BAB IV Akurasi Padanan Istilah Politik dan Ekonomi Arab-Indonesia (Analisis Banding Semantik Leksikal kamus al- ‘Ashri dan kamus (Analisis Banding Semantik Leksikal kamus al-‘Ashri dan kamus
KERANGKA TEORI A. Definisi Terjemahan
C. Sinopsis al- ‘Ashri
Kamus kontemporer al-‘Ashri ini demikian mudah digunakan karena menggunakan pola alfhabet (huruf). Sehingga untuk mencari kata atau lafadz tertentu, kita tidak perlu susah-susah mencari akar kata atau fi’il (madhi) nya, melainkan langsung pada kata atau
lafadz tersebut sesuai dengan huruf awalnya. Adapun petunjuk penggunaannya sebagai berikut:
1) Sesuai pada pola yang ditempuh dalam penyusunan kamus untuk pembaca tidak perlu mencari akar kata atau kata asal dari kosakata yang akan dicari. Pembaca cukup membuka kepada bab atau kelompok huruf dari huruf pertama kosakata tersebut. Sebagai contoh: kata لخدا dicari pada bab alif, kata لخادتdicari pada bab ta’, kata لخاد dicari pada bab dal, dan kata ة خادم dicari pada bab mim.
2) Secara pola kosa kata Arab yang ada pada kamus ini adalah berjenis (bershigat) laki-laki atau mudzakkar kecuali dalam beberapa kata yang kami anggap penting untuk dicantumkan jenis muannatsnya.
33 3) Untuk kata yang searti ada kalanya ditulis lagi dibelakang muradif atau istilah tanpa membedakan terjadinya perubahan bentuk (mabni). Seperti و بأ , وغت dibelakangnya ditulis lagi و ت. Demikian pula kata لص تا dibelakangnya ditulis lagi لصاوت dan seterusnya.
4) Secara umum tidak mencantumkan dalam kamus ini "في عتلا لا" kecuali pada beberapa kata yang penulisnya menjadi berubah jika di situ dituliskan في عتلا لا seperti pada kata, )يضاقلا( ضاق, )يرا لا( راض, )يلاعلا( لاع
5) Dalam pencarian kosakata di dalam kamus ini kesamaan huruf pada kosakata tetapi harkatnya berubah-rubah. Maka menyusunnya berurutan mulai dari harkat fatha, kemudian dholmahkasrah lalu sukun.
6) Alif maqsurah (ي)dipersamakan dengan alif biasa, seperti kata ج , وتحا ,يقتا
7) Alif mamdudah (آ) dipersamakan dengan alif biasa dan tidak mempengaruhi urutan-urutan penulisan.
8) Ta marbuthah (ة) disamakan dengan ta mabsuthah (ت)
9) Hamzah (ء) dalam bentuk dan tulisan seperti apapun dipersamakan dengan alif (ا), karena itu dibedakan antara hamzah dengan alif layyinah, baik jika hamzah itu diatas alif (أ), (ؤ), (ئ) bahkan ketika berdiri sendiri. Karenanya jika hamzah atau alif menjadi menjadi huruf terdepan dari sebuah kosakata, maka harus dicari pada bab hamzah. 10)Penggunaan tanda kurung baik pada kosakata Arab maupun artinya dalam bahasa
Indonesia, adakalanya untuk:
a) Memperjelas penggunaan kata tersebut, seperti: لي بإ ( لكشلا ) , ف تئإ ( عم )
34 b)Menunjukan bahasa asli (untuk terjemah bahasa ‘ejaannya) seperti: tulang rawan
(cartilage)
c) Menunjukan ilmu disiplin tertentu, seperti:
ة غف ( ط ) , ةيمدع ( ةفس ف ) , عاجشلا ة كوك ( ك ف ) , مامتلا يح ( ةيضاير )
Indonesianya: superiority complex (psikologi), sinus (matematika) d)Menunjukan macam atau jenis seperti
اقص , ( ا ن ) , روقنس ( ة ئاط ) , ةرومنس ( كمس )
Indonesia: unsure gas (kimia), yang berinsan bawah (ikan) D. Sinopsis Kamus Istilah
Kamus ini demikian mudah digunakan karena menggunakan pola al-fhabetis sesuai dengan huruf pertamanya, tanpa terikat pada akar kata atau kata dasarnya baik dalam entri tunggal maupun dalam entri ganda.
