2.2 Kondisi Persampahan Eksisting
2.2.2 Sistem Pengelolaan Sampah Eksisting
yang diidentifikasi dari pengamatan terakhir, dan prioritas untuk perbaikan. Uraian ini juga akan menginformasikan apa yang telah dan akan dilakukan secara formal dan informal.
2.2.1 Timbulan
Sampah
Sebagaimana telah disebutkan dalam sub bab terdahulu, jumlah penduduk kota pada tahun 2011 adalah 565.856 orang (Tahun 2012 meningkat menjadi 576.694 orang) yang tersebar di 6 (enam) kecamatan dengan kepadatan penduduk antara 31 sampai 96 orang/hektar dan pertumbuhan 1,69 persen per tahun. Berdasarkan data kependudukan tersebut dan perkiraan timbulan sampah 2.75 liter per orang per hari (sesuai SK SNI S-04-1993, DPU 1993), maka jumlah sampah yang dihasilkan di seluruh kota adalah sekitar 1.586 m3/hari atau sekitar 387 ton/hari (apabila kerapatan
curah 225 kg/m3). Apabila tidak ada tindakan pengurangan, jumlah
sampah akan bertambah sekitar 1,01 ton/hari.
2.2.2 Sistem
Pengelolaan
Sampah
Eksisting
2.2.2.1 Pengumpulan SampahSampah yang dihasilkan belum seluruhnya ditangani oleh masyarakat maupun pemerintah kota. Pewadahan sampah merupakan tanggungjawab masyarakat dan pemerintah kota. Wadah yang digunakan terdiri atas jenis permanen yang terbuat dari beton, atau material lain dan jenis bergerak yang terbuat dari kayu, plastik atau material lain.
Pengumpulan sampah dilaksanakan oleh keluarga masing-masing, petugas kelompok, petugas RT/RW, dan petugas kecamatan. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan gerobak dorong atau langsung diangkut oleh individu-individu ke tempat-tempat pengumpulan sampah sementara (TPS). Keluarga yang memiliki tempat (wadah) sampah menerima pelayanan pengumpulan sampah dari berbagai pihak.
TPS sampah dengan konstruksi beton atau pasangan batu dan kontainer tersebar di 155 titik strategis dan sebagian TPS beton sudah dalam keadaan rusak. Sebagian dari TPS-TPS tersebut tampak tidak mampu menampung volume sampah yang lebih besar dari daya tampungnya. Jumlah TPS yang ada di Kota Pontianak berjumlah 126 unit, terdiri dari 91 unit TPS bak semen/batu dan 35 unit TPS container/armroll truck.
1 Baik
199,25 76,742 Sedang
4,22 1,633 Rusak
7,27 2,804 Rusak Berat
48,90 18,83 259,64 100,00NO. KONDISI
JALAN
PERSENTASE
(%)
PANJANG
JALAN (km)
S
E
R E
Sebagian masyarakat juga membuang sampah di beberapa tempat yang sama sekali tidak ada fasilitas TPS nya. Ada tidak kurang dari 29 titik lokasi pengumpulan sampah sementara di pinggiran beberapa ruas jalan (TPS liar). Tumpukan sampah di pinggir jalan ini terlihat sangat mengganggu dan menyebarkan bau tidak sedap.
2.2.2.2 Pengangkutan Pengangkutan dilaksanakan oleh petugas pemerintah kota. Jumlah
sampah yang terangkut ke tempat pembuangan akhir sekitar 300 ton/hari. Pengangkutan oleh petugas pemerintah kabupaten dilakukan dengan menggunakan dumptruck dan arm-roll truck. Pemerintah kabupaten sampai tahun 2012 memiliki 34 unit
dumptruck dan armroll truck berdaya angkut 9 m3.
