• Tidak ada hasil yang ditemukan

Edisi II, 2010

WILAYAH BARAT PROPINSI D.I. ACEH KAB. ACEH TENGGARA KAB. ACEH TIMUR KAB. ACEH TENGAH *) KAB. ACEH BARAT KAB. ACEH BESAR KAB. PIDIE KAB. ACEH UTARA KAB. SIMEULUE KAB. ACEH SINGKIL KAB. BIREUN

KAB. ACEH B DAYA KAB. GAYO LUES

KAB. ACEH JAYA KAB. NAGAN JAYA KAB. ACEH TAMIANG PROPINSI SUMUT KAB. TAPANULI UTARA KAB. TAPANULI SLTN KAB. NIAS

KAB. LANGKAT

KAB. KARO

KAB. DELI SERDANG KAB. SIMALUNGUN KAB. ASAHAN KAB. LABUHAN BATU KAB. DAIRI

KAB. TOBA SAMOSIR KAB. MANDAILING NATAL KAB. NIAS SELATAN PROPINSI SUMATERA BARAT KAB. SOLOK*)

KAB. SW.LUNTO KAB. TANAH DATAR KAB. P PARIAMAN KAB. AGAM KAB. 50 KOTA KAB. PASAMAN *) KAB. KEP MENTAWAI PROPINSI RIAU KAB. INDRAGIRI HULU KAB. BENGKALIS KAB. INDRAGIRI HILIR

KAB. PELALAWAN

KAB. ROKAN HULU KAB. ROKAN HILIR KAB. SIAK KAB. K SINGINGI PROPINSI JAMBI KAB. MEANGIN KAB. SAROLANGUN KAB. BATANGHARI KAB. T JABUNG BARAT KAB. T JABUNG TIMUR

KAB. BUNGO

KAB. TEBO

PROPINSI SUMATERA SELATAN KAB. OGAN KOM ILIR *) KAB. MUARA ENIM KAB. LAHAT KAB. MUSI RAWAS KAB. MUSI BANYUASIN

PROPINSI BENGKULU KAB. REJANG LEBONG *) KAB. BENGKULU UTARA PROPINSI LAMPUNG KAB. LAMPUNG TENGAH KAB. LAMPUNG UTARA KAB. LAMPUNG BARAT KAB. TULANG BAWANG

KAB. TANGGAMUS

KAB. WAY KANAN

PROPINSI BANGKA BELITUNG*) KAB. BELITUNG

WILAYAH TENGAH PROPINSI DKI JAKARTA KODYA JAKARTA PUSAT***) KODYA JAKARTA UTARA***) KODYA JAKARTA BARAT***) KODYA JAKARTA SELTN***) KODYA JAKARTA TIMUR***) PROPINSI JAWA BARAT

KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON

PROPINSI JAWA TENGAH

KAB. BANYUMAS KAB. PURBALINGGA KAB. BANJARNEGARA KAB. KEBUMEN KAB. PURWOREJO KAB. WONOSOBO KAB. MAGELANG KAB. BOYOLALI KAB. KLATEN KAB. SUKOHARJO KAB. WONOGIRI KAB. KARANGANYAR KAB. SRAGEN KAB. GROBOGAN KAB. BLORA KAB. REMBANG KAB. PATI KAB. KUDUS KAB. JEPARA KAB. DEMAK KAB. SEMARANG KAB. TEMANGGUNG KAB. KENDAL KAB. BATANG KAB. PEKALONGAN KAB. PEMALANG KAB. TEGAL KAB. BREBES

PROPINSI D.I. YOGYAKARTA KAB. BANTUL

KAB. GUNUNG KIDUL*)

KAB. SLEMAN

PROPINSI JAWA TIMUR

KAB. PONOROGO KAB. TRENGGALEK KAB. TULUNGAGUNG KAB. BLITAR KAB. KEDIRI KAB. MALANG KAB. LUMAJANG KAB. JEMBER KAB. BANYUWANGI KAB. BONDOWOSO KAB. SITUBONDO KAB. PROBOLINGGO KAB. PASURUAN KAB. SIDOARJO KAB. MOJOKERTO KAB. JOMBANG KAB. NGANJUK KAB. MAGETAN KAB. MADIUN KAB. NGAWI KAB. BOJONEGORO KAB. TUBAN KAB. LAMONGAN KAB. GRESIK KAB. BANGKALAN KAB. SAMPANG KAB. PAMEKASAN KAB. SUMENEP PROPINSI BANTEN KAB. LEBAK KAB. TANGERANG KAB. SERANG KOTA TANGERANG

