TUGAS AKHIR
PUSAT SINEMATOGRAFI
DI SURABAYA
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
Diajukan Oleh :
DODDY ACHMAD ZUNAIDI
0551010078
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
TUGAS AKHIR
PUSAT SINEMATOGRAFI
DI SURABAYA
Dipersiapkan dan disusun oleh :
DODDY ACHMAD ZUNAIDI
NPM : 0551010078
Telah dipertahankan didepan tim penguji
Pada tanggal :10 Agustus 2011
Pembimbing Utama
Ir. Lily Syahrial, MT NIP. 19550908 199103 1 00 1
Pembimbing Pendamping
Heru Subiyantoro, ST., MT NPT. 3 7102 96 0061 1
Penguji
Ir. Sri Suryani Y.W., MT NIP. 19670722 199303 2 00 2
Ir. Erwin Djuni. W ., MT NPT. 3 6506 99 0166 1
Ir. Syaifudin Zuhri, MT NIP. 19621019 199403 1 00 1
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana (S-1)
Tanggal : 10 Agustus 2011
Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur ditujukan kehadirat Allah SWT, yang mana atas rahmat dan ridho-Nya, sehingga penyusunan Proposal Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik ( S-1 ) Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur di Surabaya. Setiap mahasiswa diwajibkan memenuhi persyaratan kurikulum , dimana salah satunya adalah Tugas Akhir. Mahasiswa yang akan mengambil Tugas Akhir diwajibkan untuk melakukan kegiatan - kegiatan penyusunan usulan judul sebelum menyusun proposal, konsep dan perancangannya sendiri .
Proposal Tugas Akhir ini dimaksudkan untuk memberi gambaran secara garis besar mengenai lingkup proyek yang akan dikerjakan baik keluasan maupun kedalamanya. Adapun judul yang dapat diusulkan oleh penyusun adalah : ”PUSAT SINEMATOGRAFI DI SURABAYA” yang dipergunakan dalam proses perancangan tugas akhir. Pemilihan judul ini didasarkan pada kenyataan bahwa di kota Surabaya sebuah wadah sebagai penampungan apresiasi karya film personal (Indiependent) dari sineas-sineas yang ada di Surabaya pemanfaatannya masih bersifat “dipaksakan”. Disamping itu juga, wadah untuk komunitas sineas di kota Surabaya masih terbilang dalam skala kecil. Maka muncullah ide / gagasan untuk merancang sebuah Pusat Sinematografi yang memang dikhususkan sebagai wadah penampungan apresiasi dan pengembangan karya film dari sineas Indonesia (khususnya dari kota Surabaya), sehingga diharapkan mampu meningkatkan mutu kualitas karya film dan mengembangkan kuantitas bisnis perfilman Indiependent di kota Surabaya.
HALAMAN PERSEMBAHAN
Î Syukur alhamdulilah atas semua Rahmat dan Hidayah yang diberikan Allah SWT
kepada umat-NYA yang tiada henti
Î Keluargaku ; Papa (Alm.), Mama yang tidak pernah berhenti mendoakan dan menyupport aku. (Aku sayang sekali sama Mama, ku usahakan sebentar lagi
giliran aku yang kerja keras, mengayomi, dan melindungi Mama)., Mbak Desi dan
keluarga di Meri (Mas Hendro, Fahmi, Aisyah) yang senantiasa juga menyupport
aku dari jauh., Mbak Dian (yang lagi mengandung keturunannya 7bulan), yang tidak
pernah menyerah membantu do’a dan support’nya., Mas Nanda yang siap membantu
dan menyupport aku dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Î Pembimbing Bapak Lily Syahrial, MT dan Bapak Heru Subiyantoro, ST, MT terima kasih banyak atas bimbingan dan saran dalam penyelesaian tugas akhir saya.
Î Penguji Bapak Ir. Syaifuddin Zuhri, MT dan Bapak Ir. Erwin Djuni. W, MT, dan juga pengganti ”Ibu’ku” yang ada di kampus Ibu Sri Suryani Y.W, MT Terima
Kasih banyak atas saran dan bantuannya dalam menyelesaikan tugas akhir saya.
Î SeluruhDosen dan staff teknik Arsitektur UPN, terima kasih atas didikan dan saran – saran yang telah diberikan kepada kami sebagai mahasiswa.
Î Teman - teman seperguruan Angkatan 2005-2006 Arsitektur UPN dan para senior! Selalu semangat teman dalam menjalani hidup ini.
Î Teman-teman kost dan kontrakkan yang senantiasa membantu do’a dan materi dalam penyelesaian tugas akhir saya. Romey Pintoro, ST yang sergap membantu
menepuk bahu saya di saat saya jatuh. Terima Kasih banyak!. Denny Pramono,ST.,
Slamet, Nahrul(pakdhe), Cholis maaf sudah mengotori dan memberantakkan kamar
kost kalian untuk membuat maket. Terima Kasih Banyak!. ”Kelak Jalanmu selalu
diterangi oleh Allah SWT”
Î Eva Lutfiani, S.Kom yang tidak pernah menyerah sekalipun untuk memberikan semangat dan kasih sayangnya setiap kali di saat aku jatuh, bingung, kacau, letih,
dan patah semangat. Kamu adalah inspirasi’ku dan kamu adalah pengobar api
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Lembar Pengesahan ... ii
Abstraksi ... iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel ... ix
Daftar Diagram... x
Daftar Gambar ... xi
Bab I. Pendahuluan ... 1
1. 1. Latar Belakang ... 1
1. 1. 1. Kondisi Perfilman di Indonesia ... 2
1. 1. 2. Kondisi Perfilman di Surabaya ... 3
1. 2. Tujuan Perancangan ... 4
1. 3. Batasan dan Asumsi ... 5
1. 3. 1. Batasan ... 5
1. 3. 2. Asumsi ... 6
1. 4. Tahapan Perancangan ... 7
1. 5. Sistematika Laporan ... 8
Bab II. Tinjauan Obyek Perancangan ... 11
2. 1. Tinjauan Umum ... 11
2. 1. 1. Pengertian Judul Proyek Tugas Akhir ... 11
2. 1. 2. Studi Literatur... 12
2. 1. 3. Studi Kasus ... 19
2.1.3.1. Gedung Pusat Perfilman H. Usmar Ismail. ... 19
2.1.3.3. Tunjungan Cineplex 21, Surabaya... 28
2. 1. 4. Kesimpulan Studi Kasus... 32
2. 2. Tinjauan Khusus Perancangan ... 32
2. 2. 1. Lingkup Pelayanan ... 32
2. 2. 2. Pelaku Aktifitas... 33
2. 2. 3. Perhitungan Luas Ruang ... 33
2. 2. 4. Program Ruang ... 40
Bab III. Tinjauan Lokasi Perancangan... 42
3. 1. Latar Belakang Pemilihan Lokasi ... 42
3. 2. Penetapan Lokasi ... 43
3. 3. Kondisi Fisik Lokasi ... 46
3. 3. 1 Aksesibilitas. ... 46
3. 3. 2. Potensi Lingkungan ... 50
3. 3. 3. Batas Lokasi ... 54
3. 3. 4. Infrastruktur Kota ... 56
Bab IV. Analisa Perancangan ... 59
4. 1. Analisa Ruang ... 59
4. 1. 1. Program Ruang ... 61
4. 1. 2. Organisasi Ruang ... 62
4. 1. 3. Hubungan Ruang ... 65
4. 1. 4. Sirkulasi Antar Ruang ... 67
4. 1. 3. Diagram Abstrak ... 68
4. 2. Analisa site ... 68
4. 2. 1. Analisa Aksebilitas ... 68
4. 2. 2. Analisa Pembagian Zonning ... 70
4. 2. 3. Analisa Lingkungan Sekitar... 70
4. 2. 5. Analisa Kebisingan ... 74
4. 2. 6. Bangunan Sekitar Site ... 74
4. 3. Analisa Bentuk dan Tampilan ... 75
4. 3. 1. Analisa Bentuk ... 75
4. 3. 2. Analisa Tampilan ... 76
Bab V. Konsep Perancangan ... 79
5. 1. Konsep Dasar Perancangan ... 79
5. 1. Fakta ... 79
5. 1. 1. Fakta ... 79
5. 1. 2. Isu ... 80
5. 2. Konsep Bentuk ... 81
5. 3. Konsep Tampilan ... 81
5. 4. Konsep Zonning ... 82
5. 5. Konsep Sirkulasi ... 82
5. 6. Konsep Entrance dan Drop Off ... 83
5. 7. Konsep Orientasi Bangunan ... 84
5. 8. Konsep Struktur ... 84
5. 9. Konsep Mekanikal dan Elektrikal ... 85
Bab VI. Aplikasi Konsep Perancangan ... 88
6. 1. Aplikasi Bentuk ... 88
6. 2. Aplikasi Tampilan... 89
6. 3. Aplikasi Sirkulasi dan Ruang Dalam ... 90
6. 4. Aplikasi Ruang Luar ... 91
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perhitungan Luas Ruang ...39
Tabel 3.1 Perbandingan Lokasi...45
Tabel 4.1 Program Ruang ...61
Tabel 4.2 Ciri – ciri Bentukan Geometri...76
Tabel 5.1 Tabel Lampiran Produksi Film di Indonesia pada tahun 2000-2006...80
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1.1 Diagram Tahapan Perancangan...7
Diagram 2.1 Struktur Organisasi Pusat Perfilman Usmar Ismail ...22
Diagram 2.2 Struktur Organisasi Fakultas Film dan Televisi-IKJ...27
Diagram 4.1 Organisasi Ruang Secara Makro...62
Diagram 4.2 Organisasi Ruang Secara Makro...63
Diagram 4.3 Organisasi Ruang Fasilitas Penunjang Utama ...64
