• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

C. Sistem imun

polaritas yang sesuai dengan polaritas flavonoid tersebut. Pelarut-pelarut alkoholik umumnya merupakan pelarut pilihan untuk mengekstraksi semua golongan flavonoid. Biasanya digunakan metanol, etanol, dan propanol. Bahan-bahan kering dan berkayu dapat digunakan alkohol berair, hal ini disesuaikan dengan glikosida flavonoid. Pelarut yang kurang polar seperti benzena, kloroform, eter, dan etil asetat digunakan untuk mengekstraksi aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon, flavon, flavavonol, dan flavonol yang termetilasi pada gugus hidroksinya (Harborne, 1987)

C. Sistem Imun

Sistem imun merupakan mekanisme yang digunakan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan oleh berbagai bahan dalam lingkungan hidup (Baratawidjaja, 2006).

Pertahanan imun terdiri dari sistem imun alamiah atau non spesifik (natural/innate) dan sistem imun didapat atau spesifik (adaptive/acquired) (Baratawidjaja, 2006).

Menurut Subowo (1993), sistem imun mempunyai tiga fungsi utama. Fungsi pertama ialah pertahanan melawan invasi mikroorganisme, jika elemen pertahanan seluler berhasil menyebar, maka hospes akan mampu mengatasi serangan tersebut. Tetapi bila elemen-elemen ini hiperaktif, maka tanda-tanda tertentu yang tidak diinginkan seperti alergi atau hipersensitivitas akan muncul. Sebaliknya jika elemen hipoaktif, maka kerentanan terhadap infeksi ulang akan bertambah.

Fungsi kedua disebut homeostasis, yaitu menjaga keseimbangan pergantian sel dimana terjadi proses degradasi dan katabolisme yang bersifat normal agar unsur seluler yang telah rusak dapat dibersihkan dari tubuh.

Fungsi ketiga disebut pengawasan (surveillance). Fungsi ini mengawasi sel-sel abnormal yang secara tetap selalu timbul dalam badan. Sel-sel abnormal ini dapat terjadi secara spontan atau disebabkan pengaruh virus tertentu atau zat-zat kimia.

Gambar 5. Sistem Imun (Baratawidjaja, 2004)

1. Sistem imun non spesifik

Mekanisme fisiologik imunitas non spesifik berupa komponen normal tubuh yang selalu ditemukan pada individu sehat dan siap mencegah mikroba masuk tubuh dan dengan cepat menyingkirkan mikroba tersebut. Disebut non spesifik karena tidak ditunjukan terhadap mikroba tertentu, telah ada dan berfungsi sejak lahir.

a. Pertahanan fisik/mekanik

Dalam sistem pertahanan fisik atau mekanik, kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk, dan bersin, merupakan garis pertahanan terhadap infeksi. Keratinosit dan lapisan epidermis kulit sehat, dan lapisan epitel mukosa yang utuh tidak dapat ditembus kebanyakan mikroba.

b. Pertahanan biokimia

Kebanyakan mikroba tidak dapat menembus kulit yang sehat. Namun beberapa dapat masuk tubuh melalui kelenjar sebaseus dan folikel rambut. pH asam, keringat, dan sekresi sebaseus, berbagai asam lemak yang dilepas kulit mempunyai efek denaturasi.

Lisozim dalam keringat, ludah, air mata dan air susu ibu, melindungi tubuh terhadap berbagai kuman positif-Gram oleh karena dapat menghancurkan lapisan peptidoglikan dinding bakteri.

Saliva mengandung enzim seperti laktooksidase yang merusak dinding sel mikroba dan menimbulkan kebocoran sitoplasma dan juga mengandung antibodi serta komplemen yang dapat berfungsi sebagai opsonin dalam lisis sel mikroba.

Laktoferin dan transferin dalam serum mengikat besi yang merupakan metabolit esensial untuk hidup beberapa jenis mikroba seperti pseudomonas.

Asam neuraminik yang mempunyai sifat antibakterial terhadap

c. Pertahanan Humoral

1) Komplemen. Komplemen terdiri atas sejumlah besar protein yang bila diaktifkan akan memberikan proteksi terhadap infeksi dan berperan dalam respon inflamasi.

2) Interferon. Merupakan sitokin berupa glikoprotein yang diproduksi makrofag yang diaktifkan, Natural Killer (NK) dan berbagai sel tubuh yang mengandung nukleus dan dilepas sebagai respon terhadap infeksi virus. Interferon mempunyai sifat antivirus dan dapat menginduksi sel-sel sekitar sel yang terinfeksi virus menjadi resisten terhadap virus.

3) C-Reactive Protein (CRP). CRP merupakan salah satu protein fase akut, trmasuk golongan protein yang kadarnya dalam darah meningkat pada infeksi akut sebagai respon imunitas nonspesifik.

d. Pertahanan Selular

1) Fagosit. Meskipun berbagai sel dalam tubuh dapat melakukan fagositosis, tetapi sel utama yang berperan dalam pertahanan nonspesifik adalah sel mononuklear (monosit dan makrofag) seta sel polimorfonuklear atau granulosit. Makrofag juga berperan sebagai sel penyaji antigen (Antigen Presenting Cell/APC). Fagositosis yang efektif pada invasi kuman dini akan dapat mencegah timbulnya infeksi. Dalam kerjanya, sel fagosit juga berinteraksi dengan komplemen dan sistem imun

spesifik lain. Penghancuran kuman terjadi dalam beberapa tingkat berikut, kemotaksis, menangkap, memakan (fagositosis), membunuh, dan mencerna.

2) Makrofag. Monosit bermigrasi ke jaringan dan disana berdiferensiasi menjadi makrofag yang seterusnya hdup di dalam jaringan sebagai makrofag residen. Makrofag dapat hidup lama, mempunyai beberapa granul dan melepas berbagai bahan, antara lain lisozim, komplemen, interferon, dan sitokin yang semuanya memberikan kontribusi dalam pertahanan nonspesifik dan spesifik.

3) Sel NK. Limfosit terdiri atas sel B, sel T (Th, CTL) dan sel

Natural Killer (sel NK). Sel-sel tersebut berfungsi dalam imunitas nonspesifik terhadap virus dan sel tumor.

4) Sel Mast. Sel mast berperan dalam reaksi alergi dan juga dalam pertahanan pejamu, jumlahnya menurun pada sindrom imunodefisiensi. Sel mast juga berperan pada imunitas terhadap parasit dalam usus dan terhadap invasi bakteri.

2. Sistem imun spesifik

a. Sistem imun spesifik humoral

Pemeran utama dalam sistem imun spesifik humoral adalah limfosit B atau sel B. Bila sel B dirangsang oleh benda asing, sel tersebut akan berproliferasi, berdiferensiasi, dan berkembang menjadi sel plasma yang membentuk antibodi. Antibodi yang dilepas dapat ditemukan di dalam serum.

Fungsi utama antibodi ini adalah pertahanan terhadap infeksi ekstraselular, virus dan bakteri serta menetralisasi toksinnya.

b. Sistem imun spesifik selular

Limfosit T atau sel T berperan pada sistem imun spesifik selular. Sel tersebut juga berasal dari sel asal yang sama seperti sel B. Fungsi utama sistem imun spesifik selular ialah untuk pertahanan terhadap bakteri yang hidup intraselular, virus, jamur, parasit, dan keganasan (Baratawidjaya, 2004).

Dokumen terkait