• Tidak ada hasil yang ditemukan

GULA RAFINASI A

A. Sistem HACCP, ISO 22000:2005, dan ISO 9001:

Pelaksana magang menggunakan pembandingan konsep dasar yang terdapat pada berbagai sumber pustaka yang relevan terhadap sistem HACCP, ISO 22000:2005, dan ISO 9001:2000. Sumber-sumber pustaka yang digunakan oleh pelaksana magang baik berupa fisik maupun elektronik yaitu: buku Sistem Manajemen HACCP (Thaheer, 2005), buku HACCP: A Practical Approach

(Mortimore dan Wallace, 1998), Sistem analisa bahaya dan pengendalian titik kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya (SNI 01-4852-1998),

Recommended international code of practice general principles of food hygiene CAC/RCP 1-1969, Rev. 4-2003, materi pelatihan penerapan metode HACCP oleh European committee for standardization, dan materi pelatihan HACCP, ISO 22000:2005, dan ISO 9001:2000 oleh Premysis, Selain itu, melalui pelatihan HACCP, ISO 22000:2005 yang diadakan Premysis juga menambah pemahaman konsep sistem-sistem tersebut bagi pelaksana magang.

1. Keterkaitan HACCP dengan ISO 22000:2005

Analisis sistem dimulai dengan mengkaji HACCP dengan ISO 22000:2005. Hal ini disebabkan keterkaitan yang sangat erat antara kedua sistem ini. International Organization for Standardization (ISO) dalam ISO 22000:2005 menyatakan bahwa standar internasional ini mengintegrasikan prinsip dari Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) dan penerapan langkah-langkah yang dikembangkan oleh Codex Alimentarius Commission. Melalui persyaratan yang bisa diaudit, standar ini mengkombinasikan rencana HACCP dengan program-program persyaratan dasar (PRP).

Penelaahan kesesuaian HACCP dengan ISO 22000:2005 yang dilakukan pelaksana magang menggunakan informasi yang disediakan

Codex Alimentarius Commission (CAC) dan Premysis. Pelaksana magang mengambil garis-garis besar konsep HACCP dari CAC dan

mendiskusikannya dengan konsultan Premysis. Selain itu melalui pelatihan ISO 22000:2005 yang diadakan oleh Premysis, pelaksana magang menambah informasi untuk analisa konsep HACCP dan ISO 22000:2005.

Menurut Codex Alimentarius Commission (2003), sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) memiliki beberapa penjabaran arti sebagai berikut:

- Suatu sistemyang memiliki landasan ilmiah dan yang secara sistematis

mengidentifikasi potensi-potensi bahaya tertentu serta cara-cara pengendaliannya untuk menjamin keamanan pangan.

- Sebuah alat untuk memperkirakan potensi bahaya dan menentukan sistem pengendalian yang berfokus pada pencegahan terjadinya bahaya dan bukannya sistem yang semata-mata bergantung pada pengujian produk akhir.

- Sebuah sistem yang mampu mengakomodasi perubahan-perubahan

seperti perkembangan dalam rancangan alat, cara pengolahan atau perkembangan teknologi.

- Sebuah konsep yang dapat diterapkan pada seluruh rantai makanan dari produksi primer hingga konsumsi akhir, dimana penerapannya dipandu oleh bukti-bukti ilmiah tentang resiko terhadap kesehatan manusia.

Melalui poin-poin penting berupa kata-kata yang dicetak dengan huruf tebal di atas, terdapat keterkaitan dengan apa yang dijelaskan oleh ISO dalam standar ISO 22000:2005. ISO mengungkapkan bahwa ISO 22000:2005 mengintegrasikan prinsip dari Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kendali Kritis (HACCP) dan penerapan langkah- langkah yang dikembangkan oleh Codex Alimentarius Commission (CAC). Keseluruhan penerapan HACCP diadopsi ISO yang dituangkan dalam ISO 22000:2005 pada klausul 7 (perencanaan dan realisasi produk yang aman dikonsumsi) dan klausul 4 (persyaratan dokumentasi).

Selain penjabaran berbagai arti HACCP, Codex Alimentarius Commission (2003) juga menyebutkan bahwa:

- Penerapan HACCP sesuai dengan penerapan sistem manajemen mutu

seperti seri ISO 9000 dan merupakan sistem pilihan diantara sistem-sistem pengelolaan keamanan pangan.