Diagram 4.4 Organisasi Ruang Fasilitas Servis...64
Diagram 4.5 Organisasi Outdoor Area...65
Diagram 4.6 Sirkulasi Pengunjung ...67
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Ukuran Kebutuhan Ruang Gerak Tubuh Manusia...13
Gambar 2.2.Jarak Tempat Duduk Penonton...13
Gambar 2.3. Luas Baris 16 dan 25...14
Gambar 2.4. Tinggi Tempat Duduk Menanjak/Bertingkat. ...14
Gambar 2.5. Tinggi Tempat Duduk Menanjak/Bertingkat...15
Gambar 2.6. Lokasi Pusat Perfilman Usmar Ismail...19
Gambar 2.7. Lay Out Plan dan Potongan Elevasi Teater dan Bioskop PPUI ...20
Gambar 2.8. Interior Bioskop ...21
Gambar 2.9. Ruang Penyimpanan Video...21
Gambar 2.10.Penyelesaian Eksterior Bangunan...21
Gambar 2.11 Penyelesaian Interior Lobby Bioskop ...21
Gambar 2.12. Interior Ruangan Lobby Teater dan Interior Teater ...23
Gambar 2.13. Interior Teater dan Bioskop Pusat Perfilman Usmar Ismail ...23
Gambar 2.14. Lobi Tunjungan 21 ...28
Gambar 2.15.Movie Selection ...28
Gambar 2.16 Kantin Tunjungan Cineplex 21)...28
Gambar 2.17 Ruang Proyektor Tunjungan Cineplex 21...29
Gambar 2.18 Tempat Duduk Tunjungan Cineplex 21 ...29
Gambar 2.19.Susunan Tempat Duduk Tunjungan Cineplex 21 ...31
Gambar 3.1. Site Area...49
Gambar 3.2. Lingkungan Sekitar Site Joko Dolog ...51
Gambar 3.3. Gapura Arca Joko Dolog...52
Gambar 3.5. McDonald (restoran siap saji) ...53
Gambar 3.6. Show Room Toyota dan Perkantoran...53
Gambar 3.7. Batas Site Sebelah Utara ...54
Gambar 3.8. Batas Site Sebelah Timur ...55
Gambar 3.9. Batas Site Sebelah Selatan ...55
Gambar 3.10. Batas Site Sebelah Barat ...56
Gambar 4.1.Diagram Abstrak...68
Gambar 4.2. Analisa Site Aksesbilitas...69
Gambar 4.3. Analisa Main Entrance ...69
Gambar 4.4. Analisa Zoning ...70
Gambar 4.5. Analisa Lingkungan ...71
Gambar 4.6. Orientasi Matahari dan Curah Hujan ...72
Gambar 4.7. Respon Desain Terhadap Site dan Bangunan ...73
Gambar 4.8. Respon Desain Terhadap Site dan Bangunan ...73
Gambar 4.9. Kebisingan di Sekitar Lingkungan Site...74
Gambar 4.10. Potensi Bangunan di Lingkungan sekitar Site...75
Gambar 4.11. Proses Pembentukan Bangunan ...76
Gambar 4.12. Orientasi Lintasan Matahari ...77
Gambar 4.13. Penyelesaian Sketsa Bangunan terhadap Iklim...77
Gambar 4.14. Penyelesaian Sketsa Bangunan terhadap Iklim...78
Gambar 5.1. Konsep Bentuk ...81
Gambar 5.2. Konsep Tampilan ...81
Gambar 5.3. Konsep Zonning ...82
Gambar 5.4. Konsep Entrance Bangunan ...83
Gambar 5.5. Konsep Orientasi Bangunan...84
Gambar 5.6. Struktur...85
Gambar 6.1. Aplikasi Bentukan Bangunan...89
Gambar 6.2. Tampilan Bangunan ...89
Gambar 6.3. Bentukan Bangunan dan Site terhadap Bangunan ...90
Gambar 6.4. Bentukan Bangunan dan Site terhadap Bangunan ...90
Gambar 6.5. Bentukan Bangunan dan Site terhadap Bangunan ...90
Gambar 6.5. Aplikasi Sikuen Site Pusat Sinematografi...91
Gambar 6.6. Aplikasi Sikuen Site Pusat Sinematografi...91
Gambar 6.7. Aplikasi Sikuen Site Pusat Sinematografi...92
Gambar 6.8. Bioskop 21 Tunjungan Plaza...92
Gambar 6.9. Aplikasi Interior Bioskop Pusat Sinematografi...92
Gambar 6.10. Suasana Interior Ruang Syuting Usmar Ismail ...93
Gambar 6.11. Aplikasi Interior Ruang Syuting Pusat Sinematografi ...93
PUSAT SINEMATOGRAFI DI SURABAYA
DODDY ACHMAD ZUNAIDI
0551010078
ABSTRAKSI
Perkembangan perfilman dibuktikan dengan banyaknya koleksi Film Indiependent “Indie” yang dilakukan oleh Sinematek Indonesia yang ada di Pusat Sinematografi Usmar Ismail, Jakarta yang sampai sekarang menampung semua dokumentasi berbagai film Nasional, kondisi perfilman pada masa sekarang ini telah membuktikan Indonesia bisa ikut dalam berbagai acara festival film internasional seperti halnya Festival Film Perancis di tahun 2007.
Tetapi, di kota Surabaya sebuah wadah sebagai penampungan apresiasi karya film personal (Indiependent) dari sineas-sineas yang ada di Surabaya pemanfaatannya masih bersifat “dipaksakan”. Disamping itu juga, wadah untuk komunitas sineas di kota Surabaya masih terbilang dalam skala kecil.
Hal tersebut maka timbul gagasan proyek Pusat Sinematografi di Surabaya sebagai wadah penampungan apresiasi dan pengembangan karya film dari sineas Indonesia (khususnya dari kota Surabaya), sehingga diharapkan mampu meningkatkan mutu kualitas karya film dan mengembangkan kuantitas bisnis perfilman Indiependent di kota Surabaya. Dalam perancangan ini, Pusat Sinematografi direncanakan berlokasi di Jl. Joko Dolog, Surabaya yang merupakan kawasan yang bersebelahan dengan icon hiburan taman Surabaya, yaitu Taman Apsari dan Arca Joko Dolog juga dekat dengan Broadcast Design Unair, dari potensi site tersebut sangatlah strategis untuk perencanaan Pusat Sinematografi ini.
Dari isu dan fakta yang ada tersebut, perancangan proyek ini mengambil tema ”Fun with the Shape” (Kesenangan dalam membentuk sebuah bentuk). “Bentuk” yang dimaksudkan adalah bentuk dari gambar icon sebuah Proyektor Film, dimana gambar icon tersebut menjadi ide gagasan dalam proses pencarian bentuk yang kemudian diaplikasikan menjadi bentuk bangunan Pusat Sinematografi. Dengan melalui pendekatan teori konsep Analogic Design (Geoffrey Broadbent dalam buku ”Design in Architecture”). Analog adalah sama, serupa, pengibaratan, pengandaian dengan benda lain yang punya bentuk / makna yang hasilnya adalah memodifikasi bentukan awal. Konsep ini dimaksudkan agar citra dari fasad maupun ruang luar bangunan ini dapat langsung terlihat dan dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat sekitar yang ada di eksisting site tersebut .
BAB 1 PENDAHULUAN
1. 1. LATAR BELAKANG .
Perkembangan film di Indonesia sejak ditemukannya selalu seiring dengan
berjalannya perkembangan teknologi, mulai dari “film bisu hitam-putih sampai film
hitam-putih bersuara“ pada akhir tahun 1920 an dan film warna pada 1930 an. Pada
awalnya film hanya sebagai tiruan mekanis dari realita atau sarana untuk mereproduksi
karya karya seni pertunjukan lainnya seperti “Teater”. Film dianggap sebagai karya seni
setelah melalui pencapaian-pencapaian dalam sejarah perfilman dengan para pembuat
film yang terkenal pada jamannya. Seniman film tersebut yaitu Usmar Ismail yang telah
banyak menciptakan karya-karya filmnya yang khususnya ”Film Nasional” (film yang
mengangkat budaya bangsa Indonesia sejak jaman menjelang kemerdekaan).
Film dilahirkan di Indonesia sebagai tontonan umum (awal 1900-an), karena
semata-mata menjadi alternatif bisnis besar jasa hiburan di masa depan masyarakat
Indonesia yang hidup di kota. Film juga sebelumnya dicap sebagai 'hiburan rendahan'
oleh orang kota, namun sejarah membuktikan bahwa film mampu melakukan
perkembangan dan perubahan bagi Indonesia kembali sehingga mampu menembus
seluruh lapisan masyarakat, dari lapisan menengah dan atas, sampai lapisan intelektual
dan budayawan. Alasan utama masyarakat kecil tidak termasuk, karenanya pada jaman
tersebut biaya tiket masuk untuk menonton sebuah film dirata-rata masih mahal dan pada
jaman tersebut masyarakat kecil masih dilarang untuk menerima ilmu ”film” tersebut
yang boleh hanyalah golongan masyarakat menengah, atas, dan golongan intelektual.
Bahkan kemudian seiring dengan kuatnya dominasi sistem Industri Hollywood,
lahir film-film perlawanan yang menentang dan tidak ingin disamakan dengan film
Hollywood, yang kemudian melahirkan film-film Auteur. Yakni film-film personal
sutradara yang sering disebut sebagai Film Seni atau pada jaman sekarang dapat disebut
1. 1. 1. Kondisi Perfilman di Indonesia.
