• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

D. SISTEM PENGOLAHAN SAMPAH

Ada tiga konsep pengolahan sampah yang ideal yaitu pengolahan sampah di sumber sampah, pengolahan sampah di TPS dan pengolahan sampah di TPA. Sistem sentralisasi adalah pemusatan pembuangan sampah kota di satu lokasi atau TPA. Sementara sistem desentralisasi adalah membagi tempat pembuangan sampah kota di beberapa TPS. Adapun sistem sentra- desentralisasi atau disingkat se-desentralisasi adalah menggabungkan kedua sistem tersebut dengan keberadaan TPA dan TPS.

1. Pengolahan sampah di sumber sampah

Dua hal yang perlu dilakukan oleh produsen sampah. Pertama, memisahkan sampah organik dan anorganik dengan menempatkan di bak sampah yang berbeda. Hal yang kedua yaitu membakar sampah organik setiap hari minimal sekitar 10 persen dari total volume sampah yang ada hari itu. Untuk sampah anorganik sebaiknya dijual ke pemulung. Namun, jika tidak bisa dijual maka perlu dibakar atau dipisahkan dengan karung untuk dibawa oleh truk sampah.

Pengolahan sampah organik menjadi kompos secara teoritis bisa dilakukan di sumber sampah. Namun, dalam praktiknya akan memerlukan banyak waktu, tempat, serta menghasilkan bau yang tidak sedap di lingkungan sekitarnya.

2. Pengolahan sampah di TPS

Lokasi TPS bila mungkin berada di dalam lingkungan lokasi sumber sampah. Namun, bila tidak mungkin maka harus diupayakan lokasinya berada di kecamatan. Adapun manfaat dari PS-TPS ini adalah sebagai berikut:

a. Mengurangi arus sampah kota menuju TPA

b. Menjadikan model pengolahan sampah untuk setiap pasar tradisional c. Mewujudkan lingkungan pasar yang bersih

d. Memberikan lapangan kerja tambahan bagi masyarakat ekonomi lemah di sekitar lokasi pasar

e. Memacu semangat berkarya mengolah limbah dan mengubahnya menjadi bahan yang laku dijual

f. Merupakan show window bagi para calon produsen kompos untuk dapat ditiru karena lokasi pasar yang srategis

g. Memberikan kontribusi positif pada penyediaan pupuk organik sebagai alternatif lain yang kualitasnya lebih baik, harganya lebih murah, dapat dibuat sendiri dan pasokan terjamin dibandingkan pupuk kimia

h. Secara tidak langsung ikut berperan dalam mewujudkan pertanian organik.

Gambar 3. Diagram alir pengolahan sampah di TPS

3. Pengolahan sampah di TPA

Permasalahan yang umumnya terjadi pada pengelolaan sampah kota di TPA, khususnya di kota-kota besar adalah adanya keterbatasan lahan, polusi, masalah sosial dan lain-lain. Oleh karena itu, pengolahan sampah di TPA harus memenuhi prasyarat sebagai berikut :

a. Memanfaatkan lahan TPA yang terbatas dengan efektif

b. Memilih teknologi yang mudah, murah dan aman terhadap lingkungan c. Memilih teknologi yang memberikan produk yang bisa dijual dan

memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat d. Produk harus dapat terjual habis (Sudradjat, 2007).

E. PEMANFAATAN SAMPAH

Menurut Hadiwiyoto (1983) sampah memang dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam bahan yang berguna, tergantung teknologi yang

Diangkut oleh dinas kebersihan atau lainnya

Proses pemilihan oleh pemulung atau lainnya

Sampah daur ulang - karet/plastik/kulit - kayu

- Botol plastik - Kaleng, kaca -

Sampah non-daur ulang - batuan - tanah

- keranjang bambu dan lain-lain

komposting Recycling/daur ulang Bakar/buang Produksi sampah

(Sampah rumah tinggal, non-rumah tinggal, sampah pasar)

Proses pemilihan

- Sampah taman/rumput - Sampah buah/sayuran - Sampah makan sisa dan

digunakan. Antara lain sampah dapat dibuat untuk pupuk, gas metana, alkohol dan lain sebagainya. Berikut ini beberapa pemanfaatan sampah.

a. Sampah untuk biogas

Biogas banyak dibuat dari sampah hasil peternakan, yaitu dari sisa- sisa makanan ternak dan kotoran hewan. Tetapi pada prinsipnya biogas dapat dibuat dari segala jenis sampah organik. Yang disebut biogas sebenarnya adalah senyawa metana (CH4). Sering pula disebut dengan

nama “sewerage gas”, bioenergi, RDF (refuse-derived fuel = bahan bakar dari sampah) dan merupakan bahan bakar masa datang.