PROPINSI KAL BARAT

KAB. PONTIANAK

KAB. SANGGAU *) KAB. KETAPANG KAB. SINTANG *) KAB. KAPUAS HULU PROPINSI KAL TENGAH KAB. KW TIMUR KAB. KAPUAS KAB. BARITO SELATAN KAB. BARITO UTARA PROPINSI KAL SELATAN

KAB. KOTABARU

KAB. BANJAR KAB. BARITO KUALA KAB. TAPIN

KAB. H SUNGAI SLTN KAB. H SUNGAI TNGH KAB. H SUNGAI UTARA

KAB. TABALONG

PROPINSI

KALIMANTAN TIMUR KAB. KUTAI KERTANEGARA KAB. BERAU

KAB. BULUNGAN

KAB. NUNUKAN

KAB. MALINAU

KAB. KUTAI BARAT KAB. KUTAI TIMUR

WILAYAH TIMUR PROPINSI BALI KAB. TABANAN KAB. BADUNG KAB. GIANYAR KAB. KLUNGKUNG KAB. BANGLI KAB. KARANGASEM KAB. BULELENG KOTA DENPASAR PROPINSI

NUSA TENGGARA BARAT KAB. LOMBOK TENGAH KAB. LOMBOK TIMUR KAB. SUMBAWA *)

KAB. DOMPU*)

KAB. BIMA*) PROPINSI

NUSA TENGGARA TIMUR*) KAB. TIMOR TENGAH SELATAN KAB. TIMOR TENGAH UTARA*) KAB. BELU KAB. ALOR KAB. FLORES TIMUR KAB. SIKKA

KAB. ENDE

KAB. NGADA

KAB. MANGGARAI

KAB. SUMBA TIMUR *) KAB. SUMBA BARAT*) KAB. LEMBATA PROPINSI GORONTALO

KAB. BOALEMO

PROPINSI MALUKU KAB. MALUKU TENGGARA *)

KAB. MALUKU

TENGGARA BRT

KAB. BURU

KAB. KEPULAUAN ARU*) PROPINSI MALUKU UTARA KAB. HALMAHERA TENGAH KAB. HALMAHERA UTARA KAB. HALMAHERA SELATAN KAB. KEPULAUAN SULA PROPINSI PAPUA KAB. JAYAWIJAYA KAB. JAYAPURA KAB. NABIRE

KAB. YAPEN WAROPEN KAB. BIAK NUMFOR*) KAB. PUNCAK JAYA KAB. MIMIKA PROPINSI PAPUA BARAT

KAB. MANOKWARI

KAB. FAK FAK Keterangan :

*) Kabupaten yang memiliki cadangan air minum terbatas **) Kabupaten dengan kondisi air minum sangat kurang ***) Daerah yang air tanahnya i dak siap untuk di konsumsi. (eko/wawasan.com) Berikut Daerah Rawan Air di Indonesia menurut data

Testimoni

G

uru yang Mengurusi Sampah dan Limbah

Kecintaan Teti Suryati, kelahiran Garut, 18 April 1961, pada tanaman dan lingkungan mendorongnya gencar menyosialisasikan pengolahan sampah menjadi kompos. Dan sebagai pilar pertama kesehatan lingkungan sekolah. Awalnya, guru Biologi SMAN 12 Jakarta ini sekadar membagi ilmu dengan sesama guru di Jakarta, lalu meluas sampai di berbagai wilayah di Tanah Air.

Keengganan warga mengolah sampah dan limbah rumah tangga dijawab Teti dengan menciptakan alat pembuat kompos atau komposter sederhana. Komposter buatan Teti berbahan kaleng bekas cat berukuran 25 kilogram, yang diberi alat pemutar pada bagian samping atau tutup kaleng. Semua ini berawal saat Teti terpilih sebagai kader kebersihan oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta, enam tahun lalu. Sebagai kader, dia mendapat banyak informasi tentang pengolahan sampah dan limbah menjadi kompos.

Pengetahuan itu tak dibiarkannya begitu saja. Tetapi dia mengembangkannya dengan menciptakan komposter. Untuk memenuhi selera masyarakat, Teti telah mengembangkan 13 tipe komposter dengan bahan baku kaleng dengan alat pemutar. Tahun lalu, dia

mengembangkan komposter gantung yang dibuat dari tempayan air,

untuk mengajari warga membuat kompos cair. “Setiap kali saya ceramah soal pengolahan sampah dan limbah di seputar rumah, warga malah bertanya ’ngapain susah- susah ngurus sampah?’ Mereka merasa sudah membayar retribusi kebersihan, jadi enggak perlu pusing mikirin sampah,” cerita Teti.