Dalam perkembangan film di Indonesia, film juga merupakan campuran dari
perkembangan teknologi fotografi dan rekaman suara serta campuran dari berbagai
kesenian baik Seni Rupa, Teater, Sastra, Arsitektur hingga Musik. Maka kemampuan
bertumbuh film sangatlah bergantung pada unsur perkembangan teknologi dan unsur seni
yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia sehingga film dapat berkembang pesat,
dicangkok dan dihimpun. Dengan demikian tidak tertinggal dan mampu bersaing dengan
teknologi media, dan seni lainnya. Berikut ini merupakan kondisi Perfilman di Indonesia
:
1. Perfilman Indonesia pernah mengalami krisis hebat ketika Usmar Ismail menutup
studionya tahun 1957. Pada tahun 1992 terjadi lagi krisis besar. Tahun 1991 jumlah
produksi hanya 25 judul film (padahal rata-rata produksi film nasional sekitar 70 - 100
film per tahun). Celakanya di Indonesia dasar struktur dari keadaan tersebut belum siap.
Seperti belum efektifnya jaminan hukum dan pengawasan terhadap pasar video, untuk
menjadikannya pasar kedua perfilman nasional setelah bioskop.
2. Faktor yang mempengaruhi rendahnya mutu film nasional salah satunya adalah
rendahnya kualitas teknis karyawan film. Ini disebabkan kondisi perfilman Indonesia
tidak memberikan peluang bagi mereka yang berpotensi untuk berkembang.
3. Penurunan jumlah film maupun penonton di Indonesia sudah memprihatinkan.
Jumlah penonton dalam skala nasional tahun 1977/78 - 1987/88 tercatat 937.700.000
penonton dan hingga tahun 1992 menurun sekitar 50 persen. Bahkan di Jakarta dari
rata-rata 100.000 - 150.000 penonton, turun menjadi 77.665 penonton tahun 1991. Demikian
juga dengan jumlah film, dari rata-rata 75 - 100 film pertahun, tahun 1991 / 92 menurun
lebih daripada 50 % tahun 1993 surat izin produksi yang di keluarkan Deppen RI, sampai
bulan Mei 1993 baru tercatat 8 buah film nasional untuk diproduksi. Data dari
1. 1. 2. Kondisi Perfilman di Surabaya.
Film Indonesia sekarang ini adalah kelanjutan dari tradisi tontonan rakyat
sejak masa tradisional, dari masa penjajahan sampai masa kemerdekaan ini. Dan
apresiasi masyarakat Indonesia tentang perfilman yang ada di Indonesia sangatlah
antusias. Untuk meningkatkan apresiasi penonton film Indonesia adalah dengan cara
menyempurnakan permainan trik-trik serealistis (trik-trik dalam perfilman untuk
membuat film dapat menjadi sebuah karya visual yang benar-benar nyata), seni akting
yang lebih sungguh-sungguh, pembenahan struktur cerita, pembenahan setting
budaya yang lebih dapat dipertanggungjawabkan, penyuguhan gambar yang lebih
estetis, dsb.
Peningkatan mutu film dari genre-genre film nasional yang laris sekarang ini
dapat meningkatkan daya apresiasi film bermutu di lingkungan penonton urban yang
marginal ini (para masyarakat yang pada umumnya, yang hanyalah sekedar
menonton dan memahami maksud dari film-film tersebut saja dan tidak pernah
memahami keindahan dari karya visual tersebut), tetapi mungkin juga dapat ditelaah
oleh golongan penonton yang terpelajar dan intelektual ataupun seniman-seniman
film.
Penonton Film Indonesia berdasarkan angket penonton tahun 1988 dan 1989
yang dilakukan di Bandung, penonton film Indonesia adalah sebagian besar berusia
antara 15 - 35 tahun (90%) dengan tekanan usia pada 20 - 25 tahun (40%), lelaki
(57%) dan wanita (43%) yang berpendidikan SMA dan perguruan tinggi sebanyak
42% sedangkan 50% mengaku abstain. Mereka ini mengaku menonton film Indonesia
lebih dari sekali selama sebulan (59%) dan ada 12% yang menonton lebih dari 5 kali
dalam sebulan.
Dugaan sementara bahwa golongan terpelajar di Indonesia dipenuhi selera
seni pertunjukannya oleh film-film impor yang kondisi atau referensi budayanya
cukup baik diapresiasi oleh mereka. Namun kondisi semacam ini tidak dapat terus
menerus dilakukan karena film-film impor tersebut jauh dari sejarah, mitos, kondisi
semua golongan penonton dengan latar belakang budaya mereka yang berbeda-beda
adalah dengan memberi kesempatan kepada para sineas Indonesia untuk menuangkan
aspirasi dan apresiasi pada karya film mereka, sehingga dapat diterima oleh semua
kalangan masyarakat.
Komunitas perfilman khususnya sineas-sineas di kota Surabaya terbilang
masih sedikit dibandingkan komunitas sineas di kota Jogja, Jakarta, dan Bandung.
Salah satunya komunitas sineas di kota Surabaya yang dapat ditemui hanya di
Fakultas Komunikasi “FISIP” Unair dan di Broadcast Design Unair tepat di belakang
Taman Apsari tersebut itupun juga masih dalam skala kecil, hanya sebatas suatu
wadah pembelajaran satru-satunya di Surabaya, maka dari itu dibutuhkan suatu
wadah penampungan apresiasi dan pengembangan suatu karya-karya film dari sineas
Indonesia, sehingga mampu meningkatkan mutu kualitas perfilman di Indonesia,
khususnya di kota Surabaya.
Ide membuat Pusat Sinematografi tersebut karena ingin membuat sebuah
badan yang menyokong pembuat-pembuat film Nasional yang membutuhkan sarana
pengembangan Perfilman yang didalamnya terdapat studio pembuatan editing film
dan berbagai sarana lainnya yang mendukung dalam pembuatan Film sehingga
nantinya suatu karya Film tersebut dapat ditampilkan dan dapat dinikmati oleh semua
kalangan masyarakat khususnya masyarakat di Surabaya.
1. 2. Tujuan Perancangan.
Dengan membuat suatu Pusat Sinematografi di Surabaya tersebut, dimaksudkan
agar dapat mengembangkan dunia perfilman di Tanah Air, khususnya di kota Surabaya
yang banyak memiliki sineas-sineas berbakat. Dan sebagai wadah aspirasi dan curahan
apresiasi karya-karya seni Visual berupa fotografi bahkan Film dan Teater di Surabaya.
Bahkan diharapkan menjadi salah satu wadah komunitas sebagai tempat pembelajaran
dan pengembangan apresiasi karya Film mereka para kader-kader remaja sineas di
ibukota Surabaya ini. Sehingga mampu mengembangkan kualitas dan kuantitas bisnis
Bangunan ini baik exterior maupun interiornya nantinya dapat mencerminkan
bangunan kesenian yang umumnya representatif baik secara Arsitektural maupun
secara umum dan juga agar tercipta sebuah bangunan yang menarik baik dari segi
tampilan maupun dari segi sequence bagi pengguna bangunan secara langsung
ataupun bagi pengunjung, harapannya tercipta optimalisasi fungsi bangunan serta
dapat menjadi daya tarik wisatawan domestik maupun asing.
Tujuan yang ingin dicapai adalah mengembangkan dan meningkatkan sumber
daya manusia perfilman Indonesia. Selanjutnya dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Membuat sebuah wadah perfilman yang didalamnya terdapat sarana
pembelajaran dan pengembangan Perfilman seperti terdapat ruang studio
pembuatan suara musik untuk film, studio pembuatan editing film, studio
pembuatan film Animasi dan berbagai sarana lainnya yang mendukung dalam
pembuatan Film sehingga nantinya suatu karya Film tersebut dapat ditampilkan
dan dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat khususnya masyarakat di
Surabaya.
2. Membuat sebuah wadah komunitas bagi sineas-sineas film yang ada di Surabaya
untuk berdiskusi tentang perfilman dengan sineas-sineas yang ada di Surabaya
ataupun dengan sineas-sineas lainnya yang ada di Indonesia.
3. Membuat salah satu wadah untuk mengapresiasikan karya-karya film dari
sineas-sineas yang ada di Surabaya ataupun dari sineas-sineas-sineas-sineas lainnya yang ada di
seluruh Indonesia dan nantinya karya-karya filmnya dapat ditonton langsung
oleh masyarakat umum yang ada di Surabaya.
1. 3. Batasan dan Asumsi. 1. 3. 1. Batasan.
Dalam penyelenggaraan sebagai tempat Pusat Sinematografi di Surabaya
untuk menghindari pembahasan agar tidak melebar pada masalah - masalah yang
tidak seharusya dibahas, maka perlu adanya batasan-batasan yang melingkupi
1. Kepemilikan proyek Pusat Sinematografi di Surabaya ini bersifat resmi
milik swasta.
2. Pusat Sinematografi ini juga terbuka untuk umum, dapat diperuntukkan
bila ada observasi pengunjung dan pembukaan karya film perdana yang
akan ditampilkan langsung di ruang Mini Bioskop.
3. Batasan usia pengunjung dari usia anak sampai dewasa (semua umur).
4. Pusat Sinematografi di Surabaya di asumsikan dapat melayani dengan
jam kerja antara pukul 09.00 – 17.00 Wib, setiap hari Senin – Jumat dan
hari Sabtu digunakan untuk perawatan alat.
5. Bangunan tunggal. (sumber :analisa pribadi)
1. 3. 2. Asumsi.
