• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. PENDAHULUAN

1.1. Kondisi Umum Sekterariat Ditjen

1.1.7. Sistem Akuntabilitas Kinerja

Sebagai amanat dari Peraturan Presiden nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah bahwa setiap instansi pemerintah perlu menerapkan suatu rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan atau pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran dan palaporan kinerja pada instansi pemerintah dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah. SAKIP ini memuat 1) perencanaan kinerja (Renstra, Perjanjian Kinerja dan Rencana Kinerja Tahunan); 2) pengukuran kinerja (penetapan Indikator

30 Kinerja Program dan Indikator Kinerja Kegiatan; 3) pengelolaan data kinerja (baseline data, perbandingan realisasi kinerja tahun berjalan dengan target/ sasaran dalam Renstra); 4) pelaporan kinerja (Laporan Kinerja/LAKIN interim dan tahunan); dan 5) reviu dan evaluasi kinerja oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).

Capaian indikator meningkatnya kualitas SAKIP Kementerian Pertanian, antara lain diindikasikan bahwa SAKIP tahun 2010 yang dinilai pada tahun 2011 mendapatkan predikat “B” atau skor nilai 65,72 dari 82 Kementerian/Lembaga tingkat Pusat yang dievaluasi oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Nilai evaluasi atas Akuntabiltas Kinerja Instansi Pemerintah tahun 2011 mendapat predikat “B” dengan skor nilai 70,19 (meningkat 4,47). Demikian pula tahun 2012, nilai evaluasi atas Akuntabiltas Kinerja Instansi Pemerintah mendapat predikat “B” dengan skor nilai 72,13 (meningkat 2,67). Hal ini merupakan trend yang terus meningkat dari tahun 2008 sampai dengan 2012. Untuk tahun 2013 pencapaian nilai SAKIP Kementerian Pertanian memperoleh nilai 71,03 dengan tingkat akuntabilitas kinerja “B”. Capaian yang sama terjadi pada tahun 2014 dengan nilai hasil evaluasi 71,03 dan tingkat akuntabilitas kinerja “B”. Sedangkan untuk tahun 2015, hasil evaluasi menunjukkan bahwa Kementerian Pertanian memperoleh nilai 72,17 atau predikat “BB” . Penilaian tersebut menunjukkan tingkat efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran dibandingkan dengan capaian kinerjanya, kualitas pembangunan budaya kinerja birokrasi dan penyelenggaraan pemerintahan yang berorientasi pada hasil di Kementerian Pertanian sudah menunjukkan hasil yang baik.

31 Adapun beberapa rekomendasi yang diberikan oleh Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi untuk memperbaiki kekurangan dalam penerapan dan pelaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pertanian, antara lain:

1. Selain mempertimbangkan nilai kualitas penerapan (capaian) akuntabilitas kinerja Kementerian Pertanian saat ini (kualitas sistem dan dokumen pendukungnya), KemenPAN-RB juga menilai dan melihat kondisi terakhir, praktik dan hal-hal subtanstif yang telah diwujudkan dan dilakukan serta konsistensi dan keberlanjutan (sustainability) implementasinya;

2. Hasil evaluasi dan observasi dilapangan menunjukkan prosedur penganggaran belum sepenuhnya mengutamakan atau memprasyaratkan adanya kinerja terukur sebelum pengajuan kegiatan dan anggarannya. Pengesahan anggaran lebih mengacu kepada kesesuaian nama program dan kegiatan, kode rekening serta pagu anggaran yang tersedia, kurang menekankan atau menagih hasil atau outcome yang mungkin belum selesai (tertunggak). Praktik seperti ini tidak mendorong instansi pemerintah untuk menerapkan anggaran berbasis kinerja;

3. Mendorong diterapkannya anggaran berbasis kinerja dengan cara memastikan dan meminta seluruh unit kerja mempertanggungjawabkan kinerja atau hasilnya terlebih dahulu (termasuk janji atau outcome yang belum terwujud) sebelum mengajukan anggaran. Selain itu memastikan seluruh unit kerja dapat mengaitkan kinerja utama (indikator dan target) dengan penganggarannya.

