BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
Pada bab ini berisi tentang landasan teori yang akan digunakan dalam penelitian ini mencakup pembahasan tentang Sistem Pendukung Keputusan dan metode SAW (Simple Additive Weighting).
2.1.1 Definisi
Sistem Pendukung Keputusan dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem yang memiliki kemampuan untuk memberikan pemecahan masalah maupun komunikasi untuk masalah semi terstruktur. Secara khusus, Sistem Pendukung Keputusan sebagai sebuah sistem yang mendukung kinerja seorang manajer maupun sekelompok manajer dalam memecahkan masalah semi terstruktur dengan cara memberikan informasi atau rekomendasi menuju keputusan tertentu.
2.1.2 Tujuan
Menurut Turban (2005) Tujuan dari Sistem Pendukung Keputusan adalah:
1. Membantu manajer dalam pengambilan keputusan atas masalah semi-terstruktur. 2. Memberikan dukungan atas pertimbangan manajer bukan untuk menggantikan
fungsi manajer.
3. Meningkatkan efektivitas keputusan yang diambil manajer lebih dari pada perbaikan efisiensinya.
4. Kecepatan komputasi. Komputer memungkinkan para pengambil keputusan untuk melakukan banyak komputasi secara cepat dengan biaya yang rendah.
5. Peningkatan produktivitas. Membangun satu kelompok pengambil keputusan, terutama para pakar. Pendukung terkomputerisasi bisa mengurangi ukuran kelompok dan memungkinkan para anggotanya untuk berada di berbagai lokasi yang berbeda-beda (menghemat biaya perjalanan). Selain itu,
produktivitas staff pendukung (misalnya analis keuangan dan hukum) bisa ditingkatkan. Produktivitas juga bisa ditingkatkan menggunakan peralatan optialisasi yang menentukan cara terbaik untuk menjalankan sebuah bisnis. 6. Dukungan kualitas. Komputer bisa meningkatkan kualitas keputusan yang dibuat.
Sebagai contoh, semakin banyak data yang diakses, makin banyak juga alternatif yang bisa dievaluasi. Analisis risiko bisa dilakukan dengan cepat dari para pakar (beberapa dari mereka berada di lokasi yang jauh) bisa di kumpulkan dengan cepat dan dengan biaya lebih rendah. Keahlian bahkan bisa diambil langsung dari sebuah sistem komputer melalui metode kecerdasan tiruan. Dengan komputer, para pengambil keputusan bisa melakukan simulasi yang kompleks, memeriksa banyak skenario yang memungkinkan, dan menilai berbagai pengaruh secara cepat dan ekonomis. Semua kapabilitas tersebut mengarah kepada keputusan yang lebih baik.
7. Berdaya saing. Manajemen dan pemberdayaan sumber daya perusahaan. Tekanan persaingan menyebapkan tugas pengambilan keputusan menjadi sulit. Persaingan didasarkan tidak hanya pada harga, tetapi juga pada kualitas, kecepatan, kustomasi produk, dan dukungan pelanggan. Organisasi harus mampu secara sering dan cepat mengubah mode operasi, merekayasa ulang proses dan struktur, memberdayakan karyawan, serta berinovasi. Teknologi pengambilan keputusan bisa menciptakan pemberdayaan yang signifikan dengan cara memperbolehkan seseorang untuk membuat keputusan yang baik secara cepat, bahkan jika mereka memiliki pengetahuan yang kurang.
8. Mengatasi keterbatasan kognitif dalam pemrosesan dan penyimpanan. 2.1.3 Struktur Keputusan
Sistem Pengambil Keputusan dapat menyelesaikan masalah dilihat dari keterstrukturannya dibagi menjadi:
1. Keputusan terstruktur (structured decision).
Keputusan terstruktur adalah keputusan yang dilakukan secara berulang-ulang dan bersifat rutin. Prosedur pengambilan keputusan sangatlah jelas. Keputusan tersebut terutama dilakukan pada manajemen tingkat bawah.
2. Keputusan semiterstruktur (semistructured decision).
Keputusan semiterstruktur adalah keputusan yang memiliki dua sifat. Sebagian keputusan bisa ditangani oleh komputer dan yang lain tetap harus dilakukan oleh pengambil keputusan. Prosedur dalam pengambilan keputusan tersebut secara garis besar sudah ada, tetapi ada beberapa hal yang masih memerlukan kebijakan dari pengambil keputusan. Biasanya keputusan seperti ini diambil oleh manajer level menengah dalam suatu organisasi.
3. Keputusan tak terstruktur (unstructured decision).
Keputusan tak terstruktur adalah keputusan yang penanganannya rumit karena tidak terjadi berulang-ulang atau tidak selalu terjadi. Keputusan tersebut menuntut pengalaman dan berbagai sumber yang bersifat eksternal. Keputusan tersebut umumnya terjadi pada manajemen tingkat atas.
2.1.4 Karateristik Sistem Pengambil Keputusan
Empat belas karateristik Sistem Pengambil Keputusan (Turban, E.,2005) adalah: 1. Dukungan kepada pengambil keputusan, terutama pada situasi semi-terstruktur dan
tak terstruktur, dengan menyertakan penilaian manusia dan informasi terkomputerisasi.