- Penerapan HACCP yang berhasil memerlukan komitmen yang utuh dan keterlibatan manajemen serta kerja keras.

- Penerapan HACCP memerlukan pendekatan multidisipliner, termasuk keahlian yang sesuai di bidang agronomi, kesehatan veteriner, produksi, mikrobiologi, obat-obatan, kesehatan masyarakat, teknologi pangan, kesehatan lingkungan, kimia dan rekayasa.

Kesesuaian landasan berpikir nilai-nilai penting di atas untuk penerapan HACCP, juga digunakan oleh ISO untuk ISO 22000:2005. Melalui pengantar di dalam ISO 22000:2005, ISO menjelaskan bahwa sistem ini telah disejajarkan dengan ISO 9001 dalam rangka meningkatkan kesesuaian dua standar dalam penerapannya. Selain itu, kebutuhan komitmen dan keterlibatan manajemen yang diungkapkan CAC juga diatur dalam ISO 22000:2005, klausul 5 (tanggung jawab manajemen) yang melingkupi komitmen manajemen, kebijakan keamanan pangan, perencanaan sistem manajemen keamanan pangan, pembagian tanggungjawab dan wewenang, penunjukkan ketua tim keamanan pangan, komunikasi, kesigapan dan respon tanggap darurat, dan tinjauan manajemen. Pendekatan multidispliner dimuat dalam ISO 22000:2005 klausul 7.3.2 (tim keamanan pangan). Selain itu, perlunya pencatatan dan tindak lanjut untuk kompetensi yang dibutuhkan personil (perlu pelatihan tambahan atau tidak) yang akan masuk ke tim keamanan pangan, diatur dalam klausul 6 (sumber daya manusia).

Penerapan HACCP juga membutuhkan dukungan dari program- program persyaratan dasar (PRP) agar pelaksanaan sistem ini efektif (CAC, 2003). PRP yang dimaksud setidaknya meliputi persiapan produksi primer (lingkungan higiene, sumber bahan baku higiene, penanganan bahan, penyimpanan, transportasi, pembersihan, perawatan, dan higiene personil di sektor produksi primer), pendirian desain dan fasilitas (lokasi, landasan, ruang, peralatan, dan fasilitas), pengendalian operasi (pengendalian bahaya keamanan pangan, aspek kunci pengendalian sistem higiene, persyaratan

bahan masuk, pengemasan, air, manajemen dan supervisi, dokumentasi dan catatan, dan prosedur recall), penetapan sistem perawatan dan sanitasi (perawatan dan pembersihan, program pembersihan, pengendalian hama, manajemen limbah, efektivitas pemantauan), penetapan higiene personil (status kesehatan, penyakit dan luka, kebersihan personil, kebiasaan personil, dan pengunjung), transportasi, informasi produk dan kesadaran konsumen (identifikasi lot, informasi produk, pelabelan, pendidikan konsumen), dan pelatihan (kesadaran dan tanggung jawab, program pelatihan, instruksi dan supervisi, dan pelatihan pengingat).

Komponen-komponen PRP yang dijelaskan CAC dalam CAC/RCP 1- 1969, Rev. 4-2003 tentang rekomendasi kode internasional untuk prinsip- prinsip umum praktik higiene pangan (Recommended International Code of Practice General Principles of Food Hygiene), dimasukkan juga oleh ISO ke dalam ISO 22000:2005. Hal ini dapat dilihat pada klausul 7.2 mengenai PRP. Pengaturan PRP di dalam ISO 22000:2005 bersifat fleksibel dan relevan sesuai kebutuhan organisasi, regulasi yang berlaku, dan persyaratan pelanggan. Hal ini termaktub dalam ISO 22000:2005 klausul 7.2.3 yang menjelaskan bahwa saat menetapkan PRP, organisasi harus mempertimbangkan dan menggunakan informasi yang sesuai (contohnya persyaratan peraturan dan perundang-undangan, persyaratan pelanggan, pedoman yang sudah diakui, prinsip dan aturan-aturan penerapan yang diterapkan oleh Codex Alimentarius Commission, serta standar-standar nasional, internasional, atau sektoral).