Ketika ia meminta warga belajar bikin kompos, ”Sebagian warga menjawab, untuk apa? Beli saja, kompos kan harganya murah, cuma Rp 1.000 per kilogram,” ujarnya. Sikap apatis warga yang dia datangi lewat kelompok arisan, pengajian, PKK, warga perumahan, guru, maupun karyawan itu tetap tak menyurutkan semangat Teti untuk berbagi dan mengubah paradigma berpikir masyarakat soal sampah. Keluhan itu justru membuat dia kreatif dengan menciptakan komposter untuk mengurangi sampah dan limbahdi rumah.

Umumnya warga kota malas berurusan dengan sampah dan limbah organik atau basah yang mudah berbau busuk. Mereka enggan membuka tempat pembuangan sampah, lalu mengaduknya agar tak bau dan berbelatung.

”Dari situlah saya terpikir harus membuat alat pengaduk sehingga tempat sampah dan limbah organik tak harus sering dibuka. Saya lalu ke tukang las, minta kaleng bekas cat itu dilubangi sisi kiri dan kanannya, lalu DOK. PRIBADI

Edisi II, 2010

dipasangi seperti jeruji yang memudahkan pemutaran sampah dan limbah di dalamnya,” tuturnya. Komposter ala Teti bahkan bisa disimpan di ruang tamu, tanpa orang sadar bahwa isinya sampah dan limbah basah. Adapun komposter gantung dari tempayan air cocok dipasang di rumah yang tak punya halaman.

Bersih dan hijau

Keterlibatan Teti mengajak warga memilah dan mengolah sampah dan limbah semakin intens ketika suaminya terpilih menjadi Wakil Ketua RW 15, Kampung Bulak, Klender, Jakarta Timur, tahun 2004. Teti, yang saat itu aktif sebagai instruktur pendidikan lingkungan hidup bagi guru-guru DKI Jakarta, merasa harus mendukung tugas suami. ”Ketika itu ada lomba RW bersih dan sehat tingkat kelurahan. Saya ikut terlibat di PKK dan harus menggerakkan semua warga agar berpartisipasi,” kenangnya.

Kondisi lingkungan tempat tinggal yang kumuh dan sempit menginspirasi dia untuk mengajak warga mengubahnya menjadi lingkungan yang bersih dan hijau. Ia minta setiap rumah menanam dua pohon. ”Ini menimbulkan pro-kontra.”

Warga yang umumnya masyarakat menengah-bawah keberatan harus membeli tanaman dan pot. Teti pun menyarankan kaleng bekas sebagai ganti pot. Selain itu, setiap pukul 16.00, salah satu penghuni rumah harus membersihkan halaman masing-masing. Bagi warga yang tak bersedia, ada denda menyediakan dua pohon di depan rumah.

”Cara itu efektif untuk membangkitkan kesadaran warga. Mereka ikut aktif menciptakan kebersihan lingkungan. Setelah tampak hasilnya, warga jadi gemar bertanam,” kata Teti. Hasilnya? RW 15 ditunjuk sebagai RW percontohan di Jakarta Timur.

Namun, kecintaan warga menanam itu menimbulkan persoalan lain. Mereka sulit menemukan media tanam. Dan Teti lalu memperkenalkan kompos sebagai media tanam.

Pembuatan kompos menuntut warga punya kebiasaan memilah sampah dan limbah di rumah. Sampah dan limbah organik warga RW itu dikumpulkan di enam posko, sedangkan sampah dan limbah non organik, seperti kertas, plastik, dan kayu, dijual atau dibuat kerajinan tangan. Petugas kebersihan hanya mengangkut sampah dan limbah yang sama sekali tak bisa didaur ulang.

Dalam kurun 2004-2006, RW 15 ”hanya” mendapat juara ketiga RW bersih dan sehat tingkat provinsi

DKI Jakarta. Tetapi, kebiasaan mengelola sampah dan limbahrumah dan mengolahnya menjadi kompos telah menjadi pola hidup warga. Mereka cinta lingkungan bukan karena ada lomba.

Baru pada 2007, RW 15 menjadi juara nasional RW Bersih yang diselenggarakan Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Sejak itu, kawasan ini sering didatangi masyarakat dan pejabat yang ingin mengetahui bagaimana warga setempat mengelola sampah dan limbah rumah tangga.

Untuk menumbuhkan kesadaran warga, seperti memilah sampah dan limbah di rumah, tak semudah membalik telapak tangan. Padahal, sampah dan limbah organik mencapai 60 persen dari total sampah dan limbah rumah tangga. ”Kalau semua orang mau sedikit saja susah, memilah sampah dan limbah dan mengolahnya, bayangkan, betapa nikmatnya lingkungan hidup ini. Akibat global warming pun bisa diminimalkan,” ujarnya lebih lanjut.

