• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II UPAYA PENCEGAHAN PERUSAKAN HUTAN

4. Sistem peringatan dini

31

Lihat ,Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1987, Pasal, 14

32

Di Indonesia belum ada system penilaian bahaya kebakaran hutan yang berlaku secara nasional. Berbagai negara maju juga menggunakan system penilaian bahaya kebakaran hutan yang berbeda-beda, tergantung pada kondisi hutan, kondisi iklim/meteorology dan sumber penyebab kebakarannya. Di Kanada, misalnya, digunkan system peringatan nilai kebakaran (SPBK) atau

forest fire danger rating system (FDRS) yang membagi kelas bahaya kebakaran manjadi empat yaitu : aman (biru), sedang (hijau), berat (kuning), sanagat berat (merah)

Di Amerika Serikat digunakan pendekatan dengan menggunakan indeks

kekeringan (drought index) dari ketch-byrem (KBDI) dan membagi kebakaran

menjadi 3 kelas yaitu, rendah, sedang dan tinggi. Setiap kelas bahaya kebakaran hutan tersebut memberi informasi tentang kemungkinan terjadinya kebakaran, besarnya kebakaran dan kesulitan yang akan dihadapi dalam operasi pemadamannya. Dari operasi tadi dapat di persiapkan upaya pencegahannya dan

sarana dan prasarana untuk melakukan pemadamannya.33

33

Supryanto, Lailan Syaufuna. 2010.Pengendalian Kebakaran Hutan.Bogor :Pusdiklat Kehutanan-Departemen Kehutanan R.I. Secam-Korea Internasional Cooperation Agency. Halaman. 65

1. Tingkat Pusat

a. Mengumpulkan informasi tentang perkiraan awal dan lamanya musim kemarau di seluruh indonesia dari badan meteorology dan geofisika (BMG), pusat dan menyebarluaskan informasi sehingga setiap unit pengelolaan hutan yang ada dapat mempersiapakan upaya antisipasinya.

b. Melakukan penilaian bahaya kebakaran secara nassional denan sistem peringatan bahaya kebakaran(SPBK/FDRS), sehingga setiap hari dapat di ketahui daerah yang rawan kebakaran.

2. Tingkat Propinsi/Kabupaten/Kota

a. Mengumpulkan informasi tentang perkiraan awal dan lamanya musim kemarau dari kantor BMG dan menyebarluaskan informasi tersebut ke seluruh unit pengelolaan hutan yang ada di wilayahnya dan seluruh masyarakat.

b. Melakukan penilaian bahaya kebakaran di tingkat propinsi dan atau kabupaten/kota dengan menggunakan SPBK dan menyampaikannya secara harian ke setiap unit pengelolaan hutan.

c. Jangka penjang mengembangkan sistem peringatan dini melalui pengembangan sistem-sistem penilaian bahaya kebakaran laian, selain dengan SPBK.

3. Tingkat lapangan (unit pengelolaan hutan, daerah operasi dsb).

a. Memanfaatkan informasi prakiraan awal dan lamanya musim kemarau untuk upaya-upaya pencegahan dan Persiapan pemadama kebakaran hutan.

b. Membuat tanda-tanda atau rambu-rambu atau papan peringatan bahaya kebakaran hutan sesuai dengan peringkat bahayanya sehingga dapat diketahui oleh seluruh pegawai, petugas pemadam kebakaran dan seluruh masyarakat.

c. Melakuakn segala macam aktivitas pencegahan dan persiapan sesuai dengan peringkatbahaya kebakaran yang terjadi.

Pencegahan kebakaran hutan merupakan kunci pokok untuk mengatasi masalah kebakaran hutan. Oleh karena itu kebakaran hutan di Indonesia pada umumnya ditimbulkan oleh ulah manusia atau perbuatan manusia, maka upaya pencegahan dititik beratkan pada peningkatan kesadaran manusia terhadap ancaman kebakaran, tanpa mengabaiakan upaya-upaya laim yang bersifat teknis dan yuridis. Pencegahan kebakaran hutan dilaksanakan berdasarkan suatu rencana pencegahan yang menyeluruh dan seksama.

