• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akurasi padanan istilah politik dan ekonomi arab-Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Akurasi padanan istilah politik dan ekonomi arab-Indonesia"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

i

AKURASI PADANAN ISTILAH POLITIK DAN EKONOMI ARAB-INDONESIA

(Analisis Banding Semantik Leksikal Kamus Al-’Ashri dengan Kamus Kontemporer Arab-Indonesia Istilah Politik-Ekonomi)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.)

Oleh

Syukron Nurul Fajri

NIM: 107024001429

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 06 Juni 2011

(3)

iii

AKURASI PADANAN ISTILAH POLITIK DAN EKONOMI ARAB-INDONESIA

(Analisis Banding Semantik Leksikal Kamus Al-’Ashri dengan Kamus Kontemporer Arab-Indonesia Istilah Politik-Ekonomi)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.)

Oleh

Syukron Nurul Fajri

NIM: 107024001429

Pembimbing,

Dr. Akhmad Saehudin, M.Ag.

NIP: 19700505 200003 1 003

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(4)

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul AKURASI PADANAN ISTILAH POLITIK DAN EKONOMI ARAB-INDONESIA (Analisis Banding Semantik Leksikal Kamus

al-’Ashri dengan Kamus Kontemporer Arab-Indonesia Istilah Politik-Ekonomi) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 22 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.) pada Program Studi Tarjamah.

Jakarta, 23 Juni 2011

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Dr. Akhmad Saehuddin, M.Ag. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum. NIP: 19700505 200003 1 003 NIP: 19712 29-200501-1004

Anggota,

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada Penulis, sehingga skripsi yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini dapat Penulis selesaikan.

Salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw., keluarganya, dan para sahabatnya sang pembawa risalah suci yang mengajari penulis tentang ilmu kehidupan agar terus mencari dan tidak berhenti belajar tentang hidup. Semoga kita semua mendapat syafa‟atnya di hari akhir. Amin!

Dalam kata pengantar ini, Penulis akan mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Ahmad Saehudin, M.Ag., selaku pembimbing skripsi, yang telah mengorbankan waktu di tengah kesibukannya terima kasih untuk yang kedua kalinya kepada beliau selaku Ketua Jurusan Tarjamah yang telah mengarahkan, mengajarkan, dan mendidik Penulis selama menjadi mahasiswa di Fakultas Adab dan Humaniora.

(6)

vi

dosen Penulis yang telah mendidik dan mengajarkan Penulis berbagai ilmu pengetahuan bahasa, budaya, dan terjemah. Semoga kerja keras mereka dalam membimbing mahasiswanya diganti oleh Allah Swt. Amin!

Ucapan terima kasih setulus-tulusnya kepada kedua orangtua, H. Mudasir Ahmad Syirad S.Ag. dan Hj. Cahyati yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan sehingga penyusunan skripsi ini terasa lebih ringan saat Penulis mengingat pesan-pesannya. Terima kasih kepada kakak-kakakku, Lilis Setiawati beserta keponakan Septi Nur Cahyani, Kurniawati Ningsih, S.Pdi. beserta suami, Indra Mastuti, S.Kom, yang selalu memberikan motivasi kepada Penulis sehingga saat penulisan skripsi ini Penulis selalu bersemangat untuk menyelesaikannya tanpa rasa lelah.

Kepada teman-teman Jurusan Tarjamah angkatan 2007, Rojak, Rahmat, Khoas, Tohadi, Hilman, Ibnu, Eka, Rido, Saadah, Hani, Farida, Wati, Sifa, Ani. Ismi juga teman yang telah meminjamkan kamusnya untuk penyelesaian sekripsi ini, Rezha juga teman shring, Anas juga teman yang membantu Penulis dalam menambah pengalaman, Kerjasama BEM Jurusan 09-10. Penulis juga ucapkan terima kasih kepada teman-teman terjemah seluruh angkatan terlebih angkatan 2005.

Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak KKN Master, Jakampus, Boenga, Gema, Sri Makmur Bascamp, al- Ghifary, Noise dan rombongan MQ 09. Dengan merekalah Penulis mempunyai story tersendiri saat penulis luluhlantah

(7)

vii

meningkatkan produktifitas karya-karya selanjutnya yang lebih baik. Semoga masukan dan saran-saran dari semua pihak dapat melengkapi skripsi ini. Amin!

Kata terakhir Penulis ucapkan; berani bercita-cita maka berani menderita.

(8)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ……… i

LEMBAR PERNYATAAN ……… ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… iii

LEMBAR PENGESAHAN ……… iv

KATA PENGANTAR ……… v

DAFTAR ISI ……… viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ……… x

ABSTRAK ……… xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan dan Pembatasan Masalah ……… 5

C. Tujuan Penelitian ……… 6

D. Manfaat Penelitian ………. 6

E. Tinjauan Pustaka ……… 6

F. Metodologi Penelitian ……… 7

G. Sistematika Penulisan ……… 8

BAB II KERANGKA TEORI A. Defenisi Terjemahan ……… 10

B. Jenis Terjemahan ……….…... 13

C. Defenisi Semantik ……….……… 1. Pengertian Semantik ……… 17

2. Manfaat Semantik ……..……… 18

3. Jenis Semantik ……… 19

4. Satuan Semantik ……… 20

5. Pengertian Makna ..………. 21

6. Jenis Makna (tekstual, konotatif, deskriptif, dan referensial) ………. 22

(9)

ix

8. Penjelasan Makna dengan Akurasi Istilah Politik

dan Ekonomi ………. 26

BAB III WAWASAN TENTANG KAMUS AL-‘ASHRI DAN KAMUS KONTEMPORER ARAB-INDONESIA ISTILAH POLITIK-EKONOMI A. Wawasan kamus al-„Ashri dan kamus Istilah …… 30

B. Riwayat Hidup Pengarang ………... 31

C. Sinopsis Kamus al-„Ashri……… 32

D. Sinopsis Kamus Istilah ……… 34

E. Istilah Ekonomi dan Politik Arab-Indonesia …… 35

BAB IV AKURASI PADANAN ISTILAH POLITIK DAN EKONOMI ARAB-INDONESIA (Analisis Banding Semantik Leksikal kamus al-‘Ashri dan kamus Istilah) A. Bidang Politik …..……… 39

B. Bidang Ekonomi .……… 54

BAB V KESIMPULAN ……… 69

DAFTAR PUSTAKA ……… 71

(10)

x

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Dalam skripsi ini, sebagian data berbahasa Arab ditransliterasikan ke dalam huruf latin. Transliterasi ini berdasarkan Pedoman Transliterasi Arab-Latin dalam Buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1. Padanan Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin

ا T

b ظ Z

t ع „

ث ts Gh

ج j ف F

h ق Q

خ kh K

د d ل L

dz م M

ر r ن N

z و W

س s ة H

ش sy ء `

ص s ي Y

ض d

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

A. Vokal tunggal

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

----

A Fathah

----

I Kasrah

---

U Dammah
(11)

xi B. Vokal rangkap

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

---ي ai a dan i

---و au a dan u

C. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu :

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي/ا---- â a dengan topi di atas

----ي î i dengan topi di atas

---و û u dengan topi di atas

3. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu لا , dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf

syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh : al-rijâl bukan ar- rijâl, al-dîwân bukan ad- dîwân.

4. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau Tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda--- dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah

itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda

syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf

syamsiyyah. Misalnya, kata ةرو لا tidak ditulis ad-darûrah melainkan

al- darûrah, demikian seterusnya.

5. Ta Marbûtah

(12)

xii

sifat (contoh no.2). namun jika huruf Ta Marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (contoh no.3)

No. Kata Arab Alih Aksara

1 ةقي ط tarîqah

2 ةيماسإا ةعماجلا al-jâmi’ah al-islâmiyah

3 دوجولا ةدحو wihdat al-wujûd

6. Huruf kapital

(13)

xiii ABSTRAK

Syukron Nurul Fajri

“AKURASI PADANAN ISTILAH POLITIK DAN EKONOMI ARAB-INDONESIA (Analisis Banding Semantik Leksikal Kamus al-‘Ashri dengan Kamus Kontemporer Arab-Indonesia Istilah Politik dan Ekonomi(”. Di bawah bimbingan Dr. Akhmad Saehudin, M.Ag.

Pokok permasalahan penelitian kali ini adalah pada tingkat keakuratan istilah ekonomi dan politik serta aspek semantik yang berpengaruh dalam proses pemindahan makna dari bahasa sumber (Bsu) ke dalam bahasa sasaran (Bsa). Penelitian ini menunjukkan bahwa gaya terjemahan semantik leksikal yang mempengaruhi perbedaan adalah aspek instension sehingga terjemahan dirasakan lebih fleksibel. Dalam menerjemahkan istilah politik dan ekonomi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor linguistik namun ada pula yang dipengaruhi oleh faktor ekstralinguistik yakni latar belakang keilmuan penerjemah dalam menerjemahkan istilah tersebut.