Perancangan Pusat Sinematografi di Surabaya ini juga perlu adanya asumsi yang
dapat menunjang keberlangsungan perancangan tersebut, asumsi – asumsi perancangan
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Proyek Pusat Sinematografi di Surabaya ini direncanakan menampung
kebutuhan kegiatan atau aktivitas sampai dengan 10 tahun mendatang,
sehingga dapat diprediksikan adanya kenaikan jumlah pengunjung yang
ada di Surabaya.
2. Perencanaan dan perancangan Pusat Sinematografi di Surabaya ini
ditekankan pada segi Arsitektural baik interior maupun eksterior bangunan
tersebut dan juga disesuaikan dengan segala kebutuhan dan fungsi ruang.
3. Pada Pusat Sinematografi di Surabaya ini membutuhkan sarana
pembelajaran dan pengembangan Perfilman seperti terdapat mini bioskop
yang nantinya karya-karya film dapat ditonton langsung oleh masyarakat
umum, ruang studio pembuatan suara musik untuk film, studio pembuatan
editing film, studio pembuatan film Animasi dan berbagai sarana lainnya
1. 4. Tahapan Perancangan .
Dalam penulisan laporan tugas akhir diperlukan adanya kerangka tahapan
perancangan yang khususnya berguna dalam membantu mempermudah perencanaan
dan perancangan dalam penulisan laporan tugas akhir. Disamping itu juga dapat
mempermudah menyusun perencanaan dari kerangka pikiran konsep, tema, sampai
penyusunan analisa studi kasus. Dan di dalam merencanakan dan merancang Pusat
Sinematografi di Surabaya ini melalui beberapa tahapan. Tahapan ini yaitu sebagai
berikut :
Diagram 1. 1. Diagram Tahapan Perancangan
”Pusat Sinematografi di Surabaya”
( sumber : analisa pribadi, 2009) Interprestasi
Judul
- Studi Bandi
Kasus
- Wawancara
- Studi Literatur
• Tahap Pengumpulan Data.
Diawali dengan penentuan judul proyek Tugas Akhir melalui studi literatur
yang diperoleh dari buku - buku referensi yang dapat melengkapi kelengkapan
bahan data untuk tugas akhir, survey lapangan di beberapa tempat, Browsing
melalui internet, dapat juga dengan melakukan studi banding langsung ke
tempat studi dengan cara wawancara langsung untuk memperoleh data dengan
melakukan proses tanya - jawab dengan pihak - pihak yang berkepentingan
dengan perencanaan proyek yang kemudian dijadikan bahan data studi kasus
judul tugas akhir.
• Tahap Analisa.
Perumusan konsep-konsep rancangan dengan menganalisa ataupun mengolah
data dan penyelesaian masalah yang menjadi batasan dan asumsi segala
potensi yang dapat menunjang kelayakan bangunan yang akan dirancang.
• Tahap Konsep Desain Bangunan.
Merumuskan gagasan ide rancangan yang bersifat 2Dimensi ataupun
3Dimensi lalu menentukan dan merancang konsep desain bentuk bangunan
yang akan dirancang.
1. 5. Sistimatika Laporan .
Dalam penyusunan laporan diharapkan dapat memberikan gambaran secara
umum mengenai usulan laporan, mulai dari bagian umum hingga ke bagian khusus
dengan pengaturan sedemikian rupa sehingga mencerminkan suatu pola pikir
perencanaan yang sistematis. Sistematika penulisan yang dilakukan dalam
pemba-hasan laporan ini, meliputi :
- BAB I. PENDAHULUAN .
Pendahuluan, berisi tahapan-tahapan mulai dari latar belakang pemilihan judul,
tujuan perancangan, batasan dan asumsi rancangan dan tahap perancangan
rinci isinya. Dikarenakan kurangnya wadah penampungan apresiasi dan
pengembangan suatu karya-karya film dari komunitas sineas Indonesia yang
mampu meningkatkan mutu kualitas perfilman di Indonesia, khususnya di kota
Surabaya. Maka dari sinilah keinginan untuk memberikan wadah atau tempat
yang dapat menampung apresiasi dan kreatifitas karya film dari komunitas sineas
– sineas Indonesia, khususnya komunitas sineas dari Surabaya sendiri untuk
dapat menyalurkan kreativitas dan pengembangan potensi diri khususnya untuk
dapat mengembangkan dan mengapresiasikan karya filmnya tersebut. Lalu
batasan dan asumsi yang digunakan dalam perancangan nantinya, Juga tahapan
perancangan dari mulai proses interpretasi judul sampai pada proses aplikasi
pada rancangan gambar.
- BAB II. TINJAUAN UMUM.
Tinjauan Umum Perancangan, mulai dari tahap pengertian judul yang berisi
pengertian tentang Pusat Sinematografi di Surabaya itu sendiri yang kemudian
disimpulkan menjadi suatu pengertian baru dari rancangan. Tahap studi literatur
yang berisi tentang segala data dari bermacam-macam jenis literatur yang
digunakan sebagai data penunjang yang berkaitan dengan rancangan. Tahap
tinjauan obyek perancangan yang berisi dua obyek studi kasus sejenis secara
fungsi dan aktivitas yang digunakan sebagai acuan yang menbantu rancangan
nantinya, dari hasil analisa dan pembandingan yang dilakukan pada studi kasus.
Tahap kesimpulan studi, lingkup pelayanan yang menjelaskan pembatasan
pelayanan rancanangan, serta aktifitas kebutuhan ruang dan perhitungan
luasannya yang menguraikan secara rinci kebutuhan ruang yang diperlukan
untuk kemudian dihitung secara pasti luasan yang dibutuhkan.
- BAB III. TINJAUAN LOKASI.
Tinjauan Lokasi Perancangan, pemilihan site/lokasi perancangan berada di jalan
Joko Dolog, kelurahan Embong Kaliasin, kecamatan Genteng. Lahan memiliki
luas ± 2 Ha. Hal ini berdasarkan beberapa pertimbangan seperti curah hujan yang
dataran rendah dengan ketinggian tanah bervariasi ( ketinggian maksimum + 5
meter dan ketinggian minimum + 4,3 meter dari titik I Tanjung Perak yang
mempunyai ketinggian + 3, 6075 meter terhadap ARP ( Air Rendah Purnama ),
kondisi tanah stabil, dan yang paling terpenting lokasi site merupakan kawasan
yang terkenal sebagai landmark dan ikon dari kota Surabaya, juga merupakan
jantung atau pusat kehidupan yang ada di kota Surabaya sekaligus kawasan ini
juga merupakan distrik sentra bisnis dan hiburan di kota Surabaya. Aksesibilitas,
Selain itu arus pencapaian cukup mudah, dikarenakan adanya jalan yang lebar
dan jarang terjadi kemacetan yaitu dari Jl. Urip Sumoharjo sampai dengan Jl.
Basuki Rahmat. Untuk luasan lahannya mampu memenuhi persyaratan luasan
yang dibutuhkan proyek, sedangkan untuk jaringan listrik, dan tersedianya
sumber air bersih sangatlah memadai pada kawasan tersebut.
- BAB IV. ANALISA PERANCANGAN.
Analisa Perancangan, isinya sudah mengarah ke arah lebih lanjut yaitu mulai dari
analisa sampai dengan gambaran secara abstrak tentang konsep perancangan
yang akan dibuat. Seperti dari mulai analisa ruang berserta hubungannya, analisa
aksesibilitas, view, kebisingan, iklim, potensi daerah sekitar. Sampai dengan
diagram abstrak yang kurang lebih menggambarkan secara abstrak konsep
BAB II
TINJAUAN OBYEK PERANCANGAN
2. 1. Tinjauan Umum
2. 1. 1. Pengertian Judul Proyek Tugas Akhir
Judul : PUSAT SINEMATOGRAFI DI SURABAYA.
Adapun perlunya penganalisaan arti dan maksud maupun tujuan dari judul tugas akhir
ini maka dapat didefinisikan sebagai berikut :
• Pusat.
Merupakan arti kata dari segala aktifitas yang ada dan dilakukan di dalam suatu
wadah. Jadi wadah tersebut memiliki peran sebagai tempat segala aktifitas yang telah
ada dan dilakukan bersama-sama dan menjadi satu pada tempat tersebut. (Sumber
Yasyin, 1997, Surabaya). • Sinematografi.
Suatu ilmu yang mempelajari tentang bidang perfilman yang didalamnya
mencakup juga terdapat hal-hal yang ada kaitannya tentang perfilman (film, teater,
dan fotografi). (Sumber Yasyin, 1997, Surabaya).
• Di.
Suatu kata yang memiliki makna yang menerangkan tempat ataupun lokasi.
(Sumber Yasyin, 1997, Surabaya). • Surabaya.
Merupakan ibukota propinsi Jawa Timur dan sebagai kota kedua metropolitan
terbesar setelah Jakarta. (Sumber RTDRK Surabaya).
Jadi dari 4 kata di atas tersebut bila digabungkan menjadi sebuah kata Pusat Sinematografi Di Surabaya, yang artinya suatu wadah perfilman yang ada di Surabaya yang didalamnya mencakup berbagai aktifitas dan kegiatan perfilman yang
menjadi satu dalam wadah tersebut, mulai dari pengambilan tempat setting film
Sinematografi didasari oleh 2 hal yaitu Film dan Gambar Bergerak, pengertian
2 hal tersebut sebagai berikut :
1. Film.
“A Layer of molecules held together at the surface of liquid by cohesive
attraction”. (Sumber Edward 2004 ).
Secara hakiki film merupakan foto yang memperlihatkan dan memberikan
ilusi gerak sebagaimana waktu perekaman. Film dibuat untuk dilihat dan
didengar sehingga gambar film bukan gambar tentang sesuatu akan tetapi
sebuah gambar sesuatu.
