• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL, PSIKOANALISA

2.3 Setting dalam Novel Saga no Gabai Baachan Karya Yoshichi

2.4.2 Sistem Kepribadian

oleh Sigmund Freud mengenai tingkah laku manusia. Menurut Zaviera (2007:80), hal pokok psikoanalisa menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebagian besar ditentukan oleh motif-motif tak sadar (alam bawah sadar). Alam bawah sadar (unconscious mind) mencakup segala sesuatu yang sangat sulit dibawa ke alam sadar, termasuk segala sesuatu yang memang asalnya alam bawah sadar, seperti nafsu, kenangan atau emosi, dan insting. Freud berpendapat bahwa alam bawah sadar adalah sumber dari motivasi dan dorongan yang ada dalam diri manusia.

Dalam mengungkapkan tingkah laku manusia psikoanalisa kepribadian meliputi tiga unsur kejiwaan yaitu, Id, Ego, dan Superego. Ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk totalitas atau kesatuan yang maksimal walaupun memiliki tugas/fungsi, sifat, dan prinsip kerja yang berbeda, dan wujud tingkah laku manusia tidak lain merupakan interaksi dari ketiga sistem kepribadian tersebut.

Dalam teori Sigmund Freud dalam mendeskripsikan kepribadian menjadi tiga pokok bahasan, yaitu sistem kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian. Dalam penelitian ini penulis hanya membahas dari sistem kepribadian.

2.4.2 Sistem Kepribadian

Dalam teori psikoanalisa, sistem kepribadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga unsur, yaitu Id, Ego, dan Superego.

27 2.4.2.1 Id

Id merupakan sistem kepribadian yang asli/paling dasar yang berisikan segala sesuatu yang secara psikologis diwariskan dan telah ada sejak lahir. Freud menyebutkan Id adalah “keadaan psikis yang sebenarnya”, karena Id mempresentasikan dunia batin pengalaman yang subjektif dan tidak mengenal kenyataan yang objektif. Id seluruhnya berada pada alam bawah sadar seseorang.

Menurut Hall (1993:64), Id tidak bisa menanggulangi peningkatan energi yang dialaminya sebagai keadaan-keadaan tegangan yang tidak menyenangkan. Oleh karena itu, apabila tingkat tegangan organisme meningkat, baik sebagai akibat stimulasi dari luar atau rangsangan yang timbul dari dalam, maka Id akan bekerja sedemikian rupa untuk segera menghentikan tegangan dan mengembalikan organisme pada tingkat energi rendah dan konstan serta menyenangkan. Prinsip tersebut merupakan cara kerja Id yang disebut prinsip kenikmatan (pleasure principle). Berdasarkan hal tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa Id dalam menjalankan fungsi dan operasinya, Id dilandasi oleh maksud mempertahankan keinginan sendiri untuk menghindari keadaan yang tidak menyenangkan dan mencapai keadaan yang menyenangkan.

Untuk mencapai maksud, tujuan, dan menghindari rasa sakit, Id memiliki dua proses. Proses pertama adalah tindakan reflex, yaitu suatu bentuk tingkah laku atau tindakan yang otomatis dan segera/bawaan. Contohnya reflex menghisap, batuk, mengedipkan mata. Proses yang kedua adalah proses primer, yaitu suatu proses yang melibatkan sejumlah reaksi

28

psikologis yang rumit. Proses primer dilakukan dengan membayangkan atau mengkhayalkan sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan tegangan, dipakai untuk menangani stimulus kompleks, seperti bayi yang lapar membayangkan makanan. Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan dengan kenyataan. Id tidak mampu menilai atau membedakan benar atau salah, tidak tahu moral.

Freud dalam Hall (1995:35) memiliki beberapa pendapat mengenai Id, yaitu :

1. Id lebih dekat dengan hubungannya dengan tubuh dan proses-prosesnya daripada dunia luar.

2. Id kekurangan organisasi dibandingkan dengan Ego dan Superego.

3. Id tidak berubah menurut masa; ia tidak dapat diubah oleh pengalaman, karena ia tidak ada hubungan dengan dunia luar. Akan tetapi Id dapat dikontrol dan diawasi oleh Ego.

4. Id tidak diperintah oleh akal dan ia tidak memilikin nilai, estetika, atau akhlak. Ia hanya dapat didorong oleh satu kemungkinan keinginan hatinya, sesuai dengan prinsip kesenangan.