2. Dukungan untuk semua level manajerial, dari eksekutif sampai manajer lini. 3. Dukungan untuk individu dan kelompok. Masalah yang kurang terstruktur sering
memerlukan keterlibatan individu dari departement dan tingkat organisasional yang berbeda atau bahkan dari organisasi lain.
4. Dukungan untuk keputusan independen atau sekuensial. Keputusan bisa dibuat satu kali, atau berulang (dalam interval yang sama).
5. Dukungan disemua fase proses pengambilan keputusan: inteligensi, desain, pilihan, dan implementasi.
6. Dukungan diberbagai proses dan gaya pengambilan keputusan.
7. Adaptivitas sepanjang waktu. Pengambilan keputusan harusnya reaktif, bisa menghadapi perubahan kondisi secara cepat, dan mengadaptasi sistem pengambil keputusan untuk memenuhi perubahan tersebut. Sistem pengambil keputusan
bersifat fleksibel. Oleh karena itu, pengguna bisa menambahkan, menghapus, menggabungkan, mengubah, atau menyusun kembali elemen-elemen dasar.
8. Pengguna merasa seperti dirumah. Ramah-pengguna, kapabilitas grafis yang sangat kuat, dan antarmuka manusia-mesin yang interaktif dengan satu bahasa alami bisa sangat meningkatkan efektivitas sistem pengambil keputusan.
9. Peningkatan efektifitas pengambilan keputusan (akurasi, timelines, kualitas) ketimbang efisiensinya (biaya pengambilan keputusan). Ketika sistem pengambil keputusan disebarkan, pengambil keputusan sering membutuhkan waktu lebih lama, tetapi hasilnya lebih baik.
10. Kontrol penuh oleh pengambil keputusan terhadap semua langkah proses pengambil keputusan dan memecahkan suatu masalah. Sistem pengambil keputusan secara khusus menekankan untuk mendukung pengambilan keputusan, bukan menggantikannya.
11. Pengguna akhir bisa mengembangkan dan memodifikasi sendiri sistem sederhana. Sistem yang lebih besar bisa dibangun dengan bantuan ahli sistem informasi. 12. Biasanya, model-model digunakan untuk menganalisis situasi pengambilan
keputusan. Kapabilitas pemodelan memungkinkan eksperimen dengan berbagai strategi yang berbeda di bawah konfigurasi yang berbeda.
13. Akses disediakan untuk berbagai sumber data, format dan tipe, mulai dari sistem informasi geografis sampai sistem, berorientasi-objek. Dapat digunakan sebagai alat standalone oleh seorang pengambil keputusan pada satu lokasi atau didistribusikan disuatu organisasi. Secara keseluruhan dan dibeberapa organisasi sepanjang persediaan. Dapat diintegrasikan secara dengan sistem pengambil keputusan lain atau aplikasi lain, serta bisa didistribusikan secara internal dan eksternal menggunakan networking dan teknologi web.
2.1.5 Arsitektur Sistem Pengambil Keputusan
Aplikasi sistem pendukung keputusan bisa terdiri dari beberapa subsistem, yaitu: 1. Subsistem manajemen data
Subsistem manajemen data memasukkan satu database yang berisi data yang relevan untuk suatu situasi dan dikelola oleh perangkat lunak yang disebut sistem manajemen database (DBMS/Data Base Management System).
2. Subsistem manajemen model
Merupakan paket perangkat lunak yang memasukkan model kuantitatif lain yang memberikan kapabilitas analitik dan manajemen perangkat lunak yang tepat. Perangkat lunak disebut manajemen basis model (MBMS).
3. Subsistem antarmuka pengguna
Pengguna berkomunikasi dengan sistem pendukung keputusan melalui subsistem tersebut. Pengguna adalah bagian yang dipertimbangkan dari sistem.
4. Subsistem manajemen berbasis-pengetahuan
Subsistem tersebut mendukung semua subsistem lain atau bertindak langsung sebagai suatu komponen independen dan bersifat opsional.
Berikut merupakan gambar arsitektur dari sistem pengambil keputusan.
2.1.6 Langkah – langkah Pemodelan dalam Sistem Pengambil Keputusan. 1. Studi kelayakan (Intelligence).
Pada langkah ini, sasaran ditentukan dan dilakukan pencarian prosedur, pengumpulan data, identifikasi masalah, identifikasi kepemilikan masalah, hingga akhirnya terbentuk sebuah pernyataan masalah. Kepemilikan masalah berkaitan dengan bagian apa yang akan dibangun oleh DSS dan apa tugas dari bagian tersebut sehingga model tersebut bisa relevan dengan kebutuhan pemilik pemasalah.
2. Perancangan (Design)
Pada tahap ini akan diformulasikan model yang akan digunakan dan kriteria-kriteria yang ditentukan. Setelah itu, dicari alternatif model yang bisa menyelesaikan permasalahan tersebut. Langkah selanjutnya adalah memprediksi keluaran yang mungkin. Kemudian, ditentukan variabel-variabel model.
3. Pemilihan (Choice).
Setelah pada tahap design ditentukan berbagai alternatif model beserta variabel- variabelnya, pada tahap ini akan dilakukan pemilihan modelnya, termasuk solusi dari model tersebut. Selanjutnya, dilakukan analisis sensitivitas, yakni dengan mengganti beberapa variabel.
4. Membuat Sistem Pengambil Keputusan.
Setelah menentukan modelnya, berikutnya adalah mengimplementasikan-nya dalam aplikasi DSS.