Rencana pencegahan kebakaran hutan perlu disusun setiap tahunnya yang secara umum berisi hal-hal sebagai berikut.

1. Data Dasar Perencanaan

a. Luas hutan yang dilindungi dari kebakaran, dirinci menurut tipe hutan (hutan daratan, hutan gambut dan hutan tanaman), dan keadaan penutupan hutannya, (hutan primer, hutan skunder, semak belukar dan sebagainya). Untuk areal

HPH dilengkapi dengan umur tegakan sejak tebang pilih (Logged Oover

Area/LOA) dan untuk hutan tanaman disertai dengan umur tegakan.

b. Peta kejadian kebakaran, yang menunjukkan jumlah kejadian kebakaran dimasa lampau dan lokasinya.

c. Statistik kebakaran hutan yang menguraikan bulan-bulan kejadian kebakaran, tipe hutan yang terbakar, penyebab kebakaran, luas areal yang terbakar dan lain lain.

d. Peta resiko kebakaran (fire risk map) yang menunjukkan lokasi-lokasi mana

e. Peta bahaya bahan bakar (fire hazard map) yang menunjukkan tipe bahan bakar

dan daya nyalanya (flammability).

f. Kondisi social ekonomi dan bahaya masyarakat di sekitar hutan (jumlah penduduk, pendidikan, agama, mata pencaharian, adat istiadat dan sebagainya) g. Peta-peta tematik lain (peta topografi, peta hidrologi, jaringan jalan, peta lokasi

menara pengeawas kebakaran).

2. Menetapkan Tujuan Pencegahan Kebakaran Hutan.

3.Menyusun Rencana Kegiatan Pencegahan Kebakaran Hutan yang di laksanakanmelaui jalur

a. Edukatif (Pendidikan)

- Pembinaan pegawai atau sumber daya manusia kehutanan - Kampanye pencegahan kebakaran hutan

- Penyuluhan

- Pendidikan dan pelatihan

- Penggalangan peran serta masyarakat

b.Yustisi/penegakan Hukum, melalui penyelidikan dan penyedikan kejadian kebakaran hutan dana penerapan peraturan/ketentuan setempat.

c. Keteknikan hutan yang mencakup :

- Pengelolaan bahan bakar hutan melalui pengurangan bahan bakar (misalnya pembuatan kompos dan briket arang), isolasi bahan bakar melalui pembuatan jalur isolasi (sekat bakar, jalur hijau) dan modefikasi bahan bakar.

- Tindakan silvikultur di areal hutan produksi alam dan hutan produksi tanaman.

- Penerapan pemanenan berdampak rendah (reduced impact logging) di

areal hutan produksi alam untuk mengurangi limbah pembalakan, yang merupaka bahan bakar potensial bagi kebakaran hutan.

d. Menyusun sarana prasarana dan pembiayaan (dana) untuk keperluan pencegahan, beserta penjadwalannya.

e. Menyusun rencana pemantauan (monitoring) dan evaluasi kegiatan

pencegahan kebakaran hutan.

Pencegahan kebakaran hutan seringkali dapat berhasil dengan memuasakan apabila dilaksanakan dengan menggunakan kombinasi dengan metode edukatif, keteknikan dan penegakan hukum. Keberhasilan pencegahan kebakaran ditentukan oleh :

1. Ketetapan pemilihan program kegiatan yang sesuai dengan sasarannya 2. Ketetapan pemilihan model pendekatan/metoda dan penjadwalannya 3. Sarana, prasarana dan dana yang memadai

4. Jumlah dan sumber daya manusia sebagai pelaksananya34

1. Menyusun petunjuk operasional kegiatan pencegahan kebakaran hutan yang memperhatikan 5 W dan1 H (apa, dimana, kapan, mengapa, siapa dan bagiamana)

