• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Zonasi Di Instalasi Ruang Operasi

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 56-63)

Pada instalasi ruang operasi di RS PKU Muhammadiyah Gamping menurut hasil observasi peneliti sudah memakai sistem zonasi sesuai dengan Permenkes no 24 tahun 2016 yang membagi menjadi 5 area zonasi

Dari hasil observasi pembagiannya antara lain: zona 1 (ruang pendaftaran, ruang tunggu keluarga pasien, ruang sterilisasi alat dan ruang utilitas kotor), zona 2 (ruang istirahat dokter dan perawat, ruang pantri petugas, ruang tunggu pasien (holding), ruang transfer dan ruang loker atau ruang ganti baju dokter dan perawat, nurse station, ruang farmasi, zona 3 (area scrub up, ruang pemulihan, ruang penyimpanan perlengkapan bedah dan anestesi), zona 4 (ruang operasi), zona 5 area nuklei steril (area pembedahan dibawah aliran udara kebawah).

Pada pembagian sistem zonasi menurut Permenkes no 24 tahun 2016 yang menjadi pembeda dari masing – masing zonasi adalah sistem ventilasinya dimana zona 1 merupakan area normal tanpa menggunakan filter udara, kemudian zona 2 merupakan area steril sedang dengan menggunakan prefilter pada pendingin ruangan. Zona 3 merupakan ruang semi steril yang menggunakan medium filter pada pendingin ruangan

Zona 4 merupakan area steril tinggi dengan menggunakan pre filter, medium filter kemudian HEPA Filter dan area zonasi 5 merupakan area tempat melakukan procedural opereasi dengan sterilitas tinggi yang dijaga dengan sistem aliran udara laminar yang berasal dari diffuser di langit – langit. Pada prinsip pembagian zonasi selain dari perbedaan dari sistem ventilasi adalah dari arus lalu lintas jalur bersih dan jalur kotor untuk akses masuk dan keluar dari ruang operasi.

Pada area zonasi 1 seperti: ruang pendaftaran, ruang tunggu keluarga pasien, ruang sterilisasi alat dan ruang utilitas kotor pada sistem ventilasinya banyak menggunakan ventilasi alami dan sistem pendingin ruang lokal dengan tanpa filter udara. Pada area ini adalah ruangan kondisi normal tidak perlu ada kondisi yang khusus dalam sistem ventilasinya.

Pada observasi dari segi kategori keselamatan memiliki penilaian yang baik dan sudah memenuhi standar, kemudian dari kategori kemudahan memiliki nilai yang baik terutama karena luasan yang terdapat dari hasil pengukuran sudah sangat memadai sehingga kondisinya bebas tabrakan dan lega.

Pada observasi segi kenyamanan dan kesehatan memiliki nilai cukup, terutama pada area utilitas kotor yang memiliki sistem sirkulasi udara yang belum nyaman dan memiliki tingkat penghawaan yang belum

cukup untuk melakukan pekerjaan dalam waktu yang lama dan lebih dari satu orang tenaga.

Pada area zona 2 seperti: ruang istirahat dokter dan perawat, ruang pantri petugas, ruang tunggu pasien (holding), ruang transfer dan ruang loker atau ruang ganti baju dokter dan perawat, nurse station dan ruang farmasi. Pada hasil observasi, daerah ini merupakan area yang tertutup dari sirkulasi luar (alami) dan memiliki sirkulasi sendiri dengan menggunakan pendingin ruangan.

Area zona 2 merupakan area dengan steril sedang, dimana kondisi ruang normal dengan menggunakan pre filter pada pendingin ruangan. Pada instalasi ruang operasi area zonasi 2 hanya ruangan loker petugas dan ruang pantry yang tidak memakai sistem prefilter dengan pendingin ruangan. Pada ruang loker pengganti memakai aliran sirkulasi dari ruang istirahat perawat disebelahnya dan pada pantry memakai aliran sirkulasi prefilter dari ruang istirahat perawat yang disebelahnya.

Observasi dari segi kategori keselamatan pada zona 2 memiliki nilai rata – rata baik, kemudian dari segi kemudahan di zona 2 memiliki hasil penilaian cukup dan dari segi kenyamanan dan kesehatan memiliki penilaian baik.

Area zona 3 merupakan area dengan semi steril dengan medium filter pada sirkulasi udara dan pendingin udara. Area zona 3 antara lain:

area scrub up, ruang pemulihan, ruang penyimpanan perlengkapan bedah dan anestesi, koridor ruang operasi.

Pada zona 3 dari hasil observasi didapatkan sistem ventilasinya menggunakan pendingin udara sentral dengan tanpa medium filter, seperti ruang pemulihan pasien dan resusitasi neonatus tidak ada perbedaan jenis ventilasi dengan ruang nurse station dan ruang persiapan pasien disebelahnya dan memakai jenis ventilasi pre filter.