Menurut konsultan senior Premysis, untuk mempermudah konsep kaitan empat elemen kunci ISO 22000:2005 yang melibatkan HACCP juga, secara sederhana dapat diibaratkan sebuah rumah sistem. Pondasi awal untuk membangun ISO 22000:2005 adalah penerapan PRP yang baik dan benar sesuai kebutuhan organisasi. Setelah PRP sudah terimplementasi dan terlaksana dengan baik, maka sistem penting yang dibangun berikutnya adalah HACCP. Semua isi rumah sistem ini perlu dikomunikasikan organisasi baik ke pihak internal maupun eksternal. Semua komponen ini perlu didukung, dilaksanakan, dan dipelihara sesuai dengan kerangka sistem

manajemen yang benar. Model rumah sistem ISO 22000:2005 menurut Premysis Consulting diilustrasikan pada Gambar 22.

Gambar 22. Model rumah sistem ISO 22000:2005 menurut Premysis Consulting

Penjelasan selanjutnya untuk memahami kesesuaian 12 langkah penerapan HACCP yang diadopsi ISO 22000:2005 dijabarkan sebagai berikut.

1) Langkah pertama HACCP : Pembentukan tim HACCP Keterkaitan pada ISO 22000:2005:

- klausul 7.3.2: Pembentukan tim keamanan pangan - klausul 5.5: Ketua tim keamanan pangan

2) Langkah kedua HACCP: Deskripsi produk Keterkaitan pada ISO 22000:2005:

- klausul 7.3.3: Karakteristik produk akhir yang meliputi identitas bahan baku, bahan pendukung, bahan yang kontak dengan produk dan produk akhir

- klausul 7.5.2: Deskripsi dari masing-masing proses yang terlibat dalam pembuatan produk maupun proses yang bisa mempengaruhi keamanan pangan

3) Langkah ketiga HACCP

Keterkaitan pada ISO 22000:2005:

- klausul 7.3.4: Rencanan penggunaan, penanganan produk akhir yang sesuai harapan, dan segala kesalahan penanganan dan penggunaan produk akhir yang tidak diinginkan tapi bisa terjadi harus dipertimbangkan dan dideskripsikan dalam dokumen

4) Langkah keempat HACCP - Penyusunan bagan alir

Keterkaitan pada ISO 22000:2005:

- klausul 7.5.1: diagram alir dipersiapkan untuk produk atau proses yang termasuk ke dalam sistem manajemen keamanan pangan. Diagram alir yang ada harus jelas, akurat, dan detail

5) Langkah kelima HACCP

- Konfirmasi bagan alir di lapangan Keterkaitan pada ISO 22000:2005:

- klausul 7.5.1: sesuai dengan klausul 7.8 (perencanaan verifiikasi), tim keamanan pangan harus memverifikasi akurasi diagram alir dengan pemeriksaan di tempat. Diagram alir yang telah diverifikasi disimpan sebagai catatan.

6) Langkah keenam (Prinsip pertama HACCP)

Pencatatan semua bahaya potensial yang berkaitan dengan setiap tahapan, pengadaan suatu analisa bahaya dan menyarankan berbagai pengukuran untuk mengendalikan bahaya-bahaya yang teridentifikasi/Analisa bahaya

Keterkaitan pada ISO 22000:2005: - klausul 7.4: Analisa bahaya - klausul 7.4.2 : Identifikasi bahaya - klausul 7.4.3 : Kajian bahaya

- klausul 7.4.4 : Pemilihan dan kajian dari tindakan pengendalian 7) Langkah ketujuh (Prinsip kedua HACCP)

Penentuan titik kendali kritis (TTK/CCP) Keterkaitan pada ISO 22000:2005:

8) Langkah kedelapan (Prinsip ketiga HACCP) Penentuan batas-batas kritis TTK/CCP Keterkaitan pada ISO 22000:2005:

- klausul 7.6.3: Penentuan batas-batas kritis TTK/CCP 9) Langkah kesembilan (Prinsip keempat HACCP)

Penyusunan sistem pemantauan untuk setiap TTK/CCP Keterkaitan pada ISO 22000:2005:

- klausul 7.6.4: Sistem untuk pemantauan TTK/CCP 10)Langkah kesepuluh (Prinsip kelima HACCP)

Penetapan tindakan perbaikan Keterkaitan pada ISO 22000:2005:

- klausul 7.6.5: Tindakan ketika pemantauan menunjukkan batas kritis terlewati

11)Langkah kesebelas (Prinsip keenam HACCP) Penetapan prosedur verifikasi

Keterkaitan pada ISO 22000:2005: - klausul 7.8: Perencanaan verifikasi

12)Langkah keduabelas (Prinsip ketujuh HACCP) Penetapan dokumentasi dan pencatatan

Keterkaitan pada ISO 22000:2005: - klausul 4.2: Persyaratan dokumentasi

- klausul 7.7: Pembaharuan dari informasi dan dokumen terdahulu yang menyebutkan PRP dan HACCP plan.