2. Gambar bergerak (motion picture)
“An art that hears and sees the circumstances surrounding or underlying the
personal event”. (Sumber Edward 2004 ).
Kesimpulan dari 2 pengertian diatas adalah Seni perekaman gambar yang
bergerak tanpa suara yang direkam pada pita film atau video, piring video atau
media visual lain yang dikenal pada jaman sekarang.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, Pusat Senimatografi di Surabaya
adalah suatu wadah kegiatan yang berfungsi sebagai tempat proses pembuatan film
dan juga sekaligus sebagai tempat pengembangan ilmu tentang perfilman yang
diperuntukkan bagi sineas film serta wadah berkumpulnya komunitas
sineas-sineas Surabaya dan juga sebagai wadah pengapreasian karya-karya film yang telah
dibuat oleh sineas-sineas atau sineman film yang ada di Surabaya.
2. 1. 2. Studi Literatur
• Ukuran Kebutuhan Ruang Gerak Tubuh Manusia.
Ukuran yang dibutuhkan untuk ruang gerak badan baik posisi berdiri
maupun duduk, yang dapat menjadi pertimbangan dalam proses ruang gerak
tubuh manusia didalam ruang kerja pembuatan Film. Dapat terlihat pada gambar
Gambar 2. 1. Ukuran Kebutuhan Ruang Gerak Tubuh Manusia. sumber : Neufert Architect Data
• Standart Ruang Bioskop dan Penonton.
Data standart mengenai analisa ukuran maupun jenis peralatan/perabot
yang diperlukan atau ada dalam suatu fasilitas bioskop dan juga standart ruang
gerak tubuh manusia berdasarkan buku Neufert Architect Data.
Menurut peraturan tempat pertemuan semua tempat duduk harus dikenali
dari tempat duduk yang tidak terikat, tidak dapat diubah, tampat duduk lipat
dengan bagian atas tidak bergerak (tegak). Ukuran ruang penonton
menentukan luas area yang diperlukan, untuk penonton yang duduk diperlukan
0,5 m² /penonton angka ini diperoleh, lebih jelasnya dapat terlihat dari gambar 2. 3. berikut ini :
1) Luas tempat duduk dalam satu baris.
2) Panjang baris dalam taip koridor 16 tempat duduk, setiap koridor 25
tempat duduk jika disamping 3 atau 4 baris tersedia sebuah pintu
keluar dengan luas 1m. (sumber : Neufert Architect Data )
Gambar 2. 3. Luas Baris 16 dan 25. sumber : Neufert Architect Data
• Tinggi Tempat Duduk Penonton.
Teori membuktikan bahwa penonton yang duduk disamping harus melihat
ditempat duduk yang lebih tinggi. Untuk diruang penonton tinggi tempat
duduk terletak pada garis pandangan, kontruksi garis pandangan berlaku untuk
semua tempat duduk diruang penonton. (sumber : Neufert Architect Data ). Dapat
terlihat pada gambar 2. 5. berikut ini :
• Ruang Gambar Proyeksi
Keamanan film lebih perlu untuk ruang proyektor karena tanpa penyekat
kebakaran hal itu dapat membahayakan penonton. Peraga film melayani
banyak proyektor letak ruang proyektor dibelakang dan disisi. Tinggi ruang
proyektor 2.80 , ventilasi, dan peredam suara untuk ruang penonton. Ruang
proyeksi disesuaikan dengan banyaknya ruang penonton, lebar film 16 mm, 35
mm, dan 70 mm. Tengah sinar proyeksi harus tidak membias lebih dari 5˚
horisontal dan pembias. (sumber : Neufert Architect Data )
Gambar 2. 5. Tinggi Tempat Duduk Menanjak/Bertingkat. sumber : Neufert Architect Data
• Prosedur Pembuatan Film.
Perusahaan studio harus mempunyai peralatan lengkap, dan sudah ada
konsep/cerita yang akan di terjemahkan. Setelah perusahaan mendapatkan
prosedur atau sebaliknya, maka produser berhubungan dengan penulis cerita,
dan mengadakan perjanjian untuk mendapatkan bahan cerita. Kemudian
produser berhubungan dengan penulis skenario dan penulis skenario pun
mengadakan hubungan dengan penulis cerita, untuk bisa disesuaikan dengan
film.
Setelah skenario siap dan disetujui oleh produser, maka produser mencari
sutradara. Sutradara mempelajari untuk memulai cerita film dan mengadakan
hubungan dengan penulis skenario. Penulis skenario memperinci cerita film
Melakukan permohonan perijinan pada Direktorat Jenderal Film dan
Televisi Republik Indonesia. Sutradara membentuk team/staff crew untuk
memproduksi film, dengan mencari asisten sutradara, unit manager, dan
beberapa asisten yang masih diperlukan.
Setelah siap, diadakan rapat pleno antar produser, sutradara, asisiten, dan
staff yang lain guna membicarakan anggaran dan disetujui, termasuk
pemilihan pemain yang memgang peranan, pekerjaan siap dinilai. Dalam
pelaksanaan pembuatan film, produser tidak berhak ikut campur tangan dalam
semua proses, sutradaralah yang bertanggung jawab penuh sejak dimulai
sampai akhir untuk dicetak.
• Processing dalam Studio
- Film negatif hasil pemotretan (opname) masuk ruang pencucian untuk
diproses (dicuci), baik hitam putih maupun berwarna, berupa rush copy
yang harus di-edit.
- Kemudian melakukan editing, potong sambung sesuai jalan cerita film
agar selaras dan harmonis.
- Dicetak kembali dengan film positif sebagai working copy.
- Pengisi suara, dubbing (dialog/komentar) di-edit kembali untuk diperhalus.
- Mixing/recording pemberian efek suara, ilustrasi musik.
- Dicetak sesuai keperluan, merupakan release copy.
• Tenaga Ahli Yang Diperlukan Dalam Suatu Tim Pembuatan Film
- Produser : Sebagai pemilik modal, diwakili oleh pelaksana produksi
- Sutradara : Penanggung jawab penuh pelaksanaan penuh pada saat
shooting.
- Camera man : Perekam gambar dengan kamera video.
- Script writer : Sebagai sumber cerita/konsep.
- Script editor : Menterjemahkan cerita dalam bahasa film/skenario
- Script boy/girl : Mencatat kegiatan/proses shooting.
- Lighting man : Bertugas mempersiapkan tata lampu/cahaya.
- Editor : Bertugas menyuting hasil shooting.
- Sound man : Penata suara dan mempersiapkan tata suara.
- Art director : Penata artistik dan mempersiapkan tata letak peralatan dan
bot, kostum, warna, dan semua unsur visual yang medukung.
- Special effect : Ahli membuat efek-efek khusus.
- Make up : Menata penampilan pemain.
- Property man : Mempersiapkan peralatan yang diperlukan dalam semasa
shooting.
- Unit manager : Mengatur segala kebutuhan, finansial, peralatan dan
fasilitas.
- Publik dan fotografi : Mengatur marketing dan promosi, pembuatan iklan
dan dokumentasi.
- Titling man : Pembuat judul film
- Penerjemah.
• Persyaratan Ruang
Di dalam program ruang ini terdapat ruang-ruang dengan persyaratan
khusus, misalnya : persyaratan akustik, kedap suara, dan lain-lain. Selain itu
terdapat kebutuhan akan studio alam (praktek studio di luar ruangan). Lokasi
tapak diharapkan jauh dari site kebisingan yang disebabkan aktifitas kendaraan
dan lokasi site diharapkan memilki latar belakang pemandangan yang
memungkinkan untuk dijadikan sebagai studio alam.
a. Ruang Gelap
- Kedap cahaya, karena bahan film yang peka terhadap cahaya
- Dimungkinkan adanya ventilasi
- Pembuangan udara keluar harus berada dibawah, untuk mencegah uap bahan
kimia naik dan terhirup
- Temperatur harus 21-24 º c
- Kelembaban 45-50%
- Bebas debu dan ada instalasi air
b. Gudang Bahan Kimia dan Gudang Penyimpanan Kamera dan Lensa
- Bebas Debu
c. Ruang Processing
- Bebas Debu
- Temperatur 25 ºC
d. Ruang Praktek Editing
- Bebas Debu
- Temperatur 25 ºC
e. Ruang Suara (Sound Room)
- Kedap suara
- Temperatur 25 ºC
f. Ruang Efek Khusus (Ruang Optik)
- Temperatur 22 ºC
- Kelembaban 45%
- Ada humidifier
g. Ruang Analisa Warna Film
- Temperatur 20 ºC
- Kelembaban 50%
- Ada humidifier
h. Ruang Foto Transfer
- Temperatur 20-25 ºC
- Ruang harus gelap saat mengisi bahan baku
i. Studio Sinema
- Temperatur 20-25 ºC
- Peryaratan akustik ruang
• Pencahayaan
Pencahayaan yang digunakan dalam bangunan harus mempunyai 2 fungsi,
sebagai berikut :
1. Sebagai alat penerangan pada ruang-ruang dalam/interior.
2. Sebagai penerangan pada hal-hal khusus, misalnya untuk membaca.
Dan di Pusat Sinematografi ini tentunya membutuhkan 2 fungsi penerangan
tersebut. Menurut Ernst Nuefert untuk pengisian cahaya harus diperhatikan
akan menganggu kegiatan di dalam ruangan. Penyilauan akan ditimbulkan melalui
refleksi bagiana atas secara langsung maupun tidak langsung.
2. 1. 3. Studi Kasus.
2. 1. 3. 1. Gedung Pusat Perfilman H. Usmar Ismail.
Nama : Gedung Pusat Perfilman H. Usmar Ismail (PPHUI).
