• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anak korban dan anak saksi diatur dalam bab VII Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak, terdiri dari 3 pasal, yakni pasal 89, 90 dan 91. Anak korban dan anak saksi berhak atas semua perlindungan dan hak yang diatur dalam

102

Pasal 68 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak 103

ketentuan perundang-undangan, baik itu Konvensi Anak, Undang-Undang Perlindungan Anak, Undang-Undang HAM Dan Lain-Lain.

Pasal 90 berisi :

1. Selain hak yang telah diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89, Anak Korban dan Anak Saksi berhak atas:

a. upaya rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial, baik di dalam lembaga maupun di luar lembaga;

b. jaminan keselamatan, baik fisik, mental, maupun sosial; dan

c. kemudahan dalam mendapatkan informasi mengenai perkembangan perkara.

2. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan hak Anak Korban dan Anak Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Presiden

Pada bunyi pasal 90 secara lugas, jelas dan tegas bahwa baik anak pelaku, korban maupun saksi harus diberikan perlindungan dan penanganan yang sebaik mungkin, maka prinsip utama perlindungan anak adalah kepentingan terbaik bagi anak, nondiskrimanasi, kelangsungan hidup dan perkembangan, serta prinsio anak dapat terjamin.104

104

M. Nasir Djamil, Op.cit, hal 176

1. Penyidik, Penuntut Umum, dan Hakim wajib memberikan pelindungan khusus bagi Anak yang diperiksa karena tindak pidana yang dilakukannya dalam situasi darurat.

2. Pelindungan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui penjatuhan sanksi tanpa pemberatan

Pasal 18: Dalam menangani perkara Anak, Anak Korban, dan/atau Anak Saksi, Pembimbing Kemasyarakatan, Pekerja Sosial Profesional dan Tenaga Kesejahteraan Sosial, Penyidik, Penuntut Umum, Hakim, dan Advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya wajib memperhatikan kepentingan terbaik bagi Anak dan mengusahakan suasana kekeluargaan tetap terpelihara. Pasal 19 ayat:

1. Identitas Anak, Anak Korban, dan/atau Anak Saksi wajib dirahasiakan dalam pemberitaan di media cetak ataupun elektronik.

2. Identitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi nama Anak, nama Anak Korban, nama Anak Saksi, nama orang tua, alamat, wajah, dan hal lain yang dapat mengungkapkan jati diri Anak, Anak Korban, dan/atau Anak Saksi.

Pasal 22 Penyidik, Penuntut Umum, Hakim, Pembimbing Kemasyarakatan, Advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya, dan petugas lain dalam memeriksa perkara Anak, Anak Korban, dan/atau Anak Saksi tidak memakai toga atau atribut kedinasan.

1. Dalam setiap tingkat pemeriksaan, Anak wajib diberikan bantuan hukum dan didampingi oleh Pembimbing Kemasyarakatan atau pendamping lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Dalam setiap tingkat pemeriksaan, Anak Korban atau Anak Saksi wajib didampingi oleh orang tua dan/atau orang yang dipercaya oleh Anak Korban dan/atau Anak Saksi, atau Pekerja Sosial.

3. Dalam hal orang tua sebagai tersangka atau terdakwa perkara yang sedang diperiksa, ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku bagi orang tua.105

Hak anak korban kekerasan yang dilindungi dalam Undang-Undang Nomor11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak : hak Untuk dirahasiakanidentitasnya, Pendampingan pada proses pemeriksaan oleh orang tua dan/atau orangyang dipercaya oleh Anak Korban dan/atau Anak Saksi, atau Pekerja Sosial,Pemeriksaan dilakukan setelah adanya Laporan Sosial dari Pekerja social,Pemeriksaan diluar sidang menggunakan elektronik atau jarak jauh, jika tidak bisahadir ke persidangan, Pendapat tentang Perkara, Hak Rehab Medis, JaminanKeselamatan, Kemudahan Informasi Perkara dan Rujukan perlindungan danPenanganan Segera. Disamping itu dalam undang undang ini mengakui dan tidakmenafikan adanya hak-hak kepada anak sebagai korban kejahatan yang diaturdalam peraturan perundang-undangan lainnya.Model perlindungan terhadap anak korban yang digunakan dalam Undang-Undang.106

