• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

A. TINJAUAN UMUM KOTA BOGOR

Letak geografis Kota Bogor berada pada 106º 43 30" Bujur Timur (BT) sampai dengan 106º 51' 00" BT dan 6º 30' 30" Lintang Selatan (LS) sampai dengan 6º 41' LS dengan jarak ± 56 km dari Kota Jakarta, Ibukota Negara Indonesia. Kota Bogor terletak di bagian tengah Propinsi Jawa Barat. Jumlah penduduk kota secara administratif sebanyak 855,085 jiwa dengan wilayah kota sebesar 11,850 ha. Adapun batas – batas administratif Kota Bogor adalah sebagai berikut :

1) Di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Bojong Gede, dan Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor.

2) Di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Ciomas dan Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

3) Di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor.

4) Di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.

Kota Bogor terdiri atas 6 kecamatan dan terbagi dalam 68 kelurahan. Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Bogor Timur, Kecamatan Bogor Selatan, Kecamatan Bogor Utara, Kecamatan Bogor Tengah dan Kecamatan Tanah Sareal. Kecamatan dengan wilayah terluas adalah Kecamatan Bogor Barat dan tersempit adalah Kecamatan Bogor Tengah. Kota Bogor dibatasi di sebelah utara oleh Sungai Cipakancilan, sebelah timur oleh Sungai Ciater, sebelah selatan oleh Sungai Cipaku dan Sungai Cisadane dan sebelah barat oleh Sungai Cisadane.

Kondisi iklim di Kota Bogor termasuk tipe iklim Af (Tropika Basah) menurut klasifikasi Koppen. Suhu rata – rata tahunan sebesar 25 ºC dengan suhu udara maksimum sebesar 33.1 ºC dan suhu minimum 21.4 ºC. Suhu udara secara umum tinggi pada musim kemarau dan rendah pada musim hujan. Pada wilayah ini terjadi perubahan bentuk permukaan dari lahan bervegetasi menjadi lahan terbuka yang tidak bervegetasi yang menyebabkan

terjadinya peningkatan suhu udara. Setiap tahunnya curah hujan cukup besar berkisar antara 3500 - 4000 mm dengan menyebabkan kelembaban udara mencapai 70 persen. Jenis tanah hampir diseluruh wilayah adalah latosol coklat kemerahan, dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm dengan tekstur tanah yang halus serta bersifat agak peka terhadap erosi.

Kegiatan atau bidang usaha penduduk Kota Bogor dapat digolongkan menjadi beberapa sektor yaitu sektor pertanian (pertanian, peternakan, perikanan dan perkebunan), sektor industri, sektor perdagangan, jasa dan sektor lainnya. Data yang ada menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Kota Bogor bekerja di sektor perdagangan dan jasa yaitu sebesar 86.3 persen (Anonim, 1988 di dalam Subono, 1988). Kegiatan masyarakat Kota Bogor dalam sektor pertanian kecil sekali yaitu hanya satu persen sehingga relatif sama dengan sektor industri yang memberi andil sebesar 1.5 persen. Kegiatan industri ini terdiri dari 980 unit industri dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 8344 jiwa. Menurut daerahnya, industri sedang (menengah) terkonsentrasi di Bogor Selatan, sedangkan industri ringan dan kecil ada di Bogor Timur (Subono, 1988).

Pembangunan perumahan di Kota Bogor tergolong pesat, hampir di setiap kecamatan terdapat komplek perumahan formal. Hingga tahun 2005 tercatat 101 komplek perumahan yang tersebar di Kota Bogor, baik yang berskala kecil maupun besar. Di Kecamatan Tanah Sareal pada tahun 2004 terdapat 32 komplek perumahan yang telah dibangun (Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor, 2006).

Jumlah sampah yang dihasilkan oleh Kota Bogor tahun 2008 perharinya sebanyak 2,224 meter kubik. Sampah tersebut bersumber dari pemukiman (sampah rumah tangga), pasar, sapuan jalan, pertokoan atau restoran, fasilitas umum dan industri.

