BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
LANDASAN TEORI
C. Sistem Pengendalian Intern
1. Pengertian
Menurut Mulyadi (2001:163) “Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan
dipatuhinya kebijakan manajemen”.
2. Tujuan Sistem Pengendalian Intern
Sistem pengendalian yang efektif dan efesien sangat dibutuhkan oleh organisasi atau perusahaan. Sistem pengendalian diharapkan mampu merealisasikan rencana yang telah ditetapkan. Menurut Mulyadi (2001:163) “tujuan pengendalian intern" adalah :
a. Menjaga kekayaan organisasi
b. Mencek ketelitian dan keandalan data akuntansi c. Mendorong efisiensi
Sesuai dengan tujuannya maka pengendalian intern tersebut dapat dibagi 2 yaitu : pengendalian intern administrasi (Internal Administrative Control) dan pengendalian intern akuntansi (Internal Accounting Control). Pengendalian intern administrasi terdiri dari prosedur dan catatan yang membantu manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan. Pengendalian intern akuntansi terdiri dari prosedur dan laporan dan untuk menjaga aktivitas perusahaan. Pengendalian intern akuntansi yang baik akan menjamin keamanan kekayaan para investor dan kredit yang ditanamkan dalam perusahaan dan akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.
3. Unsur Sistem Pengendalian Intern
Menurut Carl S. Warren (2014: 4 0 1 ) unsur pokok pengendalian intern meliputi:
a. Lingkungan pengendalian b. Penilaian resiko
c. Prosedur pengendalian d. Pengawasan
e. Informasi dan komunikasi
Menurut Mulyadi (2001: 164-172), unsur pokok sistem pengendalian intern antara lain:
a. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas. Struktur organisasi merupakan
rerangka pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan yang didasarkan pada prinsip-prinsip:
1. Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi pencatatan (akuntansi).
2. Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk melaksanakan semua tahap suatu transaksi.
b. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya meliputi:
1. Setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut dengan membubuhkan tanda tangan pada dokumen sumber atau dokumen pendukung.
2. Setiap transaksi yang terjadi dicatat dalam catatan akuntansi melalui prosedur pencatatan tertentu sehingga akan menghasilkan informasi yang teliti dan dapat dipercaya mengenai kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya suatu organisasi.
setiap unit organisasi
Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak diciptakan cara-cara untuk menjamin praktik yang sehat dalam pelaksanaannya. Adapun cara-cara dalam menciptakan praktik yang sehat melalui:
1. Penggunaan formulir bernomor urut cetak yang pemakaiannya harus dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang.
2. Pemeriksaan mendadak (surprised a udit) yang dilaksanakan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak yang akan diperiksa, dengan jadwal yang tidak teratur.
3. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu orang atau satu unit organisasi, tanpa ada campur tangan dari orang atau unit organisasi lain
4. Adanya perputaran jabatan yang diadakan secara rutin agar dapat menjaga independensi pejabat dalam melaksanakan tugasnya, sehingga persekongkolan di antara mereka dapat dihindari.
6. Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatannya.
7. Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas unsur-unsur sistem pengendalian intern yang lain.
d. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya Karyawan merupakan unsur sistem pengendalian intern
yang paling penting karena unsur pengendalian intern lainnya sangat tergantung pada karyawan atau orang yang menjalankannya. Cara yang dapat ditempuh untuk mendapatkan karyawan-karyawan yang sesuai dengan yang diharapkan ini dengan cara:
1. Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh pekerjaannya.
2. Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan, sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaannya.
4. Komponen Pengendalian Intern
Komponen Pengendalian Intern menurut Committee of Sponsoring Organization of Treadway (2011 : 321), terdiri dari:
1. Lingkungan Pengendalian
Esensi dari suatu pengendalian yang efektif terletak pada sikap manajemen. Jika manajemen puncak yakin bahwa pengendalian itu
sangat penting, maka orang-orang lainnya dalam organisasinya akan ikut merasakan dan merespons dengan mengamati dengan hati-hati pengendalian yang ditegakkan.
