Dalam usaha perhotelan, kenyamanan dan kepuasan tamu menjadi hal yang sangat penting untuk dipenuhi. Sistem Tata Udara dirancang untuk memenuhi fungsi menjaga kenyamanan termal, kebersihan dan kesegaran udara di dalam gedung. Kenyamanan termal (thermal comfort) dicapai pada kondisi suhu rata-rata antara 24-27oC, dengan kelembaban antara
55%-65% untuk daerah tropis8. Selain menyediakan
suhu yang nyaman, ketersediaan udara segar juga perlu dijaga untuk kesehatan, serta dapat membantu mengatasi bau tak sedap.
Konigurasi, kapasitas, dan jenis Sistem Tata Udara pada gedung hotel sangat tergantung kepada luas gedung hotel tersebut. Untuk hotel yang besar dengan jumlah kamar yang banyak dan dengan gedung bertingkat maka diperlukan Sistem Tata Udara sentral. Sedangkan untuk hotel yang kecil umumnya hanya menggunakan beberapa unit AC kecil saja. Namun demikian, dalam beberapa kasus bisa saja gedung hotel yang besar menggunakan Sistem Tata Udara sentral dengan didukung oleh unit AC kecil.
Kaitan Sistem Tata Udara Dengan Pemakaian Energi
Sistem Tata Udara sentral dan Unit AC kecil yang banyak dipakai di Indonesia pada umumnya adalah bertipe Siklus Kompresi Uap (Vapor Compression Cycle). Siklus Kompresi Uap memerlukan kompressor
Sistem Tata Udara dalam bangunan mengkonsumsi energi sebesar 65% dari total penggunaan energi dalam bangunan hotel.
yang digerakkan oleh motor listrik. Mesin pendingin pada tipe ini umumnya menggunakan refrijeran/luida kerja sintetis yang biasa disebut ‘freon’. Beberapa mesin menggunakan refrijeran R134a, R123a, R22, atau campurannya.
Energi yang digunakan untuk mendinginkan suhu udara tersebut dapat terbuang melalui sistem ventilasi yang kurang baik, atau melalui jendela atau sekat yang tebuka. Jika hal ini tersjadi, diperlukan udara tambahan untuk dimasukkan ke dalam gedung dan didinginkan untuk menyediakan udara yang nyaman. Ini disebut pemborosan energi. Untuk itu, mengurangi terbuangnya udara keluar dapat mengurangi penggunaan konsumsi energi pada sistem tata udara.
Sistem tata udara terdiri dari beberapa komponen inti yang terkait satu sama lain, yaitu mesin pendingin (chiller), unit pengolah udara atau Air Handling Units (AHUs), unit koil kipas atau Fan Co il Units (FCUs), Pompa Air Dingin atau Chilled Water Pumps, Pompa Air Pendingin atau Condenser Water Pumps, dan Menara Pendingin atau Cooling Towers.
Berdasarkan jenis media pendinginnya, Sistem Tata Udara sentral digolongkan menjadi dua jenis yaitu Sistem Tata Udara sentral yang menggunakan air sebagai media pendingin mesin pendingin (Water Cooled Chiller Central Air Conditioning System) dan Sistem Tata Udara sentral yang menggunakan udara sebagai media pendingin mesin pendingin (Air Cooled Chiller Central Air Conditioning System). Umumnya jenis Sistem Tata Udara sentral yang menggunakan udara sebagai media pendingin berkapasitas lebih kecil. Hal ini dikarenakan kemampuan udara untuk mendinginkan chiller dibatasi oleh temperatur udara luar dan kemampuan udara untuk menyerap energi panas secara konveksi, seperti untuk unit AC kecil seperti AC split, window, tower, dll.
Kapasitas Air-cooled: 0-500 tons atau 0-1.759 kW
Kapasitas Water cooled: 0-3.000 ton atau 0-10.551 kW
Kemampuan pelepasan energi panas dari Sistem Tata Udara sentral dan Unit AC kecil lainnya ke udara sekitarnya adalah sengat penting. Jika proses pelepasan energi tersebut terganggu atau terhalang maka efektiitas sistem pendingin tersebut akan menurun. Oleh karena itu sangat penting menjaga kemampuan pelepasan energi panas sistem pendingin tetap efektif. Berikut rangkaian pelepasan energi pada Sistem Tata Udara sentral yang berpendinginan air.