Pada ruang penyimpanan alat steril, koridor ruang operasi dan area scrub up terletak berbeda dengan ruang zona 3 lainnya dikarenakan kedua area tersebut berada didalam kompleks ruang operasi yang tertutup dan terpisah dengan menggunakan pintu ayun (swing) yang mengarah keluar.

Namun dari hasil observasi pada area koridor, scrub up, dan ruang penyimpanan alat steril tidak menggunakan medium filter pada sirkulasinya. Sehingga tidak terdapat perbedaan dengan ventilasi yang berada di zona 2 seperti ruang nurse station dan ruang persiapan pasien.

Pada hasil observasi dari segi keselamatan pada zona 3 memiliki penilaian yang baik, namun pada ruang penyimpanan alat steril memiliki nilai yang buruk dikarenakan ruangan yang digunakan untuk penyimpanan sudah melebihi kapasitas dari ruang penyimpanan ,

sehingga jika ada petugas didalamnya sedang dalam kondisi darurat tidak leluasa untuk dapat menyelamatkan diri.

Pada observasi segi kemudahan di zona 3 memiliki penilaian baik, kecuali pada ruang penyimpanan alat steril yang sudah penuh dan tidak leluasa untuk lalu – lintas keluar dan masuk ruangan. Pada segi kenyamanan dan kesehatan zona 3 memiliki penilaian yang baik.

Pada zona 4 yang dimana merupakan area steril tinggi dengan menggunakan pre filter, medium filter dan HEPA Filter pada sistem ventilasi. Zona 4 merupakan ruangan operasi. RS PKU Muhammadiyah Gamping memiliki 4 ruang operasi antara lain: 1 ruang operasi minor, 1 ruang operasi mayor dan 2 ruang operasi general atau umum.

Pada hasil wawancara dengan kepala bagian pemeliharaan RS PKU Muhammadiyah Gamping didapatkan informasi bahwa di ruang operasi saat ini sistem sirkulasi atau ventilasi udara yang masuk kedalam ruang operasi tidak melalui tahap – tahap yang seharusnya. Udara yang masuk kedalam ruang operasi tanpa melalui filterisasi 3 tahap dan masuk hanya melalui pre filter yang terdapat pada pendingin ruangan.

Hal ini merupakan tidak sesuai dengan standar yang di tetapkan kementrian kesehatan. Hasil observasi pada area zona 4 memiliki tingkat keselamatan yang baik, kemudahan yang baik, kenyamanan dan kesehatan yang cukup.

Pada zona 5 atau area nukleasi dimana merupakan area tempat melakukan prosedur operasi atau meja operasi tempat pasien dilakukan pembedahan. Pada area ini menurut standar harus memiliki aliran udara laminar, namun dari hasil pengukuran kecepatan angin dari diffuser didapatkan hasil pengukuran 0 ftm, hal ini menandakan tidak adanya hembusan udara dari diffuser yang sesuai dengan standar untuk dapat membentuk aliran udara laminar yang membutuhkan kecepatan angin rentang 25 – 35 ftm.

2. Pencahayaan

Pencahayaan yang menjadi standar menurut kementrian kesehatan tahun 2016 adalah dimana pencahayaan ruang operasi adalah minimal 200 lux dan untuk medan operasi adalah 10.000 – 20.000 lux (Kemenkes, 2016). Pencahayaan yang terukur pada ruang operasi pertama hingga ke empat memiliki intensitas pencahayaan lampu yakni 348 lux dan di medan operasi sebesar 18.180 lux, hal ini menunjukan dari segi pencahayaan di ruang operasi RS PKU Muhammadiyah Gamping telah memenuhi standar.

Pencahayaan yang baik dapat menjadi salah satu faktor penting dalam kenyamanan petugas dalam melakukan kegiatan operasi. Tidak adanya sumber cahaya lingkungan dari luar ruangan operasi menjadaikan lampu merupakan pencahayaan utama didalam ruang operasi. Pada

pencahayaan dimedan operasi harus lebih kontras dibandingkan dengan area diluar medan operasi, dimana hal ini berfungsi untuk meningkatkan konsentrasi operator dan asisten operasi dalam melakukan operasi atau pembedahan terhadap pasien.

3. Kebisingan

Pengukuran yang telah dilakukan didapatkan hasil tingkat kebisingan didalam ruang operasi sebesar 51,4 dBA, sedangkan menurut standar dari kementrian kesehatan tahun 2016 direkomendasikan tingkat kebisingan sebesar maksimal 45 dBA. Hal ini menunjukan hasil pengukuran didalam ruang operasi tingkat kebisingan memiliki hasil lebih tinggi dari yang direkomendasikan. Pada saat pengukuran kebisingan dilakukan saat berlangsungnya operasi, hal ini memiliki beberapa faktor sumber kebisingan antara lain; kebisingan dari alat instrumen, dan dari petugas itu sendiri.

Tingginya kepadatan personel didalam ruang operasi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tingginya tingkat kebisingan pada ruang operasi. Tingkat kebisingan yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan heart rate yang dapat memacu stress petugas medis yang melakukan operasi (Clancy, 2008).

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 56-63)

Dokumen terkait