Dengan demikian, individu membutuhkan sistem lain yang bisa mengarahkannya kepada pengurangan tegangan secara nyata, yang bisa memberi kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru, khususnya masalah moral. Sistem yang dibutuhkan itu tidak lain adalah Ego.

2.4.2.2 Ego

Ego merupakan bagian dari Id yang hadir untuk memajukan tujuan Id dan bukan untuk mengecewakan Id, namun menengahi kebutuhan-kebutuhan instingtif dari individu dan kebutuhan-kebutuhan lingkungan sekitarnya;

29

mempertahankan dan memperhatikan kehidupan individu tersebut. Menurut Hall (1993:65), perbedaan pokok antara Id dan Ego ialah bahwa Id hanya mengenal kenyataan subjektif-jiwa, sedangkan Ego membedakan antara hal-hal yang terdapat dalam batin dan hal-hal-hal-hal yang terdapat dalam dunia luar.

Ego mengikuti prinsip kenyataan yang tujuannya mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukan hal untuk pemuasan kebutuhan individu tersebut. Dapat dikatakan prinsip ini menunda prinsip kenikmatan dan mengontrol tindakan-tindakan yang akan dilakukan. Ego harus berusaha mengintegrasikan tuntutan Id, Superego, dan dunia luar yang sering bertentangan.

Menurut Freud dalam Koswara (1991:34), Ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Adapun proses yang dimiliki dan dijalankan Ego sehubungan dengan upaya memuaskan kebutuhan atau mengurangi tegangan oleh individu adalah proses sekunder (secondary process). Dengan proses sekundernya ini, Ego memformulasikan rencana bagi pemuasaan kebutuhan dan menguji apakah rencana tersebut bisa dilaksakan atau tidak. Dengan demikian Ego bagi individu tidak hanya bertindak sebagai penunjuk kepada kenyataan (reality tester). Dan dalam memainkan peranannya ini Ego melibatkan fungsi psikologis yang tinggi, yakni kognitif atau intelektual.

Pelaksanaan potensi dicapai melalui pengalaman, latihan dan pendidikan. Setiap pendidikan formal, misalnya, mempunyai tujuan utama untuk mengajar manusia bagaimana caranya berfikir dengan lebih tepat, berfikir secara tepat berarti kemampuan untuk tiba kepada kebenaran, dalam arti kata bahwa kebenaran itu dianggap sesuatu yang ada.

30

Ego dikatakan proses sekunder dimana menuaikan apa yang tidak dapat dilakukan proses primer, yaitu untuk memisahkan dunia pikiran yang subjektif dari dunia kenyataan wujud yang objektif. Proses sekunder tidak melakukan kesalahan seperti yang dilakukan oleh proses primer, ialah menganggap gambaran suatu benda sebagai benda itu sendiri. Proses sekunder juga berfungsi dalam penghidupan seseorang, mendorong pertumbuhan dan penyempurnaan proses rohaniah dari pengamatan, ingatan, pikiran, dan tindakan (Hall, 1995:39).

2.4.2.3 Superego

Superego merupakan wewenang moral dari kepribadian; mencerminkan yang ideal dan bukan real, dan memperjuangkan kesempurnaan dan bukan kenikmatan. Superego adalah perwujudan internal dari nilai-nilai dan cita-cita tradisional masyarakat. Adapun yang menjadi perhatian utama superego adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah dengan demikian ia dapat bertindak sesuai norma-norma moral yang diakui oleh wakil-wakil masyarakat.

Menurut Freud dalam Koswara (1991:35), Superego memiliki fungsi-fungsi pokok yaitu :

1. Sebagai pengendali dorongan-dorongan atau implus-implus tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat. 2. Mengarahkan Ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realistis dengan

tujuan-tujuan yang moralistis.

31

Adapun Superego terdiri dari dua anak sistem yaitu ego ideal dan hati nurani. Ego ideal merupakan sesuatu pengertian–pengertian anak tentang apa yang secara moril dianggap baik oleh orang tuanya. Dan sebaliknya, hati nurani sesuai dengan pengertian-pengertian anak tentang apa yang oleh orang tuanya dianggap moril buruk.

Superego berkembang dari Ego sebagai akibat dari perpaduan yang dialami seorang anak dari ukuran-ukuran orang tuanya mengenai apa yang baik dan saleh dan apa yang buruk dan batil dan mengontrol dan mengatur gerak hati yang kalau dinyatakan secara sewenang-wenang akan membahayakan kemantapan masyarakat itu sendiri (Hall, 1995:45).

Dokumen terkait