Dalam menerjemahkan istilah politik dan ekonomi yang bersifat kompleks karena harus sesuai dengan konteks masa kini (modern) dan berdeskriftif ilmiah secara akurat. Dalam kamus al-‘Ashri yang bersifat sederhana maknanya dan kurang lengkapnya pembendaharaan khazanah katanya. Hal ini terlihat dalam penyajian makna istilah politik dan ekonomi kemudian langsung memberikan pengartian global dan tidak menambahkan banyak variasi dalam terjemahannya seolah-olah penerjemah sendirilah yang menyesuaikan makna yang tepat untuk menerjemahkan istilah ekonomi dan politik. Sedangkan kamus Istilah

(14)

xiv

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah kata atau lafal yang digunakan oleh setiap orang dalam menyampaikan maksud mereka. Bahasa berbeda-beda dari segi lafalnya, menyatu dari segi makna yaitu makna satu yang mencakup beberapa kata ganti orang,1 seperti halnya bahasa Arab. Bahasa Arab adalah kalimat yang dipergunakan bangsa Arab dalam mengutarakan maksud dan tujuan mereka.

Pada awalanya, bahasa Arab hanya digunakan sebagai media komunikasi antar individu. Namun seiring dengan pertambahan kebutuhan hidup dan kemajuan pemikiran manusia, maka bahasa tersebut meningkat kegunaannya sebagai bahasa ilmiah diseluruh bidang ilmu pengetahuan. Sejarah telah mencatat bahwa penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa ilmiah ditandai oleh kemunculan aktivitas penerjemahan buku-buku bahasa Yunani, Persia dan India. Aktivitas ini tumbuh subur pada masa Abbasiyyah di bawah pimpinan khalifah al-Makmun yang mendirikan perpustakaan Dar el-Hikmah.2

Untuk mengetahui maksud dan tujuan itu, di pergunakan kamus. Fungsi kamus sebagai dokumentasi bahasa kurang disadari dalam sejarah bahasa tersebut. Kamus, disamping tugas-tugasnya yang lazim, bukan hanya dituntut untuk membuat keterangan bila sebuah lema masuk ke dalam khazanah kata bahasa kita, melainkan harus menggambarkan makna lema yang ada secara tuntas, termasuk perkembangannya. Dokumentasi demikian juga dapat membantu menyelesaikan perdebatan tentang makna yang sebenarnya maupun sejarah makna kata atau

1

Syekh Musthafa al Ghulayini, Pelajaran Bahasa Arab Lengkap. Penerjemah Drs. H. Moh. Zuhri, Dipl. TAF, dkk (Semarang: Cv al-Syifa, 1992), Vol II. h 13.

2

(16)

2 ungkapan yang menjadi perhatian orang, atau memberi bantuan bagaimana sebaiknya suatu konsep diungkapkan, atau memberi bantuan untuk memahami bilakah suatu konsep pertama kali digunakan dalam bahasa kita.

Kamus yang hadir tepat pada saat dunia pendidikan dan dunia intelektual kita membutuhkannya, selain karena bahasa Arab merupakan bahasa agama dan juga telah menjadi bahasa dunia salah satunya bahasa resmi PBB saat ini.3

Kamus pada umumnya, memberi beberapa maklumat berikut: 1. Cara artikulasi suatu kata (manner of articulation)

2. Ejaan kata (spelling)

3. Bentuk morfologis suatu kata, apabila isim, fi’il, sifat dan seterusnya.

4. Penjelasan beberapa arti kata dalam beberapa konteksnya yang cocok dengan masing-masing arti tersebut Contoh arti kata لعافلا dalam ilmu nahwu, dalam kriminologi dan ilmu filsfat dan lain sebagainya

5. Kamus memaparkan beberapa bentuk berbeda dari suatu kata yang digunakan pada masa-masa yang berdekatan contoh: ةكم dan ةكب

6. Memberikan dalil kata-kata dengan ayat, hadits, syair dan lain-lainnya pada kamus besar atau lengkap khususnya.

Dalam teori penerjemahan, ada beberapa perangkat yang berfungsi sebagai alat bantu kegiatan penerjemahan, diantaranya adalah kamus yakni buku acuan yang memuat kata dan ungkapan yang disusun menurut abjad berikut keterangan tentang maknanya, pemakaiannya atau terjemahannya. Kegiatan penerjemahan, khususnya pada tingkat pemula yang kesulitan dalam menerjemahkan karena banyaknya perbendaharaan kata yang sulit untuk dikuasai, tetapi juga karena perlunya setiap kata itu dipilih oleh penerjemah sehingga artinya sesuai dan tepat. Perlu diketahui bahwa

3

(17)

3 tidak semua kamus kata menyajikan leksikal secara lengkap dalam berbagai macam konteks, untuk itu dianjurkan penggunaan berbagai jenis kamus.

Disamping kamus umum yang biasa digunakan, diperlukan pula kamus-kamus lain, seperti kamus istilah, kamus asal-usul kata, dan sebagainya, agar dapat menerjemahkan secara lebih tepat tentang frase-frase, kalimat-kalimat yang komplek, istilah-istilah khusus dan sebagainya. Yang menyebabkan terjadinya persoalan itu, dikarenakan seringnya terjadi hambatan atau kesulitan dalam menerjemahkan4

Hal ini sesuai dengan data yang peneliti dapatakan, oleh sebab itu, penulis akan mengkaji keakuratan makna istilah politik dan ekonomi dalam kamus al-‘Ashri (selanjutnya disebut kamus al-‘Ashri) dan kamus kontemporer Arab-Indonesia istilah ekonomi-politik (selanjutnya disebut kamus istilah).

Pembahasan tentang perubahan makna yang bersifat teoritis untuk mengantarkan satu penelitian lebih mendalam dan meluas dan menjawab masalah-masalah yang berhubungan dengan dua fakta semantik tersebut. Walaupun pembicaraan tentang perubahan makna ini didasarkan dengan data empiris. Data empiris itu dikelompokkan, dibeda-bedakan, dihubung-hubungkan dan dikendalikan secara rasional sehingga lahirlah pernyataan-pernyataan yang bersifat teoritis mengenai gejala tersebut.5

Perubahan makna dapat tercatat secara historis, terjadi sinkronis berdasarkan pemakaiannya, pergeseran makna dengan gejala perluasan dan penyempitan, adanya perkembangan makna (sebab linguistik, konsep pengetahuan, faktor pisikologis dan asosiasi kesamaan tanggapan) dan faktor kultur dengan berbedanya sudut pandang kebudayaannya yang menyebabkan makna bahasa itu berubah.

4

HG Taringan, Pengajaran Kosakata , (Bandung: Angkasa, 1986), cet 2, h. 229.

5

(18)

4 Seperti kata

ٌدفْوم

dalam kamus al-‘Ashri diartikan ‘ditugaskan’6 sedangkan dalam kamus Istilah artinya ‘delegasi’.7 Makna kedua kamus tersebut mempunyai makana sinonimi, tetapi hanya pemakainnya saja yang berbeda. Kata ‘delegasi’

merupakan kata serapan Asing ‘delegation’ yang diserap oleh bahasa Indonesia

menjadi ‘delegasi’ yang artinya ‘perwakilan; perutusan; orang yang diutus untuk mewakili oleh Negara atau organisasi; pelimpahan wewenang’.8

Kemudian dalam Kamus Politik diartikan dengan ‘perutusan; peralihan kekuasaan’.9 Sehingga, kata ‘delegasi’ mempunyai nilai rasa yang tinggi, jika digunakan dalam bidang ekonomi, dan kata ‘di tugaskan’ mempunyai nilai rasa yang rendah, jika digunakan bukan pada

konteksnya. Namun, kedua makna tersebut tidak mudah dipertukarkan, karena kata ‘di tugaskan’ hanya cocok untuk situasi kuno, klasik, arkais.10

Sedangkan kata ‘delegasi’ hanya cocok untuk situasi masa kini )modern(. Tetapi, kata ‘di tugaskan’

dapat dipergunakan secara umum dan tidak formal dibandingkan kata ‘delegasi’.

Kamus-kamus bahasa Arab yang beredar, sebagai produk kretifitas para linguis dan hasil riset leksikologi, sangat beragam tergantung tujuan penyusunan kamus dan perwajahannya yang direlevensikannya dengan kebutuhan masyararkat.11 Kontemporer sendiri mempunyai dua arti, kata yang pertama kon diartikan dengan dan kata yang kedua temporer diartikan masa kini tepatnya dengan pembendaharaan kata yang masa kini (sekarang). Jenis kamus al-‘Ashri merupakan kamus yang pembahasannya kosakata murni berbeda dengan kamus Istilah yang keseluruhan kosakatanya merupakan istilah khusus (spesialis) dalam bidang politik dan ekonomi.

6

Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdra, Kamus Kontemporer (Arab-Indonesia), h. 1866.

7

M.Napis Djuaeni. Kamus Kontemporer Arab-Indonesia Istilah Ekonomi-Politik, h. 722.

8

J.S. Badudu, Kamus Kata Serapan Asing Ke Bahasa Indonesia, h. 52.

9

Zainul Bahri, Kamus Umum KhususnyaBidang Hukum Dan Politik, h. 273.

