• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Sprinkler Semi Otomatis

Dalam dokumen PUSAT SINEMATOGRAFI DI SURABAYA. (Halaman 100-107)

Bab VI. Aplikasi Konsep Perancangan

Diagram 5.1 Sistem Sprinkler Semi Otomatis

BAB VI

APLIKASI PERANCANGAN

Pada aplikasi konsep rancangan proyek ini menggunakan persyaratan – persyaratan yang ada pada bab sebelumnya untuk kemudian diterapkan pada penyelesaian gambar rancangan tugas akhir yang akan diuji dengan kaidah – kaidah dan azas – azas perancangan sehingga dapat diperoleh hasil desain rancangan yang paling optimal.

Pada tahap perancangan Pusat Sinematografi di Surabaya ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan komunitas sineas maupun bagi masyarakat di Surabaya maupun luar Surabaya pada umumnya. Perancangan dibuat sesuai dengan tema ”Fun with the Shape”

(Kesenangan dalam membentuk sebuah bentuk). “Bentuk” yang dimaksudkan adalah bentuk dari gambar icon sebuah Proyektor Film, dimana gambar icon tersebut menjadi ide gagasan dalam proses pencarian bentuk yang kemudian diaplikasikan menjadi bentuk bangunan Pusat Sinematografi. Dengan melalui pendekatan teori konsep Analogic Design

(Geoffrey Broadbent dalam buku ”Design in Architecture”). Analog adalah sama, serupa, pengibaratan, pengandaian dengan benda lain yang punya bentuk / makna yang hasilnya adalah memodifikasi bentukan awal.

Konsep ini dimaksudkan agar citra dari fasad maupun ruang luar bangunan ini dapat langsung terlihat dan dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat sekitar yang ada di eksisting site tersebut .

6. 1. Aplikasi Bentuk

Bentuk yang digunakan pada Pusat Sinematografi di Surabaya ini mengambil bentukan persegi panjang sebagai bentukan yang dominan lalu diaplikasikan ke dalam bentukan site untuk tatanan Block Plan’nya dan kemudian diteruskan menerus ke atas mengikuti tatanan dari Block Plan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar ruang – ruang yang terjadi dapat menjadi ruang yang efektif sesuai dengan fungsi – fungsi ruangnya. Dapat terlihat pada gambar berikut ini :

Aplikasi bentuk yang mengambil dari bentuk segi empat kemudian diaplikasikan langsung menjadi sebagai bentuk dominan dari bangunan Pusat Sinematografi ini.

Gambar 6.1. Aplikasi Bentukan Bangunan

6. 2. Aplikasi Tampilan

Tipologi bangunan mengambil dari bentuk icon proyektor film yang kemudian mengambil nilai bentuk tersebut, seperti bundar, persegi panjang, dan batang. Dari ketiga bentuk tersebut diaplikasikan menjadi fasad bangunan Pusat Sinematografi.

6. 3. Aplikasi Sirkulasi dan Orientasi Bangunan.

Sirkulasi dalam site menggunakan pola sirkulasi linier, dengan pengelompokkan pengguna kendaraan bermotor dan servis. Penggunaan pola sirkulasi ini agar dapat memudahkan dan memperjelas arah yang akan dituju bagi pengunjung karena hanya menggunakan satu entrance. Tujuan sirkulasi dalam site ditata menggunakan pola linier ini juga ditujukan agar pengguna jalan dapat dengan mudah bersirkulasi di dalamnya dan dapat berinteraksi dengan aktifitas yang ada di dalam eksisting sekitar site maupun di dalam bangunan. Area sirkulasi in dan out pada motor dan mobil pengunjung memiliki satu arah yang sama, ini ditujukan agar pengunjung tidak merasa bingung.

Gambar 6.3. Bentukan Bangunan dan Site terhadap Bangunan

Bangunan Pusat Sinematografi ini berorientasi pada 2 arah mata angin yaitu Barat dan Timur. Pertama ke arah Barat yang berorientasi pada jalan Basuki Rachmat dan yang kedua, berorientasi ke arah Timur yaitu pada jalan Taman Apsari. Karena dari 2 sisi inilah yang memberikan peluang pada tampilan fasade bangunan untuk mengorientasikannya pada eksisting sekitar site.

