• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.7. SISTEM HORMONAL WANITA

Sistem hormonal wanita terdiri daripada tiga tingkatan hormon iaitu : 1. Hormon yang dilepaskan di hipotalamus, GnRH

2. Hormon seksual di kelenjar pituitari anterior, follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH), kedua-duanya disekresi akibat respons kepada pelepasan GnRH dari hipotalamus

3. Hormon ovarian, estrogen dan progesteron, yang disekresi oleh ovari sebagai respons kepada dua hormon seks dari kelenjar pituitari anterior. Hormon-hormon ini tidak disekresi dalam jumlah konstan sepanjang siklus seksual bulanan wanita; mereka disekresi dengan jumlah yang berbeda dan secara drastik pada bahagian siklus yang berbeda (Guyton, 2006).

2.7.1. Gonadotropic Hormone

Usia reproduktif normal pada wanita dikenal melalui perubahan kecepatan sekresi hormon secara bulanan dan ritmis, dan berhubungan dengan perubahan fisik pada ovari dan organ seksual lainnya.

Perubahan di ovari yang terjadi dalam siklus menstruasi bergantung sepenuhnya kepada hormon gonadotropik FSH dan LH, disekresi oleh kelenjar pituitari bahagian anerior. Jika FSH dan LH tidak ada, ovari akan kekal inaktif, seperti yang terjadi sewaktu usia anak-anak, di mana hampir tiada hormon gonadotropik disekresi. Pada usia 9 hingga 12 tahun, kelenjar pituitari akan mula mensekresi lebih FSH dan LH, yang akan memacu onset siklus menstruasi bulanan yang normal, bermula antara usia 11 dan 15 tahun. Periode ini dikenal dengan pubertas, dan waktu berlakunya siklus menstruasi yang pertama dikenali dengan menarche. FSH dan LH adalah glikoprotein yang kecil, mempunyai berat molekul sekitar 30.000 (Guyton, 2006).

LH dan FSH mempunyai peran dalam sintesa dan sekresi estrogen oleh folikel, tetapi hormon-hormon ini mempunyai sel target yang berbeda dan berperan pada tahapan yang berbeda dalam proses produksi estrogen. LH mempengaruhi sel-

18

sel theca yang nantinya akan menstimulasi produksi androgen, dan proses konversi androgen menjadi estrogen dijalankan oleh sel-sel folikuler yang dipengaruhi oleh FSH. LH juga akan menjadi pencetus kepada proses luteinisasi sehingga menyebabkan differensiasi sel-sel folikuler menjadi sel-sel luteal (Sherwood, 2010).

Pada setiap bulan, akan ada peningkatan dan penurunan FSH dan LH secara siklikal. Variasi siklikal ini disebabkan karena perubahan ovari yang siklikal. Sewaktu fase folikuler, estrogen yang dilepaskan di sirkulasi akan memberikan rangsangan secara direk kepada hipotalamus untuk menginhibisi sekresi GnRH, seterusnya mengsupresi pelepasan FSH dan LH dari kelenjar pituitari anterior. Estrogen juga bertindak pada kelenjar pituitari, namun secara spesifik menginhibisi sekresi FSH. Inhibin juga menyebabkan supresi sekresi FSH, dan hal-hal ini akan menyebabkan penurunan FSH, namun jumlah LH akan terus meningkat. Sekresi LH hanya akan dapat diinhibisi secara total dengan bantuan estrogen dan progesteron, yang akan berlaku semasa fase luteal (Guyton, 2006; Sherwood, 2010).

2.7.2. Hormon Ovarian 2.7.2.1. Estrogen

Estrogen disekresi secara primer oleh sel-sel granulosa di folikel ovarian, corpus luteum, dan plasenta. Biosintesisnya bergantung kepada enzim aromatase (CYP19), di mana ia akan menukar testosteron kepada estrodiol dan androstenedion kepada estron. Reaksi yang kedua ini juga terjadi di jaringan lemak, hepar, otot, dan otak (Ganong, 2005). Terdapat tiga tipe estrogen di plasma dengan jumlah yang signifikan yaitu beta(β)-estradiol, estrone, dan estriol (Tortora dan Derrickson, 2009).