10

Abdul chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta, Rieneka Cipta, 2002) h. 85.

11

(19)

5 Dalam perakteknya para pelajar (santri) dan mahasiswa merasa kesulitan dalam memahami istilah-istilah asing dan kata-kata serapan. Hal yang sama juga dirasakan oleh mereka yang sedang belajar bahasa Arab, dimana istilah-istilah tersebut jarang mereka temukan dalam kamus-kamus Arab Indonesia, sehingga menghambat kelancaran belajar bahasa Arab atau paling tidak mempersulit mereka dalam mengikuti perkembangan bahasa, guna membantu dalam memahami kata-kata yang mereka temukan baik di media cetak maupun yang di dengar dari ceramah-ceramah, diskusi-diskusi, berita-berita di media elektronik.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis akan menganalisis makna dari istilah-istilah politik dan ekonomi dalam dua kamus yaitu kamus al-‘Ashri dan kamus

Istilah dengan judul “AKURASI PADANAN ISTILAH POLITIK DAN

EKONOMI ARAB-INDONESIA (Analisis Banding Semantik Leksikal Kamus

al-’Ashri dengan Kamus Kontemporer Arab-Indonesia Istilah Politik-Ekonomi). B. Rumusan dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti mengkaji istilah-istilah politik dan ekonomi Arab-Indonesia dengan tiga puluh contoh kosakata politik beserta analisis semantiknya dan dua puluh delapan contoh kosakata ekonomi mencakup analisis semantiknya.

Oleh karena itu, rumusan masalah dalam proposal ini adalah:

1. Apakah istilah politik dan ekonomi Arab-Indonesia dalam kamus al-‘Ashri

diterjemahkan secara akurat jika dibandingkan dengan kamus Istilah?

(20)

6 C. Tujuan Penelitian

Sebagaiman yang sudah diidentifikasikan oleh penulis, maka penelitian ini memiliki beberapa tujuan, antara lain:

1) Memberikan sumbangan pemahaman terhadap istilah politik dan ekonomi yang akurat dalam menerjemahkan teks terjemahan Arab-Indonesia

2) Mengetahui ketepatan istilah-istilah politik dan ekonomi dilihat dari analisis semantik leksikalnya dua kamus tersebut.

D. Manfaat Penelitian

Di samping untuk mengetahui kemajuan yang dilihat dari sisi semanti leksikal dan leksikologi terhadap kamus Al-Asri dan kamus Kontemporer Arab-Indonesia Istilah Ekonomi-Politik dalam perkembangan istilah-istilah ekonomi dan politik, peneliti berusaha untuk memberikan sedikit kontribusi keilmuan kepada mahasiswa tarjamah untuk bisa menggunakan kamus yang sesuai dengan teks yang akan diterjemahkan dan menambah wawasan perkamusan.

E. Tinjauan Pustaka

Sejauh ini, pembahasan tentang masalah kamus bahasa Arab-Indonesia telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa Tarjamah yaitu: Urwatul Wustqo )2004( ‘Kamus dan Peranannya Sebagai Alat Bantu Penerjemahan’, dan menganalisis tentang semantik leksikal yaitu: Rumsari Marjatsari )2010( ’Analisis Semantik Leksikal Pada Padanan Arab-Indonesia dalam Kamus Al-Munawwir dan Al-Ashri’.

Sementara itu, yang membahas tentang ’Akurasi Padanan Istilah Politik dan Ekonomi Arab-Indonesia’ (Analisis Banding Semantik Leksika Kamus al-’Ashri

(21)

7 menggunakan kamus kontemporer maka keakuratan makna bisa diterjemahkan secara efektif dan efesien.

F. Metodelogi Penilitian

Dalam skripsi ini penulis mengunakan metode kualitatif, maksudnya peneliti ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga hanya ada pengungkapan fakta. Dalam hal ini penulis akan membahas tentang semantik leksikal yang ada dalam kamus al-‘Ashri dengan kamus Istilah

terhadap penepatan keakuratan istilah-istilah politik dan ekonomi untuk menerjemahkan sebuah teks.

Selain itu, untuk memperoleh data penulis menggunakan metode kepustakaan (Library Research) yaitu mengumpulkan data yang terkait dengan bahasan objek penelitian. Kemudian, agar hasil penelitian ini lebih maksimal penulis merujuk pada teks-teks ekonomi dan politik, buku, internet, ensiklopedi, koran, majalah dan kamus. Dalam melakukan penelitian penulis melewati beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Mengumpulkan teks politik dan ekonomi yang ingin diterjemahkan kemudian

dikaji secara mendalam menggunakan kamus al-‘Ashri dan kamus Istilah untuk lebih akurat dalam pemilihan maknanya modern kemudian disesuaikan dengan konteks pembahasan teks tersebut agar mudah dimengerti oleh pembaca.

2. Menerangkan lebih detail ketepatan makna istilah-istilah politik dan ekonomi yang lebih akurat modern dalam menerjemahkan sebuah teks politik dan ekonomi dengan menggunakan kamus al-‘Ashri dan kamus Istilah.

(22)

8 G. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan dan Pembatasan Masalah C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian E. Tinjauan Pustaka F. Metodologi Penelitian G. Sistematika Penulisan BAB II Kerangka Teori

A. Definisi Terjemahan B. Jenis Terjemahan C. Definisi Semantik

1. Pengertian Semantik 2. Jenis Semantik 3. Manfaat Semantik 4. Jenis Semantik 5. Satuan Semantik 6. Pengertian Makna

7. Jenis Makna tekstual, konotatif, deskriptif dan referensial 8. Penjelasan makna dengan akurasi istilah politik dan ekonomi

BAB III Wawasan tentang kamus al-‘Ashri dan kamus Kontemporer Arab-Indonesia Istilah Politik-Ekonomi

(23)

9 C. Sinopsis Kamus Al-‘Ashri

D. Sinopsis Kamus Istilah

E. Istilah Politik dan Ekonomi Arab-Indonesia

BAB IV Akurasi Padanan Istilah Politik dan Ekonomi Arab-Indonesia (Analisis Banding Semantik Leksikal kamus al-‘Ashri dan kamus Istilah)

A. Bidang Politik B. Bidang Ekonomi BAB V Kesimpulan Daftar Pustaka

(24)

10 BAB II

KERANGKA TEORI A. Definisi Terjemahan

Seperti halnya ilmu-ilmu lain, di dalam bidang penerjemahan ditemukan banyak definisi. Berbagai macam definisi itu mencerminkan pandangan ahli yang membuat definisi tentang hakikat terjemahan. Berikut akan disajikan beberapa definisi yang sering dikutip dalam buku tentang penerjemahan.

Penerjemahan atau translation selama ini didefinisikan melalui berbagai cara dengan latar belakang teori serta pendekatan yang berbeda-beda dari berbagai segi, baik segi semantik (kemaknaan) maupun linguistik (kebahasaan) dan sebagainya. Meskipun tidak mewakili keseluruhan definisi yang ada dalam dunia penerjemahan dewasa ini.

Definisi terjemahan dalam arti luas adalah “semua kegiatan manusia dalam

mengalihkan makna atau pesan, baik verbal maupun non verbal dari informasi asal atau informasi sumber (source information) ke dalam informasi sasaran (target information).”1Sedangkan definisi terjemahan dalam arti sempit adalah “suatu proses

pengalihan pesan yang terdapat di dalam teks bahasa sumber (source linguistik) dengan kesepadanan di dalam bahasa ke dua atau bahasa sasaran (target language).2

Eugene a. Nida dan Charles R. Taber, dalam buku mereka The Theory and Practice of Translation, memberikan definisi terjemahan sebagai berikut :

“Translating consist in reproducing in the receptor language the closest natural

equivalent of the source language message, first in the terms of meaning secondly in

1

Suhendra Yusuf, Teori Terjemah (Pengantar kearah Pendekatan Linguistik dan Sosiolinguistik). (Bandung. PT.Mandar Maju, 1994), Cet ke-1, h. 8.

2

(25)

11 terms of style.”3

(menerjemahkan berarti menciptakan padanan yang dekat dalam bahasa penerima terhadap pesan bahasa sumber, pertama dalam hal makna dan kedua pada gaya bahasa).

Secara lebih sederhana, menerjemahkan dapat didefinisikan sebagai memindahkan suatu amanat dari bahasa sumber ke dalam bahasa penerima (sasaran) dengan pertama-tama mengungkapkan maknanya dan kedua mengungkapkan gaya bahasanya.

Disini Nida dan Teber tidak mempermasalahkan bahasa yang terlibat dalam penerjemahan, tetapi lebih tertarik pada cara kerja penerjemahan. Seperti yang dikutip oleh Maurust Simatupang yakni mencari padanan alami yang semirip mungkin sehingga pesan dalam bahasa sumber bisa disampaikan dalam bahasa sasaran.4 Sehingga orang yang membaca atau yang mendengar pesan itu dalam bahasa sasaran pesannya sama dengan pesan orang yang membaca atau mendengar pesan itu dalam bahasa sumber.