2. Keterkaitan ISO 9001:2000 dengan ISO 22000:2005

ISO 9001:2000 memiliki beberapa syarat yang menjadi ciri khas tersendiri sebagai sebuah standar internasional sistem manajemen mutu. Ciri-ciri khas ISO 9001:2000 yang tidak terdapat di HACCP maupun ISO 22000:2005 yang berhasil diidentifikasi oleh para konsultan senior Premysis Consulting. Ciri-ciri tersebut, yaitu:

• Pedoman Mutu (Quality Manual)

• Identifikasi Proses (Process Identification) • Komunikasi internal (Internal Communication)

• Desain dan Pengembangan (Design & Development) • Pembelian (Purchasing)

• Ukuran Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction Measurement) • Proses yang terkait dengan pelanggan (Customer Related Processes) • Kendali produksi dan penyediaan layanan (Control of Production &

Service Provision)

• Kepemilikan pelanggan (Customer Property) • Pemeliharaan produk (Preservation of Product)

• Pengawasan dan pengukuran produk (Monitoring & Measurement of Product)

• Tindakan pencegahan (Preventive Action)

Sementara itu, ISO 22000:2005 memiliki beberapa syarat yang menjadi ciri khas tersendiri sebagai sebuah standar internasional sistem manajemen keamanan pangan Ciri-ciri khas ISO 22000:2005 yang tidak terdapat ISO 9001:2000 yang berhasil diidentifikasi oleh para konsultan senior Premysis Consulting. Ciri-ciri tersebut, yaitu:

• Langkah awal melakukan analisis bahaya • 7 prinsip HACCP

• PRP yang meliputi tata letak infrastruktur, pengaturan utilitas, penanganan limbah, desain peralatan, pembersihan dan sanitasi, higiene personil, pengendalian hama, dan prasyarat lain sesuai dengan jenis organisasi • Persiapan dan respon tanggap darurat

• Komunikasi internal dan eksternal • Operational PRP

• Validasi dari tindakan pengendalian • Evaluasi dari hasil verifikasi

• Analisis dari hasil verifikasi

• Pembaharuan Sistem Manajemen Keamanan Pangan

Sebagai sebuah sistem manajemen, baik ISO 9001:2000 maupun ISO 22000:2005 memiliki beberapa persamaan di dalamnya yang dapat dilihat sebagai berikut:

- Komitmen manajemen

- Tanggung jawab dan wewenang - Tinjauan manajemen

- Sumber daya manusia - Lingkungan kerja

- Pengendalian ketidaksesuaian - Sistem kemampuan penelusuran - Kalibrasi

- Audit internal - Tindakan koreksi - Peningkatan/Perbaikan

Persamaan di atas menunjukkan bahwa dalam suatu standar sistem manajemen setidaknya harus memiliki poin-poin tersebut.

Pengendalian dokumen dan catatan, penting untuk melakukan penyimpanan bukti-bukti pelaksanaan sistem manajemen di dalam organisasi. Bukti-bukti ini digunakan untuk meninjau keberhasilan penerapan sistem dalam organisasi. Selain itu, dokumen dan catatan juga penting jika ada personil yang berganti posisi dan peranan dalam organisasi. Hal ini memudahkan personil baru memahami sistem yang berjalan.

Komitmen manajemen adalah hal penting untuk pelaksanaan sistem di organisasi. Bila pelaksanaan sistem dimotori oleh manajemen dengan bukti komitmennya tertulis serta diberitahukan ke seluruh komponen organisasi, biasanya pelaksanaan sistem akan optimal. Dukungan yang umumnya dibutuhkan dari manajemen adalah alokasi biaya untuk perancangan, pelaksanaan, dan pemeliharaan sistem.

3. Integrasi ISO 9001:2000 ke dalam ISO 22000:2005

Beberapa persamaan yang terdapat dalam ISO 9001:2000 dan ISO 22000:2005 memungkinkan kedua sistem tersebut untuk diintegrasikan (ISO, 2005). Melalui lima bagian utama dari sistem manajemen baik mutu maupun keamanan pangan cara mengintegrasikannya dijelaskan sebagai berikut.