Lokasi : Jl. HR. Rasuna Said Kav. C.22, Kuningan, Jakarta 12940
Gedung PPHUI merupakan gedung pusat perfilman dan juga merupakan
gedung persewaan perkantoran. Bangunan ini di dedikasikan oleh Gubernur
Jakarta, tahun 1997 pada area lahan seluas 3.800m2 lalu sekarang bertambah luas
menjadi 6.388m2. Gedung ini memilki perpustakaan perfilman dengan koleksi
5.000 buku film dan 6.500 skenario termasuk script. Gedung PPHUI ini
tempatnya di sebelah kanan Gedung Triangle, Jakarta yang merupakan Pusat
Kebudayaan Jakarta. Gedung ini terletak pada area yang strategis dan
menguntungkan juga dalam berbisnis karenanya pada jalan Rasuna Said ini juga
terdapat 5 hotel yang terkenal, yaitu The Fourth Season, The Gran Melia, The Ritz
Carlton, Manhattan, dan J.W.Marriot.
• Luas Bangunan dan Fasilitas yang ada.
Pusat Perfilman Usmar Ismail tersebut dibangun diatas tanah seluas 1,8 Ha
di kawasan Kuningan Jakarta Selatan. Luas bangunan seluruhnya meliputi 11.550
M2 yang terdiri dari :
a. Bangunan induk (perkantoran) seluas 1.620 M2 terdiri dari 3 lantai :
- Lantai I disewakan untuk kantor-kantor perusahaan perfilman.
- Lantai II untuk kantor-kantor organisasi perfilman.
- Lantai III untuk Kantor Pusat Perfilman dan Sinematek.
b. Ruang Preview, lobby, ruang proyektor, cafetaria dan ruang sidang
sebanyak 3 buah keseluruhannya seluas 1.250 M2. Ruang preview
berkapasitas 200 orang dan dapat berfungsi sebagai ruang sidang dan
pertemuan.
c. Gedung Bioskop seluas 3400 M2 dengan kapasitas 800 orang yang terdiri
dari ruang mekanik, ruang menyimpan film, lobby dan gudang.
Untuk lebih jelasnya Lay Out Plan Teater dan Bioskop Pusat Perfilman Usmar
Ismail dapat dilihat pada gambar 2. 8. berikut ini.
Gambar 2. 7. Lay Out Plan dan Potongan Elevasi Teater dan Bioskop Pusat Perfilman Usmar Ismail
Kompleks Pusat Perfilman terdiri dari 3 buah gedung yaitu :
- Gedung Bioskop yang terletak pada bagian depan komplek menghadap
jalan Rasuna Said
- Ruang Preview Room terletak dibagian belakang komplek
- Dan gedung Pusat Perfilman yang terdiri dari kantor organisasi dan
perusahaan perfilman, kantor Pusat Perfilman, dan Sinematek.
Gambar 2. 8. Interior Bioskop dan Gambar 2. 9. Ruang Penyimpanan Video sumber: wordpress_pphui.co.id
• Gubahan Bentuk Bangunan dan Tampilan Bangunan.
Bentuk geometri dasar dari bangunan berbentuk persegi yang memanjang
dan pada atas bangunan terdapat 2 bentuk bangunan yang menonjol yang
berbentuk kubah. Bentukan ini dibuat dengan maksud karena ruang yang ada di
dalamnya merupakan ruang akustik, ruang tersebut adalah teater dan bioskop yang
kapasitas orangnya cukup besar dapat menampung sekitar 800 oarang dalam
ruangan itu.
Gaya bangunan tersebut seperti juga bangunan-bangunan perkantoran
yang dibangun pada tahun 70-an bergaya International Style, bercat putih dengan
dominasi garis-garis horizontal. Bangunan ini baik exterior maupun interiornya
tidak mencerminkan bangunan kesenian yang umumnya representatif.
Gambar 2. 10. Penyelesaian Eksterior Bangunan dan Gambar 2. 11. Penyelesaian Interior Lobby Bioskop
• Struktur organisasi
Struktur Organisasi juga berperan penting dalam suatu perancangan, karena
dengan struktur organisasi dapat terlihat hubungan antar pengelola maupun
tingkatan suatu pengelola dalam suatu perancangan bangunan. Sehinnga pada
tahap perancangan aktifitas ruang dalam perancangan btersebut dapat terlihat dan
tertata dengan jelas hubungan antar aktifitas pengelola dalam suatu organisasi.
Dapat dilihat pada diagram 2. 1. berikut ini
Diagram 2. 1. Struktur Organisasi Pusat Perfilman Usmar Ismail
Kepala Pengelola
Kepala Hubungan
Kepala Studi Produksi
Kepala Studio Pasca Produksi
Kepala Administrasi Studio
Kepala Kajian Media
Pelaksana Studio
• Penyelesaian interior
Gambar 2. 12. Interior Ruangan Lobby Teater dan Interior Teater
sumber: wordpress_pphui.co.id
Dapat terlihat pada gambar yang diambil dari interior Ruangan Lobby
Teater dan Interior Teater pada Pusat Perfilman Usmar Ismail di Jakarta (gambar
dari wordpress_pphui.co.id), penyelesaian pada ruang interior ruangan lobby
Teater mengggunakan aplikasi warna natural dan polos yaitu warna krem/putih
yang dipadu dengan warna coklat kayu pada lantai parquette, menjadikan kesan
ruangan yang elegan dan formal. Skala ruangan yang besar memberikan kesan
ruangan yang luas dan besar. Ditambah dengan pencahayaan buatan berupa
spotlight yang tersebar merata di seluruh ruangan menambah kelenggangan
ruangan yang nyaman. Dan juga pada interior teater dan bioskop terebut dapat
terlihat kesan elegan dan adanya sedikit sentuhan pop art pada permainan plafon
dan dipadu dengan warna merah pada seating penonton yang menjadikan nuansa
ruangan bioskop dan teater terlihat nyaman dan elegan. Dan tidak lupa dengan
akustik ruang yang pada dinding-dindingnya dilapisi oleh karpet dan hardboard
yang dikemas dengan tema elegan dan dipadukan dengan warna ruangan tersebut.
2. 1. 3. Studi Kasus.
2. 1. 3. 2. Fakultas Film dan Televisi – IKJ (Institut Kesenian Jakarta).
Nama : Fakultas Film dan Televisi – IKJ (Insititut Kesenian Jakarta).
Lokasi : Jl. Cikini Raya (komplek Ismail Marzuki) no.72, Jakarta 10330.
Fakultas Film dan Televisi-IKJ adalah sekolah yang bergelut dalam bidang
Audio Visual selama 30 tahun telah mencetak lebih dari 300 alumni yang
diluluskan. Mungkin bukan hanya mencetak lulusan yang banyak tapi mereka
telah memberi warna tersendiri bagi industri perfilman dan pertelevisian di Tanah
Air. Serta pencapaian prestasi, baik di tingkat nasional maupun internasional yang
membanggakan.
Agar menjadi lembaga pendidikan audio visual yang selalu mengikuti
perkembangan zaman, FFTV-IKJ dari waktu ke waktu memperbarui dirinya.
Secara internal, pembaharuan itu mencakup kurikulum sistem pengajaran yang
efektif. Sedangkan secara eksternal FFTV-IKJ selalu membina ”link” atau
hubungan dengan dunia industri perfilman/pertelevisian maupun
lembaga-lembaga pendidikan didalam dan di luar negeri.
Adapun kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan dan industri
terkait antara lain berjalan dengan :
- CILECT (Persatuan Sekolah Film dan Televisi Dunia).
- FEMMIS (Sekolah Film di Perancis).
- AUSTALIAN FILM (Australia).
- Nederlands Film en Television and Radio School (Belanda).
- ECCO Films (Belanda).
- FINED (Forum Indonesia - Nederland).
- Pusat-pusat Kebudayaan Asing di Indonesia.
(Goethe Insitut, British Council, Japan Foundation, Eramus Havis, Center
Culture Francis).
- Direktorat Jenderal Kebudayaan – Departemen Pendidikan Nasional.
- Dinas Kebudayaan DKI Jakarta.
- Yayasan Mitra Budaya dan Cemara 6.
- JIFFEST (Jakarta Internasional Film dan Festival).
- Dewan Kesenian Jakarta.
- Sinematek Indonesia (SI).
- Pusat Perfilman Indonesia.
• Fasilitas yang Ada.
1. Ruang Kuliah :
a. Ruang Kuliah(Tata Visual).
- Alat : TV monitor 25 inci, VHS player, video proyektor,
proyektor film.
b. Ruang pemutaran film.
- Alat : TV monitor 29 inci, VHS Player, LD/VCD player, DVD
player dan sound sistem.
c. Ruang Multiguna
- Alat : Video proyektor, proyektor film 35 mm, proyektor film 16
mm, TV monitor 52 inci, VHS Player, LD/VCD Player, DVD
player.
2. Ruang Praktika
a. Studio Mini
b. Kontrol Studi TV
c. Studio Suara I
d. Studio Suara II
e. Studio Fotografi
f. Ruang Editing Film
g. Editing Video Linier
h. Editing Video non Linier
i. Kamar Gelap
j. Ruang Audio non Visual
k. Grafik dan Animasi
m. Lab.Foto h/p dan Warna
n. Ruang Studio Foto dan Sinema
3. Ruang-Ruang Lain
a. Ruang pimpinan dan administrasi
b. Ruang peralatan
c. Ruang perpustakaan
d. Ruang dewan mahasiswa fakultas
e. Ruang TV-IKJ.
• Jenis Keseluruhan Ruang .