B. SAMPAH PADAT KOTA DAN PENGGOLONGANNYA

Menurut Hadiwiyoto (1983) Sampah adalah sisa-sisa bahan yang ditinjau dari segi ekonomi sudah tidak ada harganya lagi. Sedangkan menurut Kastaman dan Kramadibrata (2007) sampah merupakan limbah yang bersifat

padat, terdiri atas zat atau bahan organik dan anorganik yang dianggap sudah tidak memiliki manfaat lagi dan harus dikelola dengan baik sehingga tidak membahayakan lingkungan. Limbah padat atau sampah adalah bahan-bahan yang dibuang ke alam karena sudah tidak dikehendaki oleh pemiliknya atau sudah tidak dapat difungsikan lagi (Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Bogor, 2006).

Gambar 2. Sampah padat kota

Jenis sampah dapat digolongkan atas dasar beberapa kriteria yaitu didasarkan atas asal, komposisi, bentuk, lokasi, proses terjadinya dan sifatnya. Penggolongan jenis sampah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penggolongan sampah berdasarkan asalnya

Sampah dapat dijumpai di segala tempat dan hampir di semua kegiatan. Sumber sampah yang terbanyak dari pemukiman dan pasar tradisional (Sudradjat, 2007). Menurut Syahrul dan Ollich (1984) berdasarkan asalnya, maka dapat digolongkan sampah-sampah sebagai berikut:

a. Sampah dari hasil kegiatan rumah tangga. Termasuk dalam hal ini adalah sampah dari asrama, rumah sakit, hotel-hotel dan kantor.

b. Sampah dari hasil kegiatan industri/pabrik.

c. Sampah dari hasil kegiatan pertanian. Kegiatan pertanian meliputi perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan. Sampah dari kegiatan pertanian sering disebut limbah hasil-hasil pertanian.

d. Sampah dari hasil kegiatan perdagangan, misalnya sampah pasar, sampah toko.

e. Sampah dari hasil kegiatan pembangunan. f. Sampah jalan raya.

Menurut WHO (1971) di dalam Syahrul dan Ollich (1984) yang menjadi sumber sampah secara umum adalah:

1. Sampah rumah tangga (Domestic Waste) 2. Sampah pasar (Commercial Waste) 3. Sampah jalan (Street-Cleaning Waste) 4. Sampah industri (Industrial Waste)

5. Sampah binatang dan pertanian (Agricultural and Animal Waste) 6. Sampah pertambangan (Mining Waste).

Menurut Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bogor sumber sampah di Kota Bogor (2005) di dalam Kurniah (2008) meliputi: sampah rumah tangga atau pemukiman, sampah pasar, sampah sapuan jalan, sampah pertokoan atau restoran, sampah fasilitas umum dan sampah industri.

2. Penggolongan sampah berdasarkan komposisinya

Pada suatu kegiatan mungkin akan menghasilkan jenis sampah yang sama, sehingga komponen-komponen penyusunnya juga akan sama. Misalnya sampah yang hanya terdiri atas kertas, logam atau daun-daunan saja. Setidaknya apabila tercampur dengan bahan-bahan lain, maka sebagian besar komponennya adalah seragam. Karena itu berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua macam:

a. Sampah yang seragam. Sampah dari kegiatan industri pada umumnya termasuk dalam golongan ini. Sampah dari kantor sering hanya terdiri atas kertas, karton, kertas karbon dan masih dapat digolongkan dalam golongan sampah yang seragam.

b. Sampah yang tidak seragam (campuran), misalnya sampah yang berasal dari pasar atau sampah dari tempat-tempat umum (Syahrul dan Ollich, 1984).

Hasil survai di Jakarta, Bogor, Bandung dan Surabaya pada tahun 1987 menunjukkan komposisi sampah rata-rata sebagai berikut.

Volume sampah : 2 – 2.5 lt/kapita/hari Berat sampah : 0.5 kg/kapita/hari Kerapatan : 200 - 300 kg/m3 Kadar air : 65 - 75% Sampah organik : 75 - 95% Komponen lain: a. Kertas : 6% b. Kayu : 3% c. Plastik : 2% d. Gelas : 1% e. Lain-lain : 4% (Sudradjat, 2007).