6. 4. Aplikasi Ruang Luar

Dalam penyelesaian ruang luar pada Pusat Sinematografi di Surabaya ini antara lain :

1. Memberikan pola bentuk tatanan taman dimaksudkan untuk memperkuat kesan

sirkulasi dan sebagai penanda arah sirkulasi. Selain itu juga mampu menunjang keberadaan sikuen – sikuen lansekap.

Gambar 6.5. Aplikasi Sikuen Site Pusat Sinematografi

2. Permainan elevasi lantai diterapkan pada beberapa poin, perbedaan elevasi ini

diterapkan kedalam bentuk tangga. Hal ini untuk mengarahkan pengunjung dan menghindari kesan jenuh, dan memberi kesan kejutan saat ingin memasuki gedung Sinematografi ini.

Gambar 6.6. Aplikasi Sikuen Site Pusat Sinematografi

3. Penggunaan detail arsitektur pada material membentuk sikuen – sikuen penunjuk arah sirkulasi dalam site.

Gambar 6.7. Aplikasi Sikuen Site Pusat Sinematografi 6. 5. Aplikasi Ruang Dalam Bangunan (Interior)

Pada pengaplikasian ruang dalam ini banyak mengaplikasi teori studio dari studi kasus yang telah ada. Pada interior bioskop konsep bentukan, tata letak, jumlah seat

penonton dan bentuk susunan tempat duduk juga diaplikasikan sama dengan Bioskop 21 Tunjungan Plaza.

Gambar 6.9. Aplikasi Interior Bioskop Pusat Sinematografi

Interior bioskop juga didukung dengan teknologi material akustik artificial untuk mendapatkan sound dan lighting yang optimal. Pengaplikasian studio untuk syuting film juga mengaplikasi dari studi kasus Usmar Ismail. Dapat terlihat pada gambar berikut ini :

Gambar 6. 10. Suasana Interior Ruang Syuting Usmar Ismail

Gambar 6. 11. Aplikasi Interior Ruang Syuting Pusat Sinematografi

Interior pada ruang syuting juga didukung dengan teknologi material akustik

artificial untuk mendapatkan sound dan lighting yang optimal ditabah dengan scafolding

untuk membantu kamera dalam mengambil gambar dari sudut paling atas. Untuk pengaplikasian lobby dibuat adanya patio (taman dalam), agar suasana di luar ruangan dapat dimasukkan ke dalam ruangan. Dapat terlihat pada gambar berikut ini :

DAFTAR PUSTAKA

A, Idrus H . 1996. Kamus Umum Baku Bahasa Indonesia. Bintang Usaha Jaya. Surabaya. Chiara, Joseph De and Jhon C. Time Sarver Standart for Building Type.

Frick, Heinz. 1999. Ilmu Bahan Bangunan, Konsius, Yogyakarta

Panero, Julius & Zelnik, Martin. 2003. Dimensi Manusia & Ruang Interior. Erlangga. Jakarta

Neufert, Ernest. 1996. Data Arsitek Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta. Neufert, Ernest. 2002. Data Arsitek Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Poewardaminta, WJS. Kamus Umum Baku Bahasa Indonesia.

Penyusunan Rencana Teknik Ruang Kota. UD. Basuki Rachmat. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya. Bapekko Surabaya Tutt, Paricia and David Adler. New Matric Hand Book. London. Geoffrey Broadbent dalam buku ”Design in Architecture”

Film Format, http://en.wikipedia.org/wiki/Film_format

References

1.The History of Kodak Roll Films. Retrieved on 2007-06-17. 2.”webmaster@stieken.ac.id”

3 .wordpress_pphui.co.id 4. wordpress_fftv.net.id

5. EagleAwards.co.id). 6. Wikipedia.film_net.id one stop movie_net.id

Dalam dokumen PUSAT SINEMATOGRAFI DI SURABAYA. (Halaman 100-107)

Dokumen terkait