TIPS: Memahami Kapasitas Refrigerasi dan Kinerja
1 Ton Refrigeration (TR) adalah energi panas yang diserap oleh 1 ton (2000 lb) es pada suhu 0oC selama 24 jam.1 Ton Refrigeration (TR) = 3.516 kW = 12000 BTU/hr = 200 BTU/min = 3024 kCal/hr.
Kapasitas Refrigerasi adalah ukuran kemampuan pendinginan efektif dari suatu mesin pendingin yang dinyatakan dalam satuan BTU/jam atau TR atau Watts. Kapasitas Refrigerasi dalam TR dirumuskan sebagai berikut:
Kapasitas Refrigerasi = Q-Cp-(Ti - To)/3024
Dimana,
Q = laju alir refrijeran/media pendingin dalam kg/jam
Cp = koeisien panas spesiik refrijeran/media pendingin dalam kCal/kg.oC
Ti = temperatur refrijeran/media pendingin masuk kedalam evaporator mesin pendingin (chiller) dalam oC To = temperatur refrijeran/media pendingin keluar evaporator mesi pendingin dalam oC
Koeisien Performansi atau Coeficient of Performance (COP) adalah rasio antara Efek Pendinginan (Cooling Effect) atau
Refrigerasi (W) dengan Daya Listrik yang diperlukan oleh motor kompressor (W),
Energy Eficiency Ratio (EER) adalah rasio antara Efek Pendinginan dalam BTU/jam dengan Daya Listrik yang diperlukan oleh
motor kompressor dalam Watts (W). Karakteristik kinerja yang juga umum dipakai dalam menilai kinerja mesin pendingin adalah kW/TR. kW/TR adalah perbandingan antara Daya Listrik yang diperlukan motor kompressor dalam kW dengan Efek Pendinginan dalam Ton Refrigeration (TR). Dengan demikian hubungan antara EER, kW/TR dan COP adalah:
kW/TR =3.516/COP EER * kW/TR = 12
Table 2. Hubungan antara EER, COP dan kW/TR
EER COP kW/TR
6.0 1.3758 2.0
12.0 3.516 1.0
24.0 7.032 0.5
EER umumnya digunakan untuk rating eisiensi untuk unit AC. Sedangkan unutk Sistem Tata Udara sentral digunakan rating eisiensi Seasonal Energy Eficiency Ratio (SEER).
Integrated Part Load Value (IPLV) adalah nilai kinerja/eisiensi beban sebagian mesin pendingin yang dihitung dengan menggunakan standar rating kondisi ARI (American Refrigerant Institute) yang kini berubah nama menjadi ACHRI (Air Conditioning, Heating and Refrigeration Institute). Sedangkan Non-Standard Part Load Value (NPLV) adalah nilai kinerja/eisiensi beban sebagian mesin pendingin yang dihitung tidak dengan menggunakan standar rating kondisi ARI. Nilai COP dan EER pada IPLV dinyatakan sebagai berikut:
EERIPLV atau COPIPLV = 0.01*A + 0.42*B + 0.45*C + 0.12*D Sedangkan nilai kW/TR pada IPLV dinyatakan sebagai berikut: kW/TRIPLV = 1/(0.01/A+ 0.42/B+ 0.45/C+ 0.12/D)
Dimana:
A = COP atau EER atau kW/TR pada beban 100% B = COP atau EER atau kW/TR pada beban 75% C = COP atau EER atau kW/TR pada beban 50% D = COP atau EER atau kW/TR pada beban 25%
Kinerja AC sentral dipengaruhi oleh kinerja masing-masing komponen sistem tata udara di atas. Kinerja AC sentral yang tinggi/baik hanya dapat diperoleh dengan memastikan kinerja masing-masing komponen tersebut terjaga dengan baik.
Apakah Kinerja Sistem Tata Udara Pada Hotel Anda Sudah Eisien?
