BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.6 Sistem Informasi Geografis (SIG)
2.6.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG)
Banyak definisi SIG telah diajukan dari waktu ke waktu, namun tidak ada satupun yang dapat sepenuhnya memuaskan. Meskipun banyak yang mendefinisikan sebagai sesuatu yang lebih dari sebuah teknologi, saat ini label SIG disandingkan dengan berbagai macam hal, diantaranya yaitu sejenis perangkat lunak yang dapat dibeli dari sebuah vendor untuk menjalankan peralatan untuk mengolah fungsi-fungsi kompleks (perangkat lunak SIG), representasi digital dari berbagai aspek dunia geografis dalam bentuk rangkaian data (data SIG); komunitas orang-orang yang menggunakan dan menyerukan penggunaan perangkat SIG untuk berbagai tujuan (komunitas SIG) dan aktivitas menggunakan SIG untuk memberikan solusi terhadap permasalahan atau ilmu pengetahuan lanjutan (melakukan SIG). Penamaan berlaku pada semua hal tersebut dan pengertiannya bergantung pada konteks di mana iadigunakan (Longley, 2005). Banyak penulis mendefinisikan (SIG) dengan
karakteristik yang sedikit berbeda, namun ada kesepakatan bersama bahwa kemampuan
kunci dari SIG adalah kemampuannya membuat suatu basis data geografis dan data di
dalamnya dapat dimanipulasi, diintegrasikan, dianalisis dan ditampilkan (Gregory &
Pell, 2007).
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah basis data yang biasanya mempunyai
komponen spasial dalam pengolahan dan penyimpanannya. Karenanya SIG mempunyai
potensi untuk menyimpan dan menghasilkan produk-produk peta dan sejenisnya. Ia
juga menawarkan potensi untuk menjalankan analisis berganda ataupun mengevaluasi
suatu skenario sebagaimana simulasi model (Lyon, 2003).
SIG dalam esensinya adalah sebuah pusat penyimpanan dan perangkat - perangkat analisis bagi data yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Pengembang dapat menumpangtindihkan informasi dari berbagai sumber data tersebut melalui berbagai theme dan layer, melaksanakan analisis data secara menyeluruh dan menggambarkannya secara grafis bagi pengguna (Albrecht, 2007).
2.6.2 Kelebihan Sistem Informasi Geografis (SIG)
Hampir semua yang terjadi di suatu tempat. Umumnya, aktivitas-aktivitas manusia terbatas pada ruang yang berada di dekat atau di permukaan bumi. Mengetahui di mana suatu hal terjadi adalah kepentingan yang mendesak, apabila kita hendak berangkat ke suatu lokasi atau menugaskan seseorang kesana, untuk mencari informasi lain terhadap sebuah tempat, atau menginformasikan kepada seseorang yang tinggal dekat tempat tersebut. Oleh karenanya, lokasi geografis merupakan atribut penting dari beragam aktivitas, kebijakan, strategi dan perencanaan. Sistem Informasi Geografis
adalah sebuah kelas khusus sistem informasi yang merekam, bukan hanya kejadian, aktivitas dan sesuatu, tetapi juga di mana kejadian, aktivitas dan sesuatu tersebut terjadi atau berada (Longley, 2005). Terdapat sejumlah kelebihan yang dibawa oleh teknologi
SIG bagi penelitian sumber daya air. SIG memungkinkan penataan dan penyimpanan
data yang lebih baik. Tujuan dari studi DAS diantaranya adalah pembagian DAS,
identifikasi pembagian drainase dan jaringan alur sungai, karakterisasi lereng dan
hadapan, konfigurasi daerah tangkapan air dan perilaku aliran air yang menghasilkan
variabel-variabel tersebut sulit dilakukan dari peta-peta cetak dan foto udara. Metode
tradisional tersebut menjadi pokok terjadinya kesalahan akibat operasi manual dan
terbukti membutuhkan waktu yang lama (Lyon, 2003).
2.6.3 Data Spasial
Dalam bentuk yang sangat umum, data geografis dapat digambarkan sebagai
suatu data yang mempunyai referensi spasial. Sebuah referensi spasial adalah sebuah
penunjuk bagi semacam lokasi, baik itu dalam bentuk langsung yang ditunjukkan
sebagai sebuah koordinat, sebuah alamat atau kedudukan relatif terhadap lokasi lain.
Suatu lokasi dapat (1) berdiri sendiri atau (2) menjadi bagian dari sebuah objek
keruangan, di mana dalam kasus ini lokasi menjadi definisi pembatas bagi objek
tersebut. Atribut yang diasosiasikan dengan suatu data geografis harus valid bagi
seluruh koordinat yang menjadi bagian dari objek geografis (Albrecht, 2007).