32 4. Praktik pengukuran kinerja pihak yang sudah menyepakati perjanjian atau kesepakatan kinerja, belum dikaitkan dengan sistem remunerasi atau pengakuan (reward and

recognition) sehingga berpotensi mengurangi makna dan

semangat pihak-pihak yang bersepakat. Selain itu perlunya monitoring, mengukur, menagih dan menyimpulkan kinerja sebagaimana disepakati di tiap tingkatan dan mengaitkan dengan penghargaan dan pengakuan atas capaian kinerja yang pantas;

5. Memastikan penyempurnaan Rencana Strategis Kementerian dan unit kerja mandiri yang lebih berkualitas, lebih terukur, menggambarkan kinerja (hasil kerja) jangka menengah yang terukur, layak untuk diperjanjikan dan dapat diketahui dan ditagih saat dibutuhkan. Selain itu, dokumen Renstra unit kerja harus dapat menginformasikan indikator kinerja tujuan dan indikator kinerja utama serta hubungan yang logis antara kegiatan-kegiatan dengan tujuan/sasaran yang akan dicapai;

6. Agar setiap penanggungjawab program melakukan evaluasi program dalam rangka memastikan tersedianya jawaban yang terukur atas keberhasilan program-program prioritas atau unggulan di Kementerian Pertanian. Penanggungjawab program harus memastikan keberhasilan maupun kekurangberhasilan suatu program secara nyata dan terukur, perubahan kondisi yang terjadi atau perubahan yang terjadi pada suatu target grup (kelompok) tertentu yang menjadi target perubahan;

7. Sebagai bagian dari penyelenggaraan pemerintahan yang baik, perlu direkomendasikan agar Kementerian Pertanian lebih transparan dengan memastikan diunggahnya dokumen

33 dan informasi yang berhak diketahui oleh public (Renstra, PK, IKU, LAKIN, dll) kedalam laman (website) resmi milik Kementerian Pertanian dan/atau milik unit kerja dan memastikan informasi yang disajikan bersifat terkini (updated);

8. Hasil evaluasi terhadap rumusan IKU/IKP/ IKK ditingkat unit kerja belum sepenuhnya memenuhi kriteria indikator yang baik, belum spesifik, tidak relevan dan kurang terukur sehingga mengganggu proses pengukuran dan simpulan capaian kinerja Kementerian dan unit kerja, selain itu kurangnya memanfaatkan IKU pada unit kerja dalam dokumen-dokumen perencanaan dan penganggaran serta kurang menggambarkan efektivitas dan alasan keberadaan entitas IKU tersebut;

9. Meningkatkan kualitas penyajian informasi dalam LAKIP unit kerja, khususnya informasi evaluasi dalam bentuk analisis pencapaian sasaran strategis dan pembandingan data kinerja; selain itu kurangnya pemanfaatan informasi LAKIP di tingkat unit kerja untuk memperbaiki perencanaan, pelaksanaan program/kegiatan organisasi, dan untuk meningkatkan kinerja;

10. Unit-unit kerja di lingkungan Kementerian Pertanian menindaklanjuti hasil evaluasi Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian untuk perbaikan perencanaan kinerja dan perbaikan penerapan manajemen kinerja; 11. Meningkatkan kapasitas SDM dalam bidang akuntabilitas

dan manajemen kinerja di seluruh jajaran Kementerian Pertanian untuk mempercepat terwujudnya pemerintahan yang berkinerja dan akuntabel.

34 12. Terus mendorong dan memfasilitasi upaya peningkatan kualitas penerapan sistem akuntabilitas kinerja di seluruh unit kerja baik dipusat maupun di daerah.