Persyaratan yang diwajibkan dalam klausul 5.3 pada ISO 9001:2000 atau 5.2 pada ISO 22000:2005. mengenai kebijakan mutu/keamanan pangan, pimpinan utama dalam organisasi bertanggungjawab untuk menetapkan Kebijakan Mutu dan Keamanan Pangan. Pimpinan utama harus meninjau kembali kebijakan tersebut setiap tahun dan setiap ada rencana perubahan. Pimpinan utama juga bertanggung jawab atas komunikasi dan pemahaman Kebijakan Mutu dan Keamanan Pangan dan memastikan bahwa kebijakan tersebut dipahami pada semua tingkatan di dalam perusahaan.

Langkah selanjutnya untuk memastikan bahwa Kebijakan Mutu dan Keamanan Pangan telah dipahami, maka masing-masing ketua departemen/manajer harus menetapkan Sasaran Mutu/Keamanan Pangan untuk periode satu tahun berdasarkan Kebijakan Mutu dan Keamanan Pangan. Pembuatan sasaran ini merupakan kewajiban hanya pada sistem manajemen mutu seperti yang tertulis dalam klausul 5.4.1 pada ISO 9001:2000. Namun, pengintegrasian sistem manajemen mutu dan keamanan pangan memberikan manfaat jika diberlakukan pula sasaran keamanan pangan.

Sasaran Mutu/Keamanan Pangan harus disetujui oleh pimpinan utama organisasi. Sasaran Mutu dan Keamanan Pangan dibuat agar dapat diukur dan konsisten dengan Kebijakan Mutu dan Keamanan Pangan. Hal ini juga meliputi komitmen untuk perbaikan secara berkesinambungan. Setiap Sasaran Mutu/Keamanan Pangan harus dipahami pada setiap fungsi dan tingkatan di bagian masing-masing dan dilaporkan proses penerapannya kepada Wakil Manajemen/Ketua Tim Keamanan Pangan setiap bulan. b. Wakil Manajemen/Ketua Tim Keamanan Pangan (Management

Representative/Food Safety Team Leader)

Organisasi yang ingin menerapkan sistem manajemen mutu/keamanan pangan harus menunjuk seorang di organisasi untuk memimpin jalannya sistem ini. Hal ini sesuai dengan peryaratan klausul 5.5 pada ISO 22000:2005 atau klausul 5.5.2 pada ISO 9001:2000. Personil yang ditunjuk memiliki kewenangan dan tanggung jawab terhadap sistem

mutu/keamanan pangan di luar posisi aslinya di perusahaan. Seorang Wakil Manajemen/Ketua Tim Keamanan Pangan setidaknya memiliki kewenangan dan tanggungjawab sebagai berikut:

- memastikan proses yang diperlukan untuk menjalankan sistem mutu/keamanan pangan ditetapkan, diimplementasikan, dipelihara dan diperbaharui jika diperlukan.

- melaporkan pada manajemen puncak tentang kinerja sistem manajemen mutu/keamanan pangan dan perbaikan yang diperlukan - memastikan peningkatan kesadaran akan persyaratan pelanggan

diseluruh organisasi

- mengelola tim keamanan pangan dan mengorganisir perkerjaannya, - memastikan pendidikan dan pelatihan yang relevan dari anggota tim

keamanan pangan

c. Penyusunan dan pengendalian dokumen dan catatan

Organisasi hendaknya menetapkan proses penyusunan dan pengendalian dokumen dalam prosedur yang terdokumentasi. Prosedur tersebut ditujukan untuk mengendalikan dokumen internal (seperti Pedoman Mutu, Prosedur Operasi Standar, Rencana HACCP, Rencana Komunikasi, Instruksi Kerja, Lembar isian) dan dokumen eksternal (seperti dokumen milik pelanggan, dokumen dari perusahaan lain) yang berkaitan dengan Sistem Manajemen Mutu dan Keamanan Pangan.