Adapun petunjuk penggunaannya sebagai berikut:
1) Kata-kata dalam kamus kontemporer ini disusun menurut urutan alphabet sesuai dengan huruf pertamanya, misalnya kata ٌقيوست, maka kata ٌقيوست ini dapat dicari
dengan huruf pertamanya yaitu huruf “ت”, bukan pada huruf “ ”( وق) yang artinya Marketing.
2) Entri dalam kamus istilah ini terdiri atas dua macam entri yaitu tunggal dan entri gabungan. Adapun entri tunggal hanya dapat dijumpai satu kali dalam kamus ini, misalnya:
Kata ٌدادمإ hanya dapat dijumpai pada bab (ف لأا) “أ”
Kata ٌءا غhanya dapat dijumpai pada bab “غ”
35 Sedangkan entri ganda dapat dijumpai lebih dari satu kali, misalnya:
ةَيدا تقإ ةبوقعdapat dilihat pada huruf “ع” dan pada huruf “أ”
3) Secara umum kata-kata dalam kamus kontemporer ini berbentuk “nakirah” yaitu yang
tidak memakai في عتلا“لا” atau semacamnya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kamus al-‘Ashri dan kamus istilah sama-sama mempunyai persamaan yaitu dalam penyusunan entrinya dengan menggunakan alfabetis. E. Istilah Ekonomi dan Politik Arab-Indonesia
Yang disebut istilah adalah yang mempunyai makna yang pasti, jelas dan tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat. Yang perlu diingat adalah bahwa sebuah istilah hanya digunakan pada keilmuan atau kegiatan tertentu. Umpamanya, kata tangan
dan kata lengan yang menjadi contoh diatas, kedua kata itu dalam bidang kedokteran. Kedua kata itu dalam bidang kedokteran mempunyai makna yang berbeda. Tangan
bermakna ‘bagian dari pergelangan sampai ke jari tangan’, sedangkan lengan adalah
‘bagian dari pergelangan sampai ke pangkal bahu’. Jadi, kata tangan dan lengan sebagai istilah dalam ilmu kedokteran tidak bersinonom, karena maknanya berbeda.
Dalam perkembangan bahasa memang ada sejumlah istilah, yang sering digunakan, lalu menjadi kosakata umum. Artinya, istilah itu tidak hanya digunakan dalam bidang keilmuannya, tetapi juga telah digunakan secara umum, diluar bidangnya. Dalam bahasa Indonesia, misalnya istilah spiral, virus alofon, morfemi masih tetap sebagai istilah dalam bidangnya, belum menjadi kosakata umum.
Peristilahan mengenai bahasa dan pengunaan secara teratur memperkenalkan jenis-jenis struktur bersama lainya bidang-bidang dengan bahasa yang berbeda. Istilah ekonomi merupakan tatanan bahasa yang sering digunakan dalam bidang ekonomi
36 seperti kata ‘hemat’ sudah sering kita dengar dan diistilahkan ke dalam ekonomi dengan arti ‘ekonomis’. Sedangkan dalam bidang politik kata ‘agresi’ biasa diartikan ‘serangan’
dalam kosakata umum. Istilah dalam bidang politik dan ekonomi merupakan istilah yang digunakan dalam bidangnya dengan tatanan kata yang maknanya pasti, jelas dan tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat.
Dengan contoh sebagai berikut:
Kata Kamus al-‘Ashri Hal Kamus Istilah Hal
ٌةحابا
ٌفاتا
دَحو
ٌ ا ن
َشَوَان
Penyingkapan (rahasia) Perusakan Mengintegrasikan Yang menggelapkan Pertempuran kecil 4 19 2004 1915 1886 Legitimasi Sabotase Mengkonsolidasikan Koruptor Manuver 2 12 819 790 781a. Kata
ٌةحابا
dalam kamus al-‘Ashri diartikan ‘penyingkapan (rahasia)’,1dan dalam kamus Istilahartinya ‘legitimasi’.2
Di dalam kamus Istilah maknanya menggunakan kata
serapan asing yaitu menggunakan bahasa inggris yang berasal dari kata ‘legitimize’, yang
diserap ke bahasa Indonesia menjadi legitimasi yang artinya ‘mengabsahkan; mengesahkan’.3
Oleh karena itu, penulis berpendapat bahwa makna penyingkapan (rahasia) berkembang menjadi legitimasi yang bersifat sinkronik sesuai dengan konteks dan waktu yang digunakan. Tetapi, yang sering digunakan dalam bidang politik dan
1
Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdra, Kamus Kontemporer (Arab-Indonesia), h. 4.
