• Tidak ada hasil yang ditemukan

122. ATURAN PERALIHAN Pasal I

3. Sistem pemerintahan

Sistem pemerintahan dibagi menjadi dua yaitu: a. Sistem pemerintahan presidensial b. Sistem pemerintahan parlementer

Negara Indonesia, berdasarkan pada UUD yang dimilikinya menganut sistem pemerintahan presidensial yakni sistem pemerintahan Negara republik – di dalamnya, kekuasaan eksekutif dipilih melalui pemilihan umum dan terpisah dari kekuasaan legislatif.Selain itu menurut UUD 1945, sistem pemerintahan Indonesia tidak menganut sistem pemisahan kekuasaan atau trias politika murni sebagaimana yang diajarkan oleh Montesquieu. Namun, Indonesia menganut sistem pembagian kekuasaan

Hubungan antara sistem pemerintahan yang ada di Indonesia dan sistem pemerintahan yang sesuai dengan UUD 1945

Sejak Agustus 1945 sampai akhir tahun 1949, Indonesia mulai memberlakukan UUD 1945.Menurut ketentuan UUD tersebut, sistem pemerintahan Indonesia adalah

presidensial.Namun, sejak November 1945, berdasarkan Maklumat Wakil Presiden No. X dan Maklumat Pemerintah 14 November 1945, kekuasaan pemerintah dipegang oleh seorang perdana menteri. Hal ini merupakan awal dari suatu sistem pemerintahan parlementer.Sistem parlementer ini adalah sebah penyimpangan ketentuan UUD 1945 yang menyebutkan pemerintah harus dijalankan menurut sistem cabinet presidensial dimana menteri sebagai pembantu presiden.Jadi sejak November 1945 sampai Juli 1959, sistem pemerintahan yang diselenggarakan di Indonesia berlainan dengan sistem

pemerintahan yang ditentukan dalam naskah UUD 1945. 148. Terbentuknya negara ada primer ada sekunder Terjadinya Negara Secara Primer

Terjadinya Negara Secara Primer (Primaires Wording) dimulai dari masyarakat hukum yang paling sederhana kemudian berkembang secara bertahab ke tingkat yang lebih maju. Dibawah ini adalah fase-fase pertumbuhan negara secara primer:

1. Fase kelompok/suku ( Genootschaf )

Awal kehidupan manusia dimulai dari keluarga, kemudian terus berkembang menjadi kelompok-kelompok masyarakat hukum tertentu/suku.

2. Fase Kerajaan ( Rijk )

Kepala suku yang semula berkuasa dimasyarakat hukumnya kemudian mengadakan ekspansi ( Perluasan Kekuasaan ) dengan menaklukan negara lain. Hal ini mengakibatkan

berubahnya fungsi kepala suku dari primus interparest menjadi seorang raja.

3. Fase Negara Nasional ( Staat )

Pada fase ini kesadaran bernegara masyarakat telah muncul.Akan tetapi, raja yang memerintah menjalankan kekuasaannya secara absolute dengan sistem pemerintahan terpusat ditangan raja.

4. Fase Demokrasi ( Democratishe Natie )

Fase ini terbentuk atas dasar kesadaran akan adanya kedaulatan ditangan rakyat.

5. Fase Diktator ( Dictatuur )

Pada fase ini, pemerintahan yang dipilih oleh rakyat secara demokratis berubah menjadi pemerintahan yang diktator.

B. Terjadinya Negara Secara Sekunder

Terjadinya negara secara sekunder sangat erat kaitannya dengan fakta sejarah. Berdasarkan fakta sejarah ada 8 sebab terjadinya negara, yaitu:

1. Pendudukan ( occupatie )

Hal ini terjadi ketika suatu wilayah yang tidak bertuan dan belum dikuasai kemudian diduduki dan dikuasai oleh kelompok tertentu.

2. Peleburan ( Fusi )

Hal ini terjadi ketika negara-negara kecil mendiami suatu wilayah dan mengadakan perjanjian untuk saling melebur menjadi negara baru.

3. Penyerahan ( Cessie )

Hal ini terjadi pada suatu wilayah yang diserahkan kepada negara lain berdasarkan wilayah tertentu.

4. Penaikan ( Acessie )

Hal ini terjadi ketika suatu wilayah terbentuk akibat penaikan lumpur sungai atau timbul dari dasar laut ( Delta ).

5. Pencaplokan ( Enexatie )

Hal ini terjadi ketika suatu negara berdiri dengan menguasai atau mencaplok wilayah yang dikuasai negara lain.

6. Proklamasi ( Proclamation )

Hal ini terjadi ketika penduduk pribumi suatu wilayah yang diduduki negara lain melakukan perlawanan sehingga berhasil merebut kembali wilayahnya dan menyatakan

kemerdekaannya.

7. Pembentukan Baru ( Innovation )

Munculnya suatu negara baru yang diatas wilayah suatu negara yang pecah karena suatu hal dan kemudian lenyap.

8. Pemisahan ( Sparatise )

Terjadinya negara baru karena memisahkan diri dari negara yang menguasainya. 149. Negara integralistik

Pemikiran Mr.Soepomo tentang konsep Negara integralistik (paham Negara

kekeluargaan) dikemukakan dalam sidang BPUPKI yang kedua, tepatnya pada tanggal 31 Mei 1945 di Gedung Chuo Sangi In di jalan Pejambon 6 Jakarta, menyatakan bahwa cita – cita negara yang sesuai dengan Indonesia adalah negara integralistik.