Menurut resensi Willie Koen, nida dalam bukunya mengajarkan bahwa cara baru mnerjemahkan haruslah fokus pada response penerima pesan. (cara lama berfokus pada bentuk pesan). Itu berarti terjemahan dapat dikatakan baik bila benar-benar dapat dipahami dan dinikmati oleh penerimanya. Makna dan gaya atau nada yang diungkapkan dalam bahasa sasaran (bahasa penerima) tidak boleh menyimpang dari makna dan gaya/nada yang diungkapkan dalam bahasa sumber, itulah sebabnya nida mengatakan bahwa di dalam bahasa penerima harus terdapat “ The closest natural equivalent of the source language message, first in the terms of meaning

secondly interms of style.” Akan tetapi, ekuivalen itu haruslah natural )wajar, sesuai

dengan langgam atau idiom bahasa kita sendiri).

3

Nida F.A. dan Charles R. Teber, The Theory and Patrice of Translation (Leiden. E.J. Brill. 1996), h.24.

4

(26)

12 Catford (1965) menggunakan pendekatan kebahasaan dalam melihat kegiatan penerjemahan dan ia mendefinisikannya sebagai “The replacement of textual

material in one language (SL) by equivalent textual material in another language

(TL)”.5 (mengganti bahan teks dalam bahasa sumber dengan bahan teks yang sepadan dalam bahasa sasaran).

Newmark (1988) juga memberikan definisi serupa, namun lebih jelas lagi: “Rendering the meaning of a text into another language in the way that the author

intended the text” (menerjemahkan makna suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai yang dimaksudkan pengarang).

Pada definisi di atas tidak ditemukan tentang makna. Sementara itu secara garis besar terjemahan tidak bisa dipisahkan dari persoalan makna atau informasi. Sebagai ganti dari konsep makna adalah materi tekstual yang sepadan. Kesepadanan yang dimaksud materi tekstual oleh catford tidak harus naskah tulis. Sedangkan zuhrudin mengatakah bahwa. “penerjemahan bisa berasal dari bahasa lisan atau tulisan.”6

Ungkapan lain tentang hakikat penerjemahan yang dikemukakan oleh Juliana House dalam disertasinya mengatakan bahwa penerjemahan adalah “penggantian

kembali naskah bahasa sasaran yang secara semantik dan pragmatik sepadan.”7

Pada hakikatnya “esensi terjemahan itu terletak pada makna dari dua bahasa yang berbeda.”8

Oleh karena itu, house pun menjelaskan bahwa makna beraspek semantik erat kaitannya dengan makna denotatif, yaitu makna yang terdapat dalam kamus (makna leksikal) dan makna beraspek pragmatik bertautan dengan makna konotatif, yaitu makna yang berarti kiasan.

5

Rochayah Machali. Pedoman bagi Penerjemah. (Jakarta: PT. Grasindo. Anggota IKAPI 2000), h. 5.

6

Zuhrudin Suryawinata.et. al. Translation (Bahasa Teori dan Penentu Menerjemahkan). Yogyakarta: Knisius. 2003), Cet. Ke-1, h. 11.

7

Nurrahman Hanafi. Teori dan Sastra Menerjemahkan.(NTT: Nusa Indah. 1986), Cet. Ke-1, h. 26.

8

(27)

13 Dengan melihat definisi di atas, baik definisi penerjemahan dalam arti luas atau sempit, baik tinjauan semantik atau linguistik, sekilas masing-masing definisi tersebut berbeda-beda, yang sebenarnya mempunyai muatan yang sama, yaitu adanya persamaan dan penyusuaian pesan yang disampaikan oleh penulis naskah dengan pesan yang diterima pembaca.

B. Jenis Penerjemahan

Menerjemahkan pada dasarnya adalah mengubah suatu bentuk menjadi bentuk lain., bentuk lain yang dimaksud bisa berupa bentuk bahasa sumber atau bahasa sasaran. Secara sederhana, menerjemahkan dapat didefinisikan yaitu, “memindahkan

amanat dari bahasa sumber kebahasa sasaran, dengan pertama-tama memindahkan dan yang kedua mengungkapkan gaya bahasanya.”9

Dalam praktek menerjemahkan, diterapkan beberapa jenis penerjemahan. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Adanya perbedaan bahasa sumber dan system bahasa sasaran b. Adanya perbedaan jenis materi teks yang diterjemahkan c. Adanya anggapan bahwa terjemahan adalah alat komunikasi d. Adanya perbedaan tujuan dalam menerjemahkan suatu teks.

Dalam kegiatan menerjemahkan sesungguhnya, keempat faktor tersebut tidak selalu berdiri sendiri dalam arti bahwa “ada kemungkinan kita menerapkan dua atau

tiga jenis penerjemahan sekaligus dalam menerjemahkan sebuah teks”.10

9

Widya Martaya. Seni Terjemahan. (Yogyakarta: Knisius. 1991), Cet. Ke-1, h. 11.

10

(28)

14 Ada beberapa jenis terjemahan yang dapat kita terapkan dalam kegiatan menerjemahkan. Diantaranya yaitu:

a. Penerjemahan Kata Demi Kata

Penerjemahan ini disebut juga dengan interlinear translation, yaitu susunan kata bahasa sumber (Bsu) dipertahankan dan kata-kata diterjemahkan satu per satu dengan makna yang paling umum. Metode ini bertujuan untuk memahami mekanisme dalam bahasa sumber (Bsu) maupun untuk menganalasis teks yang sulit sebagai proses penerjemahan.

بتك ثاث ي ع

Terjemahan apaadanya: dan di sisiku tiga buku-buku saya punya tiga buku.11

b. Penerjemahan Harfiah

Penerjemahan harfiah ini menggunakan metode konversi, yaitu konstruksi gramatikal bahasa sumber (Bsu) dikonversikan ke padanan bahasa sasaran (Bsa) yang paling dekat tetapi kata-kata leksikal masih diterjemahkan kata per kata. Penerjemahan ini memang akan membingungkan pembaca, oleh karena itu, penerjemah harus memberikan keterangan tambahan berupa catata kaki (Foot note). Biasanya metode penerjemahan ini di gunakan dalam menerjemahkan al Qur’an.

لا ل لا اياحض عاس ل اتركايغ ي يلإ اسحإا ر لا لاجر لجر ءاج

Terjemahan harfiyah: datang seorang lelaki baik ke Yogyakarta untuk membantu korban-korban goncangan.

Seorang relawan datang ke Yogyakarta untuk membantu korban gempa.12

11

M. Syarif hidayatullah, Tarjim Al-An: Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia, (Tangerang: Dikara, 2010), Cet-4, h. 31.

12

(29)

15 Penerjemahan Setia

Penerjemahan ini merupakan proses menghasilkan kembali makna kontekstual bahasa sumber (Bsu) yang tepat, dengan mentransfer kata-kata cultural dan tetap mempertahankan tingkat ketidakwajaran gramatikal dan leksikal dalam proses penerjemahan. Dalam metode penerjemahan ini, masih mempertahankan kata-kata yang bermuatan budaya, dan diterjemahkan secara harfiah.

ا رلا ريثك ه

Terjemahan kontekstual: dia dermawan karena banyak abunya.13

c. Penerjemahan Semantik

Penerjemahan ini sudah lebih luwes, artinya sudah tidak mempertahankan lagi tingkat ketidakwajaran gramatikal dan leksikal dalam proses penerjemahan. Penerjemahan ini masih mempertimbangkan unsur estetika teks Bsu dengan memadukan makna selama masih dalam batas kewajaran. Dibandingkan dengan penerjemahan lain.14 Penerjemahan semantik lebih fleksibel.

لصفلا ا أ ي ج لا ا تيأر

Terjemahan semantik: aku lihat si muka dua (munafik) di depan kelas.15

d. Penerjemahan Saduran

Penerjemahan ini merupakan bentuk terjemahan bebas yang biasa dipakai dalam penerjemahan drama atau puisi. Biasanya antara tema, karakter, dan plot masih dipertahankan, dan peralihan budaya bahasa sumber (Bsu) ke dalam budaya bahasa sasaran (Bsa) ditulis kembali serta diadaptasi ke dalam bahasa sasaran (Bsa).

13

Ibid., h. 32.

14

Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah (Jakarta: Grasindo, 2000), h. 52.

15

(30)

16

ق ط ت ا ثيح ا يعب تشاع

ر لا ي عأب عيبا يلا ع

Terjemahan puisi: dia hidup jauh dari jangkauan Di atas gemericik air sungai yang terdengar jernih

Dia hidup jauh sehingga kaki tidak bisa menjangkaunya

Pada mata air di bagian sungai paling atas.16

e. Penerjemahan Bebas

Penerjemahan ini merupakan metode yang mengutamakan isi dan bahkan mengorbankan bentuk teks bahasa sumber (Bsu). Umumnya penerjemahan ini berbentuk parafrase yang dapat lebih pendek atau lebih panjang dari teks aslinya dan biasa dipakai di kalangan media masa.