105

Wahyudi Setya, Iplementasi Ide DiversiDalam Pembaruan Sistem PeradilanPidana Anak Di Indonesia, GentaPublishing, Cetakan Pertama, Yoyakarta,2011, hal. 291

106 ibid

Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak adalahmenggunakan model hak-hak prosedural (prosedur model) dan juga modelpelayanan (services model) secara sekaligus. Hal ini mengalami perkembanganyang cukup signifikan dibandingkan dengan perlindungan kepada korban kejahatansebagaimana diatur dalam Undang-undang 13 tahun 2006 Tentang PerlindunganSaksi Dan Korban Yang Lebih Bernuansa Model Pelayanan.107

Tenaga kerja sosial atau bersama pembimbing kemasyarakatan, atau pekerja sosial profesional atau penyidik dapat memberi pertimbangan atau saran untuk merujuk anak, anak korban, atau anak saksi ke instansi atau lembaga sosial anak. Atas laporan sosial dari tenaga kesejahteraan sosial atau pekerja sosial profesional berdasarkan hasil penelitian kemasyarakatan dari pembimbing kemasyarakatan maka anak, anak korban dan atau anak saksi berhak memperoleh rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial, dan reintegrasi sosiak dari lembaga atau instansi yang menangani perlindungan anak108

Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak ini memberikan kemudahan bagi anak saksi atau anak korban dalam memberikan keterangan di pengadilan. Saksi/korban yang tidak dapat hadir untuk memberikan keterangan di depan sidang pengadilan dengan alasan apapun dapat memberikan keterangan di luar sidang pengadilan melalui perekaman elektronik yang dilakukan oleh Pembimbing Kemasyarakatan setempat, dengan dihadiri oleh Penyidik atau Penuntut Umum, dan Advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya yang terlibat

107

ibid

108

Lilik Mulyadi, Wajah Sistem Peradilan Pidana Anak Indonesia, PT. Alumni,Jakarta, 2014, hal.229

dalam perkara tersebut. Anak saksi/korban juga diperbolehkan memberikan keterangan melalui pemeriksaan jarak jauh dengan menggunakan alat komunikasi audiovisual. Pada saat memberikan keterangan dengan cara ini, anak harus didampingi oleh orang tua/Wali, Pembimbing Kemasyarakatan atau pendamping lainnya ( Pasal 58 ayat (3) Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak).109

a. hak untuk mendapatkan fasilitas ikut serta memperlancar persidangan sebagai saksi/korban

Hak anak selama persidangan yang berstatus atau berkedudukan sebagai korban meliputi:

b. hak mendapatkan penjelasan mengenai tata cara persidanga dan kasusnya c. hak mendapatkan perlindungan terhadap tindakan yang merugikan

penderitaan mental, fisik, sosial, dari siapa saja d. hak untuk menyatakan pendapat

e. hak untuk memohon ganti kerugian atas kerugian, penderitaannya, f. hak untuk memohon persidangan tertutup

anak yang berstatus atau berkedudukan sebagai korban setelah masa persidangan memiliki hak yaiu :

a. hak untuk mendapatkan perlindungan terhadap tindakan yang merugikan, dan menimbulkan penderitaan mental, fisik sosial dari siapa saja

b. hak atas pelayanan dibidang mental fisik dan sosial. Hak anak setelah persidangan dalam kedudukannya sebagai saksi, yaitu hak untuk

109

Diakses dari situs http ://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt53f55d0f46878/hal-hal-penting-yang-diatur-dalam-undang-undang-sistem-peradilan-pidana-anak, pada tanggal 27 april 2016 pukul 14.51 wib.

mendapatkan perlindungan dari tindakan-tindakan mental, fisik, sosial dari siapa saja.110

110

Dokumen terkait