• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : ANALISIS DATA

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN III.1 Sejarah Singkat Kantor Imigrasi

III.5 Sistem Pelayanan Hukum di Kantor Imigrasi Kelas 1 Polonia Medan

Kantor Imigrasi Kelas 1 Polonia Medan adalah salah satu instansi pemerintah yang kegiatannya adalah memberikan pelayanan terhadap masyarakat, pelayanan dalam hal memberikan segala urusan keimigrasian berupa: Visa, Izin Masuk Kembali, Izin Keluar Tidak Kembali, Surat Perjalanan Republik Indonesia, Tanda Bertolak, Tanda Masuk, Surat Keterangan Keimigrasian dan lain-lain yang diatur pada Undang-Undang No.9 tahun 1992 tentang Keimigrasian.

Adapun sistem pelayanan hukum pada Kantor Imigrasi yang didasarkan kepada Materi Undang-Undang No.9 Tahun 1992 jika diklasifikasikan secara substansi ada lima pokok sistem kegiatan yakni meliputi:

1. Lalu lintas Keimigrasian, meliputi tiga aspek kegiatan a. Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI)

Ketentuan Pasal 37 Undang-Undang no. 9 Tahun 1992 mengatur tentang pencabutan dan hal lain yang berkenaan dengan SPRI, dimaksud dengan hal

lain dijabarkan dalam peraturan pelaksanaan yang meliputi pemberian baru, penggantian, penolakan, penarikan, pembatalan, penanggulangan dan denda. Berdasarkan pasal 29 tersebut juga disebutkan bahwa SPRI terdiri dari beberapa jenis, yaitu: Pasport Diplomatik, Pasport Dinas, Pasport Biasa, Pasport Haji, Pasport untuk Orang Asing, Surat Perjalanan Laksana Pasport (SPLP) untuk WNI, SPLP untuk Orang Asing dan SPLP Dinas.

b. Pemeriksaan Keimigrasian

Pemeriksaan masuk dan keluar orang asing maupun WNI dilakukan di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI), Pemeriksaan meliputi surat perjalanan, fisik, daftar awal alat angkut dan penumpang, daftar cekal, keadaan fisik (penyakit menular) dan mental (gangguan jiwa), khusus terhadap orang asing memeriksa visa atau dibebaskan dari keharusan memiliki visa. Tempat Pemeriksaan Imigrasi terdiri dari: Bandar Udara, Pelabuhan Laut, dan Pos Lintas Perbatasan.

c. Visa

Ketentuan dasar mengenai visa tidak dirumuskan secara tegas dalam Undang-Undang, melainkan hanya disinggung bahwa setiap orang asing yang masuk ke wilayah Indonesia wajib memiliki visa kecuali yang dibebaskan dari keharusan untuk itu. Ketentuan mengenai visa diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1994 tentang Visa, Izin Masuk, dan Izin Keimigrasian dan menerangkan bahwa jenis visa terdiri dari: Visa Diplomatik, Visa Dinas, Visa Singgah, Visa Kunjungan, dan Visa Tinggal Terbatas.

2. Pengendalian Orang Asing, meliputi tiga aspek kegiatan: a. Perubahan keimigrasian

Segala perubahan orang asing berkaitan dengan identitas diri, status sipil, kewarganegaraan, dan domisili. Sedangkan perubahan lain diatur dalam peraturan pelaksanaan yakni perubahan pekerjaan atau jabatan, sponsor keberadaan dan izin keimigrasian.

b. Penelaahan status keimigrasian

Menelaah kebenaran materil dari pada status anak, perkawinan, keberadaan, kegiatan dan kewarganegaraan dengan meneliti dokumen, surat dan petunjuk bukti yang ada, sehingga dapat menentukan status hukum yang sebenarnya. c. Izin keimigrasian

Menetapkan legalitas keberadaan orang asing di Indonesia dengan memberikan izin keimigrasian dan berdasarkan Undang-Undang bahwa izin keimigrasian terdiri dari: izin singgah, izin kunjungan, izin tinggal terbatas dan izin tinggal tetap. Dalam peraturan pelaksanaan diatur tentang pemberian izin keimigrasian yang baru, perpanjangan provinsional dan penolakan izin keimigrasian.

d. Izin Perjalanan

Memberikan izin perjalanan terhadap orang asing pemegang izin tinggal terbatas dan tetap yang akan keluar dan masuk kembali ke wilayah Indonesia, berupa: izin masuk kembali satu kali perjalanan, izin masuk kembali beberapa kali perjalanan dan izin keluar tidak kembali.