2.2.2.3 Daur Ulang dan Pengolahan Sampah
Kegiatan daur ulang sampah telah dilaksanakan swasta. Ada beberapa perusahan swasta atau perorangan telah melakukan pengumpulan dan pemilahan berbagai jenis bahan plastik, kertas, logam dan kaca/gelas yang dikumpulkan oleh para pemulung. Setelah dipilah dandipilih, bahan-bahan bekas ini di kirim ke Pulau Jawa untuk kemudian di daur ulang. Demikian pula dengan pengolahan sampah organik menjadi kompos sudah mulai dilakukan secara terbatas oleh lembaga-lembaga swasta dan masyarakat. Salah satu contoh partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan sampah yang benar adalah pengelolaan sampah yang dilakukan oleh warga Komplek Perumahan Dwi Ratna di Kelurahan Siantan Hulu Kecamatan Pontianak Utara. Warga RT 05 RW 26
R ED U C E R E U S E R E C Y C L E PENDAHULUAN 30
MASTERPLAN PERSAMPAHAN KOTA PONTIANAK LAPORAN PENDAHULUAN
Kelurahan Siantan Hulu ini telah berhasil mengubah sampah menjadi uang. Sampah diolah menjadi kompos dan beberapa jenis sampah digunakan kembali sebagai bahan baku aneka kerajinan. Komposting secara individual oleh rumah tangga masih sangat minim dilakukan.
2.2.2.4 Pemusnahan Berbagai upaya pemusnahan sampah telah dilakukan oleh
masyarakat atau petugas kecamatan/desa/RT/RW dengan cara membakar sampah di tempat terbuka. Pengadaan insenerator berada di komplek GOR Pangsuma untuk di daerah yang belum memiliki TPS. Hal ini sesuai dengan tujuan Dinas Kebersihan dan Pertamanan yaitu meningkatkan pengelolaan pemusnahan sampah (insenerator) agar kualitas lingkungan hidup terjaga. Pengerjaan insenerator ini dilakukan oleh petugas kebersihan dengan membakar sampah yang di bawa oleh petugas sampah yang mengambil sampah dari rumah warga. Insenerator akan dihidupkan jika ada petugas sampah dari warga yang membawa sampah dan siap untuk dibakar. Cara pembakaran insenerator ini dengan menumpukkan kayu di dalam tungku insenerator kemudian disiram dengan minyak tanah. Pengambilan sampah dilakukan oleh petugas sampah di sekitar daerah jalan Purnama, Jalan Mekar, Jalan Suprapto dan sekitarnya.
2.2.2.5 Pembuangan Fasilitas pembuangan sampah di Kota Pontianak terdiri dari satu
unit TPA (tempat pembuangan sampah akhir) yang berlokasi di Batu Layang Kecamatan Pontianak Utara, dengan luas lahan efektif 26,6 Ha. Jarak TPA Batu Layang dari pusat Kota kurang lebih sejauh 15 km dan jarak dari badan air penerima (Sungai Kapuas) ke TPA sekitar kurang lebih 3 km. Kondisi Topografi TPA relative datar dan jarak TPA dengan pemukiman penduduk kurang lebih 2 km, dengan lahan TPA yang memiliki jenis tanah bergambut. Rata-rata sampah yang masuk ke TPA setiap harinya sekitar 300 ton/hari. TPA Batulayang menerapkan sistem lahan urug terkendali atau
controled landfill manajemen dan open dumping dan sejak tahun
1996 telah menampung 300.000 ton sampah yang menumpuk hampir setinggi lima meter, ditambah masuknya sampah baru rata 250-300 ton/hari. Pengelolaan sampah dengan sistem ini memerlukan dana cukup besar. Pemko Pontianak berharap TPA menjadi tempat yang nyaman dan hijau. Saat ini kondisi TPA Batulayang mulai tertata, tidak berbau, tidak berbahaya (mengandung gas) dan volumenya mulai berkurang karena saat tumpukan sampah mencapai 2 meter segera ditutup dan dipadatkan lagi. Tumpukan sampah dibagi dalam beberapa cel (cel A dan cel B) untuk diteruskan pada tahap selanjutnya, yaitu pembakaran gas. Pengumpulan gas yang diperoleh dapat digunakan sebagai tenaga listrik dan bahan bakar untuk
menggerakkan generator mesin sehingga tidak perlu
menggunakan solar.
Program ini juga berdampak pada perekonomian masyarakat sekitar TPA khususnya pemulung, tenaga mereka dibutuhkan sebagai pekerja harian apabila ada perkerjaan di TPA, seperti
S E R E menutup dan memadatkan tanah,
menutup tanah dengan ijuk serta pekerjaan lain yang ada di TPA.