• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PENGEMBANGAN EKOWISATA PESISIR

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Sistem Informasi Geograf

Sistem informasi geografis (SIG) merupakan komputer berbasis pada sistem informasi yang digunakan untuk memberikan bentuk digital dan analisis terhadap permukaan geografi bumi (Rahmat, 2003). Purwadhi (1994) dalam Rahmat (2003), mendefinisikan SIG sebagai suatu sistem yang mengorganisir perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan data serta dapat mendayagunakan sistem penyimpanan, pengolahan maupun analisis data secara simultan, sehingga dapat diperoleh informasi yang berkaitan dengan aspek keruangan. Sedangkan Prasetyo (2003) mendefinisikan sistem informasi geografis (SIG) sebagai suatu sistem yang men-capture, mengecek mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa dan menampilkan data yang secara spasial (keruangan) mereferensikan kepada kondisi bumi.

SIG merupakan manajemen data spasial dan non spasial yang berbasis komputer dengan tiga karakteristik dasar, yaitu: (1) mempunyai fenomena aktual (variabel data non lokasi) yang berhubungan dengan topik permasalahan di lokasi bersangkutan, (2) merupakan suatu kejadian di suatu lokasi dan (3) mempunyai dimensi waktu. Teknologi SIG mengintegrasikan operasi-operasi umum database, seperti query dan analisis statistik, dengan kemampuan visualisasi dan analisa yang dimiliki oleh pemetaan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dengan sistem informasi lainnya yang membuatnya menjadi berguna untuk berbagai kalangan untuk menjelaskan kejadian, merencanakan strategi dan memprediksi apa yang akan terjadi. Kemampuan SIG antara lain:

• Memetakan letak; data realita di permukaan bumi akan dipetakan ke dalam beberapa layer dengan setiap layernya merupakan representasi kumpulan benda (future) yang mempunyai kesamaan.

• Memetakan kuantitas; sesuatu yang berhubungan dengan jumlah, seperti di mana yang paling banyak dan di mana yang paling sedikit. Dengan melihat penyebaran tersebut dapat mencari tempat-tempat yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan dan digunakan untuk pengembilan keputusan ataupun juga untuk mencari hubungan dari masing-masing tempat tersebut. • Memetakan kerapatan (densities); peta kerapatan dapat mengubah bentuk

konsentrasi kedalam unit-unit yang lebih mudah untuk dipahami dan seragam.

• Memetakan perubahan; dengan memasukan variabel waktu, SIG dapat dibuat untuk peta historikal, yang dapat digunakan untuk memprediksi keadaan yang akan datang dan dapat pula digunakan utuk evaluasi kebijaksanaan.

• Memetakan apa yang ada di dalam dan di luar suatu area; SIG digunakan juga untuk memonitor apa yang terjadi dan keputusan apa yang akan diambil dengan memetakan apa yang ada pada suatu area dan apa yang ada di luar area.

Alasan SIG dibutuhkan karena untuk data spasial penanganannya sangat sulit terutama karena peta dan data statistik cepat kadaluarsa sehingga tidak ada pelayanan penyediaan data dan informasi yang diberikan menjadi tidak akurat. Terdapat dua keistimewaan analisis SIG menurut Rahmat (2003) yaitu:

• Analisis proximity; suatu geografi yang berbasis pada jarak antar layer. Analisa proximity SIG menggunakan proses buffering yaitu membangun lapisan pendukung sekitar layer dalam jarak tertentu untuk menentukan dekatnya hubungan antara sifat bagian yang ada.

• Analisis overlay; proses integrasi data dari lapisan-lapisan layer yang berbeda yang disebut dengan overlay. Secara analisis dibutuhkan lebih dari satu layer yang akan ditumpang susun secara fisik agar bisa dianalisis secara visual.

Dengan demikian SIG diharapkan mampu memberikan kemudahan-kemudahan yang diinginkan yaitu: (1) penanganan data geospasial menjadi lebih baik dalam format baku, (2) revisi dan pemutakhiran data menjadi lebih mudah, (3) data geospasial informasi menjadi lebih mudah dicari, dianalisis dan direpresentasikan, (4) menjadi produk yang mempunyai nilai tambah, (5) kemampuan menukar data geospasial, (6) penghematan waktu dan biaya dan (7) keputusan yang diambil menjadi lebih baik.