2. Penilaian Resiko
Manajemen menilai resiko sebagai suatu bagian dalam perancangan dan pelaksanaan pengendalian internal untuk meminimalkan kesalahan dan kecurangan.
3. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian membantu untuk meyakinkan bahwa tindakan-tindakan yang penting telah dilakukan untuk mengatasi resiko-resiko dalam mencapai tujuan organisasi.
4. Informasi dan Komunikasi
Tujuan dari sistem informasi dan komunikasi akuntansi suatu entitas adalah untuk memulai, mencatat, memproses dan melaporkan transaksi-transaksi yang terjadi dalam suatu entitas dan untuk menjaga akuntabilitas aset-aset yang terkait.
5. Pengawasan
Aktivitas pengawasan berkaitan dengan penilaian yang berjalan atau penilaian yang berkala atas kualitas pengendalian internal oleh manajemen untuk menentukan bahwa pengendalian dijalankan sesuai sesuai dengan tujuan.
D. Credit Union (koperasi kredit) 1. Pengertian
Credit Union adalah koperasi keuangan yang dijalankan secara demokratis dan profit sharing (bagi hasil), menawarkan berbagai produk simpanan dan pinjaman berbunga rendah kepada para anggotanya. Credit Union juga memiliki beberapa kekhasan yang dapat membedakannya dari bentuk-bentuk koperasi lainnya. Kekhasan yang paling utama yaitu terdapat pelatihan-pelatihan yang diberikan kepada para anggotanya sebelum menjadi anggota di dalam koperasi tersebut. Pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh pihak pengurus tersebut perlu dilakukan supaya dapat mendidik para anggotanya untuk dapat mengelola pinjaman yang diberikan secara baik. Hal tersebut perlu dilakukan supaya dapat meminimalkan adanya kelalaian pinjaman atau pinjaman tak tertagih, yang dapat merugikan Credit Union itu sendiri.
2. Prinsip-Prinsip Credit Union
Menurut World Council of Credit Unions (WOCCU) terdapat beberapa prinsip-prinsip Credit Union, yaitu :
1. Struktur Demokratis
a. Keanggotaan terbuka dan sukarela
Keanggotaan didalam Credit Union bersifat sukarela dan terbuka bagi semua yang berada dalam organisasi tersebut yang bisa
mendayagunakan pelayanan kepada anggota dan anggota juga harus mau menerima kewajiban yang harus dipenuhinya.
b. Pengawasan secara demokratis
Setiap anggota di dalam Credit Union memiliki hak yang sama untuk memberikan pendapat dan ikut serta di dalam pengambilan keputusan koperasi tanpa dipengaruhi jumlah simpanan, pinjaman atau apapun itu. Hal ini harus sejalan dengan prinsip koperasi.
c. Tidak diskriminatif
Dalam kegiatan operasionalnya, pelayanan Credit Union tidak boleh membeda-bedakan anggotanya baik itu dari segi suku, jenis kelamin, agama, maupun politik.
2. Pelayanan Anggota
a. Pelayanan kepada para anggota
Pelayanan terhadap para anggotanya harus didahulukan di dalam setiap kegiatan organisasi.Hal ini bertujuan supaya anggota dapat merasa nyaman berada dalam organisasi tersebut.
b. Distribusi kepada para anggota
Pengurus harus mendorong sikap hemat kepada para anggotanya dengan cara menabung dan menyediaan pinjaman serta pelayanan lainnya. Setelah (RAT) rapat anggota tahunan pihak pengurus harus membagikan SHU (sisa hasil usaha) terhadap para anggotanya secara transparan dan terperinci.
c. Membangun stabilitas keuangan
Perhatian utama Credit Union adalah untuk membangun kekuatan finansial daerah secara umum dan secara khusus untuk para anggotanya.