يع جأ ا لا ايحل اسفلا ل صأ يظع لصأ لا لا أ يف

Terjemahan parafrasa: harta sumber malapetaka

Harta merupakan sumber terbesar kehancuran bagi kehidupan umat manusia17.

f. Penerjemahan Komunikasi

Penerjemahan ini merupakan upaya memberikan makna kontekstual bahasa sumber (Bsu) yang tepat, sehingga isi dan bahasanya dapat diterima dan dimengerti oleh pembaca. Metode ini tetap memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi seperti khalayak pembaca dan tujuan penerjemahan, sehingga teks sumber dapat diterjemahkan menjadi beberapa versi.

غض ت ق ع ث فط ر طت

Terjemahan awam: kita tumbuh dari mani, lalu segumpal darah, dan kemudian segumpal daging

16

Ibid., h. 33.

17

(31)

17

Kita berproses dari sperma, lalu zigot, dan kemudian embrio.18

Menurut Manna Al-Qaththan,19 terjemahan dapat digunakan pada dua arti:

1) Terjemahan harfiah, yaitu mengalihkan lafal-lafal yang serupa dari suatu bahasa ke dalam

lafal-lafal yang serupa dari bahasa lain sedimikian rupa. Sehingga susunan dan tertib

bahasa kedua sesuai dengan susunan dan tertib bahasa pertama.

2) Terjemahan tafsiriyah atau terjemahan maknawiyah, yaitu menjelaskan makna pembicaraan dengan bahasa lain tanpa terikat dengan tertib kata-kata bahasa asal atau memperhatikan susunan kalimatnya.

C. Defenisi Semantik 1. Pengertian Semantik

Semantik di dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris yaitu semantik,

dari bahasa Yunani Sema (Nomina) ‘tanda’: atau dari verba samaino ‘menandai’,

‘berarti’. Istilah tersebut digunakan oleh para pakar bahasa untuk menyebut bagian

ilmu bahasa yang mempelajari makna.20 Semantik merupakan cabang linguistik yang mempelajari makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Semantik biasanya dikontraskan dengan dua aspek lain dari ekspresi makna: sintaksis, merupakan pembentukan simbol kompleks dari simbol yang yang lebih sederhana, serta pragmatik yang merupakan penggunaan praktis simbol oleh komunitas pada suatu kondisi atau konteks tertentu.

Istilah semantik sendiri sudah ada sejak abad ke-17 bila dipertimbangkan melalui frase semantics philosophy. Sejarah semantik dapat dibaca di dalam artikel

An Account of the Word Semantics.21 Breal melalui artikelnya yang berjudul “Le Lois Intellectuelles du Language” mengungkapkan istilah semantik sebagai bidang

18

Ibid., h. 34.

19

Manna Khalil al Qattan, Studi Ilmu-ilmu al Qur’an (Jakarta: Litera Antar Nusa, 1993), h. 443.

20

Fatimah Djajasudarma, Semantik I: Pengantar Arah Ilmu Makna (Bandung: Refika, 1999), h. 1.

21

(32)

18 baru dalam keilmuan, di dalam bahasa Prancis istilah sebagai ilmu murni historis (historical semantics).

Jadi, semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa fonologi, gramatika, dan semantik.22 Dan semantik lebih umum digunakan dalam studi linguistik yang mempunyai cakupan objek yang lebih luas, yaitu mencakup makna tanda atau lambang pada umumnya dan merupakan bagian struktur bahasa yang terpenting yang berhubungan dengan makna ungkapan secara umum.23

2. Manfaat Semantik

Studi semantik dari segi manfaatnya memang sangat banyak. Ilmu ini sangat dibutuhkan diberbagai bidang keilmuan untuk pemahaman yang lebih dalam terhadap suatu masalah yang sedang dikaji. Selain itu, semantik juga sangat membantu dalam bidang yang berhubungan dengan bahasa dan teks-teks yang menjadi bahan pustaka.

Dalam dunia persuratkabaran dan pemberitaan, mereka akan memperoleh manfaat praktis dari pengetahuan mengenai semantic yang dapat membantu dalam memilih dan menggunakan kata dengan makna yang tepat dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. Bagi pelajar, pengajar, dan peneliti bahasa dan sastra pengetahuan semantik tentu banyak memberi manfaat. Bagi pelajar bermanfaat untuk menganalisis bahasa yang sedang dipelajari, bagi pengajar bermanfaat untuk memahami dengan baik dan mudah menyampaikannya kembali kepada para siswanya. Sedangkan bagi peneliti bermanfaat sebagai alat bantu yang dapat memudahkan menganalisis suatu permasalahan kebahasaan.

Selain itu, semantik juga bermanfaat bagi orang awam untuk memahami dunia yang penuh dengan informasi dan kebahasan yang terus berkembang, karena mereka

22

Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka cipta,2002), h. 2.

23

(33)

19 tidak bisa dapat hidup tanpa memahami sekeliling mereka yang mengunakan bahasa sebagai alat komunikasi.24

3. Jenis-jenis Semantik

Jenis-jenis semantik cukup beragam, tetapi ada beberapa macam jenis semantik yang selalu menjadi pembahasan pada ilmu tersebut. Diantara jenis-jenis semantik ada 4 macam, yaitu :

1) Semantik Leksikal

Semantik leksikal adalah semantik yang objek penyelidikannya adalah leksikon dari bahasa. Dan di dalam semantik leksikal diselidiki makna yang ada pada leksem dari bahasa tersebut. Sedangkan leksem itu adalah satuan gramatikal bebas terkecil dan dalam bahasa arab disebut dengan kalimat. Dalam studi semantik, semantik leksikal ini digunakan untuk menyebut satuan bahasa bermakna.

2) Semantik Gramatikal

Semantik gramatikal adalah semantik yang objek kajiannya adalah bentuk makna gramatikal dari tataran tata bahasa yaitu morfologi dan sintaksis, kata, frase, klausa, dan kalimat. Dalam bahasa Arab morfologi disebut dengan istilah “Ilmu

Sharaf” dan sintaksis dikenal dengan istilah “Ilmu Nahwu”. Semua bentuk

tersebut di atas memiliki makna dalam bentuknya masing-masing ketika satuan-satuan morfologi dan sintaksis itu membentuk sebuah kalimat.

3). Semantik Kalimat

Semantik kalimat adalah semantik yang berkaitan dengan topik kalimat dan menurut Verhaar, semantik kalimat ini belum banyak menarik perhatian para ahli linguistik.

24

(34)

20 4). Semantik Maksud

Semantik maksud adalah semantik yang berkenaan dengan pemakaian bentu-bentuk gaya bahasa seperti : metafora, ironi, litotes, dan majas perbandingan lainnya. Menurut Verhaar semantik maksud ini mirip dengan istilah semantic pragmatic yang biasa diartikan dengan bidang studi semantic yang mempelajari makna ujaran yang sesuai dengan konteks situasinya.

4. Satuan Semantik

Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks), dan symbol (simbol). Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan; misalnya foto. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan; misalnya asap sebagai tanda adanya api. Tanda seperti itu adalah tanda konvensional yang biasa disebut simbol. Jadi, simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan di antaranya bersifat arbitrer, hubungan berdasarkan konvensi masyarakat.

Sedangkan menurut Ogden dan Richards, semantik itu memilki segitiga makna yang saling berhubungan antara simbol, reference, dan referent. Simbol merupakan tanda yang bersifat arbitrer yang dapat digunakan untuk menamai suatu benda. Reference merupakan konsep pikiran yang tergambar di dalam otak tentang sesuatu yang sedang dipikirkan. Sedangkan referent merupakan objek yang sudah berbentuk jelas.25

25

(35)

21 5. Pengertian Makna

Sudah disebutkan pada sub bab yang sebelumnya bahwa objek studi semantik adalah makna; atau dengan lebih tepat makna yang terdapat dalam satuan-satuan ujaran seperti kata, klausa, dan kalimat.26 Aristoteles (384-322sm) seorang sarjana bangsa Yunani sudah menggunakan istilah makna, yaitu ketika dia mendefinisikan mengenai kata.Menurutnya, kata adalah satuan terkecil yang mengandung makna.27

Palmer dan Lyons membedakan pengertian makna dan arti. Makna adalah pertautan yang ada di antara unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata). Menurut palmer makna hanya menyangkut intra bahasa. Lyons menyebutkan bahwa mengkaji atau memberikan makna suatu kata ialah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan-hubungan makna yang membuat kata tersebut berbeda dari kata lain. Arti dalam hal ini menyangkut makna leksikal dari kata-kata itu sendiri, yang cenderung terdapat di dalam kamus sebagai leksem.28

Mengenai makna kata biasanya di bedakan bermacam-macam makna, maka pertama-tama harus diketahui dasar-dasar pengertian makna. Di sekitar kita terdapat bermacam-macam peristiwa atau hal yang dapat diserap panca indra kita yang secara tradisional kita kenal sebagai rumah, binatang, bulan, tanah, batu dan pohon. kata-kata semacam itu merupakan lambang bunyi ujaran untuk mengacu kepada benda-benda yang ada dialam itu.29

26

Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, h. 2.

27

Ibid, h. 27

28

Ibid, h. 5.