Komponen utama SIG dapat dibagi dalam empat kelompok yaitu: perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), data (manajemen data) dan pemakai. Porsi masing-masing komponen tersebut berbeda dari satu sistem ke sistem lainnya, tergantung tujuan dibuatnya SIG tersebut. Kombinasi yang paling tepat antara keempat komponen ini akan menetukan kesuksesan suatu proyek pengembangan SIG dalam suatu organisasi.

a. Hardware

SIG membutuhkan komputer untuk penyimpanan dan pemprosesan data. Ukuran dari sistem komputerisasi bergantung pada tipe SIG itu sendiri. SIG dengan skala yang kecil hanya membutuhkan PC (personal computer) yang kecil atau sebaliknya. Ketika GIS yang dibuat berskala besar diperlukan spesifikasi komputer yang besar pula serta host untuk clinet machine yang mendukung multiple user. Hal tersebut disebabkan data yang digunakan dalam SIG baik data vektor maupun data raster penyimpanannya membutuhkan ruang yang besar dan proses analisisnya membutuhkan memori yang besar dan prosesor yang cepat. Untuk mengubah peta ke dalam bentuk digital diperlukan hardware yang disebut digitizer. Komponen-komponen hardware terdiri dari:

• Alat masukan data (digitizer, scanner, keyboard computer, CD reader, diskette reader)

• Alat penyimpan dan pengolah data (komputer dengan harddisknya, tapes atau cartridge unit, CD writer)

• Alat penampil dan penyaji keluaran/informasi (monitor komputer, printer, plotter)

b. Software

Dalam pembuatan SIG diperlukan software yang menyediakan fungsi alat yang mampu melakukan penyimpanan data, analisis dan menampilkan informasi geogafis. Dengan demikian elemen yang harus terdapat dalam komponen software

SIG adalah:

Tool untuk melakukan input dan transformasi data geografis • Sistem manajemen basis data (DBMS)

Tool yan mendukung query geografis, analisis dan visualisasi

Graphical user interface (GUI) untuk memudahkan akses pada tool

geografi.

Inti software SIG adalah software SIG itu sendiri yang mampu menyediakan fungsi-fungsi untuk penyimpanan, pengaturan, link query dan analisis data geografis. Beberapa contoh software SIG adalah ArcView, MapInfo, ArcInfo untuk SIG; CAD system untuk entry graphic data; dan ERDAS serta ER-MAP untuk proses remote sensing data. Modul dasar perangkat lunak SIG; modul pemasukan dan pembetulan data, modul penyimpanan dan pengorganisasian data, modul pemrosesan dan penyajian data, modul transformasi data, modul interaksi dengan pengguna (input query).

c. Data

SIG merupakan perangkat pengelolaan basis data (DBMS) dimana interaksi dengan pemakai dilakukan dengan suatu sistem antar muka dan sistem query dan basis data dibangun untuk aplikasi multi user. SIG merupakan perangkat analisis keruangan (spatial analysis) dengan kelebihan dapat mengelola data spasial dan data non spasial sekaligus. Menurut Rahmat (2003), syarat pengorganisasian data yaitu: volum kecil denganklasifikasi data yang baik, penyajian yang akurat, mudah dan cepat dalam pencarian kembali (data retrieval) dan penggabungan (proses composit).

Jenis data terdiri dari: (1) data lokasi; koordinat lokasi, nama lokasi dan lokasi tipologi, (2) data non lokasi; iklim, (3) data dimensi waktu (temporal); data non lokasi di lokasi bersangkutan dapat berubah dengan waktu. Masukan dan keluaran basis data SIG menurut Rahmat (2003) terdiri dari:

• Sumber data SIG; data lapangan, data statistik, peta, penginderaan jauh • Penyiapan data; data dikumpulkan, dikonversi, diklasifikasi, disunting dan

ditransformasi dalam basis data

• Pembentukan format data keruangan (spasial); digitasi peta, interpretasi citra digital dan konversi raster ke vektor secara otomatis penuh atau sebelumnya discan dulu, import dari sumber lain

• Bentuk data masukan SIG; spasial/non spasial, vektor/raster, tabular alfanumerik

• Basis data SIG; posisi dan hubungan tipologi, data spasial dan non spasial, gambaran obyek dan fenomena geografis, obyek dikaitkan dengan koordinat bumi

• Lapis data pada basis data SIG; lapis data dibuat sesuai dengan temanya penggunaan lahan, jenis tanah, topografi, populasi penduduk, ada data primer (topografi perairan/laut/sungai, pencacahan penduduk, hujan, suhu, kelembaban) dan data sekunder (sudah diproses sebagai informasi)

• Penyajian informasi (keluaran); peta, grafik, tabel, laporan

Sedangkan cara perolehan data (informasi geografis) terdiri dari lima cara yaitu: • Survei lapangan; pengukuran fisik (land marks), pengambilan sampel,

pengumpulan data non fisik (data sosial, ekonomi, budaya dan politik).

• Sensus; dengan pendekatan kuisioner, wawancara dan pengamatan; pengumpulan data secara nasional dan periodik (sensus jumlah penduduk, sensus kepemilikan tanah).

• Statistik; merupakan metode pengumpulan data periodik atau perinterval waktu pada stasiun pengamatan dan analisis data geografi tersebut.

Tracking; merupakan cara pengumpulan data dalam periode waktu tertentu untuk tujuan pemantauan atau pengamatan perubahan.

• Penginderaan jarak jauh (inderaja); merupakan ilmu dan seni untuk mendapatkan informasi suatu obyek wilayah atau fenomena malalui analisis data yang diperoleh dari sensor pengamat tanpa harus kontak langsung dengan obyek, wilayah atau fenomena yang diamati.