3. Tujuan Sosial
a. Pendidikan yang terus menurus
Pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh pihak pengurus terhadap para anggotanya harus diberikan secara berkelanjutan dan bertahap. Hal ini dilakukan supaya para anggota dapat mengelola uangnya dengan lebih baik dan pihak pengurus juga dapat memantau perkembangan anggotanya.
b. Kerjasama antar Credit Union
Kerjasama antar koperasi juga dapat dilakukan dalam lingkup satu daerah, propinsi, negara, maupun internasional.Hal ini merupakan suatu wadah yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan Credit Union dan dapat memacu Credit Union lainnya untuk dapat lebih cepat berkembang.
c. Tanggungjawab sosial
Credit Union mempunyai tanggung jawab sosial terhadap lingkungan internal dan eksternal koperasi. Lingkungan internal koperasi dalam hal pelayanan terhadap para anggotanya dan di luar koperasi terhadap kemajuan daerah.
3. Kebijakan Sistem Pengendalian Intern Pemberian Kredit Dalam Credit Union
Tujuan kebijakan diperlukan menetapkan pendekatan dan standar operasional prosedur credit union sehingga menjadi panduan bagi manajemen.Panitia kredit, dan pengurus dalam mencapai tujuan strategis organisasi, memastikan keamanan tabungan anggota dan membantu dalam mendanai kebutuhan kredit para anggota. Beberapa kebijakan dalam pemberian kredit kepada para anggotanya, yaitu :
a. Persyaratan
1. Credit Union tidak memberikan hak otomatis kepada anggota untuk mendapatkan pinjaman.
2. Credit Union akan berusaha keras membantu setiap anggota supaya pinjaman yang diberikan dapat memberikan manfaat. 3. Setiap pinjaman yang diberikan sesuai dengan persyaratan
Undang-Undang koperasi, peraturan credit union dan persyaratan kebijakan lainnya.
4. Credit Union tidak akan membeda-bedakan pemohon pinjaman berdasarkan status perkawinan, ras, warna kuliat, warga negara, pandangan politik, agama, dan jenis kelamin. b. Penilaian (Assesment)
Formulir Permohonan Kredit (FPK) hanya diterima apabila terlebih dahulu sudah diisi lengkap oleh anggota.
2. Wawancara
Semua anggota yang mengajukan pinjaman harus diwawancara sebelum pinjaman diputuskan. Data yang didapat dari wawancara disimpan dan dipergunakan sebagai pertimbangan untuk pembuatan keputusan.
3. Investigasi kredit
Investigasi kredit didasarkan pada FPKP yang sudah diisi lengkap.Selain itu investigasi kredit juga didapatkan dari para penjamin.
4. Pendapatan
Pinjaman tidak akan diberikan kepada anggota yang berusia kurang dari 18 tahun, kecuali sudah berkeluarga dan kepada anggota yang tidak ada bukti memiliki pendapatan yang cukup untuk mengembalikan pinjaman.
5. Jangka waktu pengembalian pinjaman
Jangka waktu pengembalian pinjaman tergantung dari kesepakatan peminjaman antara Credit Union dan anggota peminjam.
6. Pinjaman yang ditolak/ditangguhkan
Pinjaman tidak akan diberikan kepada anggota yang pernah menunggak kecuali yang bersangkutan telah mampu
menunjukkan pebaikan catatan pengembalian pinjamannya dan mampu menghadirkan seorang penjamin yang dapat dipercaya dan jaminan yang sesuai.
7. Pendelegasian wewenang membuat keputusan
Semua pinjaman yang diputuskan atas pelimpahan wewenang dari pengurus harus dibuat sesuai peraturan Credit Union. a. Pinjaman tanpa jaminan (Unsecured Loans)
Pinjaman yang diberikan tidak boleh lebih dari saldo simpanan anggota.Dan panitia kredit harus lebih hati-hati dalam memberikan penilain terhadap calon peminjam, supaya dapat mengurangi resiko tidak dikembalikannya pinjaman.
b. Pinjaman dengan jaminan (Secured Loan)
Batas maksimum pinjaman dengan jaminan adalah Rp 1.000.000.000 (satu milyar rupiah).Semua barang jaminan yang dapat diasuransikan harus diasuransikan terlebih dahulu.Jumlah maksimum pinjaman yang disetujui tidak boleh melebihi jumlah simpanan anggota dan jumlah jaminan anggota.
c. Barang Jaminan (Securities)
Barang jaminan yang digunakan harus dinilai dulu oleh panitia kredit apakah barang jaminan tersebut mempunyai harga yang sepadan.Selain itu, surat-menyurat barang jaminan juga harus lengkap.
d. Suku bunga pinjaman
Suku bunga pinjaman ditentukan oleh rapat pengurus.Besarnya bunga 2% menurun.
e. Pendanaan (Funding) 1. Penyelesaian dokumen.