2.6.4 Penginderaan jauh
Dewasa ini, foto udara skala kecil dan citra satelit telah digunakan untuk pemetaan penggunaan lahan/penutup lahan bagi wilayah yang luas (Lillesand dan
dengan saling menambahkan informasi. Data SIG membantu analisis citra dalam
mengelompokkan pixel-pixel yang meragukan, sedangkan citra yang digunakansebagai
latar belakang bagi data vektor khusus menyediakan orientasi dan tata letaksituasional
(Albrecht, 2007).
2.6.5 Overlay
Overlay adalah inti dari operasi SIG yang seolah mendefinisikan SIG. Apabila sebuah perangkat lunak dapat melakukan proses overlay, maka dapat dipastikan bahwa aplikasi tersebut adalah sebuah aplikasi SIG dan bukan hanya aplikasi Computer Aided Design (CAD) atau kartografi saja (Albrecht, 2007). Proses overlay memerlukan ketepatan dalam kesamaan lokasi. Dengan kata lain, pada suatu lokasi tertentu, suatu
data yang terdapat dalam sebuah kelas fitur dan data yang terdapat dalam kelas fitur lain
digabungkan menjadi sebuah set data hasil dan membentuk geometri yang sebelumnya
tidak ada, sehingga menghasilkan data yang benar-benar baru (Albrecht, 2007).
2.6.6 Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam Prediksi Daerah Genangan Banjir
Untuk mempermudah integrasi antara model hidrolika, hidrologi dan sistem
informasi geografis. US. Army Corps Of Engineer mengembangkan HEC-RAS. Program ini kemudian dapat digunakan sebagai interface dengan perangkat lunak
sistem informasi geografis seperti ArcView ataupun MapInfo sehingga dapat secara langsung memproses data spasial yang terdapat dalam Sistem informasi geografis ke
dalam model tersebut. Selanjutnya sistem ini membantu menjadi media dari analisa
model ke dalam analisa spasial. Integrasi ini merupakan integrasi eksternal mengingat
masing-masing program telah mempunyai bahasa masing-masing akan tetapi dapat
disatukan dengan adanya program interface.
ArcView dan MapInfo akan bekerja dengan optimal apabila digunakan data peta DEM (Digital Elevation Model) yang umumnya dibangkitkan berdasarkan data radar atau foto udara yang akurat. Sedangkan data tutupan lahan dapat secara baik digunakan
peta berdasarkan citra satelit terlebih lagi dengan menggunakan Ikonos.
Freier (2005) mendemontrasikan kemampuan SIG dalam mengukur potensi
banjir pada suatu DAS untuk menentukan resiko banjir di perkotaan dengan
menumpangtindihkan lapisan peta sarana kota, peta jalan, peta alur sungai dan peta
daerah dataran banjir untuk Q100. Dengan model SIGnya ia dapat mengidentifikasi sarana-sarana publik penting yang masuk ke dalam daerah rawan banjir untuk kala
ulang 100 tahun tersebut. Model seperti ini dapat pula dijadikan dasar untuk proses
Ghani, dkk (2000) mengembangkan model integrasi antara ArcView 3.2 dengan
HEC-6, Fluvial 12 dan HEC-RAS. Model integrasi ini digunakan untuk meramal perubahan arus air sungai, sehingga dapat diketahui luapan air sungai yang akan terjadi.
Lebih lanjut hasil hitungan model ini kemudian digambarkan dalam bentuk poligon
dengan bantuan HEC-GeoRAS dan kemudian diekspor kedalam sistem informasi geografis. Kedua gambar tersebut dapat dilihat bahwa luasan dan kedalaman daerah
genangan. Hal ini merupakan overlay antar peta dasar lokasi dengan hasil hitungan model yang digambarkan secara spasial pada ArcView. Overlay ini memberikan penampakkan yang jelas akan daerah rawan banjir .
Interface HEC-GeoRAS membentuk Shapefile pada ArcView sebagai hasil dari hitungan HEC-RAS, shapefile ini yang kemudian dapat diaktifkan di layar untuk mengetahui daerah rawan banjir. Apabila telah didapatkan daerah genangan, maka
kemudian dapat diekplorasi lebih lanjut mengenai resiko banjir yang akan terjadi seperti
beberapa banyak rumah atau bangunan yang akan terendam, kerusakan lahan pertanian
atau peruntukan lain, beberapa jiwa yang harus diungsikan dan lain-lain.
Ghani (2000) menerangkan bahwa Interface HEC-GeoRAS membentuk Shape file pada ArcView sebagai hasil dari hitungan HEC-RAS, shapefile ini yang kemudian dapat diaktifkan di layar untuk mengetahui daerah rawan banjir. Apabila telah
didapatkan daerah genangan, maka kemudian dapat diekplorasi lebih lanjut mengenai
kerugian yang akan terjadi seperti beberapa banyak rumah atau bangunan yang akan
terendam, kerusakan lahan pertanian atau peruntukan lain, beberapa jiwa yang harus
diungsikan dan lain-lain sesuai dengan tujuan analisis dan keberadaan data base spasial