Untuk menentukan kinerja eisiensi sistem tata udara, perlu terlebih dahulu ditentukan total area yang akan dikondisikan dalam meter persegi (m2). Kemudian
total area dibagi 55 untuk mendapatkan kebutuhan minimal (tonnage). Setelah didapatkan kebutuhan minimal, perlu juga ditambahkan beberapa faktor yang akan mempengaruhi kapasitas pendinginan ruangan tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah:
• Jumlah orang yang biasanya ada di ruangan.
Untuk setiap 10 orang yang hadir pada saat yang bersamaan didalam ruangan, ditambahkan 0,5 tonnes dari kebutuhan minimal. Apabila kurang dari 10, maka tidak perlu penambahan tonnage.
• Jumlah peralatan yang menggunakan listrik atau penerangan ruangan. Untuk setiap 1500 watt listrik yang digunakan ditambahkan 0,5 tonnes. Setelah diketahui total kebutuhan minimal, dapat dilanjutkan dengan menentukan dan memilih kapasitas AC yang sesuai/tepat.
TIPS: Contoh Perhitungan Kebutuhan AC dalam BTU atau TR:
Rumus sederhana yang bisa dimanfaatkan dalam mencermati kebutuhan AC berikut ini: (L x W x H x I x E)/60 = kebutuhan BTU
Dimana:
L = Panjang Ruang (dalam feet) W = Lebar Ruang (dalam feet)
I = Nilai 10 jika ruang berinsulasi (berada di lantai bawah, atau berhimpit dengan ruang lain).Nilai 18 jika ruang tidak berinsulasi (di lantai atas).
H = Tinggi Ruang (dalam feet)
E = Nilai 16 jika dinding terpanjang menghadap utara; nilai 17 jika menghadap timur; Nilai 18 jika menghadap selatan; dan nilai 20 jika menghadap barat.
Ruangan berukuran 5mx 3m atau (16 kakix 10 kaki), tidak berinsulasi, dinding menghadap ke barat. Kebutuhan BTU = (16X10X18X10X20)/60 = 9600 BTU.
Ruang berukuran 3mx 3m atau (10 kakix 10 kaki), vertilasi minim, berinsulasi, dinding menghadap utara. Kebutuhan BTU= (10X10X10X10X16)/60 = 26666,6 BTU
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan kinerja sebuah AC, yaitu dengan menentukan:
1. Koeisien Kinerja/COP (Coeficient of Performance) dari mesin chiller. Semakin besar nilai COP, semakin eisien kinerja AC. COP adalah rasio antara jumlah panas (dalam satuan kW) yang dipindahkan dari evaporator untuk setiap satuan energi yang dikonsumsi (kW). Dengan kata lain, COP adalah rasio antara kapasitas dari kompresor (kW) dan setiap ton freon yang dipanaskan (TR) yang bisa diserap oleh evaporator.
2. Rasio eisiensi energy (EER). Semakin besar nilai ERR, semakin eisien kinerja AC. EER adalah rasio antara kapasitas panas yang digunakan untuk mendinginkan (dalam BTU) per jam dan konsumsi energi (dalam watt). 3. Perawatan yang teratur/berkala terhadap tiap komponen sistem tata udara
Tanggal Audit Energi Pelaksana Audit Energi
AC CEK Tindak Lanjut
• Apakah terdapat keluhan baik dari pegawai ataupun
dari tamu mengenai suhu ruangan (terlalu rendah/ter- lalu tinggi)?
• Apakah AC pernah dibersihkan dalam 6 bulan terakhir? • Apakah terdapat pipa yang bocor dalam sistem
pendingin ruangan?
• Apakah pintu dan jendela terbuka saat AC bekerja? • Apakah remote control AC atau thermostat bekerja
dengan baik?
• Apakah terdapat bau (karpet) lembab di ruangan ter-
tentu?
• Apakah timer bekerja dan berada pada pengaturan
yang benar?
• Apakah terdapat penghalang di depan external unit
AC?