29

(36)

22 6. Jenis-jenis Makna

1. Makna Leksikal

Makna leksikal adalah makna yang memiliki atau ada pada leksem meski pada konteks apa pun. Bisa dikatakan juga, makna leksikal adalah makna yang bersifat leksikon (vokabuler, kosa kata, dan perbendaharaan kata), bersifat leksem (satuan bentuk bahasa yang bermakna), atau bersifat kata.30 Mansoer Pateda mendefinisikan makna leksikal adalah makna kata ketika makna itu berdiri entah dalam bentuk leksem atau bentuk berimbuhan yang maknanya kurang lebih tetap, seperti yang dapat dibaca di dalam kamus bahasa tertentu.

Misalnya leksem pensil memiliki makna leksikal ‘sejenis alat tulis yang terbuat

dari kayu dan arang’. Dengan contoh ini dapat pula dikatakan bahwa makna leksikal

adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil observasi indra kita, atau makna apa adanya.31

2. Makna Gramatikal

Makna gramatikal adalah makna yang menyangkut hubungan intra bahasa, atau makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata dalam kalimat. Makna leksikal biasanya dipertentangkan atau dioposisikan dengan makna gramatikal. Kalau makna leksikal itu berkenaan dengan makna leksem atau kata yang sesuai dengan referennya, maka makna gramatikal ini adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatikal seperti proses afiksasi, reduplikasi, dan komposisi atau kalimatisasi. Umpamanya, dalam proses afiksasi prefik ber- dengan dasar baju malahirkan makna gramatikal ‘mengenakan’ atau ‘memakai baju’.32 Makna leksikal dapat berubah ke dalam makna gramatikal secara operasional. Sebagai contoh dapat kita pahami makna leksikal kata belenggu adalah (i) alat pengikat kaki atau tangan;

30

Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, h. 60.

31

Abdul Cahear, Linguistik Umum ( Jakarta, Rineka Cipta, 2003) h. 289.

32

(37)

23 borgol, atau (ii) sesuatu yang mengikat (sehinga tidak bebas lagi). Sebagaimana makna gramatikal perhatikan ekspresi berikut: (i) Polisi memasang belenggu pada kaki dan tangan pencuri yang baru tertangkap itu, (ii) mereka terlepas dari belenggu

penjajahan.33

3. Makna Kontekstual/Situasional

Makna kontekstual (contextual meaning) atau makna situasional (situational meaning) muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dan konteks. Jadi, makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam satu konteks. Makna konteks dapat juga berkenaan dengan situasinya, yakni tempat, waktu dan lingkungan bahasa itu.

Konteks disini dapat berwujud dalam banyak hal, seperti (1) konteks orang, disini termasuk hal yang berkaitan dengan jenis kelamin, kedudukan pembicara, usia pembicara/pendengar, latar belakang social ekonomi pembicara/pendengar; (2) konteks situasi, misalnya situasi aman dan rebut; (3) konteks tujuan, misalnya meminta dan mengharapkan sesuatu; (4) konteks formal; (5)konteks suasanan hati pembicara /pendengar, misalnya: takut, gembira, dan jengkel; (6) konteks waktu, misalnya malam setelah magrib; (7) konteks tempat, misalnya di sekolah, di pasar dan lain-lain; (8) konteks objek,maksudnya apa yang menjadi focus pembicaraan; (9) konteks alat kelengkapan bicara/dengan dengan pembicara/pendengar; (10) konteks kebahasaan maksudnya bahasa indah bahasa yang digunakan oleh kedua belah pihak; (11) konteks bahasa, yakni bahasa yang digunakan.34

4. Makna Tekstual

Makna tekstual (textual meaning) adalah makna yang timbul setelah seseorang membaca teks secara keseluruhan. Makna tekstual tidak diperboleh hanya melalui

33

Varera, Pengantar Linguistik, h. 234.

34

(38)

24 makna setiap kata, atau makna setiap kelimat, tetapi makna tekstual dapat ditemukan setelah seseorang membaca keseluruhan teks. Dengan demikian makna tekstual berhubungan dengan bahasa tertulis. Makna tekstual lebih berhubungan dengan pesan, tema yang ingin disampaikan melalui teks.35

Makna leksikal adalah makna yang akan dipahami jika dibaca keseluruhan teks, untuk mencari makna kata tertentu agaknya seorang harus sabar. Ia harus membaca teks keseluruhan sebelum menentukan makna kata tertentu yang ia tidak ketahui maknanya.

5. Makna Konotatif

Makna konotatif (connotative meaning) muncul sebagai akibat asosiasi perasaan memakai bahasa terhadap kata yang didengar atau kata yang dibaca. Zgusta (1971:38) berpendapat makna konotatif adalah makna semua komponen pada kata ditambah beberapa nilai mendasar yang biasanya berfungsi menandai. Harimurti (1982:91)

berpendapat “aspek makna sebuah atau sekelompok kata yang didasarkan atas

perasaan atas pemikiran yang timbul atau ditimbulkan pada pembicaraan pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca) dengan kata lain makna konotatif ialah makna leksikal.

Misalnya kata amplop. Kata amplop bermakna sampul yang berfungsi tempat mengisi surat yang akan disampaikan kepada orang lain atau kantor, instansi dan lain-lain. Makna ini adalah makna denotative. Tetapi pada kalimat “berilah ia amplop agar urusannya cepat selesai”, makna amplop sudah bermakna konotatif, yakni berilah ia uang. Kata amplop masih ada hubungan, karena uang dapat saja diidi di dalam

amplopi. Dengan kata lain, kata amplop mengacu kepada uang, dan lebih khusus lagi dengan uang pelican, uang pelancar, dan uang sogok. Makna kata amplop tidak

35

(39)

25 sebagaimna adanya lagi, tetapi mengandung makna yang lain, yang kadang-kadang masih berhubungan dengan sifat, rasa, benda, peristiwa yang dimaksudkan.36

6. Makna Deskriptif

Makna deskriptif yang disebut juga makna kognitif atau makna referensial adalah makna yang terkandung di dalam setiap kata. Makna yang ditunjukan oleh lambing itu sendiri. Jadi, kalau seorang mengatakan air, maka yang dimaksud adalah sejenis benda cair yang digunakan untuk mandi, mencuci atau minum. Orang mengerti makna kata air, karena itu ia membawa air seperti yang kita kehendaki.

Makna deskriptif adalah makna yang terkandung dalam makna itu pada masa sekarang. Makna dimaksud adalah makna yang masih berlaku sekarang, makna yang berlaku dalam masyarakat pemakai bahasa. Makna deskriptif tidak dikaitkan lagi dengan makna kata itu pada waktu dahulu, atau tidak dikaitkan dengan makna ketika itu baru muncul yang diperhatikan yakni makna yang sekarang berlaku dalam masyarakat pemakai bahasa. Makna dapat berubah, tetapi tetap yang diperhatikan adalah makna yang masih berlaku pada waktu sekarang.37

7. Makna referensial

Makna referensial (referential meaning) adalah makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata. Sebelum dilanjutkan uraian makna referensial, ada baiknya dipahami lebih dahulu, apakah yang dimaksud dengan istilah referen. Menurut Palmer adalah hubungan antara unsure-unsur linguistik berupa kata-kata, kalimat-kalimat, dan dunia pengalaman yang non linguistik.

Referen dan acuan boleh saja benda, peristiwa, proses atau kenyataan. Referen adalah sesuatu yang ditunjukan oleh lambing. Makna referensial mengisyaratkan kepada kita tentang makna yang langsung menunjuk kepada sesuatu, apakah benda,

36

Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, h. 112.

37

(40)

26 gejala, kenyataan, peristiwa, proses, sifat. Makna referensial merupakan makna unsure bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia diluar bahasa.38

8. Makna Afektif

Makna afektif (affective meaning) merupakan makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan kata atau kalimat. Oleh Karena itu, makna afektif berhubungan dengan reaksi pendengar dalam dimensi rasa, maka dengan sendirinya makna afektif berhubungan pula dengan gaya bahasa.39

7. Sebab-sebab Perubahan Makna

Ahli bahasa Perancis Antoine Meiller “Bahwa bahasa ada tiga penyebab pokok untuk merubah makna yaitu: Bahasa, Sejarah, Masyarakat atau yang mengakibatkan atas perkataan ini. Macam-macam yang tiga ini menghimpun hal-hal yang bisa didalamnya antara menjelaskan banyak keadaan dari perubahan makna, akan tetapi bersamaan dengan hal itu bukan semua dari berbagai keadaan.

Sebab-sebab yang mengakibatkan perubahan makna yaitu nampaknya kebutuhan ketika masyarakat memiliki ide bahasa atau selainnya, dia ingin menciptakan yang baru, bahwa contoh dari semua suara didalam kosakata atau kamus bahasa. Ketika masyarakat memiliki ide bahasa atau selainnya, dia ingin menciptakan yang baru , bahwa contoh dari semua suara didalam kosakata atau kamus bahasa. Telah ada dalam perumpaan ini dari metode natralisasi (ketika diambil

sesuatu dari referensi luar). Ada metode yang menjadikan kata baru ‘coining’ pada

metode kalimat bahasa ini.