Limbah padat organik di Kota Bogor memiliki persentase yang paling tinggi sebesar 72.88 %. Secara keseluruhan komposisi komponen sampah di Kota Bogor meliputi: sampah organik 72.88 %, kertas 5.98 %, plastik 11.11 %, logam 1.74 %, kaca atau gelas 2.07 %, karet 1.65 %, kain/tekstil 1.88 %, kayu 1.18 % dan lain-lainnya 1.51 % (DLHK Kota Bogor, 2005 di dalam Kurniah, 2008).

3. Penggolongan sampah berdasarkan bentuknya

Sampah dari rumah-rumah makan pada umumnya merupakan sisa- sisa air pencuci, sisa-sisa makanan yang bentuknya berupa cairan atau seperti bubur. Sedangkan beberapa pabrik menghasilkan sampah berupa gas, uap air, debu, atau sampah-sampah berbentuk padatan. Dengan demikian berdasarkan bentuknya ada tiga macam sampah, yaitu:

a. Sampah berbentuk padatan (solid), misalnya daun, kertas, karton, kaleng dan plastik.

b. Sampah berbentuk cairan (termasuk bubur), misalnya bekas air pencuci, bahan cairan yang tumpah. Limbah industri banyak juga yang berbentuk cair atau bubur, misalnya blotong (tetes) yaitu sampah dari pabrik gula tebu.

c. Sampah berbentuk gas, misalnya karbon dioksida, ammonia dan gas- gas lainnya (Syahrul dan Ollich, 1984).

4. Penggolongan sampah berdasarkan lokasinya

Baik di kota atau di luar kota, banyak dijumpai sampah bertumpuk- tumpuk. Berdasarkan lokasi terdapatnya sampah, dapat dibedakan:

a. Sampah kota (urban), yaitu sampah yang terkumpul di kota-kota besar. b. Sampah daerah, yaitu sampah yang terkumpul di daerah-daerah di luar

perkotaan, misalnya di desa, di daerah pemukiman dan di pantai (Syahrul dan Ollich, 1984).

5. Penggolongan sampah berdasarkan proses terjadinya Berdasarkan atas proses terjadinya, dibedakan antara:

a. Sampah alami, ialah sampah yang terjadinya karena proses alami, misalnya rontoknya daun-daunan di pekarangan rumah.

b. Sampah non-alami, ialah sampah yang terjadi karena kegiatan-kegiatan manusia (Syahrul dan Ollich, 1984).

6. Penggolongan sampah berdasarkan sifatnya

Terdapat dua macam sampah yang sifat-sifatnya berlainan yaitu: a. Sampah organik, yang terdiri atas daun-daunan, kayu, kertas, karton,

tulang, sisa-sisa makanan ternak, sayur, buah. Sampah organik adalah sampah yang mengandung senyawa-senyawa organik, dan oleh karenanya tersusun oleh unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Bahan-bahan ini mudah didegradasi oleh mikrobia dan dapat dibakar. b. Sampah anorganik, yang terdiri atas kaleng, plastik, besi dan logam-

logam lainnya, gelas, mika atau bahan-bahan yang tidak tersusun oleh senyawa-senyawa organik. Sampah ini tidak dapat didegradasi oleh mikrobia dan tidak dapat dibakar (Syahrul dan Ollich, 1984).

Menurut Sudradjat (2007) sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik.

Meskipun hanya bahan organik yang bisa terurai oleh mikroba, tetapi setiap jenis bahan berbeda tingkat kemudahan dalam penguraiannya (degradibilitas). Pada Tabel 1 terlihat bahwa kertas koran, hemiselulosa, dan karbohidrat mudah terdegradasi. Kertas bungkus, bambu, lemak dan protein agak sulit terdegradasi, sedangkan kayu, lignin dan plastik hampir sama sekali tidak terdegradasi.

Tabel 1. Degradibilitas dari komponen sampah kota

No Komponen sampah kota Degradibilitas (%)

1 Selulosa dari kertas koran 90

2 Selulosa dari kertas bungkus 50

3 Kayu/ranting berkulit 5 4 Bambu 50 5 Hemiselulosa 70 6 Karbohidrat 70 7 Lignin 0 8 Lemak 50 9 Protein 50 10 Plastik 0

Sumber: Sudradjat dkk, 1987 di dalam Sudradjat, 2007

Dokumen terkait