Kegiatan pencegahan kebakaran hutan dilakukan dengan kombinasi yang sesuai/kompatibel :

34

2. Melakukan kampanye pencegahan kebakaran hutan secara nasional (program ‘ si pongi’)

3. Melakukan penyuluhan pencegahan kebakaran melalui metoda antara lain : a. Kontak perorangan

b. Metoda kelompok melalui temu wicara dengan sarana, pramuka, kelompok tani, organisasi wanita, kader konservasi, kelompok pengajian, kelompok gereja, dan kelompok keagamaan lainnya, pencinta alam, LSM, organisasi kepemudaan, olah raga dan lain-lain.

c. Melaui media cetak dan elektronik (penyeluhan massal) d. Pameran, festival, parade dan sejenisnya

e. Apel siaga, peringatan hari lingkungan hidup, hari bumi dan hari besar lainnya

4. Melakukan pendidikan pengendalian kebakaran hutan bekerjasama dengan dinas pendidikan nasioanl dan dinas pendidikan daerah setempat.

5. Pemasangan rambu-rambu perigatan, himbauan dan laranagan dan pengumuman di tempat sterategis terutama pada saat tingkat bahaya kebakaran tinggi (siaga 1)

6. Melakukan pencegahan melalui tindakan teknis :

a. Perlakuan terhadap bahan bakar (limbah kayu dan bahan organic lainnya) melalui pengurangan bahan bakar termasuk pembakaran terkendali (controlled burning) dan modifikasi bahan bakar.

b. Pembangunan dan pemeliharaan sekat bakar, sekat bahan bakar, atau jalur hijau atau kobinasinya.

c. Tindakan silvikultur di areal hutan produksi alam dan hutan produksi tanaman

d. Penerapan pemanenan berdampak rendah (reduced impact logging) di areal

hutan produksi alam untuk mengurangi limbah pembalakan, yang merupakan bahan bakar potensial bagi kebakaran hutan.

7. Melaksanakan pencegahan kebakaran hutan melalui tindakan hukum.

a. Patroli dan penjagaan daerah rawan kebakaran pada saat tingkat bahaya kebakaran tinggi.

b. Melakukan penyelidikan dan penyidiakan tentang penyebab terjadinya kebakaran dan memperosesnya secara hukum bila diketahui bahwa kebakaran itu dilakukan oleh perbuatan manusia

c. Penutupan hutan konservasi dari kunjungan wisata dana aktivitas lain oleh masyarakat umum pada saat tingkat bahaya kebakaran tinggi disertai sangsi bagi yang melanggarnya.

8. Melibatkan masyarakat dalam setiap pelaksanaan pencegahan kebakaran hutan, misalnya pembuatan sekat bakar, sekatbahan bakar dan jalur hijau, pengurangan bahan bakar melalui pembuatan kompos atau briket arang, tehnik-tehnik pembakaran terkendali baik yang dilaksanakan oleh masyarakat maupun pengelola hutan.

Untuk mencapai pencegahan kebakaran hutan dan lahan yang efektif dan efesien, departemen kehutanan telah menyusun prosedur tetap pengendalian kebakaran hutan dan lahan bidang pencegahan yang meliputi (deroktorat Pengendalian Kebakaran Hutan, 2007) :

1. Format blanko diseminasi SPBK kepada instansi terkait 2. Format laporan groundchek hotspot di lapangan

3. Format blanko diseminasi SPBK kepada masyarakat 4. Penghitungan sistem peringkat bahaya kebakaran hutan 5. Apel siaga

6. Rapat kordinasi pencegahan kebakaran hutan dan lahan 7. Kampanye pencegahan kebakaran hutan dan lahan 8. Pembentukan dan pengembangan masyarakat peduli api

9. Patroli pencegahan (darat, air, udara)35

35

Ibid, Halaman. 109

Dokumen terkait