Dokumen yang berkaitan dengan sistem manajemen mutu dan keamanan pangan setidaknya harus mengikuti prosedur pengendalian dokumen sesuai dengan persyaratan klausul 4.2.2 dan 4.2.3 pada ISO 22000:2005 atau klausul 4.2.3 dan 4.2.4 pada ISO 9001:2000. Biasanya untuk mempermudah organisasi, di dalam Pedoman Mutu (hanya disyaratkan di dalam ISO 9001:2000 klausul 4.2.2) dicantumkan juga semua informasi terkait dengan sistem manajemen keamanan pangan. Dokumen baru dan revisi disetujui oleh yang berwenang sebelum diterbitkan, perubahan yang terjadi diidentifikasi dengan jelas. Setelah mendapatkan persetujuan dari Wakil Manajemen/Ketua Tim Keamanan Pangan, pengendali dokumen mendistribusikan dokumen yang baru dan

menarik dokumen yang lama untuk dimusnahkan. Dokumen yang kadaluarsa yang masih disimpan untuk dipergunakan untuk tujuan lain diberi tanda yang jelas. Semua penerima dokumen menjaga agar dokumen tidak diperbanyak tanpa seijin Wakil Manajemen/Ketua Tim Keamanan Pangan dan dokumen yang lama ditarik dari peredaran untuk diserahkan pada Wakil Manajemen/Ketua Tim Keamanan Pangan.

d. Audit

Sebagai instrumen untuk memastikan efektifitas Sistem Manajemen Mutu dan Keamanan Pangan yang diterapkan, diperlukan audit internal sesuai dengan persyaratan klausul 8.4.1 pada ISO 22000:2005 atau klausul 8.2.2 pada ISO 9001:2000. Audit dijadwalkan berdasarkan status dan pentingnya aktivitas yang diaudit. Biasanya untuk mengetahui keefektifan sistem, diperlukan audit internal minimal dua kali dalam setahun.

Audit dilaksanakan oleh auditor terlatih yang ditunjuk oleh Koordinator Audit Internal dan/atau Wakil Manajemen/Ketua Tim Keamanan Pangan dengan syarat auditor yang ditunjuk tidak terlibat langsung dalam aktivitas departemen yang diaudit berdasarkan jadwal audit yang sudah ditetapkan. Auditor memberikan hasil audit kepada departemen yang diaudit untuk dilakukan tindakan perbaikan dan/atau pencegahan. Tindakan perbaikan dan/atau pencegahan dilakukan sesuai dengan waktu yang disepakati dan tidak diperkenankan menunda penyelesaiannya tanpa alasan yang jelas.

Auditor dan/atau Koordinator Audit Internal bertanggung jawab untuk melakukan verifikasi tindakan perbaikan yang telah dilakukan oleh departemen yang diaudit serta membuat kesimpulan dari hasil audit yang dilakukan. Selanjutnya Koordinator Audit Internal membuat ringkasan dari hasil audit keseluruhan dan melaporkan kepada pimpinan organisasi sebagai salah satu agenda dalam Rapat Tinjauan Manajemen.

e. Tinjauan Manajemen

Baik ISO 9001:2000 maupun ISO 22000:2005 mensyaratkan tinjauan manajemen untuk mengetahui keefektifan sistem mutu/keamanan pangan yang diterapkan dalam organisasi. Masukan untuk tinjauan manajemen

setidaknya sesuai persyaratan klausul 5.8.2 pada ISO 22000:2005 atau klausul 5.6.2 pada ISO 9001:2000 harus meliputi informasi sebagai berikut:

a. kelanjutan tindakan dari tinjauan manajemen sebelumnya,

b. analisa hasil aktifitas verifikasi perubahan keadaan yang dapat mempengaruh sistem mutu/keamanan pangan

c. situasi darurat, kecelakaan dan withdrawal d. peninjauan hasil aktifitas sistem pembaharuan

e. tinjauan aktifitas komunikasi, termasuk umpan-balik pelanggan f. audit internal atau inspeksi eksternal.

g. kinerja proses dan kesesuaian produk h. status tindakan pencegahan dan koreksi i. rekomendasi untuk perbaikan

Tinjauan manajemen menggunakan informasi masukan tinjauan menghasilkan keluaran tinjauan yang diharapkan setidaknya sesuai persyaratan klausul 5.8.3 pada ISO 22000:2005 atau klausul 5.6.3 pada ISO 9001:2000 meliputi informasi sebagai berikut:

a. perbaikan keefektifan sistem manajemen mutu/keamanan pangan dan prosesnya

b. perbaikan produk yang berhubungan dengan persyaratan pelanggan c. kebutuhan sumber daya untuk menunjang sistem

d. jaminan keamanan pangan

e. revisi kebijakan mutu/keamanan pangan organisasi dan sasarannya, jika diperlukan

Keseluruhan aktivitas yang terlibat dalam tinjauan manajemen dicatat dan didokumentasikan untuk dikendalikan oleh pengendali dokumen.