Pinjaman dapat dicairkan setelah persetujuan dicapai, kelengkapan administrasi sudah dipenuhi dan barang jaminan sudah disepakati dan pengadministrasiannya sudah lengkap. 2. Pencairan pinjaman
Pencairan pinjaman dilakukan melalui kasir. 3. Tanda tangan
Kwitansi/slip pencairan pinjaman harus ditandatangani oleh kedua belah pihak.
4. Pinjaman yang kedua kalinya (Double loan)
Apabila seorang anggota, yang masih memiliki sisa pinjaman diberikan pinjaman kedua (bukan pinjaman tambahan), pinjaman tersebut harus diperlakukan sebagai dua pinjaman yang terpisah dan harus memerlukan perjanjian pinjaman pribadi dengan persyaratan tambahan yang dilampirkan pada perjanjian pinjaman yang kedua. Terdapat beberapa produk pinjaman yang dapat dipilih oleh para anggotanya dalam melakukan peminjaman (kredit), antara lain :
Pinjaman yang dipergunakan untuk menambah modal usaha (Pinjaman yang menghasilkan kembali).
b. Konsumtif
Pinjaman yang dipergunakan untuk keperluan rumah tangga keluarga.
c. Darurat
Pinjaman yang bersifat mendesak.Contoh : untuk biaya berobat.
d. Kapital
Pinjaman untuk menambah jumlah simpanan (tabungan). Alat analisa yang dipergunakan panitia kredit untuk menilai kelayakan anggota dalam melakukan pinjaman yaitu :
1. Analisa TUKKEPPAR (Induk Koperasi Kredit Indonesia)
Tujuan kredit.
Kerajinan menabung.
Kemampuan mengembalikan kredit. Prestasi masa lalu.
Partisipasi anggota terhadap Credit Union.
2. Analisa 5 C (acuan dari Association of Asian Confederation of Credit Unions).
Analisa dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang akan diajukan oleh panitia kredit, sebagai berikut :
a. Character (Watak)
1. Apakah calon peminjam memiliki catatan baik dalam membayar kredit di CU atau lembaga keuangan lain ? 2. Bagaimana kehendak baik/reputasi/sifat calon peminjam
di masyarakat?
3. Apakah sudah berdomisili tetap? 4. Bagaimana hubungan antar pribadinya? b. Capacity to Pay (Kemampuan Membayar)
1. Apakah memiliki pekerjaan yang jelas?
2. Bagaimana menerima penghasilan : harian, mingguan, bulanan?
3. Apakah pendapatan pokok memenuhi target pembayaran pinjaman?
4. Apakah jangka waktu pengembalian pinjaman mengantisipasi sumber pendapatan anggota peminjam? 5. Apakah ada pinjaman lain disamping pinjaman ini? c. Capital Status (Status Modal).
1. Apakah anggota peminjam membangun simpanan secara teratur?
2. Apakah hak milik perorangan, tabungan, asset bisnis cukup aman sebagai jaminan kredit?
3. Apakah asset tumbuh ?Atau menabung untuk tujuan dapat kredit?
d. Collateral/Co-Makers (Jaminan/Penjamin).
1. Apakah jaminan mudah diuangkan kapan saja?
2. Apakah nilai jaminan lebih besar daripada kredit yang diminta?
3. Apakah penjamin mau menjaminkan simpanannya? 4. Apakah pasangan menyetujui kredit yang diminta? e. Credit Condisions (Kondisi Kredit).
1. Apakah untuk tujuan yang illegal?
2. Bagaimana dampak terhadap lingkungan? 3. Apakah resiko sangat besar?
4. Apakah tersedia dana yang cukup?