2
M.Napis Djuaeni. Kamus Kontemporer Arab-Indonesia Istilah Ekonomi-Politik, h. 2.
3
37
ekonomi adalah kata ‘legitimasi’ yang berdeskriftif baik. Karena kata sering digunakan
sesuai dengan bidangnya dan kata tersebut sudah menjadi istilah di Bahasa Indonesia. b. ٌفاتا dalam kamus al-‘Ashri diartikan ‘perusakan’,4
dan dalam kamus Istilah artinya
‘sabotase’.5
Di dalam kamus Ilmiah Populersabotase diartikan ‘tindak perusakan dengan maksud menggagalkan’.6
Di sini sangat jelas bahwa kedua makna tersebut bersinonim. Jadi, jelas bahwa kedua makna tersebut adalah satuan leksikal yang bisa digunakan langsung pada saat menerjemahkan ke bahasa sasaran (Bsa). Sehingga, kata-kata tersebut sering digunakan oleh khalayak luas sesuai dengan bidangnya.
c. دَحو artinya di dalam kamus al-‘Ashri adalah ‘mengintegrasikan’,7
dan dalam kamus
Istilah adalah ‘mengkonsolidasikan’.8
Dilihat dari dua makna tersebut, makna kamus
Istilahlah yang lebih condong kepada makna semantik leksikal. Karena kata
‘mengkonsolidasikan’ bisa dengan memendekan maknanya menjadi kata ‘konsolidasi’,
kata yang sering kita dengar dalam dunia politik dan hukum dibandingkan kata
‘mengintegrasikan’ yang mempunyai arti yang sama dengan kata tersebut. Kata
konsolidasi diartikan perbuatan yang memperteguh atau memperkuat untuk menjadi satu persatuan.9 Jadi, istilah ‘integrasi’ biasa digunakan sebelum adanya istilah ‘konsolidasi’ dengan perkembangan makna tersebut istilah ‘konsolidasi’ lebih populer.
d. ٌ ا ن dalam kamus al-‘Ashri diartikan dengan ‘yang menggelapkan’,10
dan kamus
Istilah artinya ‘koruptor’.11
Walau pun kedua kamus tersebut mempunyai makna yang
4
Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Mudhar, Kamus Kontempore (arab-Indonesia), h. 19.
5
.Napis Djuaeni. Kamus Kontemporer Arab-Indonesia Istilah Ekonomi-Politik, h. 12.
6
Widodo Ahmad, Kamus Ilmiah Populer, h. 656.
7
Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdra, Kamus Kontemporer (Arab-Indonesia), h. 2004.
8
M.Napis Djuaeni. Kamus Kontemporer Arab-Indonesia Istilah Ekonomi-Politik, h. 819.
9
Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet-3, hal. 457.
10
Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdra, Kamus Kontemporer (Arab-Indonesia), h. 1915.
11
38 berbeda, tetapi makna tersebut bersifat sinonimi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
kata ‘koruptor’ adalah orang yang melakukan penggelapan uang di tempat kerjanya.12
Sehingga kata ‘koruptor’ sudah mencakup makna dari ‘penggelapan uang’ dan kata ’koruptor’ bisa digunakan langsung pada saat menerjemahkan ke bahasa sasaran. Dalam
bidang politik dan hukum biasanya menggunakan istilah ‘koruptor’ dibandingkan kata ’penggelapan uang’, karena istilah tersebut lebih modern.
e. َشَوَان dalam kamus al-‘Ashri diartikan ‘pertempuran kecil’13
dan dalam kamus Istilah
artinya ‘manuver’.14 ‘pertempuran kecil’ dan ‘manuver. mempunyai arti yang bertentangan atau antonimi. Dalam Kamus Ilmiah Populer kata ‘manuver’ diartikan
latihan perang besar-besaran; gerak cepat dan tangkas.15Sehingga, kata ‘manuver’ adalah
kata yang sering muncul dalam bidang politik dan hukum. Kaitannya dengan semantik
leksikal adalah penggunaaan kata tersebut sesuai dengan bidangnya dan kata ‘manuver’
lebih populer di masa kini dibandingkan kata ‘pertempuran kecil’.
12
Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet-3, hal. 462.
13
Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdra, Kamus Kontemporer (Arab-Indonesia), h. 1866.
14
M.Napis Djuaeni. Kamus Kontemporer Arab-Indonesia Istilah Ekonomi-Politik, h. 186.
15
39 BAB IV
AKURASI PADANAN ISTILAH POLITIK DAN EKONOMI