• dll
Chiller CEK Tindak Lanjut
• Apakah insulasi chiller dan pipa dalam kondisi baik? • Berapakah umur mesin chiller dan apakah eisiensinya
masih baik (berada di atas 70%)?
Cooling Tower CEK Tindak Lanjut
• Apakah air dalam kondisi bersih?
• Apakah suplai make-up water sesuai (tidak berlebihan)
dengan kebutuhan pendinginan?
• Berapakah umur cooling tower?
Air Handling Unit CEK Tindak Lanjut
• Apakah setting temperatur telah sesuai dengan tem-
peratur ruangan yang diharapkan?
Alternatif Penghematan energi pada Sistem Tata Udara 1. Mengoptimasi proses perpindahan panas
Kompressor chiller yang dirancang dan dioperasikan dengan tingkat keamanan yang tinggi mengindikasikan adanya kerugian energi yang cukup besar. Oleh karena itu langkah-langkah praktis yang dapat diterapkan untuk memperbaiki eisiensi chiller adalah dengan:
• Penyesuaian luasan perpindahan panas penukar panas pada kondensor dan
evaporator. Koeisien perpindahan panas pada sisi refrijeran adlah sekitar 1400 sampai dengan 2800 Watt/m2.K. Sedangkan luasan perpindahan
panas pada sisi refrijeran adalah lebih besar dari 0.5 m2/TR.
• Optimasi perbedaan temperatur refrijeran pada kondensor (Tc) dan
evaporator (Te). Peningkatan 1 oC pada Te akan memperoleh penghematan
energi 3%. Table 3 dan Table 4 dibawah menunjukkan besarnya peningkatan eisiensi yang terjadi pada chiller dengan kompresor tipe reciprocating dengan refrijeran R-22.
• Pemilihan jenis kondensor yang tepat. Pemilihan jenis kondensor tentu
disesuaikan dengan kapasitas chiller yang akan digunakan. Terdapat tiga jenis kondensor yang umum yaitu kondensor berpendingin udara biasa, kondensor berpendingin udara yang dilengkapi dengan water spray, dan kondensor berpendingin air jenis shell & tube. Kondensor berpendingin air jenis shell & tube mempunyai kelebihan yaitu tekanan discharge yang relatif rendah, kapasitas refrigerasi TR yang lebih tinggi dan konsumsi listrik yang lebih rendah
Peningkatan kW/TR dengan menurunkan temperatur evaporator pada temperatur kondensor 40 oC.
Condensing Temperature (0C)
Refrigeration Capac- ity (TR)
Speciic Power Con-
sumption (kW /TR) Increase kW/TR (%)
26.7 31.5 11.7 -
35.0 21.4 12.7 8.5
40.0 20.0 11.4 20.5
Peningkatan kW/TR dengan meningkatkan temperatur kondensor pada temperatur evaporator -10
oC.
Condensing Temperature (0C)
Refrigeration Capacity (TR)
Speciic Power Con-
sumption (kW /TR) Increase kW/TR (%) 5.0 67.58 0.81 - 0.0 56.07 0.94 16.0 -10.0 45.98 1.08 33.0 -15.0 37.20 1.25 54.0 -20.0 23.12 1.67 106.0
2. Memperbaiki dan memelihara permukaan perpindahan panas pada evaporator dan kondensor.
Pemeliharaan yang kurang baik pada permukaan perpindahan panas pada evaporator dan kondensor akan mengakibatkan efektivitas perpindahan panas komponen tersebut menurun. Penurunan ini disebabkan oleh adanya endapan yang menempel dipermukaan permukaan perpindahan panas. Sehingga konsumsi energi listrik menjadi meningkat untuk setiap unit pendinginan yang sama. Endapan terbentuk paa bagian dalam pipa air kondensor karena penggunaan bahan kimia pada air pendingin dan adanya kotoran dalam air pendingin. Beberapa cara untuk memelihara kondensor dan evaporator:
• Pemisahan minyak pelumas dengan refrijeran • Defrost koil perpindahan panas secara berkala • Tingkatkan kecepatan laju alir pendingin sekunder
• Memelihara menara pendingin. Penurunan 0.5 oC air pendingin yang keluar
menara pendingin dapat menurunkan pemakaian energi listrik mencapai 3%.