Estrogen menurunkan sekresi FSH oleh pituitari anterior. Di bawah keadaan tertentu, estrogen akan menghambat sekresi LH melalui timbal balik negatif; pada keadaan yang lain, estrogen meningkatkan sekresi LH melalui timbal balik positif.

19

Estrogen juga menghambat pelepasan GnRH oleh hipotalamus (Ganong, 2005; Tortora dan Derrickson, 2009).

Estrogen juga menyebabkan peningkatan sekresi angiotensinogen dan thyroid-binding globulin. Selain itu, estrogen menyebabkan penutupan epifisial pada manusia (Ganong, 2005). Estrogen meningkatkan kadar metabolik tubuh, sepertiga lebih tinggi daripada kenaikan yang disebabkan oleh testosteron. Hasilnya, persentasi lemak tubuh pada wanita lebih kurang daripada yang ada di tubuh laki-laki. Estrogen juga mengurangkan kadar kolesterol darah dan ini mungkin menjadi sebab kenapa wanita di bawah 50 tahun mempunyai risiko yang cukup rendah terhadap penyakit arteri koroner daripada lelaki pada usia yang sama (Guyton, 2006; Tortora dan Derrickson, 2009).

2.7.2.2. Progesteron

Progesteron adalah steroid yang disekresi oleh corpus luteum, plasenta dan folikel (dalam jumlah yang kecil). Sebanyak 2% progestron di sirkulasi adalah dalam bentuk bebas, 80% berikatan dengan albumin, dan 18% berikatan dengan corticosteroid-binding globulin. Progesteron mempunyai waktu paruh yang pendek dan diubah di hepar menjadi pregnanediol yang akan berkonjugasi dengan asam glukoronat dan dieksresi di urin (Ganong, 2005).

Organ target untuk progesteron ialah uterus, payudara, dan otak. Progesteron bertanggungjawab untuk perubahan progestasional di endometrium dan perubahan siklus di serviks dan vagina. Ia mempunyai efek antiestrogenik pada sel-sel myometrial, menurunkan eksitabilitasnya, sensitivitasnya kepada oksitosin, dan aktivitas elektrik yang spontan sementara ia meningkatkan potensial membrannya. Ia juga menurunkan jumlah reseptor estrogen di endometrium dan meningkatkan kecepatan pertukaran 17β-estradiol kepada estrogen yang kurang aktif (Ganong, 2005).

Di payudara, progesteron menstimulasi perkembangan lobulus-lobulus dan alveoli. Ia menginduksi diferensiasi estrogen-prepared ductal tissue dan menyokong fungsi sekretori payudara ketika penyusuan (Ganong, 2005).

20

Progesteron memicu sel-sel alveolar untuk berproliferasi, membesar dan menjadi sekretorik. Namun, susu yang disekresi bukanlah disebabkan oleh progesteron, tetapi distimulasi oleh prolaktin (Guyton, 2006).

Progesteron bersifat termogenik dan kemungkinan bertanggungjawab terhadap kenaikan suhu tubuh dasar sewaktu ovulasi. Peningkatan ini terjadi sewaktu fase luteal dan menjadi dasar kepada metode kontrasepsi. Selain itu, ia menstimulasi respirasi, dan PCO2di alveoli pada wanita sewaktu fase luteal lebih

rendah dibanding pada pria. Sewaktu kehamilan, PCO2 menurun saat sekresi

progesteron meningkat. Namun begitu, signifikansi fisiologis pada respons pernapasan tidak diketahui (Ganong, 2005; Costanzo, 2006).

2.8. PERAN STRES DAN HORMON KORTISOL PADA SINDROMA

Dokumen terkait