1. Ruang kuliah dengan kapasitas 60 mahasiswa.
2. Gedung Soemarjono, terdapat 4 ruang kuliah @70 mahasiswa.
3. Ruang multiguna.
4. Ruang dekan.
10. Sekretaris Jurusan Film.
11. Ketua Jurusan Fotografi.
12. Sekretaris Jurusan Fotografi.
13. Ketua Jurusan Televisi.
14. Sekretaris Jurusan Televisi.
15. Ketua Jurusan Kajian Media.
16. Kepala Pusat Pengembangan Proses Audio Visual.
17. Kepala Hubungan Masyarakat.
18. Kepala Studio Produksi.
19. Kepala Studio Pasca Produksi.
21. Pelaksana Teknik Mekanik.
22. Pelaksana Teknik Fotografi.
23. Pelaksana Teknik Elektronik.
24. Pelaksana Teknik Komputer.
25. Pelaksana Studio Mini/Pengemudi.
• Struktur Organisasi.
Diagram 2. 2. Struktur Organisasi Fakultas Film dan Televisi-IKJ
sumber:wordpress_fftv.net.id
Kajur dan Sekjur Film-Televisi-Fotografi
Akademik Pelaksana
2. 1. 3. Studi Kasus.
2. 1. 3. 3. Tunjungan Cineplex 21, Surabaya
• Alamat: Jl. Basuki Rachmat 8-21, Plasa Tunjungan III Lt. 5 Surabaya
• Berdiri tanggal 16 Oktober 1996
• Waktu Operasional:
o Minggu – Jumat :12.00 - 20.30
o Sabtu :12.00-23.00
• Security dari jam 21.00- 12.00
Gambar 2.14. Lobi Tunjungan 21 Gambar 2.15. Movie Selection
• Loket menggunakan computer (otomatis).
• Ruang-ruang yang tersedia:
4 bh gedung theater
Loket 2 lajur
Kantin
Ruang Proyektor
Gambar 2.17. Ruang Proyektor Tunjungan Cineplex 21
Ruang Teknisi
Kantor Pengurus
Toilet Wanita dan Pria
• Kapasitas Tempat Duduk:
Tunjungan 1 : 248 tempat duduk
Tunjungan 2 : 224 tempat duduk
Tunjungan 3 : 184 tempat duduk
Tunjungan 4 : 248 tempat duduk
Gambar 2.18. Tempat Duduk Tunjungan Cineplex 21
• Ukuran pita film yang digunakan 35 mm. setiap filmnya menggunakan
kurang lebih 6 roll yang digulung menjadi 1 roll besar kemudian
ditayangkan oleh proyektor. Proses penggulungan 6 roll menjadi 1 roll
besar memerlukan waktukurang lebih ½ Jam.
• Tunjungan 21 dalam memutar film tidak bergantian dengan Cineplex yang lain sehingga tidak pernah lerjadi di tengah-tengah film karena pita film
terlambat dikirim dari Cineplex yang lain.
• Ukuran layar 6 m X 12m
• Jarak layar dengan kursi barisan pertama 5 m
• Lapisan plafon : Karpet
• Lapisan dinding: • Triplek
• Menggunakan Sprinkler pada setiap ruang untuk mengatasi kebakaran
• AC menggunakan AC Central milik Tunjungan Plasa
• Pencahayaan tiap studio menggunakan lampu 60 watt dengan Dimmer.
• Tata suara:
• Tunjungan 1 : SDDS (Sony Dinamie Digital Sound) - K channel
• Tunjungan 2 : Dolby Digital - 6 channel
• Tunjungan 3 : Dolby Digital - 6 channel
• Tunjungan 4 : DTS (Digital Theater System) - 6 channel
• Cross Offer Aktif:
¾ Proyektor jenis Victoria 5 Cineme C Canica Milano Italy
¾ SDDS (Sony Dinamic Digital Sound) DFP - D 2000 No. 12766
¾ CP 500 Digital Cinema Processor No. 250
¾ THX Monitor Model D. 1138 Serial No. C 0514
¾ Digital Sound Head 700 No. 503913
¾ Digital Film Sound Reader DFP - R 2000 No, 12627
¾ Amplifier:
Crown Marco-Tech 1200 No. A 303749
Crown Marco-Tech 1200 No. A 3 04097
Crown Marco - Tech 1200 No. A 304085
Crown Marco-Tech 1200 No. A 304101
2. 1. 4. Kesimpulan Studi Kasus.
Studi tersebut pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan dunia
perfilman di Indonesia baik dalam segi kualitas seni dalam perfilman maupun
dalam segi kuantitas dalam bisnis perfilman dengan cara mendidik dan
mengembangkan talenta para sineas-sineas Indonesia dalam membuat karya-karya
filmnya.
Dan juga diperuntukkan kepada kalangan masyarakat umum sehingga
dapat memilki timbal-balik juga dari pengetahuan yang dikembangkan dari
yayasan tersebut sehingga masyarakat memilki pengetahuan lebih tentang
apresiasi dari karya-karya film yang dibuat para sineas-sineas Indonesia.
2. 2. Tinjauan Khusus Perancangan. 2. 2. 1. Lingkup Pelayanan.
Pusat Sinematografi di Surabaya ini merupakan suatu wadah
pengembangan dan pembelajaran dalam perfilman bagi sines-sineas Indonesia
khususnya di Surabaya dan juga dapat ditujukan kepada masyarakat Surabaya
agar dapat memberikan aspirasinya terhadap sebuah karya film. Secara umum
lingkup pelayanannya ini bersifat domestik dengan titik pelayanan pada wilayah
Surabaya khususnya dan Jawa Timur pada umumnya. Lingkup pelayanannya
dapat ditujukan kepada masyarakat tetapi bukan untuk tidak selalu terbuka pada
semua masyarakat umum dalam skala besar, tetapi terbuka untuk kalangan sineas
di Surabaya maupun dari wilayah lain.
Lingkup pelayanan dapat dibagi menjadi 3 lingkup pelayanan, yaitu :
- Lingkup pelayanan regional, diharapkan sasarannya dapat dicakup oleh
masyarakat kota Surabaya dan sekitarnya, dan juga sebagai sarana tempat
sosial budaya.
- Lingkup pelayanan nasional, diharapkan sebagai salah satu pilihan tempat
diskusi masalah perfilman para komunitas sineas Indonesia.
- Lingkup pelayanan internasional, diharapkan sebagai salah satu pilihan tempat
indie dari karya sineas Surabaya dan sebagai wadah diskusi para komunitas
sineas Indonesia.
2. 2. 2. Pelaku Aktifitas
a. Sineas
b. Tenaga Pengelola Ruang Fasilitas
- Kepala Pengelola (Pimpinan dan Administrasi)
- Kepala Pusat Pengembangan Tata Audio Visual
- Kepala Hubungan Masyarakat
- Kepala Studi Produksi
- Kepala Studi Pasca Produksi
- Pelaksana Administrasi Studio
- Pelaksana Teknik Mekanik
- Pelaksana Teknik Fotografi
- Pelaksana Teknik Elektronik
- Pelaksana Teknik Komputer
c. Pengunjung
- Masyarakat umum
- Para sineas-sineas yang ada di Surabaya ataupun sineas-sineas lainnya
yang ada di Indonesia.
2. 2. 3. Perhitungan Luas Ruang.
Dalam sebuah perencanaan Pusat Sinematografi dibutuhkan jenis ruang,
luas ruang dan kapasitas orang yang beraktifitas di dalam ruang tersebut, agar
besaran ruang-ruang aktifitas yang ada di dalam Pusat Sinematografi tersebut
dapat mencukupi kapasitas orang yang beraktifitas di dalamnya sehingga dapat
menghindari adanya ketidak-leluasaaan orang bergerak dan juga dapat menjadikan
ruang tersebut sebuah ruang yang nyaman, dalam hal nyaman untuk melakukan
berbagai aktifitas di dalamnya. Seperti halnya telah tertera dan dapat dilihat pada
Fasilitas Pendidikan
RUANG KAPASITAS
(orang) PENDEKATAN
LUAS (m2)
Workshop
R. Kelas
Terbagi dalam 3 kelas
10 orang.
1 Tentor untuk 1 Kelas Pendekatan:
- NAD: 6,7 m2/orang
6,7 m2 x 3 orang 20
Perpustakaan
R. Baca
75 orang pengunjung Pendekatan:
- NAD: 6,7 m2/orang
6,7 m2 x 75 orang 502
R.
Administrasi
3 Librarian Pendekatan:
- NAD: 6,7 m2/orang
6,7 m2 x 3 orang 20
758
Fasilitas Perawatan Koleksi
RUANG KAPASITAS
(orang) STANDART
LUAS
Lab. Proses Pendekatan:
- STK: 120 m² 120
R. Restorasi 25% Lab proses
120 x 25% 30
R. Fumugasi 25% Lab proses
R. Regristrasi Pendekatan:
- STK: 40 m² 40
R. Karantina Pendekatan:
- STK: 80 m² 80
R. Persiapan Pendekatan:
- STK: 30 m² 150
R. Cuci Pendekatan:
- STK: 30 m² 30
500
Fasilitas Bioskop Regular
RUANG KAPASITAS SUMBER STANDART PERHITUNGAN LUAS
Fasilitas Penunjang Æ Ruang Publik
RUANG KAPASITAS SUMBER STANDART PERHITUNGAN LUAS
Entrance Hall 1254 orang
dari jumlah
keseluruhan
tempat duduk
bioskop
NAD 60% x total penonton
ruang berdiri :
25%:75% dimana =
RUANG KAPASITAS SUMBER STANDART PERHITUNGAN LUAS
Ruang Makan 42 meja ( 4
35% Luas R.Makan
Ruang Pengelola
RUANG KAPASITAS SUMBER STANDART PERHITUNGAN LUAS
Ruang
RUANG KAPASITAS SUMBER STANDART PERHITUNGAN LUAS
Pengunjung NAD Kapasitas 1055
orang
-Asumsi 20%
dengan mobil = 247
MEE
RUANG KAPASITAS SUMBER STANDART PERHITUNGAN LUAS
Ruang
Fasilitas Tambahan Æ Galeri Perfilman
RUANG KAPASITAS SUMBER STANDART PERHITUNGAN LUAS
Ruang Pamer 20 display AS 20 x 6m 120 m²
Luas Bangunan Keseluruhan adalah :
FASILITAS UTAMA 1730 m2
FASILITAS PENUNJANG 2165 m2
FASILITAS SERVICE 1280 m2
FASILITAS OUTDOOR AREA 1520 m2
FASILITAS LUAS BANGUNAN 12165,96 m2
Ditambah 30% Sirkulasi 3649,78 m2
TOTAL 15185,74 m2
Luas total beserta fasilitas parkir = 15815,74 m2 + 1520 m2
= 17335,74 m2 (1,7 ha)
Luas lahan yang dibutuhkan sekitar 2 hektar
Keterangan :
AD : Arsitek Data ”Ernst Nuefert”.