3. Pengawasan keimigrasian, meliputi dua aspek kegiatan: a. Pengawasan Administrasi

Melakukan pemeriksaan terhadap surat perjalanan, surat atau dokumen lain, daftar cekal, pemotretan,pengambilan sidik jari, dan pengelolaan data keimigrasian dalam memberikan perizinan keimigrasian baik di Tempat Pemeriksaan Imigrasi maupun di Kantor Imigrasi, terhadap WNI maupun Orang Asing.

b. Pengawasan Operasional

Melakukan kegiatan rutin dan operasi di lapangan dengan melakukan serangkaian penyelidikan berupa interview (wawancara), observation (observasi), Surveillance (membuntuti), Underciver (penyusupan) dan penggunaan informan dalam mengawasi setiap orang, baik WNI maupun orang asing yang masuk dan keluar wilayah Indonesia, mengawasi keberadaan dan kegiatan orang asing baik yang akan, sedang, atau telah terjadi perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku, berbahaya bagi kemanan dan ketertiban umum, permusuhan terhadap rakyat dan negara kesatuan Republik Indonesia.

4. Penyidikan keimigrasian, meliputi tiga ketantuan, yaitu: a. Kewenangan penyidik

Ketentuan Pasal 47 dan penjelasannya, merupakan dasar bagi penyidik imigrasi dalam melakukan penyidikan terhadap tindak pidana keimigrasian yang merupakan tindak pidana umum.

b. Proses penyidikan meliputi: 1. Penyidikan keimigrasian

Melakukan serangkaian kegiatan mencari tersangka, saksi, petunjuk dan surat yang merupakan alat bukti sebagai kelanjutan dari adanya laporan

keimigrasian atau kejadian yang merupakan laporan masyarakat atau diketahui oleh penyidik imigrasi bahwa telah terjadi tindak pidana keimigrasian.

2. Penindakan

Meliputi serangkaian kegiatan pemanggilan, perintah membawa tersangka, penagkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemotretan dan pengambilan sidik jari dengan dilengkapi Surat Perintah Penyidikan, Surat Perintah Tugas dan dibuatkan berita acara.

3. Pemeriksaan

Melakukan pemeriksaan terhadap tersangka, saksi, surat, dan barang bukti lain dengan dibuatkan berita acara.

4. Penyelesaian dan penyerahan bekas perkara

Meliputi kegiatan penyelesaian dan penyerahan berkas perkara, tersangka dan barang bukti kepada Penuntut Umum melalui penyidik Polri sebagai Korwas PPNS dengan dibuatkan surat tanda penerimaan dan berita acara. c. Ketentuan Pidana meliputi dua bagian, yaitu:

1. Kejahatan sebagaimana yang diatur dalam pasal 48, 49, 50, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, dan 59.

2. Pelanggaran sebagaimana diatur dalam pasal 51, 60, dan pasal 61. 5. Tindakan keimigrasian, meliputi empat aspek kegiatan:

a. Pengelolaan hasil pengawasan dan atau penyidikan

Temuan adanya perbuatan melanggar hukum hasil pengawasan dan bukti penyidikan dilakukan pengolahan dan penilaian sesuai sifat dan jenis

pelanggaran, untuk menentukan tindakan keimigrasian yang tepat dikenakan terhadap si pelanggar hukum.

b. Pemeriksaan

Melakukan pemeriksaan terhadap tersangka, saksi dan barang bukti hasil pengawasan dengan dibuatkan berita acar, sedangkan hasil penyidikan dan perkara sudah mendapat putusan serta telah mempunyai kekuatan hukum tetapi tidak perlu lagi pemeriksaan, hanya diperlukan identifikasi terhadap mantan terpidana orang asing dengan merujuk surat perjalanan, surat atau dokumen lain dan putusan hukum, sehingga tidak mengalami kesalahan dalam pelaksanaan tindakan keimigrasian pada seseorang.

c. Penindakan

Melakukan suatu tindakan hukum administrasi terhadap orang yang tidak menaati peraturan dan atau melakukan kegiatan yang berbahaya bagi keamanan dan ketertiban umum, terdiri dari:

1. Warga negara Indonesia, berupa: cekal, penolakan keluar wilayah Indonesia, pencabutan dan hal lain yang berkenaan dengan Surat Perjalanan Republik Indonesia.

2. Orang asing, berupa: cekal, penolakan keluar dan masuk wilayah Indonesia, biaya beban, deportasi, pengkarantinaan, pembatasan/pembatalan/perubahan izin keberadaan, larangan berada di suatu atau beberapa tempat, keharusan bertempat tinggal di tempat tertentu.

3. Penanggung jawab alat angkut, berupa: biaya beban, membawa kembali orang asing yang tidak diberi izin masuk untuk tetap tinggal atau diisolasi di alat angkut.