Berbagai rekomendasi atas pelaksanaan SAKIP Kementerian Pertanian tahun 2014-2015 yang diberikan oleh Kementerian PAN dan RB yang telah ditindaklanjuti, antara lain:

a. Kementerian Pertanian telah mencoba untuk menerapkan pembagian atau penjenjangan kinerja mulai dari pimpinan sampai kepada seluruh tingkat eselon 4 (cascading);

b. Menyempurnakan rumusan indikator kinerja IKU/IKP/IKK dalam PK unit Eselon 1 dan eselon 2 lingkup Kementerian Pertanian;

c. Memanfaatkan IKU/IKP/IKK pada unit kerja Eselon 1 dan unit kerja eselon 2 dalam dokumen-dokumen perencanaan dan penganggaran;

d. Untuk Laporan Kinerja (LAKIN) unit Eselon 1 telah menyajikan evaluasi dalam bentuk analisis dan perbandingan data kinerja;

e. Unit kerja Eselon 1 telah berupaya menindaklanjuti hasil evaluasi Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian; f. Telah melakukan perbaikan dalam penyusunan indikator

kinerja yang SMART dalam dokumen Renstra dan PK Tahun 2015 berbasis Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK) yang terukur, relevan dan menggambarkan kekhasan, keunikan, keutamaan dan alasan keberadaan entitas mulai dari tingkat Menteri, eselon 1, 2, 3 dan 4.

Kondisi penilaian SAKIP Kementerian Pertanian yang dievaluasi oleh KemenPAN-RB merupakan pendorong dalam upaya-upaya

35 peningkatan sistem akuntabilitas kinerja di lingkungan Direktorat Jenderal Perkebunan yang akan dievaluasi oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian. Penilaian SAKIP tersebut dalam rangka mewujudkan Good Governance, sehingga semua unit kerja eselon 2 lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan harus membuat dan memastikan kinerja perencanaan dan capaian kinerja yang dilaporkan dalam LAKIP harus memenuhi indikator SMART.

Berdasarkan hasi evaluasi yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal, Kementerian Pertanian atas bobot dan skor yang ditetapkan dalam penilaian indikator evaluasi terhadap penerapan SAKIP yang meliputi evaluasi atas Renstra, RKT, sistem pengukuran kinerja, informasi atas LAKIP, dan indikator evaluasi akuntabilitas kinerja, menunjukkan hasil bahwa Ditjen. Perkebunan pada tahun 2010 memperoleh hasil penilaian SAKIP sebesar 78,68 (A) dengan predikat sangat baik. Untuk tahun 2011, hasil evaluasi SAKIP Ditjen. Perkebunan memperoleh nilai 77,79 (A) dengan predikat sangat baik. Tahun 2012, hasil evaluasi SAKIP Ditjen. Perkebunan cukup meningkat yang memperoleh nilai 78,00 (A) dengan predikat sangat baik. Tahun 2013, hasil evaluasi SAKIP Ditjen. Perkebunan juga meningkat dibandingkan tahun 2012 dengan nilai 79,68 (A) dengan predikat sangat baik, tetapi untuk tahun 2014, hasil evaluasi SAKIP Ditjen. Perkebunan mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013 dengan nilai 77,98 (A) dengan predikat sangat baik. Kondisi ini menunjukkan bahwa pelaksanaan manajemen yang berbasis kinerja cukup sejalan sesuai dengan pelaksanaan reformasi birokrasi walaupun beberapa aspek masih perlu perbaikan khususnya aspek perencanaan dan capaian kinerjanya. Perlu dipahami bahwa hasil evaluasi akuntabilitas kinerja tersebut

36 merupakan pemicu dan pendorong untuk memperbaiki penerapan sistem AKIP pada unit kerja Eselon II masing-masing. Selanjutnya penilaian akuntabilitas kinerja Sekretariat Ditjen. Perkebunan yang diamanatkan peraturan perundang-undangan adalah berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian nomor: 49/Permentan/OT.140/8/ 2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan adalah jumlah provinsi yang memperoleh pelayanan dan pembinaan yang berkualitas dibidang perencanaan, keuangan, umum dan evaluasi serta pelaporan sebanyak 32 Provinsi.

Adapun sasaran strategis dalam penetapan kinerja Sekretariat Ditjen. Perkebunan sampai dengan tahun 2014 adalah terlaksananya pelayanan kesekretariatan dalam rangka menunjang pencapaian kinerja program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan dengan target 32 provinsi untuk 93 satker. Realisasi fisiknya mencapai 100% dari target dalam bentuk dokumen (1) perencanaan, (2) evaluasi pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data dan informasi, (3) pelayanan organisasi, kepegawaian, humas, hukum, administrasi perkantoran dan (4) pengelolaan administrasi keuangan dan aset.

Dokumen terkait