Menurutnya,integralistik berarti negara tidak untuk menjamin negara individu, bukan pula untuk kepentingan golongan tertentu tetapi menjamin kepentingan masyarakat seluruhnya sebagai satu kesatuan yang integral. Didalamnya, segala golongan, segala bagian, semua individu berhubungan erat satu sama lain yang didasarkan pada prinsip persatuan antara pimpinan dan rakyat dan prinsip persatuan dalam negara seluruhnya. Pendapat ini didukung oleh Ir. Soekarno dan anggota – anggota BPUPKI beretnis Jawa. 150. HAM, menjiwai sila ke? Sila ke-2

Hakikat pengertian sila ke-dua meniwai: a. Alinea pertama UUD 1945

b. Pasal 27, 28 (HAM), 29, 30 dan 31 UUD 1945

151. Masalah kalimat majemuk, kalimat majemuk bertingkat, kalimat berobjek, kalimat efektif

1. Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan anak kalimat dan induk kalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi. Induk kalimat tidak memuat konjungsi didalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat. Untuk kalimat majemuk dibedakan menjadi 4 macam :

Macam-macam Kalimat Majemuk A. Kalimat majemuk setara

Kalimat majemuk setara terdiri dari dua kalimat tunggal atau lebih. Kalimat majemuk jenis ini dikelompokkan menjadi empat jenis:

1. Kalimat majemuk setara penjumlahan, yaitu dua kalimat tunggal atau lebih yang sejalan dan dapat dihubungkan oleh kata dan atau serta.

Contoh: Aku makan Dia minum

Aku makan dan dia minum

Tanda koma bisa digunakan jika kalimat yang digabungkan lebih dari dua kalimat tunggal.

Contoh: Saya makan

Dia minum

Mereka duduk-duduk saja

Saya makan, dia minum, dan mereka duduk-duduk saja.

2. Kalimat majemuk setara pertentangan, yaitu dua kalimat tunggal yang berbentuk kalimat setara dan menunjukkan makna pertentangan, dapat dihubungkan oleh kata tetapi.

Contoh:

Amerika dan Jepang tergolong negara maju

Indonesia dan Brunei tergolong negara berkembang

Jepang tergolong negara maju, tetapi Indonesia tergolong negara berkembang. Kata-kata penghubung lain yang bisa menghubungkan dua kalimat tunggal dalam kalimat majemuk setara pertentangan ialah kata sedangkan dan melainkan. 3. Kalimat majemuk setara perurutan, yaitu dua kalimat tunggal atau lebih yang

kejadiannya dikemukakan secara berurutan, dapat dihubungkan oleh kata lalu dankemudian.

Contoh:

Upacara serah terima jabatan pengurus OSIS sudah usai, lalu kepala sekolah mengucapkan selamat kepada pengurus yang baru.

4. Kalimat majemuk pemilihan, yaitu dua kalimat tunggal atau lebih yang menunjukkan pemilihan, dapat dihubungkan oleh kata atau.

Contoh:

Pemilik rekening listrik bisa membayar tagihan ke kantor PLN, atau bisa juga ke bank dengan cara mentransfer.

Kalimat Majemuk Setara Rapatan

Dalam kalimat majemuk setara, ada juga yang berbentuk kalimat rapatan. Kalimat majemuk setara rapatan adalah suatu bentuk yang merapatkan dua atau lebih kalimat tunggal. Yang dirapatkan adalah unsur subjek dan unsur objek yang sama. Unsur yang sama tersebut cukup disebutkan satu kali.

Contoh: Aku berlatih

Aku bertanding Aku berhasil menang

Aku berlatih, aku bertanding, aku berhasil menang Aku berlatih, bertanding, dan berhasil menang B. Kalimat Tidak Setara

Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas (klausa bebas) dan satu suku kalimat atau lebih yang tidak bebas (klausa terikat). Jalinan kalimat ini menggambarkan taraf kepentingan yang berbeda-beda di antara unsur gagasan yang majemuk. Inti gagasan dituangkan ke dalam induk kalimat,

sedangkan pertaliannya dari sudut pandangan waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat, dan sebagainya dengan aspek gagasan yang lain diungkapkan dalam anak kalimat.

Contoh:

Komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern (tunggal) Mereka masih dapat mengacaukan data-data komputer (tunggal)

Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, mereka masih dapat mengacaukan data-data komputer.

Kalimat Majemuk Tak setara yang Berunsur Sama

Kalimat majemuk taksetara dapat dirapatkan andaikata unsur-unsur subjeknya sama.

Contoh:

Kami sudah lelah Kami ingin pulang

Karena sudah lelah, kami ingin pulang

Pada anak kalimat terdapat kata kami sebagai subjek anak kalimat, dan pada induk kalimat terdapat pula kata kami sebagai subjek induk kalimat. Dalam hal seperti ini, subjek itu ditekankan pada induk kalimat sehingga subjek pada anak kalimat boleh dihilangkan, dan bukan sebaliknya.

2. jika dalam anak kalimat tidak terdapat subjek, itu berarti bahwa subjek anak kalimat sama dengan subjek induk kalimat.