NAD : Neufert Architect’s Data
- TSS : Time Saver Standard For Building Types
2. 2. 4. Program Ruang. 1. Ruang Praktika :
- Ruang Kelas Film.
- Ruang Kelas Audio Visual
- Ruang Multiguna.
- Studio Musik
- Studio Dubbing Suara
- Ruang Editing Film dan Audio Visual
- R. Studio Grafis dan Desain Animasi
- Lab. Foto Film h/p dan Warna
- Ruang Fitting Room
- Ruang Studio Spesial Efek Khusus
2. Fasilitas Penunjang
- Lobby
- Ruang Pimpinan dan Karyawan Pengelola
- Musholla
- Ruang Perpustakaan, Galeri, dan Coffee Shop
- Bioskop
3. Fasilitas Servis
- Dapur dan Pantry
- Gudang Peralatan
- Ruang Ganti Karyawan
- Ruang Genset, Ruang ME, Ruang Panel, Ruang AHU.
- Toilet
- Tangga Darurat / Kebakaran
4. Fasilitas Outdoor Area
- Taman Baca
BAB III
TINJAUAN LOKASI PERANCANGAN
3. 1. Latar Belakang Pemilihan Lokasi
Kota Surabaya sebagai pemilihan lokasi Pusat Sinematografi di Surabaya ini,
karena Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia. Dikategorikan pula
sebagai kota metropolis, karena tingkat pertumbuhan penduduknya yang juga cukup
padat setelah Jakarta.
Kota di Surabaya dibagi menjadi lima kawasan yaitu Surabaya Pusat, Surabaya
Utara, Surabaya Timur, Surabaya Selatan, Surabaya Barat. Struktur tata ruang kota
Surabaya yang cenderung dilayani satu pusat utama yaitu kawasan pusat kota
memberikan dampak terhadap jalur transportasi dengan terjadinya kelambatan waktu
pergerakan ke kawasan pusat kota. Dampak yang lain adalah terhadap perkembangan
fisik kota, yang disebabkan kelengkapan fasilitas yang cenderung memusat.
Menyadari pertumbuhan struktur tata ruang kota Surabaya tersebut, maka perlu
pengendalian pembangunan fisik di kawasan pusat kota agar pola penyebaran
pembangunan di kota Surabaya dapat dilakukan secara merata dan juga dapat
mengurangi beban pelayanan fasilitas yang melonjak secara drastis karena adanya
pertumbuhan pembangunan yang meningkat serta dapat mengurangi adanya
kepadatan bangunan di pusat kota.
Untuk pemerataan pembangunan maka perencanaan Pusat Sinematografi di
Surabaya ini terletak di Surabaya Pusat, karena memiliki beberapa pertimbangan
sebagai berikut :
- Kawasan ini terkenal sebagai landmark dan ikon dari kota Surabaya.
- Kawasan ini memiliki potensi besar dalam berkembang.
- Kawasan ini merupakan jantung atau pusat kehidupan yang ada di kota Surabaya.
3. 2. Penetapan Lokasi
Sebagai dasar alternatif pemilihan lokasi site Pusat Sinematografi di Surabaya
yaitu dengan memperhatikan beberapa kriteria untuk mempermudah dalam pemilihan
lokasi site yaitu sebagai berikut :
- Aspek Pencapaian.
Mudah dicapai baik dari dalam kota maupun luar kota hal ini memberi nilai lebih,
karena tempat dapat mudah dijangkau.
- Aspek Tata Kota.
Dalam aspek tata kota daerah Basuki Rahmat merupakan daerah Unit Distrik Jasa
dan Hiburan maka dari itu dalam perencanaan Pusat Perfilman tersebut membutuhkan
lokasi atau lahan sebagai proyek perancangan yang pada dasarnya merupakan lahan
yang diperuntukkan untuk perdagangan, mengingat proyek yang dipilih merupakan
fasilitas untuk perfilman. Lokasi terletak pada area perdagangan atau bisnis atau dapat
disebut juga sebagai Distrik Jasa dan Hiburan, dengan alasan sebagai berikut :
1. Penggunaan daya listrik yang besar.
2. Frekuensi penggunaan akses melalui jaringan telepon maupun internet relatif
tinggi.
- Aspek Penyediaan Tanah.
Dibutuhkan lahan yang cukup luas untuk menampung segala fasilitas yang
dibutuhkan di dalam komplek perfilman sehingga segala aktifitas di dalam perfilman
tersebut dapat berjalan dengan baik. Lokasi terbebas dari getaran dalam volume yang
relatif tinggi ( misalnya getaran dari sebuah pabrik ), ini dikarenakan dalam pada
perencanaan pusat perfilman dalam aktifitas ruang-ruang perencanaan pusat
perfilman yang berupa Studio dan didalamnya terdapat perangkat komputer dan
kamera yang tidak tahan terhadap getaran atau goncangan.
- Aspek Aktifitas Penunjang.
Adanya komplek lembaga pendidikan Broadcast Design Unair, tempat
perhotelan, restoran siap saji, pusat perbelanjaan, dan tempat rekreasi yang dapat
mendukung aktifitas .
- Aspek Sarana Prasarana.
Tersedianya sarana dan prasarana infrastuktur kota seperti telah tersedianya air
bersih, listrik, telepon, dan beberapa akses kendaraan yang dapat memudahkan
pencapaian para pengunjung dalam mencapai site seperti angkot taksi dan lain – lain,
yang dapat mendukung pelaksanaan operasional.
Berdasarkan kriteria di atas, maka pemilihan lokasi perencanaan Pusat
Sinematografi ini berada di Jl. Joko Dolog Surabaya. Penetapan Lokasi yang berada
pada kawasan Surabaya Pusat ini juga didasari pertimbangan potensi bangunan di
sekitar site yang berupa fasilitas umum, perdagangan, serta merupakan kawasan
golongan menengah atas yang sekiranya dapat menjadi daya dukung perencanaan
Pusat Sinematografi di Surabaya.
Beberapa lokasi di Surabaya Pusat yang dapat menjadi pertimbangan berdasarkan
kriteria pemilihan lokasi untuk Pusat Sinematogarafi ini adalah sebagai berikut :
1. Jl. Joko Dolog.
Site yang diambil merupakan lahan kosong yang berada di daerah Basuki Rahmat,
yang kemudian dipotong setengah dari lahan tersebut. Yang kemudian bersebelahan
dengan The House, Taman Apsari, dan Arca dan Taman Joko Dolog.
2. Jl. Njagir.
Site tersebut ada di jalan Kali Njagir dan pada jalan Njagir ini merupakan lahan
kosong, lahan ini berada di sebelah kantor Pajak dekat dengan rel kereta api
Wonokromo.
3. Jl. Mayjend Sungkono.
Site pada jalan Mayjend Sungkono ini merupakan lahan kosong. Site ini berada di
sebelah restoran cepat saji McDonald yang ada di daerah Mayjend Sungkono tersebut
Dari ketiga lokasi yang diusulkan, akan diambil perbandingan mengenai letak
lokasi, aksesbilitas, daerah peruntukan, jaringan infrastruktur, dan arus lalu lintas,
sebagaimana berikut :
Tabel 3.1. Perbandingan Lokasi
No Kriteria
Dalam Persyaratan
1 Letak Lokasi 2 2 2
1. Dekat dengan jalan raya, kurang strategis. 2. Dekat dengan jalan raya,
strategis.
2 Aksesbilitas 3 3 2
1. Kurang Baik, pencapaian ke lokasi site sulit karena arus lalulintas yang padat. 2. Sedang, cukup mudah. 3. Baik, pencapaian ke lokasi
site mudah.
1. Kurang Lengkap 2. Lengkap
5 Arus Lalu
Lintas 2 1 2
1. Sering terjadi kemacetan. 2. Jarang terjadi kemacetan.
TOTAL 11 10 10
Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan 2009
Berdasarkan hasil perbandingan lokasi tersebut di atas, maka lokasi yang
ditetapkan yaitu berada di kawasan Surabaya Pusat yaitu Jl. Joko Dolog, hal ini
dikarenakan nilai perbandingan lokasi tersebut memiliki nilai yang terbesar (11).
Penetapan lokasi ini juga didasari pertimbangan potensi bangunan di sekitar site
yang berupa fasilitas umum, jasa dan perdagangan, serta merupakan kawasan
golongan menengah atas yang sekiranya dapat menjadi daya dukung perencanaan