• Gunakan perangkat pembersih pipa kondenser otomatis.
Pembersihan secara berkala pipa air kondenser dapat memperbaiki eisiensi perpindahan panas dan menghemat energi hingga 10%. Pembersih kondensor otomatis terdiri atas bola-bola logam yang disimpan dalam sebuah tanki dekat saluran pipa by-pass. Bola-bola tersebut selama siklus pembersihan dengan cara membalik arah aliran masuk kondensor.
Aplikasi Elektrostatis tanpa Biaya Investasi Awal untuk Peningkatan Kinerja
Chiller di Hotel Bintang 4, Jakarta.
Kartika Chandra, Agustus 2014. Walaupun telah mengganti chiller berumur 24 tahun dengan chiller baru pada tahun 2010, Haryanto, Chief Engineer hotel ini terus berupaya untuk mengoptimalkan kinerja chiller dengan meningkatkan eisiensinya. Menyadari bahwa munculnya kerak-kerak dalam pipa tubing condenser pada mesin chiller dapat menghambat kinerja chiller karena mengganggu proses penghantaran energinya, dengan kondisi yang ada dan setelah beberapa kali berdiskusi dengan supplyer maka diputuskan untuk memasang alat guna mengubah ion dan partikel pada air menjadi positif (statis) dengan menggunakan gelombang elektro, yang sering disebut (elektrostatis), alat tersebut dipasang pada pipa supply dari cooling tower ke condenser. Alat ini berfungsi mengubah ion-ion air menjadi positif, sehingga air cukup bersih dari lumut dan partikel lainnya, disamping itu lama kelamaan akan melapisi dinding pipa, sehingga tidak ada lagi kerak silica yang akan menempel pada dinding pipa. Dengan demikian trasnfer panas dalam proses pendingin Freon menjadi lebih cepat, kinerja chiller menjadi maksimal dan power listrik menjadi rendah.
Dua bulan setelah pemasangan elektrostatis tersebut, kinerja chiller terbukti lebih eisien dengan penurunan power listrik antara 10 % - 15 %. Dari sisi investasi, langkah ini menjadi menarik bagi general manager dan pemilik Hotel Kartika Chandra karena biaya investasi pada awal pemasangan tidak dibebankan kepada mereka, melainkan ditanggung oleh salah satu vendor D-Scaling System yang berlokasi di daerah Pejaten Barat, Pasar Minggu. Namun keuntungan dari penghematan biaya energinya dapat dirasakan secara langsung oleh pihak hotel, dengan skema pembagian keuntungan antara investor dengan pemilik hotel sebesar 60% - 40%, selama 3 tahun, tahun berikutnya komposisi pembagian keuntungan akan berubah 50% - 50 %.
Setelah masa kontrak tersebut, maka penghematan biaya energi menjadi tambahan keuntungan bagi pemilik hotel atau dapat dipergunakan untuk biaya operasional lainnya. Selain penghematan secara langsung, pemasangan sistem ini juga menyumbang penghematan yang diperoleh dari pengurangan biaya maintenance chiller serta
pengurangan biaya de-scaling yang biasanya dilakukan setiap 4 bulan atau 3 kali dalam 1 tahun untuk membersihkan kerak yang menempel pada dinding pipa condenser.
Hotel Kartika Chandra merupakan hotel berbintang 4 yang dibangun pada tahun 1971 dengan total luas bangunan sebesar 32.000 m2. Pada tahun pelaksanaan program, Hotel
3. Penerapan Sistem Multi-Staging
Penerapan cara ini hanya sesuai untuk mesin pendingin yang bekerja pada temperatur rendah, dengan tekanan kerja kompressor yang tinggi dan dengan temperatur kerja pendinginan yang lebih besar. Penerapan dengan cara ini dibedakan berdasarkan tipe kompressornya.
• Kompressor tipe Compound.
• Umumnya menggunakan satu jenis refrijeran. Kompressor tingkat
pertama dioperasikan untuk memenuhi beban pendinginan, sedangkan kompressor tingkat kedua dioperasikan dioperasikan untuk memenuhi beban evaporator dan lash gas.