8. Penjelasan Makna dengan Akurasi Istilah Ekonomi-Politik

Istilah adalah satuan leksikal bahasa sasaran yang mempunyai makna leksikal yang sama dengan masing-masing satuan leksikal bahasa sumber, berbeda dengan

38

Ibid, h. 125.

39

(41)

27 terjemahan. Terjemahan atau penerjemahan adalah proses pengalihan bahasa untuk mendapatkan hasil yang sama hampir mendekati bentuk aslinya di dalam bahasa sumber dan yang memiliki makna yang sama dengan bahasa sasarannya.40 Sedangkan padanan bukanlah proses, melainkan hasil dari suatu proses penerjemahan dari bahasa sumber (Bsu) ke bahasa sasaran (Bsa). Istilah juga merupakan kumpulan sinonim dalam bahasa asing baik sebagai kata tunggal yang mengacu pada obyek yang sama maupun kalimat-kalimat, penjelasan-penjelasan yang dianggap sebagai istilah penjelasan dari kata kepala.

Penulis akan membagikan istilah berdasarkan jenis penggunaannya: 1) Sinonimi

Secara etimologi kata sinonimi berasal dari bahasa Yunani kuno yang terdiri dari sin “sama” atau “serupa” dan akar kata “onim” yang bermakna “sebuah kata yang dikelompompokan dengan kata-kata lain di dalam klasifikasi yang sama

berdasarkan makna umum”.41 Dengan definisi lain: sinonim adalah kata-kata yang mempunyai denotasi yang sama tetapi berbeda dalam konotasinya.

Suatu kata dikatakan bersinonim secara sempurna apabila kata-kata tersebut mengandung makna deskriftif, eksprestif dan social yang sama, sedangkan suatu kata disebut bersinonim secara absolut, apabila kata-kata tersebut mempunyai distribusi yang sama dan bermakna secara sempurna di dalam kehadirannya pada semua konteks. Contoh: kata meninggal dan kata mati memperlihatkan kesamaan makna, tetapi pemakaiannya berbeda. Kata meninggal hanya digunakan untuk manusia, dan

tidak untuk binatang atau tumbuhan. Tidak mungkin orang mengatakan “pohon saya

meninggal kemarin” tetapi “si Ali meninggalkemarin”. Derajat makna kata mati dan

40

Zgusta Ladislav, Manual of Lexicography, h. 312.

41

(42)

28

meninggal pada kalimat-kalimat ini pun berbeda, dalam arti kata meninggal lebih halus jika dibandingkan dengan kata mati.42

2) Antonim

Kata antonim berasal dari kata Yunani kuno, yaitu ianoma yang artinya ‘nama’

dan anti yang artinya ‘melawan’.43 Maka, antonim adalah kata yang mengandung makna yang berkebalikan atau berlawanan dengan kata yang lain. Verhaar (1983:133)

mengatakan “antonim adalah ungkapan (biasanya kata, tetapi dapat juga frase atau

kalimat) yang dianggap bermakna kebalikan dari ungkapan lain.”44

Antonim dan antonimi adalah hubungan semantik antara dua buah satuan ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan, atau kontras antara yang satu dengan yang lain. Misalnya: kata buruk berantonim dengan kata baik; kata mati berantonim dengan kata

hidup; dan kata membeli berantonim dengan kata menjual.45 Dalam buku-buku pelajaran Indonesia, antonim biasanya disebut lawan kata. Banyak orang tidak setuju dengan istilah itu sebab pada hakikatnya yang berlawanan bukan kata-kata itu, melainkan makna dari kata itu.

3) Hiponim

Hiponim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma berarti ‘nama’, dan hypo berarti ‘di bawah’. Secara harfiyah berarti ‘nama yang termasuk di bawah nama

lain’. Verhaar (1983:131) mengatakan “hiponimi adalah ungkapan (biasanya berupa

kata, tetapi kiranya bisa juga berupa frase atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan lain.46 Hiponim adalah hubungan semantik antara sebuah bentuk ujaran yang maknanya terucap dalam bentuk makna ujaran lain. Misalkan: kata warna adalah hiponim, sedangkan merah, hijau, biru,

42

Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, h. 224.

43

H.G Tarigan, Pengajaran Semantik, h. 41.

44

Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, h.207.

45

Abdul Chaer, Linguistik Umum, h. 299.

46

(43)

29

putih adalah hipernimi. Jadi merah berhiponim terhadap warna, maka iwarna berhiponim terhadap merah.47

4) Homonimi

Kata homonimi berasal dari bahasa Yunani kuno onoma yang artinya ‘nama’

dan homo artinya ‘sama’. Homonimi adalah kata-kata yang sama bunyinya tetapi mengandung arti dan pengertian berbeda.48 Verhaar (19/8) memberi definisi homonimi sebagai ungkapan (berupa kata, frase, atau kalimat) yang bentuknya sama dengan ungkapan lain (juga berupa kata, frase, atau kalimat) tetapi maknanya tidak sama.49

Homonimi adalah dua buah kata atau satuan ujaran yang bentuknya ‘kebetulan’

sama; maknanya tertentu saja berbeda, karena masing-masing merupakan kata atau bentuk ujaran yang berlainan. Misalnya: kata pacaryang bermakna ‘inai’, dan makna

pacar yang bermakna ‘kekasih’.50 Homonimi dibedakan menjadi dua bagian, yaitu homofon dan homograf. Homofon merupakan dua ujaran yang sama lafalnya tetapi berlainan tulisannya. Seperti kata bank dan bang, sangsi dan sanksi. Sedangkan homograf merupakan dan ujaran yang sama ejaannya tetapi berlainan lafalnya.51

47

Abdul Chaer, Pengantar Linguistik, h. 305.

48

H.G Tarigan, Pengjaran Semantik, h. 30.

49

Ibid, h. 93.

50

Abdul Chaer, Linguistik Umum, h. 302.

51

(44)

30 BAB III

Wawasan Tentang Kamus Al-‘Ashri Dan Kamus Kontemporer Arab-Indonesia Istilah Politik-Ekonomi

A. Wawasan kamus al-‘Ashri dan kamus Istilah

Pada bab ini, penulis mencoba menelusuri sinopsis kamus al-‘Ashri yang disusun oleh KH.Atabik Ali dan Drs.A.Zuhdi Muhdlor dan sinopsis kamus Kontemporer Arab-Indonesia Istilah Ekonomi-Politik yang disusun oleh M.Napis Djuaeni dan istilah-istilah politik-ekonomi yang ada di dua kamus tersebut. Dimana kamus dwibahasa ini memiliki kelebihan masing-masing yang tidak dimiliki kamus lain. Jika penulis lihat dari ragam kamusnya, kamus al-‘Ashri ini termasuk dalam kamus Terjemahan (mazdujah) atau

bilingual yang memadukan dua bahasa untuk menentukan titik temu makna dari kosakata. Kamus terjemah memuat kata-kata asing yang kemudian dijelaskan satu persatu dengan mencari padanan makna yang disesuaikan dengan bahasa nasional atau bahasa pemakai kamus. Dalam penyusunan kamus terjemah dibutuhkan skill penyusunan yang mumpuni di bidang Ilmu Terjemah. Selain itu, penyusun kamus dituntut untuk menguasai dua bahasa (bilingual) secara baik.

Pada dasarnya, kamus terjemah tergolong kamus yang paling dulu ada. Sebab, bangsa Smith di Irak pada 3000 SM telah mengenal kamus terjemah. Seiring dengan tingginya tingkat komunikasi antar umat beragama di berbagai belahan dunia yang kian mudah dan mengglobal, maka eksistensi kamus terjemah pasti akan terus ada dan bahkan bisa berkembang pesat melebihi jenis-jenis kamus lainnya. Kini, telah muncul kamus terjemah

(45)

31 Realitas ini menunjukan tingkat kebutuhan antar bahasa yang berbeda bahasa untuk memahami bahasa orang lain hingga terwujud komunikasi yang saling memahami.

Kamus Istilah termasuk ke dalam kamus Spesialis (Takhashshushi) yaitu kamus yang hanya menghimpun kata-kata yang ada dalam satu bidang/disiplin ilmu tertentu. Kamus ini berisi 37.424 entri (6.250 entri tunggal dan 33.676 entri ganda) untuk edisi Arab-Indonesia juga memuat puluhan ribu kata yang tidak ditemukan dalam berbagai kamus sejenis. Mencakup istilah yang populer dalam percaapan bisnis, politik, media, dan komunikasi publik lainnya khusus dibadang ekonomi dan politik. Terkait dengan kamus istilah ada kamus lain yaitu kamus kedokteran, kamus pertanian, dan sebagainya. Contoh kamus spesialis adalah kamus Hayatul Hayawan Al-Kubra (kehidupan binatang) karya Ad-Damiri (1341-1405 M). kamus sebanyak dua jilid ini memuat kumpulan kata yang khusus membahas tentang nama-nama binatang ternak, burung, serangga, dan sebagainya.

