terhadap IPK*

R Nilai p

• Umur -0,253 0,062

• Indeks Massa Tubuh (IMT) -0,110 0,426

• Usia Menarche -0,161 0,240

• Lama Haid -0,100 0,470

• Siklus Haid - -

*Korelasi Spearman

Hubungan antara karakteristik mahasiswi yang menderita sindroma premenstruasi dengan pencapaian nilai akademis dapat dilihat dari koefisien korelasi Spearman (R) untuk variabel umur, IMT, usia menarche, dan lama haid. Tanda negatif (-) pada tabel menunjukkan adanya arah hubungan yang berlawanan dan angka R yang mendekati 1 menunjukkan korelasi yang semakin kuat antara dua variabel.

Berdasarkan hasil analisis, nilai R yang didapat untuk hubungan antara variabel umur adalah -0,253 dengan nilai p 0,062 menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dan pencapaian nilai akademis.

38

Hubungan IMT dengan pencapaian nilai akademis juga menunjukkan hubungan yang tidak signifikan apabila nilai R yang didapat adalah -0,110 dengan nilai p 0,426.

Hubungan usia menarche terhadap pencapaian nilai akademis ialah -0,061 dengan nilai p 0,240 menunjukkan tiada hubungan yang signifikan antara kedua variabel ini.

Pada pengujian hubungan lama haid dengan pencapaian nilai akademis didapatkan tiada hubungan yang signifikan apabila R yang didapat adalah -0,100 dengan nilai p 0,470.

5.2. PEMBAHASAN

5.2.1. Pembahasan Hasil Penelitian

Pada penelitian ini, didapatkan tiada hubungan antara umur dan sindroma prementruasi, menandakan umur tidak berpengaruh kepada tingkat sindroma premenstruasi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sadler et al (2010), menunjukkan pada analisa univariat, didapati ada hubungan antara usia dan sindroma premenstruasi, yaitu wanita yang mengalami sindroma premenstruasi selalunya lebih tua, namun setelah dilakukan model regresi multipel pada hasil yang sama, menunjukkan tiadanya hubungan antara umur dan juga sindroma premenstruasi. Hal yang sama juga didapatkan pada penelitian oleh Siregar (2012). Selain itu, ada juga studi populasi dasar di Brazil mendapati terdapat hubungan berbanding terbalik antara prevalensi sindroma premenstruasi dan usia wanita (Silva, Gigante, Carret dan Fassa, 2006 dalam Silva, Gigante dan Minten, 2008).

Pada karakteristik IMT didapatkan nilai p sebesar 0,413 yang menunjukkan tiada hubungan yang signifikan antara karakteristik IMT dengan sindroma premenstruasi. Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Safara (2012) di Medan, bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel ini. Namun, terdapat perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Safara dan penelitian ini. Penelitian ini mengaitkan hubungan IMT dengan tingkat sindroma

39

premenstruasi sehingga peneliti menggunakan kriteria PSST, sedangkan Safara menguji hubungan antara IMT dengan sindroma premenstruasi secara umumnya. Hal ini berbeda dengan studi oleh Berton-Johnson et al. (2010), yang mendapati setiap kenaikan IMT sebanyak 1 kg/m2 secara signifikan meningkatkan risiko mendapat sindroma premenstruasi sebanyak 3%.

Pada karakteristik usia menarche dan hubungannya dengan sindroma premenstruasi, didapatkan nilai p sebanyak 0,836 yang menunjukkan tiada hubungan yang signifikan antara usia menarche dengan sindroma premenstruasi. Hal yang sama juga didapat pada penelitian oleh Siregar (2012), yang mendapati tiada hubungan antara kedua variabel ini. Namun, pada penelitian di Brazil oleh Silva, Gigante dan Minten (2008) prevalensi gejala dan sindroma premenstruasi lebih tinggi pada wanita yang mendapat haid pertama kali kurang dari usia 11 tahun, walaupun perbedaan ini tidak signifikan secara statistik. Hal ini karena mendapat haid pertama kali pada usia lebih muda menyebabkan individu tersebut lebih awal terpapar kepada tingkat hormon yang lebih tinggi.

Untuk karakteristik lama haid, didapatkan nilai p sebanyak 0,662 yang menunjukkan tiada hubungan yang signifikan antara karakteristik lama haid dengan sindroma premenstruasi. Siregar (2012) juga mendapatkan hasil yang sama pada penelitiannya pada mahasiswi kedokteran di Medan.

Nilai p yang didapat untuk hubungan antara pengaruh sindroma premenstruasi dengan pencapaian nilai akademis adalah 0,302, yang menunjukkan bahwa tiada hubungan antara keduanya. Hasil ini sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Hasan (2011) yang menyatakan sindroma premenstruasi tidak mempengaruhi aktivitas belajar subjek penelitian. Aktivitas belajar yang tidak terganggu tidak berpengaruh ke pencapaian nilai akademis.

Berbeda dengan penelitian Siregar (2012) yang menunjukkan adanya hubungan antara sindroma premenstruasi dengan pencapaian nilai akademis, dengan menganggap stres sebagai trigger terjadinya sindroma premenstruasi. Penelitian oleh Nisar, Zehra, Haider, Munir dan Sohoo (2008), menunjukkan

40

sindroma premenstrual menyebabkan kurangnya konsentrasi sehingga memberikan efek pada pencapaian akademik. Menurut Tenkir, Fisseha dan Ayele (2002), tingkat keparahan yang lebih tinggi mengakibatkan dampak negatif kepada pencapaian akademik dan kegiatan sosial daripada mahasiswi di Jimma Unversity.

Pada penelitian ini, lama siklus haid subjek kesemuanya berada di dalam rentang 24 hingga 35 hari, dan ini menyebabkan karakteristik ini menjadi konstan dan tidak dapat diuji untuk penelitian ini.

Berdasarkan analisis korelasi antara karakteristik mahasiswi yang menderita sindroma premenstruasi terhadap pencapaian nilai akademis yang menggunakan koefisien korelasi Spearman, secara keseluruhannya mengatakan tiada hubungan antara karakteristik umur, IMT, usia menarche dan lama haid terhadap pencapaian nilai akademis. Hal ini terdapat perbedaan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Siregar (2012) apabila penelitian tersebut menemukan adanya korelasi antara IMT dan pencapaian nilai akademis, sedangkan pada karakteristik lain tidak.

5.2.2. Keterbatasan Penelitian

Sebenarnya penelitian ini mempunyai keterbatasan yang tertentu. Penelitian ini hanya dilakukan pada satu angkatan di sebuah fakultas tertentu. Hal ini menyebabkan sampel dalam penelitian ini hanya mencakup wanita usia 18-25 tahun sehingga hal ini tidak dapat mewakili populasi wanita usia reproduktif. Selain itu, penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional sehingga keluhan-keluhan didapatkan secara retrospektif. Secara ideal, keluhan-keluhan harus dinilai secara prospektif untuk mengelakkan ketidakakuratan sekiranya dilakukan penilaian secara retrospektif, termasuklah kesalahan mengingat kembali kapan berlakunya keluhan-keluhan dan berlebihan dalam menetapkan keparahan keluhan yang dialami. Peneliti menggunakan PSST di dalam penelitian ini karena PSST memakan masa yang lebih pendek dan lebih praktikal berbanding chart yang menggunakan penilaian prospektif selama dua bulan. Cara ini mempermudah peneliti karena penelitian ini menggunakan metodologi yang sederhana.

41

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait