• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Perbandingan Sistem Bikameral di Indonesia dengan Negara Lain

1. Sistem Bikameral di Belanda

Belanda merupakan negara Monarki Konstituisional yang berbentuk kesatuan. Belanda terdiri dari 12

Provinsi.31 Kepala negaranya adalah seorang ratu. Kepala Pemerintahan adalah Perdana Mentri. Dewan mentri merencanakan dan menetapan kebijakan pemerintahan. Kerajaan dan dewan mentri bersama-sama disebut

crown” parlemennya merupakan perwakilan seluruh

rakyat. Parlemen terdiri dari kamar pertama (Eerste

kamer) dan kamar kedua (teweede kamer), senat atau majelis tinggi dinamakan sebagai kamar pertama terdiri dari 75 anggota, sedangkan kamar kedua dipertimbangkan sebagai suatu kesatuan ketika mereka bertemu dalam suatu joint session.32

Masa jabatan anggota kedua kamar tersebut adalah

selama empat tahun. Dan anggota Eerste kamer diubah

jika durasi dari dewan provinsi (yang terdiri dari 12

provinsi) diubah oleh Act of Parliament (Undang-undang

Tentang Parlemen) untuk waktu selain dari masa 4

tahun.33 Anggota kedua kamar dipilih dengan cara

perwakilan proporsional terbatas yang berdasarkan pada

31 King Faisal, Sistem Bicameral dalam spectrum parlemen Indonesia.,Op.cit. hal 66.

32 Lihat Constitution of Natherland., Art 50-51. 33Ibid., Art 52.

Act of Parliament.34 Untuk dapat menjadi anggota parlemen adalah warga negara Belanda, dan harus mencapai usia 18 tahun dan tidak didiskualifikasikan dari

hak pilihnya. 35 anggota Eerste Kamer ( kamar kedua atau

majelis tinggi) dipilih oleh anggota dewan provinsi. Pemelihannya seharusnya tidak lebih dari tiga bulan sesudah pemilihan anggota dewan provinsi, kecuali pada

saat pembubaran kamar tersebut.36

Peran Eesrte Kamer dalam konstitusi Belanda lebih

banyak bersama-sama dengan Parlemen, yaitu dalam

bentuk joint session. Baik dalam perannya dalam proses

legislasi maupun kekuasaan kenegaraan lain diluar proses legislasi. Walaupun begitu peran tersebut tidak dapat diabaikan, karena kedua kamar dalam konstitusi belanda mempunyai posisi yang sama kuat. Atau paling tidak,

tidak terlalu berbeda, sehingga Eerstse kamer masih

mempunyai fungsi yang penting dalam Parlemen Belanda.

Setiap kamar dapat dibuarkan oleh dekrit kerajaan ( Royal

34Ibid., Art. 53.

35Ibid., Art 52. 36Ibid., Art 55.

decree.)37 dekrit pembubaran tersebut juga mengharuskan suatu pemilihan umum baru untuk memilih anggota kamar

yang dibubarkan tersebut.38

Sistem Parlemen di Belanda hampir sama dengan

Indonesia, Belanda menganut sistem bikameral

yakni Tweede Kamer (Majelis Rendah/House of

Representative/ Second Chamber) dan Earste Kamer (Majelis Tinggi/Senat/First Chamber). Earste Kaamer merupakan lembaga yang beranggotakan

perwakilan dari daerah-daerah semacam propinsi, Tweede

Kaamer yang merupakan lembaga perwakilan yang

anggotanya berasal dari parpol. Tweede

Kamer beranggotakan 150 orang, dipilih untuk masa 4 tahun dan dipilih secara langsung oleh masyarakat melalui

perwakilan partai politik. Sedangkan Earste

Kamer beranggotakan 75 orang yang dipilih oleh

perwakilan provinsi untuk masa 6 tahun. Tweede

Kamer memiliki kewenangan yang lebih dominan yakni melakukan pembahasan dan pengusulan undang-undang

37Ibid., Art 64 (1). 38Ibid., Art 64 (2).

serta kebijakan pemerintah lainnya, sedangkan Earste

Kamer mempunyai kewenangan untuk menerima atau menolak undang-undang yang akan disampaikan kepada

eksekutif, anggota Earste Kamer hanya melakukan rapat

satu kali dalam seminggu.39

Tweede Kamer memiliki struktur-struktur

diantaranya adalah standing commitee yang bersifat tetap

yang di dalamnya adalah anggota parlemen yang mempunyai ketertarikan pada sebuah subjek/pembahasan

tertentu dalam konteks Indonesia standing committee ini

bisa dikategorikan sama seperti komisi. yang dilakukan

oleh standing committee ini adalah tidak sekedar

melakukan rapat saja, namun mereka juga

menyelenggarakan rapat dengar/debat publik untuk mendapatkan gambaran opini dari masyarakat. selain itu secara berkala mereka juga melakukan kunjungan kerja untuk mempelajari beberapa masalah yang perlu dibahas. Hal-hal terkait dengan teknis pembahasan di dalam

39 Betty Drexhage, Bicameral Legislatures, Publication Ministry of the Interior and Kingdom Relations Directorate of Constitutional Affairs and Legislation An International Comparison, The Hague 2015,hal 1 (ditranslite).

sebuah Undang-undang akan diselesaikan dalam committee meeting ini, yang selanjutnya akan dibawa

dalam plenary sitting/meeting untuk dibahas secara

bersama-sama. Selain membahas tentang Undang-undang

anggota Tweede Kamer juga bisa mengadakan rapat

dengan eksekutif untuk menanyakan kebijakan strategis yang dilakukan oleh eksekutif. pertanyaan yang diajukan

oleh anggota Tweede Kamer akan langsung dijawab oleh

menteri terkait. 40

Apabila dalam sistem lembaga perwakilan Indonesia

dikenal istilah rapat paripurna, di Tweede

Kamer istilah plenary sitting/meeting digunakan untuk

paripurna tersebut. Plenary sitting harus memenuhi

quorum yakni dihadiri oleh minimal 76 anggota parlemen (atau setengah plus satu). Selain itu ada dikenal juga

istilah join sitting dimana diadakan rapat antara Earst

Kamer dengan Tweede Kamer. Join sitting ini diselenggarakan tiap hari Selasa pada minggu ke tiga

40Ibid., hal 5

bulan september yang juga bertepatan dengan sidang

pembukaan parlemen setiap tahunnya.41

Proses pengambilan keputusan dalam committee

meeting dilakukan dengan cara debate yang terlaksana dalam beberapa tahap. Tahap pertama atau biasa disebut sesi pertama diberikan kepada kelompok politik (semacam fraksi) untuk menyampaikan pertanyaan atau pernyataan

yang kemudian ditanggapi oleh menteri yang

bersangkutan atau sekretaris negara. apabila pada tahap pertama dirasa kurang maka pembahasan dilanjutkan pada tahap berikutnya yakni dari masing-masing anggota Parlemen memberi pertanyaan yang kemudian akan dijawab oleh menteri yang bersangkutan. tahapan itu akan terus berlanjut sampai ditemukan kesepemahaman antara

anggota parlemen dengan eksekutif. 42

Apabila dalam sebuah debat tidak terjadi titik temu

maka keputusan diambil melalui voting, ada tiga

metode voting yakni: voting terbuka berdasarkan

preferensi politik anggota parlemen, jadi dalam

41Ibid.,

mengambil keputusan pimpinan sidang bersasumsi setiap anggota perlemen mewakili partai politik. Yang kedua, voting terbuka berdasarkan masing-masing anggota, dalam voting dengan metode ini, anggota parlemen bisa jadi mempunyai keputusan yang berbeda dengan partai politiknya. Yang ketiga adalah voting tertutup yang dilakukan secara rahasia.

a. Proses Legislasi: Dari RUU menjadi UU

Apabila eksekutif ingin mengajukan undang-undang tertentu maka mereka dapat mengajukan draft Rancangan Undang-undang (RUU) yang dibuat oleh departemen masing-masing yang sebelumnya sudah

dibahas dalam Council of Ministers. Dari Council of

Ministers tersebut kemudian diajukan kepada Council Of State yang bertugas untuk memberikan masukan yang detilnya akan dijelaskan nanti. Selain eksekutif, apabila anggota parlemen ingin menginisiasi RUU, anggota parlemen tersebut bisa meminta kepada eksekutif untuk mengajukan RUU, dalam kasus apabila eksekutif menolak permintaan tersebut, maka anggota

parlemen baik secara individu maupun berkelompok bisa menginisiasi sebuah RUU yang nantinya disebut RUU inisiatif. Dalam proses pembuatan rancangan

undang-undang inisiatif dibantu oleh LegislationOffice

atau juga bisa dibantu oleh Departemen (eksekutif)

yang bersangkutan.43

Setelah pembahasan oleh Council of Minister, RUU

selanjutnya diajukan kepada Council Of State untuk

dimintakan masukan/saran/koreksi, masukan

dari Council Of State ini berupa pengecekan dan

harmonisasi apakah sebuah RUU bertentangan dengan undang-undang yang lain atau tidak dan sekaligus meneliti bagaimana dampak RUU tersebut terhadap masyarakat. Namun, meskipun demikian, inisiator RUU tidak harus mengikuti saran dan masukan

dari CouncilofState. Tercatat selama ini, apabila

sebuah RUU tidak mengikuti saran dari Council Of

43Ibid.,hal. 7.

State peluang berubah akan sangat besar karena

dianggap tidak sesuai dengan ketentuan.44

Sistem pemerintahan di Belanda adalah monarki konstitusional, oleh karena itu, sebelum RUU

diserahkan kepada Tweede Kamer untuk dibahas,

eksekutif menyampaikan RUU tersebut dulu kepada

Raja dengan disertakan hasil masukan dari Council Of

State tadi. Proses ini dinamai dengan istilah “The

Royal Message” dimana Raja menambahkan sebuah

catatan menyertai RUU tersebut untuk diserahkan kepada tweede kamer. berikut adalah contoh catatan Raja:

The Royal Message; We send you herewith, for

consideration, a proposal for law (judul RUU). The explanatory notes that accompany the proposal for law specify the grounds on which it is based.We commend you to God’s Holy Protection. The Hague -Willem Alexander

44 E.C. Drexhage, Een internationale vergelijking, Ministerie van Binnenlandse zaken en Koninkrijksrelaties Directie Constitutionele zaken en wetgeving Den Haag 2014, hal.3.

Setelah sebuah RUU mendapatkan “The Royal Message”, kemudian RUU tersebut akan dipelajari

oleh Standing Committee, dalam pembahasannya

semua kelompok politik bisa mengajukan perubahan,

pertanyaan ataupun catatan atas RUU

tersebut. Standing committee bisa mengundang para

pakar/ahli dan juga stakeholder dari masyarakat untuk

dilibatkan dalam pembahasan RUU. Hasil

pembahasan Standing Committee akan menjadi sikap

resmi Tweede Kamer atas sebuah RUU yang kemudian

disampaikan kepada Eksekutif yakni pihak yang mengajukan RUU. kemudian Eksekutif/Pemerintah

yang bersangkutan akan menjawab

melalui Memorandum Of Reply. proses ini dilakukan

secara terbuka dimana masyarakat juga bisa memantau.

Setelah disepakati oleh Standing Committee, RUU

tersebut diajukan ke Plenary Debate yang bertujuan

untuk menerima atau merubah RUU sebuah RUU (amending and adopting). proses Plenary Debate adalah pihak yang mengajukan RUU mencoba

mempertahankan RUU tersebut untuk disahkan,

sedangkan para anggota Tweede Kamer mengkritisi,

menyetujui atau mengusulkan perubahan pada RUU tersebut. Apabila RUU tersebut hanya disetujui

sebagiannya saja maka anggota Tweede Kamer bisa

mengajukan amendments (perubahan).

Apabila sebuah RUU sudah mendapatkan

persetujuan dari Tweede Kamer, selanjutnya sebuah

RUU diajukan kepada Earste Kamer untuk disetujui

atau tidak. Earste Kamer kemudian melakukan

pembahasan secara globalnya saja dan hanya berwenang untuk menerima atau menolak sebuah RUU, mereka tidak mempunyai kewenangan untuk merubah atau mengusulkan perubahan sebuah RUU.

Dalam praktiknya Earste Kamer ini selalu mendukung

kebijakan eksekutif, jadi penolakan atau penerimaan sebuah RUU didasarkan pada kepentingan eksekutif. Dalam kasus apabila terdapat indikasi bahwa sebuah

bisa mengajukan perubahan RUU yang diistilahkan

dengan “novelle”.

Setelah mendapatkan persetujuan dari earste

kamer, Raja akan mengesahkan RUU tersebut menjadi undang-undang yang kemudian akan diperkuat dengan

pengesahan oleh kementerian terkait. Dalam

praktiknya bukan lah Raja secara literally yang

mengesahkan undang-undang namun, kementerian terkait yang mengesahkan undang-undang tersebut, setelah semua proses terlalui selanjutnya kementerian Hukum akan mengesahkan undang-undang tersebut dan akan menyebarkannya kepada masyarakat.

b. Pengawasan dan Anggaran di Lembaga Perwakilan Belanda

Mekanisme monarki konstitusional dengan sistem parlementer yang dijalankan oleh Kerajaan Belanda berdampak model pengawasan yang dilakukan oleh

Parlemen (States General). Sesuai dengan Pasal 42

Konstitusi Kerajaan Belanda, bahwa pemerintahan harus terdiri dari Raja dan para Menteri. Para menteri

ini dipimpin oleh Perdana Menteri dan

bertanggungjawab kepada Parlemen dalam

menjalankan pemerintahan (Andeweg dan Irwin: 2002). Dalam menjalankan fungsi pengawasan, Parlemen memiliki hak untuk bertanya kepada Pemerintah, dimana Pemerintah tidak boleh menolak

kecuali dengan alasan raison d’etat atau kepentingan

negara. Pertemuan dengan Pemerintah ini dilakukan setiap minggu, biasanya setiap hari Selasa, dan didahului dengan memberikan pertanyaan tertulis kepada Parlemen, setelah Parlemen menjawab, biasanya akan diisi debat kecil antara kedua belah pihak.45

Kedua kamar di States General secara umum

memiliki hak yang sama, mereka berhak untuk menyatakan pendapat, melakukan investigasi (hak angket), mengajukan pertanyaan dan mengajukan

interpelasi (ProDemos: 2013). Tetapi, Tweede

Kamer akan berperan lebih dominan, karena merekalah

45 Constitution of Netherland., Art 42.

yang membawahi komisi-komisi yang berhubungan

langsung dengan Pemerintah. Mengenai hak-hak States

General ini, terlihat banyak kemiripan dengan praktik yang dewasa ini terjadi di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Dalam hal mengajukan pertanyaan

atau pengajuan pendapat, Parlemen boleh

menyampaikannya secara lisan maupun tulisan. Jika ada kegentingan yang mendesak, Parlemen sewaktu-waktu dapat memanggil Menteri atau Perdana Menteri

untuk melakukan emergency debate yang harus

mendapatkan persetujuan mayoritas.46

Parliamentary Inquiry menjadi instrumen kontrol paling efektif di Parlemen Kerajaan Belanda.

Konsep Parliamentary Inquiry ini mirip dengan Panitia

Angket di DPR RI, dimana anggota Parlemen memiliki hak untuk melakukan investigasi mendalam terkait suatu hal, dan anggota Parlemen memiliki hak untuk bertanya kepada semua pemangku kepentingan

dibawah sumpah. Hasil dari Parliamentary Inquiry ini

kemudian disampaikan secara tertulis kepada Tweede

Kamer dan Earst Kamer dalam bentuk rekomendasi

kebijakan.Meskipun Parliamentary Inquiry merupakan

instrumen yang kuat, mereka tidak memiliki hak untuk

memberikan hukuman atas sebuah kebijakan

(Parliamentary Inquriy: The Dutch House of

Representatives, 2015).

Selain fungsi legislasi dan pengawasan, Parlemen Kerajaan Belanda juga memiliki fungsi anggaran. Kedua kamar di Parlemen Kerajaan Belanda memiliki hak yang sama terkait dengan fungsi anggaran ini, mereka berhak untuk menerima maupun menolak besaran anggaran yang diajukan oleh Perdana Menteri. Kuasa atas anggaran ini menjadi penting, karena tanpa persetujuan dari Parlemen maka kabinet tidak akan dapat menjalankan Pemerintahan. Rancangan anggaran

ini kemudian disampaikan dalam bentuk Budget

Memorandum, dan National Budget kepada States General pada Prince’s Day. Prince’s Day jatuh setiap

Day ini Raja Belanda akan memberikan pidatonya

selaku kepala negara dihadapan States

General (Prince’s Day: The Dutch House of Representatives, 2015). Parlemen kemudian akan melakukan pembahasan terhadap rancangan anggaran

ini yang dilakukan oleh Tweede dan Earst Kamer.

Dalam perdebatan yang dilakukan, dimungkinkan

adanya perubahan baik penambahan ataupun

pengurangan anggaran selama hal tersebut dibutuhkan (ProDemos, 2013). Konsep ini juga mirip dengan terjadi di Indonesia melalui pengantar nota keuangan dalam Pidato Kenegaraan Presiden RI setiap tanggal 16

Agustus.47

Dokumen terkait