Peran leksikologi dalam membahas makna-makna leksikal yang terdapat dalam ke dua kamus (Al-‘Ashri dan Istilah) lebih sempit dari pada semantik dan leksikologi lebih fokus pada perkembangan kata, perubahan makna sebuah kosa kata yang ada di dalam kamus.

B. Riwayat Hidup Pengarang

(46)

32 H.M. Napis Djuaeni, kelahiran Majena (Mandar) Sulawesi Barat 29 Juli 1957,

adalah Doktor Bahasa Arab di Ma’had Al-Buhuts wa Al-Dirasat Al-‘Arabiyyah-Jami’ah Al-Duwal Al-‘Arrabiyah, Cairo-Mesir.Dengan penuh ketelitian, serta kesabaran yang tinggi mereka turut memperkaya khazanah perkembangan penyusunan kamus dengan melakukan riset intensif mengenai bahasa Arab di Cairo (1984-1987). Kehadiran Kamus Kontemporer Arab-Indonesia Istilah Politik-Ekonomi pada Desember 2006 ikut serta memenuhi kebutuhan para profesional bidang budaya, politik, bisnis dan peradaban dunia di era globalisasi informasi dewasa ini.

C. Sinopsis al-‘Ashri

Kamus kontemporer al-‘Ashri ini demikian mudah digunakan karena menggunakan pola alfhabet (huruf). Sehingga untuk mencari kata atau lafadz tertentu, kita tidak perlu susah-susah mencari akar kata atau fi’il (madhi) nya, melainkan langsung pada kata atau lafadz tersebut sesuai dengan huruf awalnya.

Adapun petunjuk penggunaannya sebagai berikut:

1) Sesuai pada pola yang ditempuh dalam penyusunan kamus untuk pembaca tidak perlu mencari akar kata atau kata asal dari kosakata yang akan dicari. Pembaca cukup membuka kepada bab atau kelompok huruf dari huruf pertama kosakata tersebut. Sebagai contoh: kata لخدا dicari pada bab alif, kata لخادتdicari pada bab ta’, kata لخاد dicari pada bab dal, dan kata ة خادم dicari pada bab mim.

(47)

33 3) Untuk kata yang searti ada kalanya ditulis lagi dibelakang muradif atau istilah tanpa membedakan terjadinya perubahan bentuk (mabni). Seperti و بأ , وغت dibelakangnya ditulis lagi و ت. Demikian pula kata لص تا dibelakangnya ditulis lagi لصاوت dan seterusnya.

4) Secara umum tidak mencantumkan dalam kamus ini "في عتلا لا" kecuali pada beberapa kata yang penulisnya menjadi berubah jika di situ dituliskan في عتلا لا seperti pada kata, )يضاقلا( ضاق, )يرا لا( راض, )يلاعلا( لاع

5) Dalam pencarian kosakata di dalam kamus ini kesamaan huruf pada kosakata tetapi harkatnya berubah-rubah. Maka menyusunnya berurutan mulai dari harkat fatha, kemudian dholmahkasrah lalu sukun.

6) Alif maqsurah (ي)dipersamakan dengan alif biasa, seperti kata ج , وتحا ,يقتا

7) Alif mamdudah (آ) dipersamakan dengan alif biasa dan tidak mempengaruhi urutan-urutan penulisan.

8) Ta marbuthah (ة) disamakan dengan ta mabsuthah (ت)

9) Hamzah (ء) dalam bentuk dan tulisan seperti apapun dipersamakan dengan alif (ا), karena itu dibedakan antara hamzah dengan alif layyinah, baik jika hamzah itu diatas alif (أ), (ؤ), (ئ) bahkan ketika berdiri sendiri. Karenanya jika hamzah atau alif menjadi menjadi huruf terdepan dari sebuah kosakata, maka harus dicari pada bab hamzah. 10)Penggunaan tanda kurung baik pada kosakata Arab maupun artinya dalam bahasa

Indonesia, adakalanya untuk:

a) Memperjelas penggunaan kata tersebut, seperti: لي بإ

( لكشلا ) , ف تئإ ( عم )

(48)

34 b)Menunjukan bahasa asli (untuk terjemah bahasa ‘ejaannya) seperti: tulang rawan

(cartilage)

c) Menunjukan ilmu disiplin tertentu, seperti:

ة غف ( ط ) , ةيمدع ( ةفس ف ) , عاجشلا ة كوك ( ك ف ) , مامتلا يح ( ةيضاير )

Indonesianya: superiority complex (psikologi), sinus (matematika) d)Menunjukan macam atau jenis seperti

اقص , ( ا ن ) , روقنس ( ة ئاط ) , ةرومنس ( كمس )

Indonesia: unsure gas (kimia), yang berinsan bawah (ikan) D. Sinopsis Kamus Istilah

Kamus ini demikian mudah digunakan karena menggunakan pola al-fhabetis sesuai dengan huruf pertamanya, tanpa terikat pada akar kata atau kata dasarnya baik dalam entri tunggal maupun dalam entri ganda.

Adapun petunjuk penggunaannya sebagai berikut:

1) Kata-kata dalam kamus kontemporer ini disusun menurut urutan alphabet sesuai dengan huruf pertamanya, misalnya kata ٌقيوست, maka kata ٌقيوست ini dapat dicari

dengan huruf pertamanya yaitu huruf “ت”, bukan pada huruf “ ”( وق) yang artinya Marketing.

2) Entri dalam kamus istilah ini terdiri atas dua macam entri yaitu tunggal dan entri gabungan. Adapun entri tunggal hanya dapat dijumpai satu kali dalam kamus ini, misalnya:

 Kata ٌدادمإ hanya dapat dijumpai pada bab (ف لأا) “أ”

 Kata ٌءا غhanya dapat dijumpai pada bab “غ”

(49)

35 Sedangkan entri ganda dapat dijumpai lebih dari satu kali, misalnya:

 ةَيدا تقإ ةبوقعdapat dilihat pada huruf “ع” dan pada huruf “أ”

3) Secara umum kata-kata dalam kamus kontemporer ini berbentuk “nakirah” yaitu yang tidak memakai في عتلا“لا” atau semacamnya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kamus al-‘Ashri dan kamus istilah sama-sama mempunyai persamaan yaitu dalam penyusunan entrinya dengan menggunakan alfabetis. E. Istilah Ekonomi dan Politik Arab-Indonesia

Yang disebut istilah adalah yang mempunyai makna yang pasti, jelas dan tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat. Yang perlu diingat adalah bahwa sebuah istilah hanya digunakan pada keilmuan atau kegiatan tertentu. Umpamanya, kata tangan

dan kata lengan yang menjadi contoh diatas, kedua kata itu dalam bidang kedokteran. Kedua kata itu dalam bidang kedokteran mempunyai makna yang berbeda. Tangan

bermakna ‘bagian dari pergelangan sampai ke jari tangan’, sedangkan lengan adalah

‘bagian dari pergelangan sampai ke pangkal bahu’. Jadi, kata tangan dan lengan sebagai istilah dalam ilmu kedokteran tidak bersinonom, karena maknanya berbeda.

Dalam perkembangan bahasa memang ada sejumlah istilah, yang sering digunakan, lalu menjadi kosakata umum. Artinya, istilah itu tida

Referensi

Dokumen terkait

Pharmaceutical Microbiology consists of Ten Chapters : (1) Introduction and Scope ; (2) Structure and Function : Bacterial Cells ; (3) Characterization, Classification and

Deskriptif Sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Toba Samosir telah sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, namun belum mengatur secara

berpengaruh (Hitler dan Dönitz) pada peranan U-boat dalam blokade Inggris di lautan.. Atlantik 1939-1944 menjadi salah satu pemicu kegagalan Jerman

Dari uji hubungan antara pengetahuan dengan sikap wanita usia subur di dapatkan nila p value = 0,001, yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara

Apabila objek sengketa terdapat sengketa hak milik atau sengketa lain antara orang Islam maka Peradilan Agama dapat memutus bersama-sama perkara yang menjadi ke wenangan

ﻦﻳا ﻪﺑ ﻪﻛ ترﻮﺻ اﺪﺘﺑا زا ﺲﭘ ﺲﻴﻨﻴﻣﻮﻫ ﺲﻴﺘﺴﻴﺳﻮﺘﺳﻼﺑ ﻪﺑ ﻲﮔدﻮﻟآ ﺺﻴﺨﺸﺗ ، يﺎﻫﺮﻴﻤﺳا ﻚﻤﻛ ﻪﺑ يژﻮﻟﻮﻳﺰﻴﻓ مﺮﺳ و ﻞﮔﻮﻟ ﺎﺑ هﺪﺷ ﻪﻴﻬﺗ ، ﺄﺗ ﺖﻬﺟ و ﺺﻴﺨﺸﺗ ﺪﻴﻳ ﻪﺑ ﻲﮔدﻮﻟآ مﺪﻋ

Another aspect of Dutch corporatism is that some areas of social welfare are mostly left to collective labour agreement between the social partners in sectors of industry, such

Seluruh dosen Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, khususnya dosen Jurusan Manajemen konsterasi keuangan yang telah banyak memberikan