Tahun 2006 Teti menggagas muatan lokal lingkungan hidup sebagai materi pelajaran di sekolah tempatnya mengajar. Pengolahan sampah dan limbah termasuk salah satu materi yang diajarkan. Ia membuat semacam kurikulum, siswa diajak praktik di rumah dan di sekolah.

Apa yang dia lakukan membuahkan hasil. Sekolah tempatnya mengajar, SMAN 12 Jakarta, terpilih sebagai sekolah berwawasan lingkungan tingkat nasional. Dalam lomba pemanfaatan sampah dan limbah oleh pelajar yang digelar World Wildlife Fund, SMAN 12 Jakarta meraih juara kedua. Siswa mengolah sampah dan limbahplastik menjadi aksesori.

Kiprah Teti yang gencar memperkenalkan pengolahan sampah dan limbah skala rumah tangga dan sekolah ini menarik perhatian berbagai pihak yang peduli lingkungan hidup. Dia semakin sering diminta menjadi pembicara ke berbagai kota, seperti Balikpapan, Pontianak, dan Bandar Lampung. Ia muncul dalam talkshow di radio dan televisi. Teti semakin sibuk sebagai pembicara soal pengolahan sampah dan limbah dan pemberdayaan warga untuk menciptakan lingkungan hidup yang bersih dan hijau. Namun, dia tak mengabaikan tugasnya sebagai guru.

Nama : Dra Tei Suryai Lahir : Garut, 18 April 1961 Agama : Islam

Profesi : Guru SMAN 12 Jakarta Suami : Heriyanto

Anak : Mui Axanoriyani , Mei Asokariyani dan Media Heriyanto

Reportase

P

rogram Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) telah diperkenalkan di Kabupaten Grobogan semenjak tahun 2008. Melalui program ini, Pokja AMPL Grobogan dan Plan Indonesia telah melakukan kerjasama untuk membentuk tim STBM di seluruh tingkat kecamatan di Grobogan dengan pilot CLTS di 6 desa. Hingga kini, Kabupaten Grobogan telah memiliki 2 desa yang terbebas dari perilaku buang air besar sembarangan, yaitu kabupaten Panimbo dan kabupaten Gunung Tumpeng. Keberhasilan penerapan STBM di kabupaten Grobogan ini akan dikembangkan dengan melakukan scaling up di 153 desa di 10 kecamatan. Rencananya kegiatan upscaling ini merupakan bagian dari kerjasama program Pokja AMPL dan Plan Indonesia.

Terkait dengan hal tersebut Pokja AMPL Grobogan menyelenggarakan kegiatan roadshow STBM dalam rangka sosialisasi dan advokasi program STBM kepada para pemangku kepentingan. Kegiatan ini diselenggarakan pada Selasa, 15 Juli 2010 bertempat di Ruang Riptaloka Kantor Pemerintah Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Acara ini dibuka oleh Wakil Bupati Grobogan, Icek Baskoro, dan juga dihadiri oleh Direktur Permukiman dan Perumahan Bappenas, Budi Hidayat.

Dalam sambutannya Budi Hidayat menyampaikan pentingnya kegiatan STBM, mengingat masih ada sekitar 70 juta masyarakat Indonesia yang masih buang air besar sembarangan dan akibatnya negara mengalami kerugian sebesar 56 triliun setiap tahunnya. Untuk itu, diperlukan kerjasama semua pihak untuk mengatasi

persoalan tersebut. Hal inipun diamini oleh Wakil Bupati Grobogan yang menyambut

gembira rencana scaling up STBM ini. Sebagai komitmen, pada kesempatan ini juga dilakukan pendeklarasian komitmen 10 kecamatan bebas dari perilaku buang air besar sembarangan di tahun 2012.

Agar program dan pendekatan STBM dapat tersosialisasikan dan teradvokasikan dengan baik, dalam acara ini juga diselenggarakan talkshow yang dihadiri oleh Nugroho Tri Utomo dari Direktorat Permukiman dan Perumahan Bappenas, Atang Saputra dari Direktorat Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, dr. Djauhari dari Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan dan Alit Avianne dari Plan Internasional Indonesia. Dalam diskusi dikemukakan bahwa pendekatan STBM ini terbilang efektif, karena belajar dari pengalaman yang lalu bahwa pembangunan sanitasi tidak dapat berhasil apabila masyarakat tidak mengubah perilakunya. Selain itu, pendekatan STBM ini menitikberatkan pada keterlibatan dan partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan. Namun sebagai catatan, meski peran aktif masyarakat sangat dibutuhkan, keterlibatan pemerintah daerah juga sangat dibutuhkan untuk menjaga keberlanjutan. Untuk itu, diperlukan pembagian peran yang jelas dalam pembangunan. DHA

Roadshow Sanitasi Total Berbasis

Dokumen terkait