• Kompressor tipe Cascade.
• Sistem ini lebih disukai jika bekerja pada daerah temperatur antara -46 oC
sampai dengan -101 oC. Kompressor cascade dapat bekerja dengan dua
refrijeran yang berbeda.
4. Menyesuaikan Kapasitas Pendinginan Sistem Tata Udara dengan Beban Pendinginan Gedung
Beban pendinginan gedung umumnya dapat digolongkan menjadi dua golongan besar yaitu beban beban pendinginan internal dan beban pendinginan eksternal. Untuk suatu gedung beban eksternal sangat signiikan pengaruhnya. Beban pendinginan eksternal adalah beban pendinginan gedung karena panas yang diserap oleh gedung dari lingkungan sekitar gedung. Pola beban pendinginan eksternal harian gedung cenderung mengikuti pola temperatur harian udara ambient diluar gedung. Dalam satu hari pola beban pendinginan eksternal tersebut cenderung bervariasi cukup besar, akibatnya Sistem Tata Udara sentral beroperasi/bekerja dengan variasi beban yang cukup tinggi. Hal ini berarti mesin pendingin (chiller) bekerja pada beban parsial. Konsekuensi dari pengoperasian pada beban parsial adalah:
• Koeisien Performansi (COP) chiller meningkat
• Akan tetapi eisiensi chiller secara kesuluruhan menurun
Namun demikian karena jumlah chiller yang beroperasi di suatu gedung umumnya dirancang lebih dari satu unit, maka dengan demikian tidak semua dari chiller tersebut beroperasi pada beban parsial. Untuk mengoperasikan chiller secara lebih eisien dengan menyesuaikan kapasitas chiller yang tersedia dengan beban pendinginan gedung memerlukan pemahaman terhadap kinerja kompressor dari chiller, variasi pada pola temperatur (dan kelembapan) udara ambient, serta besarnya variasi beban pendinginan gedung.
5. Kontrol Kapasitas pada kompressor mesin pendingin (chiller)
Sebagian besar Sistem Tata Udara sentral dirancang untuk memenuhi beban pendinginan puncak dari gedung. Namun demikian telah dijelaskan diatas bahwa beban pendinginan gedung tidaklah konstan dan bervariasi dengan waktu. Pada siang hari, beban pendinginan gedung mencapai maksimumnya yaitu sekitar tiga kali lipat dari beban pendinginan di malam hari. Adanya variasi beban ini mensyaratkan pentingnya kontrol kapasitas pada kompressor dari chiller di Sistem Tata Udara sentral suatu gedung. Beberapa metode yang disarankan dalam mengatur kapasitas kompressor chiller adalah dengan memperhatikan jenis kompressor dan menyesuaikan sistem kontrol kapasitas yang terpasang, diataranya adalah dengan:
• Pelepasan beban kompressor:
a. Untuk kompressor jenis reciprocating adalah dengan mematikan satu persatu masing-masing kompressor
b. Untuk kompressor jenis sentrifugal adalah dengan modulasi terus menerus melalui pengaturan sudu-sudu (vane) kompressor
c. Pada kompressor jenis ulir (screw) adalah dengan mengatur katup geser. Penggunaan chiller dengan kompressor ulir sangat eisien jika beban pendinginan suatu gedung sangat bervariasi.
• Kontrol putaran:
a. Pada kompressor jenis reciprocating: pastikan pelumasan sistem tidak terpengaruh
b. Untuk kompressor jenis sentrifugal adalah dengan menjaga kapasitas selalu diatas 50%
• Monitoring Temperatur:
a. Pada kompressor jenis reciprocating: temperatur air dingin (chilled water) yang kembali ke chiller (jika beban bervariasi), temperatur air yang meninggalkan chiller (jika beban konstan)
b. Untuk kompressor jenis sentrifugal: temperatur air yang meninggalkan chiller pada semua kondisi beban operasi
6. Penerapan refrigerasi bertingkat sesuai kebutuhan
Pengoperasian eisien Sistem Tata Udara sentral yang mempunyai chiller dengan jumlah lebih dari satu unit dapat dilakukan dengan beberapa cara:
• Monitor beban pendinginan chiller: satu unit chiller yang beroperasi pada
beban penuh lebih eisien daripada dua (2) unit chiller yang beroperasi pada beban parsial.