Penggunaan biogas untuk keperluan rumah tangga sebagai sumber energi sangat menguntungkan. Apabila dibandingkan dengan bahan bakar tradisional (misalnya kayu). Sadar akan keuntungan yang dapat diperoleh dari biogas disamping dapat memanfaatkan sampah yang seharusnya dibuang, maka sekarang banyak negara yang memproduksi biogas termasuk Indonesia.

b. Sampah untuk alkohol

Metanol dan etanol pada dasarnya adalah senyawa yang tergolong alkohol, yang dapat digunakan sebagai bahan bakar. Metanol dapat dibuat dengan cara sintesa, sedangkan etanol umumnya dengan cara fermentasi.

Dengan cara sintesa, metanol dibuat dengan mereaksikan metana dan uap air sehingga terjadi gas karbon monoksida dan gas hidrogen. Dari prinsip dasar ini, metanol dapat pula dibuat dari bahan-bahan berkarbohidrat termasuk sampah. Sampah banyak mengandung selulosa yang berarti merupakan sumber karbon, hidrogen dan oksigen.

c. Pengomposan sampah

Kompos adalah hasil proses pengomposan, yaitu suatu cara untuk mengkonversikan bahan-bahan organik menjadi bahan yang telah dirombak lebih sederhana dengan menggunakan aktivitas mikroba, semacam perombakan yang terjadi pada bahan organik dalam tanah oleh bakteria tanah. Kompos dapat dibuat dari sampah padatan maupun sampah cairan.

Kompos adalah bahan-bahan organik (sampah organik) yang telah mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme (bakteri pembusuk) yang bekerja di dalamnya. Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat digunakan untuk menguatkan struktur lahan kritis, menggemburkan kembali lahan pertanian, menggemburkan kembali tanah pertamanan, sebagai bahan penutup sampah di TPA, reklamasi pantai pasca penambangan dan sebagai media tanam, serta mengurangi penggunaan pupuk kimia. Penggunaan kompos sebagai pupuk sangat baik karena dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain:

a. Menyediakan unsur hara bagi tanah b. Menggemburkan tanah

c. Memperbaiki struktur dan tekstur tanah

d. Meningkatkan porositas, aerasi dan komposisi mikroorganisme tanah e. Meningkatkan daya ikat tanah terhadap air

f. Memudahkan pertumbuhan akar tanaman g. Menyimpan air tanah lebih lama

h. Mencegah lapisan kering pada tanah i. Mencegah beberapa penyakit akar j. Menghemat pemakaian pupuk buatan

k. Menurunkan aktivitas mikroorganisme yang merugikan (Deddy, 2005 di dalam Rohendi, 2005).

Deddy (2005) di dalam Rohendi (2005) mengatakan bahwa Indonesia sebagai negara bercorak agraris didominasi kegiatan-kegiatan usaha yang banyak membutuhkan pupuk. Kompos yang bersifat dan berfungsi sebagai pupuk memiliki potensi pasar yang besar. Sementara bahan baku yang tersedia berupa sampah dengan sebagian besar komposisinya adalah bahan organik, cukup melimpah. Gambaran timbulan sampah di Kota Metropolitan dan kota-kota lainnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Timbulan sampah dan pengomposan di kota metropolitan dan kota lainnya. No Kota/Kabupaten Timbulan Ton/hari komposisi Pengomposan (ton/hari) Organik ( % ) Non organik ( % ) Bahan Hasil 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 DKI Jakarta Kota Bogor Kota Depok Kota Tangerang Kota Bekasi Kab. Bekasi Kota Bandung Kab. Bandung Kota Cirebon Kab. Serang 6,400 526 675 784 1,063 287 1,625 1,857 150 1,062 65 75.27 66 80 76 70 60 65 93 80 35 24.73 34 20 24 30 40 25 7 20 220 80 120 120 108 76 55 20 30 30 27 19 Jumlah 14,429 730.27 259.73 724 181

d. Sampah untuk makanan ternak dan macam-macam kegunaan lainnya Semua sampah organik yang berasal dari pasar, restoran/hotel dan rumah tangga dapat dijadikan pakan bagi ternak kambing dan sapi potong. Sampah organik tersebut dapat diberikan langsung atau diproses terlebih dahulu (Djajakirana et al, 2005 di dalam Rohendi, 2005).

Pemanfaatan lainnya dari sampah antara lain dapat pula digunakan untuk makanan ternak (babi) (Sinar Harapan, 27 Nopember 1981 di dalam Hadiwiyoto, 1983) dan beberapa macam bahan bangunan misalnya batu tiruan (brick), papan, atau bahan-bahan pengisi, terutama untuk jenis-jenis sampah tertentu yang biasanya merupakan sampah hasil pertanian atau agroindustri, misalnya sekam, batang jagung, jerami, bagasse dan sebagainya. Tetapi cara pemanfaatan seperti ini baru dalam taraf skala penelitian belum merupakan skala industri.

Dokumen terkait