• Pada sistem distribusi air dingin: masing-masing chiller dirancang untuk
dapat mendisribusikan air dingin ke seluruh cabang pipa air dingin
• Bebankan masing-masing kompressor pada suatu chiller hingga mencapai
• Gunakan chiller dengan kapasitas yang lebih kecil untuk memenuhi
kebutuhan beban puncak
• Gunakan unit AC berkapasitas kecil daripada menggunakan Sistem Tata
Udara sentral untuk menangani beban pendinginan yang kecil. Dengan cara ini keuntungan yang diperoleh adalah:
a. Aplikasi yang beragam dengan daerah temperatur kerja yang lebih lebar dan jarak yang lebih jauh
b. Lebih ekonomis, leksibel dan handal
• Pengaturan suplai air dingin (chilled water) atau udara dingin dengan cara: a. Pengaturan laju air
b. Pengoperasian dengan aliran normal dengan periode shut-off 7. Penggunaan tanki penyimpan air dingin (chilled water)
Penyimpanan air dingin dikembangkan pada tahun 1980-an sebagai respons terhadap krisis energi dan kebutuhan eisiensi dalam penggunaan energi. Penyimpanan air dingin memungkinkan Sistem Tata Udara sentral untuk memproduksi air dingin di malam hari dan menggunakannya pada siang hari berikutnya. Hal ini untuk menghindari penggunaan energi listrik yang meningkat pada siang hari dan juga secara signiikan menghemat biaya tagihan listrik bulanan. Namun demikian perlu dipertimbangkan dengan seksama pilihan teknologi ini, karena pada golongan tarif listrik tertentu biaya listrik pada saat Waktu Beban Puncak (WBP) lebih tinggi daripada biaya listik pada saat di Luar Waktu Beban Puncak (LWBP). Contoh yang secara berturut- turut dibawah ini menunjukkan konigurasi chiller yang dilengkapi fasilitas tangki penyimpanan air dingin dan pola beban pendinginan gedung yang menggunakan fasilitas tersebut. Penyimpanan air dingin yang dilengkapi isolasi termal sangat menarik karena:
• Cocok untuk diterapkan pada gedung yang mempunyai variasi beban pendinginan yang cukup besar, sehingga memerlukan beban puncak yang cukup siginikan
• Sangat ekonomis karena:
- Mengurangi pengoperasian chiller pada beban puncak sehingga mengurangi biaya listrik pada beban puncak. Selain itu chiller akan beroperasi pada beban yang lebih rendah pada saat terjadi kebutuhan beban puncak
- Chiller beroperasi pada malam hari yang kemungkinan dapat menurunkan biaya listrik dan meningkatkan Koeisien Performansi (COP) chiller karena chiller yang beroperasi pada malam hari beroperasi pada temperatur kondensor yang lebih rendah.
Konigurasi dan pengoperasian chiller yang menggunakan tangki
penyimpan air dingin
Source: http://www.regenesys.com.au/thermal-storage-systems
Graik yang menunjukkan penghematan energi dengan penggunaan tangki
penyimpan air dingin
Perubahan SOP Dasar (Standard Operational Procedure) dapat Menghemat
Energi Tanpa Biaya Investasi.
Gran Mahakam, November 2013. Relatif tingginya biaya investasi pemasangan peralatan yang hemat energi tidak mengurungkan niat Basri, Director Of Engineering Hotel Gran Mahakam untuk menyusun program hemat energinya. Perubahan SOP Dasar adalah pendekatan yang dipilih untuk program jangka pendek, mengingat keunggulannya yang tidak memerlukan biaya. Berdasarkan audit energi internal yang dilakukan, ditemukan beberapa peluang penghematan seperti:
1. fresh air fan yang menyala setiap hari tanpa hasil yang signiikan,